Anda di halaman 1dari 14

BISNIS, LINGKUNGAN HIDUP, DAN ETIS

MATA KULIAH ETIKA KOMUNIKASI BISNIS

Kelas: A3 MANAJEMEN

Dosen: MUHSIN WAHID

OLEH

BASO ARKAAN SYAFAR


ILHAM AKBAR
FERDY RAHMAN

FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1


1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Pembahasan Masalah ...............................................................................2
1.4 Manfaat Pembahasan Masalah .............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN MASALAH .................................................................................5


3.1 Krisis Lingkungan Hidup .....................................................................................5
3.2 Lingkungan Hidup Dan Ekonomi .......................................................................6
3.3 Hubungan Manusia Dengan Alam .......................................................................7
3.4 DasarEtikaUntukTanggungJawabTerhadapLingkunganHidup ........................... 8
3.5 ImplementasiTanggungJawabTerhadapLingkunganHidup .................................9

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................................10

DaftarPustaka ......................................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah kerusakan lingkungan merupakan masalah bersama yang harus
dipecahkan secara bersama-sama pula. Merebaknya kasus-kasus kerusakan
lingkungan mulai dari yang kecil sampai ke tahap yang bersifat serius
di indonesia merupakan dampak dari terakumulasinya kerusakan dalam jangka waktu
yang relatif lama. Berbagai faktor menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan
tersebut, mulai dari prilaku individu yang tidak care terhadap alam sampai pada
masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang mengekploitasi alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Masalah-masalah terkait antara bisnis dan kerusakan lingkungan merupakan
masalah kekinian yang patut diselesaikan sesegera mungkin, khususnya di indonesia.
Berbagai persoalan menyangkut kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh kalangan
pebisnis kerap kali memiliki sangkut paut dengan cara dan etika dalam menjalankan
bisnisnya. Binis yang baik (good business) adalah bisnis yang membawa banyak
keuntungan jika di tinjau dari sektor ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang
menaati hukum serta peraturan yang berlaku, juga merupakan bisnis yang baik jika
baik secara moral dan etika dalam aktivitas bisnisnya.
Maksimalisasi keuntungan merupakan salah satu prinsip dalam kapitalisme,
dalam pijakan teori ini segala cara dapat dilakukan untuk memperoleh keuntungan
yang sebenarnya (sesuai dengan prinsip ekonomi, dengan pengorbanan yang sekecil-
kecilnya berusaha memperoleh hasil yang sebesar-besarnya). Efek dari mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya adalah terjadinya eksploitasi tenaga kerja,
ekploitasi lingkungan, serta konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa masalah dalam krisis lingkungan hidup?
b. Bagaimanakah keterkaitan lingkungan hidup dan ekonomi?
c. Bagaimanakah hubungan manusia dengan alam?
d. Apakah dasar etika tanggung jawab terhadap lingkungan hidup?
e. Bagaimanakah implementasi tanggung jawab terhadap lingkungan hidup?
1.3 Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui masalah dalam krisis lingkungan hidup.
b. Mengetahui keterkaitan lingkungan hidup dan ekonomi.
c. Mengetahui hubungan manusia dengan alam.
d. Mengetahui dasar etika tanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
e. Mengetahui implementasi tanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
1.4 Manfaat
a. Pembaca dapat memahami masalah masalah dalam krisis lingkungan hidup dan cara
mengatasinya.
b. Pembaca dapat mengetahui keterikatan lingkungan hidup dengan ekonomi
c. Pembaca dapat mengetahui tentang hubungannya dengan alam
d. Pembaca dapat memahami dasar etika manusia dan tanggung jawabnya terhadap
lingkungan hidup
e. Pembaca dapat memahami cara implementasi tanggung jawab terhadap lingkungan
hidup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Terdapat enam masalah pokok yang menjadi pembahasan dalam dampak pencemaran
lingkungan akibat kegiatan bisnis dalam dimensi global yaitu akumulasi bahan beracun,
efek rumah kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam, deforestasi dan penggurunan, dan
keanekaan hayati.
b. Terdapat 8 prinsip ekologi dalam hubungan manusia dengan alam, yaitu: Kesejahteraan
dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi maupunkehidupan bukan manusiawi di bumi
mempunyai nilai intrinsik. Nilai-nilai ini tak tergantung dari bermanfaat tidaknya dunia
bukan manusiawi untuk tujuan manusia.
1. Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi maupunkehidupan bukan
manusiawi di bumi mempunyai nilai intrinsik. Nilai-nilai ini tak tergantung dari
bermanfaat tidaknya dunia bukan manusiawi untuk tujuan manusia.
2. Kekayaan dan keanekaan bentu-bentuk hidup menyumbangkan kepada terwujudnya
nilai-nilai ini dan merupakan nilai sendiri.
3. Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaan ini, kecuali untuk
memenuhi kebutuhan vitalnya.
4. Keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat dicocokkan dengan
dikuranginya secara substansial jumlah penduduk. Keadaan baik kehidupan bukan
manusiawi memerlukan dikuranginya jumlah penduduk itu.
5. Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusiawi kini terlalu besar, dan situasi
memburuk dengan cepat.
6. Karena itu kebujakan umum harus berubah. Kebijakan itu menyangkut struktur-
struktur dasar dibidang ekonomis, teknologis, dan ideologis. Keadaan yang timbul
sebagai hasilnya akan berbeda secara mendalam dengan struktur-struktur sekarang.
7. Perubahan ideologis adalah terutama menghargai kualitas kehidupan (artinya manusia
dapattinggal dalm situasi-situasi yang bernilai inheren), dan bukan berpegang pada
standar kehidupan yang semakin tinggi. Akan timbul kesadaran mendalam akan
perbedaan antara big (kuantitas) dan great (kualitas).
8. Mereka yang menyetujui butir-butir sebelumnya berkewajiban secara langsung dan
tidak langsung untuk berusaha mengadakan perubahan-perubahan yang perlu.
c. Dasar etika tanggung jawab terhadap lingkungan hidup adalah teori hak dan deontologi,
utilitarisme, dan keadilan.
d. Terdapat dua pertanyaan yang dipertanyakan dalam mengimplementasikan tanggung
jawab terhadap krisis lingkungan hidup, yaitu siapa yang membayar dan bagaimana
beban dibagi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Krisis Lingkungan Hidup


