Anda di halaman 1dari 14

BAB 7

ETIKA BISNIS DAN LINGKUNGAN

Mata kuliah : Etika Bisnis


Oleh Kelompok 7 :

1. Dityanita Kurnia Putri (1903102013)


2. Darulia Ratna (1903102027)
3. Ratih Dwi Novitasari (1903102031)
4. Widia Ekawati (1903102046)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Uniersitas PGRI Madiun

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
ISI MATERI .............................................................................................................................. 4
A. HUBUNGAN BISNIS DAN LINGKUNGAN .............................................................. 4
B. POLUSI DAN BERKURANGNYA SUMBER DAYA ALAM.................................... 5
C. ETIKA UNTUK MENGENDALIKAN POLUSI .......................................................... 6
D. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ....................................................................... 7
E. ETIKA MENJAGA SUMBER DAYA .......................................................................... 8
F. STUDI KASUS ............................................................................................................... 9
1. Kasus I, PT. Lapindo Brantas...................................................................................... 9
2. Kasus II, PT. Megasari Makmur ............................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

2
BAB I
LATAR BELAKANG

Semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi. Karena dalam setiap bisnis
dituntut untuk selalu bersikap profesional dan beretika. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan
oleh manusia,selalu diikuti oleh norma-norma dan etika yang harus dipenuhi supaya tidak
mengganggu dan merugikan orang lain. Namun semakin banyaknya bisnis yang dijalankan,
akan semakin menambah resiko kerusakan lingkungan jika bisnis tersebut dilakukan tidak
sesuai dengan etika yang ada.Bisnis yang etis adalah bisnis yang dapat memberi manfaat
maksimal pada lingkungan, bukansebaliknya, menggerogoti keserasian lingkungan. Kerusakan
lingkungan pada dasarnya berasal daridua sumber yaitu polusi dan penyusutan sumber daya.
Etika lingkungan disini tidak hanyamembicarakan mengenai perilaku manusia terhadap alam,
namun berbicara mengenai relasi diantarasemua kehidupan alam semesta, antara manusia
dengan manusia yang mempunyai dampak terhadap alam, dan antara manusia dengan makhluk
lain atau dengan alam secara keseluruhan, termasukdengan kebijakan politik dan ekonomi yang
berhubungan atau berdampak langsung atau tidak denganalam.Kemajuan teknologi saat ini
sangat mendukung berkembangnya sebuah bisnis.Teknologidimanfaatkan manusia sebagai
sarana untuk memudahkan pekerjaan dan menjaga kelancaran dan keefektifan dalam berbisnis
jika teknologi digunakan sebagaimana mestinya dan sesuai etika yangada. Segala sesuatu yang
dilakukan manusia akan berhasil baik jika dilakukan dengan cara yangbenar dan sesuai dengan
aturan-aturan moral yang berlaku.

3
BAB II

ISI MATERI

A. HUBUNGAN BISNIS DAN LINGKUNGAN

Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan


lingkungan, dengankata lain bisnis merupakan kegiatan pengelolaan sumber-sumber
ekonomi yang disediakan olehlingkungan. Di samping itu, bisnis tidak terlepas dengan
adanya faktor-faktor lingkungan yangmendukung maupun yang menghambat atas
tujuan yang ingin dicapai bisnis. Di lain pihak lingkunganbisnis merupakan seluruh
karakter dan faktor yang dapat mempengaruhi baik secara langsungmaupun tidak
terhadap bisnis. Sebaliknya bisnis dapat secara langsung maupun tidak
dapatmempengaruhi atau menciptakan pengaruh terhadap lingkungannya.Oleh karena
itu, interaksi antara bisnis dan lingkungannya atau sebaliknya menjadi
temapencermatan yang cukup penting dan sangat urgen bagi kegiatan bisnis terhadap
masyarakat.Sehingga eksistensi bisnis layak diterima atau memberikan pengaruh
tertentu yang positif atau negatifterhadap lingkungannya. Secara umum lingkungan
bisnis dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu lingkungan eksternal dan
lingkungan internal.

