Anda di halaman 1dari 22

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Dosen Pengampu:

Ni Luh Putu Widhiastuti, SE, M.Si

Oleh : Kelompok

Ni Luh Putu Wulandari ; 1902622010004 ; A Pagi 2019

I Kadek Krisna Dwitama ; 1902622010004 ; A Pagi 2019

Ni Luh Putu Sinta Dewi ; 1902622010023 ; A Pagi 2019

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN 2022
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna dengan
rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang bertopik
“Etika Profesi Akuntansi” dengan baik dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu
syarat perkuliahan pada Prodi Akuntansi, kelas Reguler Pagi A 2019 mata kuliah
etika bisnis dan profesi. Penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, baik
berupa motivasi, materi, tenaga, dan waktu baik secara lansung maupun tidak
lansung. Sehubungan dengan hal tersebut ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Ibu dosen yang telah memberikan arahan serta rekan-rekan
yang sudah membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga
skripsi ini bermamfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 30 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika Profesi Akuntansi merupakan ilmu yang membahas perilaku perbuatan


baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus sebagai Akuntan. Dalam menjalankan profesi sebagai seorang akuntan harus
dengan sadar menjalankan tugas, hak, kewajiban dan fungsinya. Namun menjadi
seorang akuntan bukanlah hal yang mudah.

Dalam etika profesi sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi
yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi
setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan
aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya
disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Adapun
kode etik yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan akan dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu definisi IFAC Code of Ethics ?
2. Apa itu kode etik IAI ?
3. Apa itu kode etik IAPI ?
4. Apa itu kode etik IAMI ?
5. Apa itu kode etik IAI KASP ?
6. Apa itu kode etik profesi dalam asosiasi akuntansi ?
7. Apa itu undang-undang Sarbox ?
8. Apa itu PMK No.17/2008 dan Peraturan Pemerintah Indonesia lainnya yang
relevan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi IFAC Code of Ethics ?
2. Untuk mengetahui kode etik IAI ?
3. Untuk mengetahui kode etik IAPI ?
4. Untuk mengetahui kode etik IAMI ?
5. Untuk mengetahui kode etik IAI KASP ?
6. Untuk mengetahui kode etik profesi dalam asosiasi akuntansi ?
7. Untuk mengetahui undang-undang Sarbox ?
8. Untuk mengetahui PMK No.17/2008 dan Peraturan Pemerintah Indonesia
lainnya yang relevan ?

1.4 Manfaat

Manfaat dalam penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis, yaitu :

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Bagi penulis, sebagai sarana untuk melatih secara ilmiah dengan berdasarkan
pada disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah khususnya ilmu etika
bisnis dan profesi.
2) Bagi pembaca, untuk menambah informasi dan sumbangan pemikiran serta
bahan kajian dalamperkuliahan.
1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi masyarakat yang berkepentingan khususnya dalam dunia bisnis hasil


diskusi materi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta
tambahan informasi dalam menjalankan bisnis dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik IFAC

IFAC (International Federation of Accountans) adalah organisasi global untuk


profesi akuntansi. IFAC berkomitmen untuk melindungi kepentingan umum dengan
mengembangkan standar internasional menjadi berkualitas tinggi, mempromosikan
nilai-nilai etika secara intensive, mendorong kualitas prakteknya dan mendukung
pembangunan di segala bidang profesi di seluruh dunia.

Kode etik ini meliputi dalam tiga bagian:

Bagian A adalah bagian yang menetapkan prinsip-prinsip dasar etika untuk akuntan
dan menyediakan kerangka kerja konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip
tersebut. Kerangka kerja konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut.
Kerangka kerja konseptual menyediakan kerja konseptual guna mengidentifikasi
ancaman terhadap kepatuhan prinsip-prinsip dasar etika, untuk mengevaluasi
pengaruh signifikan dari ancaman-ancaman itu dan menerapkan perlindungan untuk
mengurangi ancaman-ancaman hingga ketingkat yang dapat diterima.

Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka kerja konseptual diterapkan


dalam situasi khusus. Kerangka kerja konseptual mengandung contoh penjagaan
terhadap prinsip-prinsip dasar, dan juga mengandung contoh situasi dimana
penjagaan keamanan tidak tersedia, sehingga tercipta ancaman-ancaman yang
seharusnya bias dihindari Bagian B diterapkan profesi akuntansi dalam praktek untuk
kepentingan publik. Bagian C diterapkan profesi akuntan dalam praktek untuk dunia
bisnis. Dalam praktek profesi akuntan untuk kepentingan publik mungkin juga
ditemukan tuntunan kode etik bagian C yang relevan dengan kondisi mereka
sebenarnya.
Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC ada 5 bagian, yaitu :
1. Integritas: seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
2. Objektivitas: seorang akuntan professional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga
mengesampingkan pertimbangan bisnis dan professional.
3. Kompetensi professional dan kehati-hatian: seorang akuntan professional
mempunyai kewajiban pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang
klien atau atasan menerima jasa professional yang kompeten yang didasarkan atas
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini.
4. Kerahasiaan: seorang akuntan professional harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan professional dan bisnis
serta tidak boleh mengungkapkan informa siapa pun kepada pihak ketigatan paizin
yang benar dan spesifik.
5. Perilaku professional: seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan
perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.

2.2 Kode Etik IAI

Prinsip Dasar Perilaku Etis :


1. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena
menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa
kejujuran tetapi juga sifat dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan
yang sebenarnya.
2. Objektivitas
Auditor yang objektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi
profesinya dapat dipertahankan atau dengan kata lain, auditor mengambil
keputusan berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh
atau berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh
orang lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat melakukan
suatu audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan
bantuan tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara
memuaskan. Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan
keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa
instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima manfaat dari layanan
profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan, dan teknik yang terbaru.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya
dalam melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus
dilakukan secara terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik
auditan, untuk itu auditor harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan
mengungkapkannya, kecuali adanya kewajiban pengungkapan karena peraturan
perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus dijaga sampai kapanpun bahkan ketika
auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.
5. Ketepatan Bertindak
seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan perundang-
undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
2.3 Kode Eik IAPI

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC ada 5 bagian, yaitu :


1. Integritas: seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
2. Objektivitas: seorang akuntan professional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain
sehingga mengesampingkan pertimbangan bisnis dan professional.
3. Kompetensi professional dankehati-hatian: seorang akuntan professional
mempunyai kewajiban pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang
klien atau atasan menerima jasa professional yang kompeten yang didasarkan
atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini.
4. Kerahasiaan: seorang akuntan professional harus menghormati kerahasiaan
informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan professional dan
bisnis serta tidak boleh mengungkapkan informa siapa pun kepada pihak
ketigatan paizin yang benar dan spesifik.
5. Perilaku professional: seorang akuntan professional harus patuh pada hukum
dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.
2.4 Kode Etik IAMI (Institut Akuntan Manajemen Indonesia)
Organisasi pada umunya menerapkan standar perilaku untuk para manajer dan
pekerjanya. Asosiasi-asosiasi professional juga menetapkan standar etika. Akuntan
manajemen membantu manajer untuk meningkatkan kinerja ekonomis perusahaan.

Kode etik akuntan manajemen di luar negeri

Menurut James W. Brackner, penulis Ethics Column dalam management


Accounting, ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip
yang melukiskan benar dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut
adalah:

1. Kejujuran (honesty)

2. Integritas (integrity)

3. Memegang janji (promise keeping)

4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)

6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)

7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)

8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)

9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)

10. Akuntabilitas (accountibility)

IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan


yang menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen. Kode etik IMA
menerapkan standar minimum perilaku yang ditujukan untuk mengarahkan akuntan
manajemen dan menginspirasikan profesionalisme yang sangat tinggi pada semua
level akuntan manajemen. Dengan mematuhi standar ini, akuntan manajemen
meningkatkan derajat profesi mereka dan membantu mengembangkan hubungan
kepercayaan dimana para manajer dan pihak-pihak lainnya dapat secara yakin
bergantung pada pekerjaan mereka.

Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang


bertentangan dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan
tindakan-tindakan tersebut dari orang lain dalam organisasi mereka. Standar tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus
menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan,
dan standar
teknis yang berlaku
c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah
melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat
dipercaya
2. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia
berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang
berkenaan denga tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk
menjaga kerahasiaan tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan
tugas-tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi
maupun melalui pihak ketiga.
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan
mengingatkan semua
pihak terhadap potensi konflik

b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan


kecurigaan terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya
secara etis
c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat
mempengaruhi mereka dalam bertugas
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi
organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau
kendala lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang
bertanggung jawab atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau
opini profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
4 Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan
rekomendasi yang dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin
menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau dalam
meyelesaikan konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan
manajemen harus mengiuti kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi
konflik. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen
harus mempertimbangkan tindakan berikut ini:

a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu


melibatkan atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan
secepatnya kepada jenjang yang lebih tinggi berikutnya. Jika resolusi akhir
yang memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah diungkapkan,
sampaikan masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih tinggi.
b. Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau
setingkat
wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok
seperti komite audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian,
atau pemilik. Berhubungan dengan jenjang di atas atasan langsung
sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan atasan.
c. Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan
seorang penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap
tindakan yang mungkin dilakukan

2.5 Kode Etik IAI - KASP (Kompartemen Akuntan Sektor Publik)


Untuk akuntansi sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai saat ini, aturan
etika ini masih dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya mengacu pada
Standard of Professional Practice on Ethics yang diterbitkan oleh the International
Federation of Accountants (IFAC). Panduan umum lainnya yang tercantum dalam
aturan etika IAI-KASP terdiri dari tiga hal yaitu panduan good governance dari
organisasi/instansi tempat auditor bekerja, panduan identifikasi pertentangan
kepentingan, panduan atas pemberian fasilitas dan hadiah, dan panduan penerapan
aturan etika bagi auditor yang bekerja di luar wilayah hukum aturan etika. Aturan
etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat panduan
umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.

Prinsip Dasar Perilaku Etis Auditor


1. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga
sifat dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
2. Objektivitas
Auditor yang objektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi
profesinya dapat dipertahankan atau dengan kata lain, auditor mengambil keputusan
berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau
berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang
lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat melakukan
suatu audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan
bantuan tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara
memuaskan. Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian
profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa instansi tempat ia
bekerja atau auditan dapat menerima manfaat dari layanan profesinya berdasarkan
pengembangan praktik, ketentuan, dan teknik yang terbaru.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan
secara terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan,
untuk itu auditor harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan
mengungkapkannya, kecuali adanya kewajiban pengungkapan karena peraturan
perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus dijaga sampai kapanpun bahkan ketika
auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.
5. Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan reputasi
profesi serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor
profesional.
6. Standar Teknis dan Profesional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang
meliputi standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi audit
publik, terdapat juga standar audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi para
auditornya, termasuk aturan perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja.
Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP
1. Good Governance
Auditor diharapkan mendukung penerapan good governancepada organisasi atau
instansi tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut: tidak
mementingkan diri sendiri, integritas, objektivitas, akuntabilitas, keterbukaan,
kejujuran, kepemimpinan.
2. Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan
adanya pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik, seperti:
o Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja,
o Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi,
o Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar,
o Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang bertentangan
dengan kepatuhan atas standar profesi,
o Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan instansinya,
o Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban instansi
tempat ia bekerja atau auditee.
3. Fasilitas dan Hadiah
Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki atau
akan memiliki hubungan kontraktual dengannya dengan mengacu dan
memperhatikan seluruh peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana
korupsi, dengan melakukan tindakan-tindakan berikut:
o Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang normal
dan masuk akal, artinya auditor juga akan menerima hal yang sama pada
instansi tempat ia bekerja apabila ia melakukan hal yang sama.
o Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi
masyarakat bahwa auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.
o Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang diterima
maupun yang ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.
o Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.

4. Pemberlakuan Aturan Etika Bagi Auditor yang Bekerja di Luar Negeri


Pada  dasarnya  auditor  harus  menerapkan  aturan yang paling keras
apabila  auditor  dihadapkan  pada  dua aturan  berbeda  yang  berlaku  ketika  ia
bekerja  di  luar negeri,  yaitu  aturan  etika  profesinya  di  Indonesia dan  aturan
etika yang berlaku di luar negeri.

