PELATIHAN
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
ISI MATERI .............................................................................................................................. 4
A. PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PEMBELAJARAN ............................................ 4
B. FAKTOR PENYEBAB PERLUNYA PELATIHAN ..................................................... 4
C. PROSES PELATIHAN YANG EFEKTIF ..................................................................... 6
a. Penentuan Kebutuhan Pelatihan .................................................................................. 6
b. Peserta Pelatihan ......................................................................................................... 8
c. Tempat Pelatihan ......................................................................................................... 8
d. Materi dan Isi Pelatihan............................................................................................... 9
e. Pemberian Pelatihan .................................................................................................... 9
f. Evaluasi Pelatihan ..................................................................................................... 10
D. PENDEKATAN DALAM PEMBERIAN PELATIHAN ............................................ 10
E. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN ....................................................................... 12
F. PENYEBAB KEGAGALAN PELATIHAN ................................................................ 12
BAB III .................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14
2
BAB I
LATAR BELAKANG
Salah satu strategi pelatihan yang efektif adalah pelatihan yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu dan departemen. Setiap individu atau departemen di perusahaan memiliki
kebutuhan pelatihan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pelatihan harus disesuaikan dengan
kebutuhan individu atau departemen agar dapat memperoleh manfaat maksimal dari pelatihan.
Selain itu, pelatihan juga harus terukur untuk mengevaluasi efektivitasnya. Evaluasi dapat
dilakukan melalui pengukuran sebelum dan setelah pelatihan, atau melalui pengukuran tingkat
partisipasi dan dampak pelatihan pada kinerja karyawan dan perusahaan secara keseluruhan.
Pelatihan TQM juga harus menjadi bagian dari program pengembangan karyawan dan
pengembangan karir. Karyawan yang terlibat dalam program pengembangan karyawan dan
pengembangan karir cenderung lebih termotivasi dan terlibat dalam pelatihan, karena mereka
melihat bahwa pelatihan adalah bagian dari upaya perusahaan untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan mereka. Dalam hal ini, pelatihan juga harus menjadi bagian dari
strategi manajemen kinerja. Pelatihan dapat membantu memperbaiki kinerja karyawan dan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
3
BAB II
ISI MATERI
4
2. Persaingan global
Agar dapat memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu menghasilkan
produkyang lebih baik dan lebih murah daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan
senjata yangampuh untuk menghadapi persaingan agar tetap survive dan memiliki
dominasi. Senjatatersebut adalah pendidikan dan pelatihan.
3. Perubahan yang cepat dan terus-menerus
Perubahan terjadi dengan cepat dan berlangsung terus-menerus. Pengetahuan
danketerampilan yang masih baru ini mungkin besok pagi sudah menjadi usang.
Dalamlingkungan seperti ini sangat penting memperbaharui kemampuan karyawan
secara konstan. Organisasi yang tidak memahami perlunya pelatihan tidak mungkin
dapat mengikuti perubahan tersebut.
4. Masalah-masalah alih teknologi
Hambatan utama terhadap efektivitas proses alih teknologi adalah ketakutan
(kekhawatiran) akan perubahan dan ketidaktahuan akan teknologi baru tersebut.
Hambatan tersebut dapatdiatasi dengan pelatihan.
5. Perubahan keadaan demografi
Untuk mengatasi perbedaan budaya, sosial, dan jenis kelamin dibutuhkan
pelatihan,komitmen, dan perhatian.
5
Hubungan karyawan yang Iebih harmonis
Mengubah budaya perusahaan
Menunjukkan komitmen managemen terhadap kualitas
Sering ada yang berpendapat bahwa pelatihan hanya berkaitan secara langsung
dengan pekerjaan. Edward Deming menyatakan bahwa apabila pelatihan terlalu
difokuskan pada aplikasi langsung merupakan pandangan yang keliru. Berbagai macam
pembelajaran dapat memberikan keuntungan yang tidak dapat diprediksi.
6
Manajer dapat mewawancarai para karyawan agar mereka
mengungkapkan kebutuhan mereka berdasarkan keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki. Karyawan mengetahui tugas yang harus. mereka
kerjakan setiap hari. Mereka juga mengetahui tugas mana yang dapat
mereka kerjakan dengan baik, mana yang tidak. dan mana yang tidak dapat
mereka kerjakan sama sekali. Sesi branstorming sangat efektif dalam proses
perbaikan yang berkesinambungan bila karyawan bersedia mengemukakan
pikiran dan pendapatnya.
Survei job task analysis
Dalam pendekatan ini dilakukan analisis terhadap dua aspek utama.