1) Lingkungan Eksternal
Lingkungan Eksternal adalah semua faktor atau pihak-pihak atau variabel
dinamis yang beradadi luar bisnis atau perusahaan. Jika perusahaan didirikan di
suatu daerah atau Negara di dalamsuatu sIstem masyarakat, maka praktis
perusahaan ini merupakan bagian yang tak terpisahkandengan masyarakat ini, dan
merupakan sub sIstem masyarakat yang sudah tentu dituntut untuk berperilaku
harmoni dengan semua unsur di dalam masyarakat. Unsur-unsur tersebut
dapatdikelompokkan menjadi beberapa unsur:
a) Unsur Hukum yang berlaku di masyarakat
b) Unsur Budaya atau Kultur di masyarakat
c) Unsur Agama atau Kepercayaan
4
d) Unsur Politik Pemerintahan
e) Unsur Ekonomi Umum
f) Unsur Sosial atau Masyarakat
g) Unsur Geografik
h) Unsur Pendidikan.

Faktor/pihak yang bersifat Dinamis tersebut jelas akan ada pengaruhnya


baik bersifat langsungmapun tidak langsung terhadap bisnis. Dan dalam banyak hal
lingkungan eksternal ini merupakanvariable strategis dan memiliki dimensi jangka
panjang dan secara strategis sering menentukanpeluang maupun tantangan yang
akan dihadapi bisnis.Variabel atau faktor-faktor lingkungan eksternal ini relatife
sulit dapat dikendalikan olehbisnis,lebih sering bisnis mengikuti dan menyesuaikan
terhadap perubahan atau dinamika darivariable eksternal ini.

2) Lingkungan Internal
Lingkungan Internal merupakan sejumlah faktor, variabel atau atribut-atribut
yang melekat padavariabel atau faktor tersebut yang berada di lingkungan bisnis
dan cukup langsung mempengaruhibisnis, antara lain yaitu Tenaga Kerja, Modal,
Alat-alat, Sistem Manajemen, sarana dan prasaranayang tersedia di dalam
perusahaan.Dalam interaksinya mereka secara terorganisasi cepat dapat
dikendalikan oleh manajemenperusahaan dan secara langsung dapat dipengaruhi.
Tingkat pengendaliannya relative lebihmudah dilakukan, karena perusahaan
memiliki Bargaining Power yang cukup kuat untuk mempengaruhi variabel-
variabel ini sesuai dengan sasaran dan tujuan perusahaan.

B. POLUSI DAN BERKURANGNYA SUMBER DAYA ALAM

Etika bisnis dalam hubungannya dengan lingkungan adalah masalah polusi


yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan serta berkurangnya sumber daya karena
eksploitasi berlebihan untuk bahan produksi. Kedua permasalahan tersebut merupakan
permasalahan utama etika bisnis lingkungan. Polusi di sini dapat terjadi di udara, air,
serta tanah. Polusi udara terjadi ketika udara mengandung gas rumah hijau yang
menyebabkan pemanasan global, chlorofluorocarbons yang menyebabkan
berkurangnya lapisan ozon. Padahal lapisan ozon diperlukan untuk melindungi
makhluk hidup dari radiasi ultraviolet. Di udara yang terjadi polusi juga mengandung

5
sulfur oksida yang menyebabkan hujan asam. Kemudian terdapat pula berbagai macam
racun yang menyebar melalui udara. Polusi udara diakibatkan oleh kendaraan bermotor
serta berbagai industri. Polusi air termasuk limbah organis dan berbagai polutan
anorganik, seperti salt brines, acids, heavy metals, asbestos, and polychlorinated
biphenyls (PCBs).

Polusi tanah terjadi karena banyaknya sampah yang dihasilkan oleh manusia.
Ketika dunia semakin modern, maka sampah pun menjadi semakin banyak. Manusia
mengkonsumsi makanan dan banyak makanan olahan menggunakan kemasan yang
tidak ramah lingkungan. Polusi tanah juga diakibatkan oleh racun kimia, selain
sampah rumah tangga dan industri. Banyak sumber daya alam sekarang menjadi
makin langka. Antara lain spesies hewan dan tanaman menjadi langka bahkan
terancam punah karena adanya perubahan iklim dan musnahnya habitat alamiahnya.
Demikian pula sumber minyak bumi dan berbagai mineral, seperti besi, aluminium,
indium, tantalum dan sebagainya sebagai bahan produksi industri sekarang makin
menipis persediaan di muka bumi ini. Inilah perlunya etika dalam menjalankan bisnis,
sehingga para pelaku bisnis tidak hanya mementingkan keuntungan saat ini, namun
juga memikirkan generasi masa depan. Jangan menghabiskan semua sumber daya
alam saat ini. Cadangan harus dikelola untuk kemaslahatan umat manusia di masa
depan. Jangan sampai kepunahan sumber daya alam berakibat fatal terhadap
kehidupan manusia di muka bumi ini.