Dalam situasi yang sekarang ini melanda tidak hanya negara maju namun juga
negara berkembang, kegiatan bisnis menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan
terutama pada lingkungan kawasan industri. Kawasan industri yang biasanya hampir
selalu dikelilingi kawasan penghunian yang padat menimbulkan tidak hanya kerusakan
lingkungan, bahkan berbagai penyakit yang mampu merusak kesehatan penduduk di
sekitarnya.
Kerusakan lingkungan yang terjadi pun tidak terbatas pada ruang lingkup daerah
yang memiliki kepadatan penduduk dimana banyak sekali kegiatan bisnis yang dilakukan
disana namun saat ini kerusakan lingkungan tersebut juga bisa melanda daerah-daerah
yang semula bersih tanpa pencemaran. Bahkan karena inilah kerusakan lingkungan yang
terjadi akibat kegiatan bisnis menjadi suatu permasalahan dunia yang menggloba seiring
dengan dampak lingkungan yang terjadi di dunia.
Dikutip dari buku Pengantar Etika Bisnis, Kees Bertens (311) mengemukakan
terdapat enam masalah pokok yang menjadi pembahasan dalam dampak pencemaran
lingkungan akibat kegiatan bisnis dalam dimensi global, diantaranya yaitu:
Permasalahan Utama Lingkungan Hidup
a. Akumulasi bahan beracun,
adalah bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun karena sifat (toxicity, framability,
reactivity, dan corrosivity) dengan jumlah yang banyak dan secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan.
b. Efek rumah kaca,
adalah naiknya suhu permukaan bumi. Panas yang diterima bumi karena
penyinaran matahari terhalang oleh partikel-partikel gas yang dilemparkan dalam
atmosfer oleh ulah manusia, sehingga tidak bisa keluar.