Pertama, aspek pekerjaan secara kescluruhan. Kedua, aspek pengetahuan,
keterampilan, serta sikap yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut. Berdasarkan informasi dan hasil analisis tersebut, maka instrument
survei dikembangkan dan disebarkan pada karyawan yang masih
melaksanakan pekerjaan yang diteliti.
Dalam mengembangkan instrumen survei ada baiknya melibatkan
karyawan yang akan disurvei agar informasi yang diperoleh lengkap dan
tidak mengabaikan kriteria-kriteria seperti ketrampilan kerja sama tim,
sensitivitas terhadap umpan balik pelanggan (terutama pelanggan internal)
dan keterampilan interpersonal.
Focus group
Dalam metode ini, kelompok-kelompok karyawan tertentu diminta untuk
membicarakan siklus kualitas mereka yang berkaitan dengan pelatihan.
Rapat yang dilakukan tanpa manajer atau penyelia tersebut akan menjadi
lebih terbuka untuk menyadari bahwa mereka memerlukan pelatihan.
Sistem saran
Dalam sistem saran organisasi (baik melalui kotak saran, maupun saran
yang diajukan secara langsung) juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
2. Melakukan penilaian kebutuhan secara periodik untuk mengidentifikasi topik-
topik yang baru.
7
3. Menggunakan proses identifikasi kebutuhan berkelanjutan yang meliputi
evaluasiterhadap pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan dan saran dari unit
bisnis maupun paramanajer akan diperlukannya suatu Pelatihan baru.
4. Melakukan benchmark terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri
yangsama untuk menentukan apa yang mereka lakukan dan di mana mereka
melaksanakan program pelatihannya.
b. Peserta Pelatihan
Perusahaan yang ingin memperoleh manfaat dari TQM dan SPC harus
memberikan pelatihan pada setiap orang di perusahaan tersebut. Manajemen
eksekutif terlebih dahulu harus diberi pengertian mengenai orientasi terhadap
filosofi TQM, termasuk eksplorasi,mengenai TQM, manfaat implementasi TQM,
hambatan untuk mencapai kesuksesan, danpenggunaan alai-alat TQM/SPC.
Komponen pelatihan yang penting bagi manajemen eksekutif meliputi peranan dan
tanggung jawab manajemen, serta perencanaan strategis dan operasional.Manajer
level menengah atau penyelia diberi pelatihan seperti manajemen eksekutif.
Tetapi perbedaannya adalah bahwa aspek perencanaan strategic lebih banyak
ditekankan pada pelatihan bagi manajemen eksekutif. Waktu pelatihan lebih
dialokasikan untuk alat dan teknik-teknik TQM/SPC dengan tambahan sedikit
perhatian pada masalah lingkungan dan aktivitas perilaku yang akan mendukung
TQM/SPC.Pelatihan pada staf teknis/profesional ditekankan pada keterampilan
pemecahan masalah dengan menggunakan alat dan teknik kuantitatif, seperti
diagram Pareto, distribusi frekuensi,histogram, perencanaan sampling, konstruksi
diagram pengendalian, dan interpretasinya.Pelatihan juga diberikan pada individu-
individu yang akan berperan sebagai pelatih atau facilitator dalam in-house training
mengenai TQM/SPC.
c. Tempat Pelatihan
8
Sedangkan keunggulan off-site training antara lain:
Memberikan kesan kepada karyawan bahwa kualitas itu sungguh-sungguh
penting, sehingga perusahaan berupaya untuk mengadakan pelatihan di luar
perusahaan.
Gangguan lebih sedikit
Lebih sedikit interupsi
Educational setting yang ada lebih sesuai dengan ukuran dan komposisi kelas.
e. Pemberian Pelatihan
9
1) Membentuk kualitas dari awal. Lakukan dengan benar dari awal (do it right
from the first time).
2) Merancang dari yang kecil Jangan mencoba untuk menyelenggarakan pelatihan
bagi semua orang mengenai segala hal. Buat kegiatan yang spesifik dengan
tujuanyang spesifik.
3) Berpikir kreatif. Jangan menganggap bahwa pendekatan tradisional adalah
yangterbaik. Penggunaan video, video interaktif, atau one-on-one peer training
mungkinlebih efektif untuk keadaan tertentu.
4) Melihat-lihat dulu. Sebelum membeli jasa pelatihan, lakukan analisis
menyeluruhterhadap tujuan pekerjaan yang spesifik. Putuskan apa yang
diinginkan dan yakinkan perusahaan yang diajak dalam perjanjian tersebut.