C. ETIKA UNTUK MENGENDALIKAN POLUSI

Ada beberapa pendekatan etika dalam upaya pengendalian masalah-masalah


yang berhubungan dengan polusi. Pandangan pertama adalah etika ekologi. Dalam
etika ekologi terdapat pandangan bahwa merusak lingkungan itu adalah tindakan yang
salah. Hal ini karena lingkungan memiliki nilai tersendiri. Sehingga walaupun klaim
pemanfaatan lingkungan untuk manusia kalau prosesnya dilalui dengan merusak
lingkungan, maka tindakan tersebut secara etika adalah salah.

Banyak film dibuat dengan cerita hancurnya dunia akibat ulah manusia. Alam
menjadi rusak dan terganggu, sehingga kiamat akibat bencana yang ditimbulkan
manusia digambarkan dengan sangat tragis. Argumen ‘the last man’ (penghuni
terakhir bumi) yang sering digambarkan dalam film, mendukung pandangan etika
ekologi. Di masa depan digambarkan kondisi bumi yang hancur. Namun para

6
survivors atau manusia penyintas yang selamat dari bencana alam tetap menghargai
bumi walau pun bumi tidak dapat lagi menyediakan semua kebutuhan manusia secara
berlimpah seperti jaman sekarang.

Pandangan kedua adalah hak atas lingkungan yang bersih polusi dan bermanfaat
untuk manusia. William T. Blackstone adalah orang yang menggambarkan bahwa
kehidupan lingkungan yang sehat itu tidak saja berkaitan dengan kenyamanan, namun
juga merupakan hak manusia (Blackstone, 1974). Oleh karena itu, pihak mana pun
yang mengakibatkan polusi adalah salah karena tiap manusia berhak atas kehidupan
lingkungannya yang sehat.

Pandangan ketiga memperlakukan polusi sebagai suatu ‘biaya eksternal’ yang


merusak pasar. Hal ini karena akan berakibat kelebihan produksi dan menjadikan
jatuhnya harga barang. Pandangan lainnya beranggapan bahwa degradasi lingkungan
berakar dari sistem sosial yang cenderung bersifat hirarki dan dominan (pandangan
ekologi sosial) atau adanya dominasi lelaki terhadap alam dan perempuan (pandangan
ecofeminism). Oleh karena itu, menurut pandangan ekologi sosial dan ecofeminism,
sistema sosial di masyarakat seperti ini lah yang harus diperbaiki terlebih dahulu agar
dapat mengendalikan ancaman lingkungan.

D. TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN

Perusahaan memiliki tanggung jawab melakukan konservasi alam dalam rangka


mengendalikan makin menipisnya sumberdaya alam. Beberapa para ahli ilmu etika
berpendapat bahwa konservasi merupakan kewajiban etis.

Sejak tahun 1980-an tren perusahaan yang peduli dan berinisitiaf untuk
melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin meningkat
(Drumwright, 1994; Varadarajan & Menon, 1988). Keyakinan para pelaku bisnis
semakin menguat bahwa CSR adalah suatu keharusan ekonomi dalam pasar nasional
maupun global (Sen & Bhattacharya, 2001). Konsep CSR semakin mempengaruhi
bagaimana jalannya bisnis. Sebagian perusahaan telah melakukan re-branding nilai-
nilai dasarnya dan memasukkan konsep CSR.

Program CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
perusahaan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan isi pasal 74 UndangUndang nomor 40

7
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang membahas tentang tanggung jawab sosial
dan lingkungan yang berlaku bagi perseroan yang mengelola/memiliki dampak
terhadap sumberdaya alam. Undang-undang tersebut mewajibkan industri atau
perusahaan untuk menerapkan program CSR. Apabila tidak melaksanakan kewajiban
tersebut, perusahaan akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Penelitian dari Cochran dan Wood (1984) menunjukkan hubungan yang positif
antara CSR dengan kinerja perusahaan. Hasil tersebut didukung oleh Harjoto dan Jo
(2011) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh pada kinerja operasi dan nilai
perusahaan. CSR dapat dipandang sebagai aset strategis dan kompetitif bagi perusahaan
di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. CSR dapat memberi banyak
keuntungan (Susiloadi, 2008), yaitu:

1. Peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik.
2. Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar. Substansi
keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu
sendiri di sebuah kawasan, dengan jalan membangun kerja sama antar stakeholder
yang difasilitasi oleh perusahaan.
3. Mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat dipandang sebagai social
marketing bagi perusahaan tersebut yang juga merupakan bagian dari corporate
image building. Social marketing akan dapat memberikan manfaat dalam
pembentukan brand image suatu perusahaan.

E. ETIKA MENJAGA SUMBER DAYA

CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela


mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial dalam operasinya dan
interaksinya dengan stakeholders (Kusumadilaga, 2010). Konsep CSR ini
mempertimbangkan tiga aspek keadilan, yaitu: keadilan dalam hal ekonomi, sosial, dan
lingkungan. CSR merupakan komitmen perusahaan untuk terus bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan ikut dalam meningkatkan ekonomi, kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kualitas masyarakat secara luas. CSR
bertujuan untuk menyeimbangkan tanggung jawab perusahaan dalam hal ekonomi,
lingkungan, dan sosial (van Marrewijk, 2003; Montiel, 2008). Industri dan perusahaan
di Indonesia berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan

8
mempertimbangkan pula faktor sosial dan lingkungan sekitar. CSR berhubungan erat
dengan “pembangunan berkelanjutan”.

Perusahaan, baik privat maupun publik, yang ingin menerapkan konsep


pembangunan berkelanjutan (sustainability development) dan maju harus
memperhatikan konsep Triple P, yaitu: Profit, Planet, and People. Faktor 3P ini
merupakan konsep Triple Bottom Line (Elkington, 1997). “Profit” adalah aspek
ekonomi, “planet” adalah aspek lingkungan dan “people” sebagai aspek sosial. Profit
dalam hal ini adalah mengejar keuntungan agar dapat memenuhi operasional
perusahaan dan mampu meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. People adalah
pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan planet dalam hal ini adalah
perusahaan harus memperhatikan dan menjaga kelestarian alam. Bila dikaitkan dengan
konsep Triple Bottom Line yang terdiri dari aspek keuangan, aspek sosial dan aspek
lingkungan perusahaan tersebut, pembangunan berkelanjutan meliputi kesejahteraan
atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan
(environmental quality) dan keadilan sosial (social justice).

F. STUDI KASUS

1. Kasus I, PT. Lapindo Brantas

Contoh kasus kerusakan lingkungan diantaranya adalah semburan lumpur panas PT.
Lapindo Brantas yang bermula tahun 2006. Hingga saat ini semburan masih kerap
keluar di tempat yang berbeda. Dampak langsung semburan ini adalah rusaknya
Daerah Aliran Sungai Kali Brantas, lumpur merubah bentang alam, jalan tol tidak
berfungsi selama beberapa waktu, tergenangnya desa-desa di Kecamatan/Kelurahan
Porong, Jabon, Tanggulangin dan sekitarnya. Selain itu, lebih dari 8.200 jiwa harus
dievakuasi, rusaknya lahan perkebunan dan pertanian milik warga, hilangnya
pekerjaan bagi ribuan orang tenaga kerja serta terhentinya aktifitas pabrik-pabrik
lain sehingga terpaksa menghentikan aktifitas produksi dan merumahkan ribuan
tenaga kerja.
Analisis:

9
Pada kasus diatas dapat dilihat bahwa PT. Lapindo Brantas telah menyalahi etika
berbisnis. Dalam berbisnis kita juga harus memperhatikan faktor kelestarian
lingkungan sekitar kita yang juga dapat menopang usaha bisnis tersebut. Seharusnya
PT. Lapindo Brantas sudah dapat menghitung atau memperkirakan bahaya atau
dampak yang akan ditimbulkan bila melakukan pengeboran. Perusahaan harus tahu
seberapa batas yang sewajarnya dilakukan pengeboran. Karena ulah perusahaan
tersebut, banyak pihak yang dirugikan, baik makhluk hidup disekitarnya juga
dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini tentunya harus menjadi pembelajaran
bagi kita semua, terutama perusahaan-perusahaan besar yang ingin membuat suatu
usaha atau tindakan bagi perusahaannya agar lebih memikirkan faktor lingkungan
disekitar wilayah yang bersangkutan.