c. Perusakan lapisan ozon, O3 (ozon)


memiliki peranan penting dalam melindungi kehidupan terhadap sinar
ultraviolet dari matahari. Rupanya 80 persen penyinaran ultra violet dari matahari
disaring olehnya.
d. Hujan asam,
adalah asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan yang mencemari
daerah yang luas, merusak hutan dan pohon pohon lain, mencemari air danau,
merusak gedung gedung, dan sebagainya. Bagi manusia hujan asam bisa
mengakibatkan gangguan saluran pernapasan dan paru paru.

e. Deforestasi dan penggurunan,


Penggunaan kayu untuk berbagai keperluan telah mendorong penebangan hutan
secara tak terkendali, yang mengakibatkan hutan semakin cepat berkurang, termasuk
hutan tropis yang menghasilkan kayu kayu yang berkualitas tinggi. Penebangan
hutan (deforestation) secara besar besaran mempunya dampak penting atas
lingkungan hidup, karena dengan demikian maka salah satu fungsi hutan, yakni
meresap karbon dioksida yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil
(industri, kendaraan bermotor)- suatu penyebab penting terjadinya efek rumah kaca-
menjadi terancam. Erosi tanah dapat mengakibatkan juga meluasnya penggurunan
(desertification), khususnya di negara negara di sekitar gurun sahara diperkirakan
merambat ke arah selatan jauh 400 kilometer.

f. Keanekaan hayati,
Adalah jenis jenis kehidupan (species) yang ada di bumi, yang memiliki makna
yang sangat penting untuk segala aspek kehidupan manusia, seperti makanan, obat-
obatan, dan sebagainya. Salah satu akibat besar dari kerusakan lingkungan adalah
kepunahan semakin banyak spesies hidup. Yang memiliki andil besar terhadap
kemusnahan tersebut adalah penggunaan pestisida dan herbisida yang semakin
intens.

