ORGANISASI
Disusun Oleh:
Tiara Azka Nadhifa 1511421166
Wilda Angelique Nabasa Manurung 1511421173
Chelinta Dyah Arum 1511421185
Jevon Ezekiel Susanto 1511421192
Rizky Tri Saputra 1511421197
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Training dan Evaluasi pada Industri dan Organisasi”. Makalah
ini dibuat dan diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Industri
dan Organisasi yang diampu Ibu Rahmawati Prihastuty, S. Psi., M. Si. dan
Bapak Amri Hana Muhammad, S. Psi., M. A.. Selain itu, tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai ilmu psikologi industri dan
organsisasi terutama training dan evaluasi secara mendalam.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat membangun
akan kami terima dengan senang hati. Harapannya dengan makalah ini, dapat
memberi manfaat serta pengetahuan baru bagi kami serta yang membaca
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1. 2. Rumusan Masalah
1. 2. 1. Apa itu training dan evaluasi?; dan
1. 2. 2. Bagaimana pembahasan mengenai keduanya?
1. 3. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui mengenai training dan evaluasi dalam
perusahaan dan/atau organisasi melalui kacamata ilmu psikologi industri
dan organisasi.
BAB II. PEMBAHASAN
2. 1. Training
2. 1. 1. Definisi Training
Training atau pelatihan pada hakikatnya merupakan suatu
proses belajar. Beardwell and Holden dalam Milhem (2014)
menyatakan bahwa training atau pelatihan merupakan suatu proses
terencana yang digunakan untuk mengubah sikap, pengetahuan,
keterampilan dan perilaku melalui pengalaman belajar untuk
mencapai kinerja yang efektif dalam suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan tertentu. Pelatihan bersifat spesifik dan manfaatnya dapat
secara langsung diterapkan dalam lingkungan perusahaan atau
organisasi (Bariqi, 2018), dari definisi ini adanya training pasti
memiliki tujuan bagi peserta. Tujuannya adalah sebagai berikut.
1. Memacu kinerja;
2. Meningkatkan keahlian;
3. Mempercepat adaptasi; dan
4. Menumbuhkan semangat kerja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa training atau pelatihan
merupakan suatu proses berencana dan berkelanjutan yang dimana
dalam pengaplikasiannya melibatkan banyak tahapan guna
mencapai manfaat yang diinginkan.
2. 1. 3. Jenis-jenis Training
Menurut Milhem et al. (2014), terdapat dua jenis pelatihan,
yaitu On the Job dan Off the Job Training. On the job training
dilaksanakan di tempat kerja selama hari kerja; off the job training
dilakukan secara off-site dan off-line. Off the Job Training adalah
bentuk pelatihan yang paling banyak dan paling umum digunakan.
2. 1. 3. 1. On the Job Training
On the job training direncanakan, terstruktur,
dan sebagian besar dilakukan di tempat kerja peserta
pelatihan. Terkadang pelatihan jenis ini dilakukan di
tempat atau area pelatihan khusus. Dalam on the job
training, manajer, penyelia, pelatih, dan teman
sejawat menghabiskan banyak waktu dengan peserta
pelatihan untuk mengajarkan rangkaian keterampilan
yang telah ditentukan. Terutama keterampilan atau
kompetensi terkait pekerjaan di lapangan. Karyawan
mempraktekkan langsung.
2. 1. 3. 2. Off the Job Training
Off the job training dapat melibatkan diskusi
kelompok, tutorial tatap muka, kuliah, membaca,
kursus pelatihan, dan lokakarya. Jenis pelatihan ini
memungkinkan peserta untuk belajar dan
menerapkan keterampilan dan pengetahuan baru
dalam konteks kerja yang aman. Tidak semua
masalah kinerja dapat diselesaikan dengan pelatihan
yang tidak seharusnya menggantikan motivasi, alat
atau perlengkapan yang tepat, dan pengawasan yang
tepat. Pelatihan perlu diberikan ketika karyawan
kekurangan keterampilan atau informasi untuk
bekerja secara produktif ketika sumber daya yang
tepat ada untuk menyusun, memberikan, dan
menindaklanjuti pelatihan dan ketika pelatihan
menyelesaikan masalah kinerja. Pemberian pelatihan
di luar pekerjaan akan bermanfaat bila sejumlah
besar staf memiliki persyaratan pelatihan yang
serupa dan bila terdapat keterampilan dan sumber
daya yang memadai untuk merancang dan
menyediakan pelatihan.
2. 1. 4. Model Training
Berikut adalah model-model training berdasarkan Herwina
(2021).
2. 1. 4. 1. Model Induktif
Model induktif merupakan model pelatihan dimana
pelatihan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan serta apa
yang peserta pelatihan rasakan. Terdapat beberapa teknik
dari model induktif ini yaitu 1) teknis fase keakraban: teknik
pelatihan kelompok kecil dan broken square, 2) teknik yang
digunakan dalam Identifikasi: memberikan opini, dan
wawancara, 3) teknik dalam formulasi tujuan: teknik Delphi
dan diskusi kelompok, 4) teknik pada tahap persiapan
program: teknik pemilihan cepat dan secara teknis desain
program, 5) Teknik yang dapat digunakan dalam proses
pelatihan: simulasi, studi kasus, diskusi cerita pemula,
kelompok buzz, pemecahan masalah kritis, forum,
permainan peran, magang, tur lapangan atau observasi
langsung, dan sebagainya, terakhir 6) Teknik ini dapat
digunakan dalam mengevaluasi pelatihan serta hasil dan
pengaruh kegiatan: meliputi respons dan pengajuan
pendapat tertulis.
2. 1. 4. 2. Model Deduktif
Model deduktif merupakan model pelatihan dimana
pelatihan dilaksanakan berdasarkan pertimbangan
karakteristik atau latar belakang peserta. Keuntungan dari
jenis ini adalah bahwa hasil identifikasi dapat diperoleh dari
target yang luas, sehingga terdapat kecenderungan
menyelesaikan pelatihan dengan harga murah dan relatif
efisien daripada model induktif. Model ini memiliki
kelemahan dalam hal efisiensi, karena belum tentu semua
trainee memiliki karakteristik kemampuan yang sama
(berbasis asumsi bahwa semua membutuhkan pelatihan
yang sama).
2. 1. 4. 3. Model Klasik
Pada model klasik pelatihan menyesuaikan media
pembelajaran apa yang ditetapkan kurikulum dengan
kebutuhan belajar peserta atau trainee. Pelatihan berbasis
kesenjangan yang ada diantara kemampuan serta bahan
pelatihan (materi) yang akan dipelajari.
2. 1. 5. 2. Pelaksanaan
1. Presensi peserta pelatihan. Presensi peserta,
menurut hasil observasi menunjukkan bahwa
presensi dilakukan sebelum pelatihan dimulai
untuk mendata kehadiran. Pre-test, post-test, dan
ice breaking bersifat opsional dalam
pelaksanaan pelatihan.
2. Pembukaan pelatihan. Dapat diisi dengan doa,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan
sambutan pimpinan serta ketua perwakilan dari
peserta dan panitia.
3. Materi pelatihan. Pemilihan materi telah sesuai
dengan kebutuhan peserta. Materi ditentukan
dengan menyesuaikan tema yang dikehendaki,
misalnya tema pelatihan pengelolaan konflik
maka materi yang diberikan adalah etika, sikap,
dan simulasi praktik komunikasi dalam
menangani konflik.
4. Penutup pelaksanaan pelatihan. Penutupan
pelatian diisi dengan penyampaian ucapan
terima kasih, pemberian reward kepada
perwakilan peserta, dan kemudian dilaksanakan
proses penilaian atau evaluasi dimana dilakukan
di akhir secara internal.
2. 2. Evaluasi
Upaya untuk mengetahui pencapaian sasaran pelatihan adalah
melalui evaluasi pelatihan. Evaluasi pelatihan adalah proses pengumpulan
hasil untuk menentukan apakah pelatihan efektif (Noe dalam Nuraini et al.
2016). Dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah langkah guna mengukur
perubahan perilaku berupa kompetensi atau keterampilan yang didapat dari
pelatihan. Tujuan dari Evaluasi ini sendiri adalah untuk menganalisis
pengaruh apa yang membuat pelatihan sukses maupun kurang berhasil.
Langkah-langkah evaluasi pelatihan adalah dengan menetapkan tingkat
penilaian kinerja peserta dan pelatih serta nilai rata-rata test peserta selama
pelatihan berlangsung.
2. 3. Studi Kasus
Tabel 2. 1. Studi Kasus Pelatihan
Judul Evaluation of the Effectiveness of Online Training to
Improve Lecturers’ Ability in E-Learning Management
Using the Kirkpatrick Model
Tahun 2022
3. 1. Kesimpulan
Training dan evaluasi merupakan dua konsep penting dalam
psikologi industri yang berkaitan dengan pengembangan karyawan dan
peningkatan kinerja. Training atau pelatihan merupakan suatu proses
berencana dan berkelanjutan yang dimana dalam pengaplikasiannya
melibatkan banyak tahapan guna mencapai manfaat yang diinginkan.
Setelah dilakukan pelatihan, tentu diperlukan penilaian atau evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi pelatihan adalah proses
pengumpulan hasil untuk menentukan apakah pelatihan efektif.
3. 2. Saran
Sebagai calon ilmuwan psikologi ada baiknya jika mempelajari
berbagai cabang ilmu psikologi, sehingga dapat menerapkan ilmu yang ada
guna pemecahan masalah di lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Asir, M., dan Rahmi. (2021). Manajemen dan Metode Pelatihan pada Irwani Pane
Institute. JPI: Jurnal Pendidikan Indonesia (Teori, Penelitian dan Inovasi),
1(2), 1-13.
Nuraini, E., Hermawan, A., Hubeis, A. V., dan Panjaitan, N. K. (2016). Kajian
Evaluasi Pelatihan Program Pengembangan Manajemen. JAM: Jurnal
Aplikasi Manajemen, 14(2), 254-266.