2.6 . Kode Etik Profesi dalam asosiasi akuntansi lainya


Auditor APIP (aparat pengawasan intern pemerintahan) adalah pegawai
negeri yang mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit, karena itu auditor
pemerintah dapat diibaratkan sebagai seseorang yang kaki tangannya terikat pada
ketentuan-ketentuan sebagai pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada
ketentuan-ketentuan profesinya. Auditor APIP yang meliputi auditor auditor
dilingkungan BPKP, Inspektorat jenderal departemen, unit pengawasan LPND, dan
inspektorat provinsi, kabupaten dan kota dalam menjalankan tugas auditnya wajib
mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya sebagai pegawai negeri dan
standar audit APIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No PER/04/M.PAN/03/2008 dan No. PER/05/M.PAN/03/2008
tanggal 31 Maret 2008.
2.7 Undang-undang Sarbox

Keandalan dan ketepatan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan


perusahaan merupakan hal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan dari
investor. Di Indonesia dan di Negara maju tingkat keandalan dan ketepatan laporan
keuangan masih belum seperti yang diharapkan. Kongres Amerika bereaksi dengan
mengeluarkan suatu undang-undang (Act) yang disebut Sarbanes Oxley Act. Act ini
diharapkan akanmeningkatkan ketepatan (accuracy) dan keandalan (reliability) dari
laporan keuangan. Sarbanes-Oxley atau kadang singkat Sox, SOA, atau Sarbox
adalah hukum federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada tanggal 30 Juli 2002.
Undang-undang ini diprakasai oleh Senator Paul Sarbanes dan Representative
Michael Oxley. Sarbox memiliki nama panjangnya sendiri yaitu Public Company
Accounting Reform andInvestor Protection Act yang berarti undang-undang tentang
penataan kembali akuntansi perusahaan publik dan perlindungan terhadap investor.
Undang-undang ini membentuk kerangka kerja untuk memoderinisasi serta
mereformasi pengawasan serta aturan audit perusahaan publik.

Isi Pokok dari Sarbanes Oxley act yaitu:

1. Peningkatan transparansi dari pengelolaan manajemen sebagai agen yang


diserahiwewenang oleh pemegang saham.
2. Peningkatan tanggung jawab manajemen sebagai pemilik dari sistem Internal
Control(IC) untuk mengupayakan perbaikan terus menerus terhadap IC yang
ada di perusahaandengan memaksa direksi membuat pernyataan atas kondisi
IC pada saat menyerahkanlaporan keuangan.
3. Penurunan resiko kecurangan yang dilakukan oleh direksi
4. Memaksa auditor untuk melakukan atestasi atas pernyataan kondisi IC yang
dibuat olehdireksi, dan dengan demikian mendorong auditor agar lebih serius
dan cermat dalammelihat sistem IC yang diterapkan di perusahaan dan lebih
serius lagi memeriksa adatidaknya kecurangan yang dilakukan manajemen.
5. Menjaga independensi auditor dan Kantor Akuntan Publik

Walaupun kondisi pasar modal di Indonesia belum semaju AS, namun


prinsip- prinsip dasar SOX seperti peningkatan transparansi, tanggung jawab
manajemen, danlain-lain sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia. Pada saat ini
Indonesia sendiri belum memiliki Undang-undang yang mengatur sistem audit suatu
perusahaan sebaik SOX, namun beberapa undang-undang atau peraturan yang
dikeluarkan lembaga resmi tertentu, memiliki kesamaan dengan SOX.Undang-
undang dan peraturan tersebut antara lain:

1. Pernyataan Standar Audit (PSA) no 62 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan


Indonesia(IAI), pernyataan ini berisi mengenai syarat agar kantor Akuntan
Publik yang sedangmemeriksa laporan keuangan badan milik negara atau
badan yang menerima bantuankeuangan dari negara untuk memeriksa kondisi
kontrol internal.
2. Bagi industri perbankan, Bank Indonesia menetapkan peraturan yang
mengharuskan direksi bank untuk membuat pernyataan mengenai kondisi
kontrol internalnya dantingkat kepatuhan.
3. Badan Pengelola Pasar Modal telah mengeluarkan peraturan Bapepam
no:VIII.G.1, pada Des. 2003 mengenai tanggung jawab direksi terhadap
laporan keuangan.

Tanggung jawab tersebut dilakukan dengan cara menandatangani suatu


pernyataan bahwa direksi bertanggung jawab terhadap kontrol internal perusahaan.
Perbedaannya dengan versi SOX adalah bahwa dalam SOX direksi juga diminta
untuk membuat penilaian terhadap kondisi kontrol internal diperusahaannya.