5) Preview dan customize. Jangan pernah membeli produk pelatihan (video,
manual,dan sebagainya) tanpa meninjaunya terlebih dahulu.
f. Evaluasi Pelatihan
Evaluasi pelatihan dimulai dari pernyataan tujuan yang jelas. Tujuan yang luas tidak
akan membingungkan bila di buatkan sasaran pelatihan yang lebih spesifik. Tujuan
pelatihan merupakan konsep yang luas. Sasaran tersebut menerjemahkan tujuan
tersebut menjadilebih spesifik dan dapat diukur.Untuk mengetahui apakah
pelatihan telah meningkatkan kinerja, manajer perlu mengetahui 3 hal berikut:
Apakah pelatihan yang diberikan itu sahih (valid)?
Apakah karyawan mempelajarinya?
Sudahkah kegiatan pembelajaran tersebut menimbulkan perbedaan?
Ada tiga macam pendekatan pokok dalam pemberian pelatihan, yaitu pendekatan
internal,pendekatan eksternal, dan pendekatan kemitraan.
10
1) Pendekatan Internal
Pendekatan internal adalah pendekatan yang digunakan untuk memberikan
pelatihandengan fasilitas organisasi.
2) Pendekatan Eksternal
Pendekatan eksternal adalah pendekatan yang dilak
mendaftarkankaryawan pada program atau kegiatan yang diberikan oleh lembaga
pemerintah, lembagaswasta, organisasi profesional, dan perusahaan pelatihan
swasta..
3) Pendekatan Kemitraan
Kemitraan dengan perguruan tinggi memberikan keuntungan kepada perusahaan
yang inginmenyelenggarakan pelatihan bagi karyawannya. Perguruan tinggi
memiliki tenagaprofesional dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Mereka sangat
memahami cara mentransformasikan tujuan pelatihan ke dalam materi pelatihan
yang bersifat customized.
Terlepas dari pendekatan yang digunakan dalam memberikan pelatihan, menurut
Juran ada tiga keputusan penting yang harus dibuat berkaitan dengan pelatihan.
a) Apakah pelatihan bersifat suka rela atau wajib?
Bila pelatihan merupakan bagian yang penting dari TQM dan organisasi komite
terhadap TQM, maka pelatihan seharusnya bersifat wajib.
b) Bagaimana pelatihan seharusnya dirangkai?
Meskipun penekanan dalam lingkungan TQM adalah bottom up dalam hal
jumlah pelatihan yang diberikan, rangkaian pelatihan bersifat top-down.
Dengan kata lain, manajer menerima pelatihan yang lebih sedikit daripada
karyawan, tetapi mereka menerimanya pertama kali.
c) Apa yang seharusnya diajarkan?
Materi pelatihan disesuaikan dengan sasaran organisasi mengenai kualitas,
produktifitas, dan daya saing. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab ini,
kebutuan akan pelatihan ditentukan dengan membandingkan antara
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan utnutk mencapai sasaran
organisasi. Gap antara apa yang dibutuhkan dan apa yang ada saat ini dapat
ditutup dengan memberikan pelatihan yang tepat.
11
E. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Prinsip-prinsip pembelajaran merangkum apa yang diketahui dan diterima secara luas
mengenai bagaimana orang belajar. Pelatih dapat melaksanakan tugasnya dengan
lebihbaik bila memahami prinsip-prinsip berikut:
Orang akan belajar sebaik-baiknya bila mereka siap untuk belajar.
Orang belajar lebih mudah apabila apa yang mereka pelajari dapat dikaitkan
dengansesuatu yang sudah mereka ketahui.
Orang belajar sebaik-baiknya dengan cara setahap demi setahap.
Orang belajar dengan melakukannya (learning by doing).
Semakin sering seseorang menggunakan apa yang ia pelajari, semakin baik
ingatan dan pemahamannya.
Sukses dalam belajar cenderung merangsang untuk belajar lebih banyak
Orang butuh umpan balik dengan segera dan terus-menerus untuk mengetahui
apakah mereka telah belajar.
Tidak selamanya suatu pelatihan yang dilakukan akan berhasil bahkan banyak pelatihan
yang gagal. Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan suatu pelatihan.Juran
mengemukakan 2 penyebab utama yang lebih serius dan seringkali terjadi, yaitu:
Kurangnya partisipasi manajemen dalam perencanaan
Setiap orang perlu level operasional perlu dilibatkan dalam perencanaan
pelatihan.Dengan demikian manajemen dan level operasional bersama-sama
merencanakan kebutuhan akan pelatihan.
Jangkauan (scope) yang terlalu sempit.
Pelatihan yang bertujuan memperbaiki kualitas harus dimulai dari aspek yang
luasdan umum, baru ke aspek yang lebih spesifik. Seringkali organisasi
langsungmemberikan pelatihan mengenai aspek-aspek TQM tertentu sebelum
parakaryawannya memahami kerangka umumnya.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14