3.2.Lingkungan Hidup dan Ekonomi


a. Lingkungan hidup sebagai “the commons”
Lingkungan hidup sebagai “the commons” sering dilakukan sejak Professor
Garret Hardin dari Universitas Harvard menulis artikelnya “The Tragedy of The
Commons”. Dalam pengandaian ini, lingkungan hidup dianggap sebagai ranah umum
atau kepemilikan umum. The commons adalah ladang umum yang dulu dapat
ditemukan dalam banyak daerah pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama-
sama oleh semua penduduknya. Menurutnya, masalah lingkungan hidup dan
kependudukan dapat dibandingkan dengan menghilangnya the commons. Maka
diperlukan suatu jalan keluar yang membatasinya yaitu “freedom in a commons
brings ruin to all” – membatasi kebebasan individu dan memberikannya pada
kepentingan umum.Dalam kehidupan modern, the commons dengan bertambahnya
jumlah penduduk tidak bisa dipertahankan lagi melainkan diprivatisasi pada
penduduk perorangan.
b. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas
Dalam pengandaian ini, lingkungan hidup dianggap sebagai sumber-sumber
daya alam yang tidak terbatas. Walaupun pada kenyataannya jumlah sumber daya
alam memiliki kuantitas yang besar namun komponen di dalamnya merupakan hal
yang terbatas. Sumber daya alam pun bisa mengalami kelangkaan. Bahkan yang
awalnya dapat kita peroleh secara gratis bisa jadi harus kita bayar untuk
mendapatkannya suatu saat nanti.
c. Pembangunan berkelanjutan
Pertumbuhan ekonomi yang terus menerus tidak mungkin dicocokkan dengan
keadaan terbatas sumber daya alam terutama pada sumber-sumber yang tidak dapat
diperbaharui. Ini memicu perlunya pembatasan pertumbuhan penduduk.
3.3.Hubungan Manusia dengan Alam
Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara
lain manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan
hewan, tumbuhan, lingkungan / alam. Aspek-aspek tersebut sangat berarti bagi
manusia, dan manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa bantuan
di sekitar lingkungan hidupnya. Karena manusia adalah makhluk termulia di bumi ini,
maka segala sesuatu memang disediakan untuknya. Di antara tugas manusia, yaitu
memanfaatkan alam dan tenaga yang dikandungnya guna memenuhi keperluan dan
kebutuhannya dan juga teman-temannya. Hubungan manusia terhadap alam adalah
sebagai pemanfaat, dan bukan sebagai saingan. Tidak seharusnya manusia
mengeksploitasi alam.
Al Quran (2: 29) mengatakan “Ia yang menciptakan bagimu apa yang ada
di bumi semuanya” Hubungan keduanya menurut ajaran Al-qur’an maupun as Sunnah
merupakan hubungan yang dibingkai dengan aqidah, yakni konsep kemakhlukan yang
sama sama tunduk dan patuh kepada al Khâliq, yang diatur dan akhirnya semua
kembali kepada-Nya. Dalam konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh konsesi
dari Yang Maha Penciptanya untuk memperlakukan alam sekitarnya dengan dua
macam tujuan:
1. al Intifâ’ (pendayagunaan), baik dalam arti mengkonsumsi langsung maupun
dalam arti memproduksi.
2. al I’tibâr (mengambil pelajaran) terhadap fenomena yang terjadi dari hubungan
antara manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan antara alam itu sendiri
(ekosistem), baik yang berakibat konstruktif (ishlâh) maupun yang berakibat
destruktif (ifsâd).
3.4.Dasar Etika Tanggung Jawab terhadap Lingkungan Hidup
a. Hak dan deontologi
Dalam artikelnya, William T. Blackstone mengajukan pikiran bahwa setiap
manusia berhak atas lingkungan berkualitas yang memungkinkan untuk hidup dengan
baik. Dalam teori deontologi menyebutkan bahwa manusia selalu harus diperlakukan
juga sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka. Manusia
memiliki hak sekaligus kewajiban untuk memiliki hidup dalam lingkungan yang
berkualitas namun juga bertanggung jawab terhadap generasi sesudah kita dan
keanekaragaman hayati, bukan pada hak mereka.
b. Utilitarisme
Teori utilitarisme menyebutkan bahwa suatu perbuatan atau aturan yang baik
bila membawa keuntungan pada jumlah orang yang banyak dengan memaksimalkan
manfaat. Sehingga sudah jelas bahwa pelestarian lingkungan hidup bermanfaat bagi
banyak orang bahkan generasi yang selanjutnya.
c. Keadilan
Dasar pada tanggung jawab melestarikan lingkungan juga adalah tuntutan etis
yang mengharuskan keadilan. Dalam konteks lingkungan hidup yang digunakan
adalah prinsip keadilan distributif dimana keadilan yang mewajibkan untuk saling
membagi dengan adil. Hal ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, diantaranya
yaitu:
1. Persamaan
Pada konteks persamaan di keadilan distributif semua orang memiliki
perlakuan yang sama. Sehingga lingkungan hidup harus dilestarikan dan
pemanfaatannya dengan menggunakan cara persamaan.
2. Prinsip penghematan adil
Keadilan hanya menuntut bahwa kita meninggalkan sumber-sumber energi
alternatif bagi generasi yang akan datang. Dalam prinsip penghematan adil, kita
wajib mewariskan lingkungan hidup seperti yang ada saat ini agar mereka bisa
hidup pantas seperti yang kita rasakan saat ini. Sehingga semua generasi akan
menerima prinsip prnghematan adil sebagai cara yang adil untuk membagi.
3. Keadilan sosial
Keadilan sosial berbeda dengan keadilan individu dimana pelaksanaan
keadilan tidak bergantung pada kemauan orang tertentu melainkan pada struktur-
struktur yang ada dalam masyarakat.
3.5. Implementasi Tanggung Jawab terhadap Lingkungan Hidup
Sangat diperlukan tanggung jawab moral untuk melindungi lingkungan terhadap
faktor-faktor lainnya.
a. Siapa harus membayar?
Terdapat dua jwaban untuk menjawab pertanyaan siapa yang harus membayar
seluruh akibat dari pencemaran lingkungan:
1. The polluter pays. Yang dimaksud dengan si pencemar membayar adalah orang
atau perusahaan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan harus menanggung
biaya untuk membersihkan pencemaran hingga kembali seperti semula.
2. Those who will benefit from environmental improvement should pay the cost.
Yang dimaksud dengan yang ingin menikmati lingkungan bersih harus
menanggung biayanya adalah orang-orang yang berusaha menikmati lingkungan
yang bersih.
Dalam konteks lingkungan hidup yang global seperti saat ini, masing-masing Negara
memiliki andil dan tanggung jawab dalam melaksanakan pelestarian lingkungan
hidup tanpa terkecuali. Negara maju memiliki tanggung jawab terbesar dalam
melestarikan karena mereka mengakibatkan pencemaran lingkungan lebih banyak
dibanding negara lain.
b. Bagaimana beban dibagi?
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa setiap negara memiliki
tanggung jawab untuk membayar akibat pencemaran lingkungan, kini muncul
pertanyaan bagaimana pembayaran itu dibagi sehingga dapat adil pada seluruh negara
terutama pada setiap industri.
1. Pengaturan.
Cara pertama adalah membuat peraturan mengenai polusi dari industri.
Kekuatan pengaturan itu adalah bahwa pelaksanaannya dapat dipaksakan secara
hukum. Bagi yang melanggar ada sanksinya. Dipandang dari sudut moral, bisa
dikatakan juga bahwa pengaturan ini cukup fair, karena diterapkan dengan cara yang
sama kepada semua industri.
2. Insentif
Cara menangani biaya perbaikan lingkungan yang menemui lebih banyak
simpati pada bisnis adalah memberikan insentif kepada industri yang bersedia
mengambil tindakan khusus untuk melindungi lingkungan. Atau insentif berupa
penghargaan bagi perusahaan yang mempunyaijasa khusus dalam memperbaiki
lingkungan. Kekuatan cara ini adalah bahwa peranan pemerintah dengan itu dapat
dikurangi dan inisiatif bebas dari bisnis dimajukan. Bisnis tidak dipaksakan
seperti dengan cara pertama. Dengan demikian bisa dihindarkan juga penutupan
perusahaan atau pemindahan pabriknya ke tempat lain, karena tidak mampu
memenuhi peraturan tentang polusi.
3. Mekanisme harga
Mekanisme harga ini memungkinkan lagi beberapa variasi sesuai dengan
situasi. Polusi di daerah di mana industri hanya sedikit, bisa dibebankan dengan
harga lebih rendah ketimbang polusi di daerah industri padat. Dan di daerah
industri padat di Eropa atau Amerika Serikat bisa dipasang harga polusi lebih
tinggi waktu musim panas, ketimbang musim dingin, karena polusi waktu musim
panas mempunyai dampak paling jelek atas lingkungan.
c. Etika dan hukum lingkungan hidup
Kepatuhan pada norma etika tidak bisa dipaksakan. Karena itu terutama dalam
konteks lingkungan hidup ini kita sangat membutuhkan peraturan hukum. Lingkungan
hidup hanya bisa dilindungi dengan baik, jika tercipta peraturan hukum yang efektif
dan lengkap demi tujuan itu. Dan sistem hukum lingkungan yang baik adalah demi
kepntingan semua pihak, termasuk bisnis sendiri. Harus dianggap tidak etis, bila
bisnis dengan lobbying atau caralain mencoba menghambat terbentuknya peraturan
hukum lingkungan, karena menyadari konsekuensi ekonomisnya yang berat. Dalam
materi yang begitu penting seperti pelestarian lingkungan hidup, mereka seharusnya
bersedia menempatkan kepentingan lingkungan di atas segala kepentingan lainnya.
Kalau sudah ada sistem peraturan lingkungan yang baik, masalahnya belum
selesai, sebab masih tinggal pelaksanaan. Justru karena segi teknisnya sering kali
sangat kompleks, pengontrolan di bidng ini menjadi amat sulit.
Polusi yang disebabkan industri tidak berhenti pada perbatasan negara.
Peraturan hukum lingkungan harus dibuat pada taraf internasional dan dikontrol juga.
Hal itu tentu lebih sulit lagi untuk dipaksakan dan hanya bisa dilaksanakan, bila
negara-negara bersangkutan menyetujui.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, dapat beberapa
kesimpulan mengenai etika, bisnis, dan lingkungan hidup. Kesimpulan-kesimpulan tersebut
yaitu:
a. Dalam dimensi global lingkungan hidup terdapat enam masalah krisis lingkungan
hidup yang dihadapi masyarakat global yaitu akumulasi bahan beracun, efek rumah
kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam, deforestasi dan penggurunan, dan
keanekaan hayati.
b. Keterkaitan lingkungan hidup dan ekonomi terlihat dalam perspektif lingkungan
hidup sebagai the commons, ketidakeksternalitasnya lagi lingkungan hidup, dan
pembangunan berkelanjutan.
c. Hubungan manusia dengan alam terlihat dari pandangan bahwa pendekatan
teknokratis membawa dampak positif dan negatif serta dalam menghadapi krisis
lingkungan hidup, masyarakat modern berpendapat ekosentris dengan alam sebagai
pusatnya.
d. Dasar etika tanggung jawab terhadap lingkungan hidup adalah hak dan deontologi,
utilitarisme, dan keadilan.
e. Cara mengimplementasi tanggung jawab terhadap lingkungan adalah dengan
menentukan siapa yang harus membayar dan bagaimana beban tersebut dibagi.
SARAN
Alam telah menyediakan segalanya untuk kita. Segala yang ada dialam sudah kita
rasakan manfaatnya. Maka hendaklah kita memperlakukan alam dengan sebaik mungkin
sebagai ucapan terima kasih kita kepada alam. Apa yang ada dialam harusnya kita jaga dan
lestarikan agar kebutuhan kita pada masa yang akan dating tetap terpenuhi. Kita berbisnis
memperdagangkan semua yang ada dialam. Kita mendapatkan untung dari alam. Maka
betapa jahatnya kita bila hanya mengambil untung dari alam saja tanpa memikirkan
kelestarian alam kita kedepannya. Alam rusak karena perbuatan kita, pdahal alam sudah
memberikan banyak manfaat buat kita. Marilah kita bersahabat dengan alam. Kita melakukan
kegiatan ekonomi tanpa merusak alam. Marilah kita bertika dalam memperlakukan alam
sebagai mana mestinya. Allah bersifat memelihara karena ia yang menciptakannya . maka
betapa hinanya kita bila kita dipinjamkan oleh allah lantas tidak bisa memelihara apa yang
sudah ia pinjamkan kepada kita
DAFTAR PUSTAKA

http://sitinurkholifah02.blogspot.com/2017/04/bisnis-lingkungan-hidup-dan-etika.html
https://www.academia.edu/12188771/Bisnis_Lingkungan_Hidup_dan_Etika
https://www.academia.edu/15721939/BISNIS_LINGKUNGAN_HIDUP_DAN_ETIKA
http://tekuumarjohan.blogspot.com/2016/04/bisnis-lingkungan-hidup-dan-etika.html

Anda mungkin juga menyukai