Manfaat Penerapan Sarbanes-Oxley Act Bagi Perusahaan dan Konsumen.

Pengaturan yang ketat dalam Sarbanes-Oxley Act memberikan manfaat bagi para
perusahaan yang menerapkan serta bagi konsumen dari perusahaan tersebut.
Manfaatyang didapat antara lain:

1) Manfaat bagi perusahaan


 Perusahaan publik akan memiliki pengendalian intern yang lebih baik,
sehinggaakuntanbilitas dan integritas pelaporan keuangannya lebih dapat
percaya dan dandiandalkan.
 Kepercayaan investor lebih meningkat.
 Memiliki citra positif di mata publik dan para pemegang kepentingan
lainnya.
 Membantu perusahaan dalam melakukan Good Governance Corporation
dengan baik.
2) Manfaat bagi konsumen perusahaan tersebut
 Mengingkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan
 Menghindari adanya kebohongan publik oleh perusahaan
 Konsumen dapat memastikan akurasi laporan keuangan perusahaan.

2.8 PMK No. 17/2008 dan peraturan pemerintah Indonesia lainnya yang relevan
dengan Pembentukan Sarbanes-Oxley Act Terhadap Profesi Akuntansi
diIndonesia.

Pembentukan Sarbanes-Oxley Act berdampak terhadap profesi akuntansi


diIndonesia ada beberapa peraturan yang keluarkan di Indonesia terkait dengan
pembentukan Sarbanes-Oxley Act diantaranya :

1. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Tgl 30 Sept 2002, No.


423/KMK.06/2002Tentang Jasa Akuntan Publik. Selanjutnya Menteri
Keuangan RI pada tanggal 5 Februari 2008 menerbitkan Peraturan Menteri
Keuangan No. 17/PMK.01/2008tentang Jasa Akuntan Publik yang merupakan
penyempurnaan Keputusan MenteriKeuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No.
359/KMK.06/2003 Tentang JasaAkuntan Publik yang dianggap sudah tidak
memadai).
2. Keputusan Menteri BUMN Tgl 31 Juli 2002, Nomor:
KEP-117/M-MBU/2002Tetang Penerapan Praktek Good Corporate
Governance Pada BUMN.
3. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 12 Nov
2002, Nomor: KEP-20/PM/2002. Tentang Independensi Akuntan yang
memberikan jasaaudit di Pasar Modal.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl 22 Des
2003, Nomor: KEP- 40/PM/2003. Tentang Tanggung Jawab Direksi atas
LaporanKeuangan.
5. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Tgl24 Sept
2004, Nomor : KEP- 29/PM/2004, Tentang Pembentukan dan Pedoman
PelaksanaanKerja Komite Audit.

Contoh kasus pelanggaran kode etik akuntansi

Salah satu alasan kenapa sebuah perusahaan melakukan manipulasi laporan keuangan
adalah untuk mempertahankan gambaran kinerja keuangan perusahaan yang baik
sehingga menarik minat investor. Mirisnya tindakan manipulasi ini sering dilakukan
oleh akuntan internal perusahaan maupun kerjasama dengan akuntan publik yang
mengaudit laporan keuangan tersebut sehingga sulit sekali mendeteksi kecurangan
yang dilakukan. Kecurangan pada laporan keuangan dalam bentuk salah saji material
tentunya sangat merugikan investor dan kreditor.

Di Indonesia sendiri pernah terjadi beberapa kasus manipulasi laporan keuangan,


salah satunya adalah kasus manipulasi laporan keuangan tahun 2016 milik PT Hanson
Internasioanal Tbk.  yang baru terkuak pada tahun 2019 ketika kasus jiwasraya
muncul. Manipulasi yang dilakukan oleh PT Hanson  Internasional Tbk yaitu terkait
dengan penyajian akutansi mengenai pendapatan pada penjualan kavling siap bangun
(Kasiba) yang membuat pendapatan yang tercatat pada laporan keuangan pada tahun
itu menjadi overstated dengan nilai material sebesar Rp 613 Miliar. PT Hanson
Internasional Tbk terbukti melanggar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 44
tentang Akuntansi Aktivitas Real Estat (PSAK 44). Dimana ketika mengakui
pendapatan dengan metode akrual penuh, seharusnya perusahaan mengungkapkan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Akan tetapi yang terjadi adalah PT Hanson
Internasional Tbk tidak menyampaikan PPJB atas penjualan tersebut kepada auditor
yang mengaudit laporan keuangan.