2. Kasus II, PT. Megasari Makmur

Perjalanan obat nyamuk bermula pada tahun 1996, diproduksi oleh PT. Megasari
Makmur yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. PT. Megasari
Makmur juga memproduksi banyak produk seperti tisu basah, dan berbagai jenis
pengharum ruangan. Obat nyamuk HIT juga mengenalkan dirinya sebagai obat
nyamuk yang murah dan lebih tangguh untuk kelasnya. Selain di Indonesia HIT juga
mengekspor produknya ke luar Indonesia.
Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur dinyatakan
ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif Propoxur dan Diklorvos yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian,
dalam hal ini Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan
menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan manusia seperti
keracunan terhadap darah, gangguan syaraf, gangguan pernapasan, gangguan
terhadap sel pada tubuh, kanker hati dan kanker lambung.
HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk ampuh dan murah ternyata sangat
berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat
turunan Chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat
anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A (jenis semprot)
dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan
melaporkan PT Megarsari Makmur ke Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada
tanggal 11 Juni 2006. Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang

10
mengalami pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara
yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.
Analisis:
Dalam perusahaan modern tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering
didistribusikan kepada sejumlah pihak yang bekerja sama dan terdiri atas tindakan
atau kelalaian orang-orang yang berbeda yang bekerja sama sehingga tindakan atau
kelalaian mereka menghasilkan tindakan perusahaan, lantas siapa yang
bertanggupng jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama ini ?
Dari sudut pandang tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara
sadar dan bebas apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral
bertanggung jawab. Namun mendapat kritikan dalam pandangan ini bahwa ketika
kelompok terorganisasi seperti perusahaan bertindak bersama – sama dan melakukan
tindakan kelompok maka kelompoklah yang harus bertanggung jawab atas tindakan
tersebut.
Kemudian terdapat bantahan selanjutnya dari pandangan tradisional bahwa apabila
dibebankan dalam tindakan kelompok, hal ini tidak merubah moralitas setiap
individu yang bekerjasama dalam tindakan kelompok tersebut secara sukarela dan
bebas, secara moral individu – individu ini akan bertanggung jawab atas tindakan
itu.
Namun demikian, Seseorang yang bekerja dalam struktur birokrasi organisasi besar
tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiap tindakan perusahaan yang
turut dia bantu, seperti seorang sekretaris, juru tulis, atau tukang bersih-bersih di
sebuah perusahaan. Faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan
dalam organisasi perusahaan birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan
menghilangkan tanggung jawab moral orang itu.

Dari Kasus diatas perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip
kejujuran, yaitu untuk mendapatkan laba besar dan ongkos produksi yang minimal.
Mengeyampingkan aspek kesehatan konsumen dengan penggunaan zat berbahaya
dalam produknya.

Penyelesaian Masalah yang dilakukan PT. Megasari Makmur dan Tindakan


Pemerintah
Pihak produsen (PT. Megasari Makmur) menyanggupi untuk menarik semua produk

11
HIT yang telah dipasarkan dan mengajukan izin baru untuk memproduksi produk
HIT Aerosol Baru dengan formula yang telah disempurnakan, bebas dari bahan
kimia berbahaya. HIT Aerosol Baru telah lolos uji dan mendapatkan izin dari
Pemerintah. Pada tanggal 08 September 2006 Departemen Pertanian dengan
menyatakan produk HIT Aerosol Baru dapat diproduksi dan digunakan untuk rumah
tangga (N0. RI. 2543/9-2006/S).Sementara itu pada tanggal 22 September 2006
Departemen Kesehatan juga mengeluarkan izin yang menyetujui pendistribusiannya
dan penjualannya di seluruh Indonesia.

12
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa semua kegiatan
bisnis yang dilakukan merupakan sebuah profesi yang menuntut profesionalisme dan ketaatan
terhadap kode etik yang berlaku. Jika suatu bisnis dilakukan terlalu berlebihan dan sering
menyimpang dari kode etik maka akan menimbulkan beberapa kerusakan lingkungan seperti:
Akumulasi bahan beracun, Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect), Perusakan Lapisan Ozon,
Hujan Asam (Acid Rain), Deforestasi dan Penggurunan, serta Keanekaragaman Hayati
(biodiversity).

13
DAFTAR PUSTAKA

Said, L. R. (2019). Buku Ajar Etika Bisnis. Penerbit Lakeisha, Klaten.

14

Anda mungkin juga menyukai