Dari kasus ini, ada beberapa kode etik yang dilanggar perusahaan maupun akuntan
publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut, yaitu :

1. Prinsip Integritas, terdapat pelanggaran etika intergritas karena


ketidakterusterangan dan ketidakkejujuran pihak perusahaan mengenai
pengakuan pendapatan. PT Hanson Internasional Tbk terbukti melakukan praktik
window dressing dengan mengakui pendapatan secara akrual penuh tanpa
mengungkapkan PPJB. Prinsip Integritas juga dilanggar oleh akuntan publik
KAP Purwantono, Sungkoro, dan Surja yang mengaudit laporan keuangan
tersebut yaitu karena memberikan opini wajar tanpa pengecualian, meskipun
sebenarnya auditor tidak mengetahui tentang pengungkapan PPJB KASIBA yang
menyebabkan salah saji yang material dalam laporan keuangan tersebut.
2. Prinsip Kompetensi dan Kehati-hatian, Pada kasus ini Akuntan Publik yang
mengaudit laporan keuangan PT Hanson Internasioanal Tbk  tidak menerapkan
standar teknis terkini sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
Akuntan publik tersebut tidak cermat dalam menggunakan kemahiran
profesionalisme terkait pelaksanaan audit dalam menentukan apakah Laporan
keuangan PT Hanson Internasional Tahun 2016 terdapat kesalahan material yang
memerlukan perubahan.
3. Prinsip Perilaku Profesional, Seorang akuntan seharusnya berperilaku konsisten
dengan tanggung jawab profesi untuk bertindak bagi kepentingan publik dalam
semua aktivitas profesional.  Pada kasus ini akuntan publik yang mengaudit
laporan keuangan tidak menerapkan perilaku profesional, karena mengeluarkan
opini WTP terhadap laporan keuangan yang jelas jelas secara material terdapat
salah saji. Hal tersebut terjadi akibat akuntan publik selaku auditor tidak
melakukan standar teknis secara profesional dalam melakukan penyelidikan dan
pengumpulan bahan.

Kesimpulan kasus

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kasus pelanggaran


etika profesi pada PT Hanson Internasional Tbk disebabkan karena adanya
manipulasi laporan keuangan berupa window dressing yang sengaja dilakukan.
Pelanggaran prinsip etika profesi akuntan yang terjadi yaitu Integritas, Kompetensi,
Kehati-hatian dan Perilaku Profesional. Seharusnya PT Hanson Internasional Tbk
dan pihak yang terlibat harus bertindak secara profesional dan jujur. Jika
pelanggaran seperti ini terus terjadi, hal tersebut dapat membuat hilangnya
kepercayaan publik terhadap integritas dari para pelaku jasa keuangan. Oleh karena
itu, agar tidak terjadi krisis kepercayaan publik. Sebagai tenaga profesional, akuntan
diharapkan untuk terus mematuhi prinsip etika yang berlaku.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Semua Etika Profesi Akuntansi ini sebagai dasar atau pedoman bagi seorang
akuntan di dalam menjalankan tugas, hak dan kewajibannya. Untuk itu semua dasar-
dasar Etika Profesi Akuntansi ini harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik.
Tujuan dari adanya kode etik adalah menjadikan akuntan yang berintegritas, objektif,
jujur, professional dalam melakukan pekerjaan serta menjunjung tinggi harkat dan
martabat seorang akuntan.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah agar semua calon akuntan dan akuntan
dapat mentaati etika profesi yang sudah dibuat. Tujuan mempelajari etika bisnis sejak
dini sangat baik untuk kelangsungan dalam bekerja nanti jika sebagai seorang
akuntan, baik akuntan public maupun akuntan swasta.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9663214/
Etika_Profesi_Akuntansi_The_Sarbanes_Oxley_Act_full_ . (Diakses pada tanggal 30
September 2022)

https://www.kompasiana.com/
diahayupuspitasari7942/62d3b41bbb448622205cf682/pelanggaran-etika-profesi-
akuntan-pada-kasus-manipulasi-laporan-keuangan-pt-hanson-inte (Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai