Nama Kelompok:
A.A Ayu Dewi Hartati (01)
Ni Wayan Astrid Junita (31)
Ni Wayan Febriyanti (32)
Ni Wayan Sudi Astuti (33)
Yolanda Valentina Laoh (39)
A. Dimensi Polusi dan Sumber Daya
1.Polusi Udara
telah hadir menemani kita semenjak terjadinya revolusi
industri dunia, saat cerobong-cerobong asap mulai
berdiri dan tidak berhenti bernafas hingga sampai saat
ini. Tingkat polusi udara semakin meningkat
bersamaan dengan meningkatnya atau ekspansi
industri pada setiap Negara.
2.Polusi Air
adalah polusi yang telah lama ada saat manusia telah
menggunakan air untuk membuang sampah dan
kotoran, sehingga dalam kadar tertentu, kontaminasi ini
dapat membahayakan species yang hidup pada air
tersebut atau pun makhluk yang mengkonsumsi air
tersebut
3.Polusi Tanah
Polusi tanah sering terjadi karena adanya pembuangan
zat-zat kimia beracun hasil dari limbah industri ke
dalam tanah, atau melakukan penguburan bahan-bahan
yang berbahaya ke dalam tanah. Polusi tanah juga dapat
disebabkan pembuangan limbah padat yang tidak
dapat diuraikan di dalam tanah sehingga merusak
tingkat kesuburan tanah
Penyelesaian: Tugas-Tugas
Etika Ekologi Perusahaan
Utilitarianisme dan
Pengendalian Parsial
Biaya dan Keuntungan
A. Pengaturan
B. Insentif
E. Peraturan Yang Terkait
Pengertian CSR
Manfaat Bagi Masyarakat
(Corporate Sosial Tujuan CSR (Corporate
dan Keuntungan Bagi
Responbility) Sosial Responbility)
Perusahaan
CSR (Corporate Sosial
akan berdampak positif dan
Responbility) adalah Tujuannya adalah untuk
lebih berguna bagi
suatu tindakan atau mencipatakan dan masyarakat ini akan
konsep yang dilakukan memelihara hubungan tergantung dari orientasi
oleh perusahaan yang harmonis dengan dan kapasitas lembaga dan
(sesuai kemampuan lingkungan sekitar organisasi lain, terutama
perusahaan tersebut) perusahaan dan pemerintah. Di Indonesia,
sebagai bentuk bekerjasamaan untuk bisa dibayangkan
pelaksanaan CSR sangat
tanggung jawab memberikan manfaat
membutuhkan dukungan
mereka terhadap yang besar bagi pemerintah daerah,
lingkungan sekitar masyarakat sekitar kepastian hukum dan
perusahaan itu berada. jaminan ketertiban sosial
Pembahasan Kasus
Kasus : Pembakaran Limbah Medis RSUD Bangli
Dunia medis biasanya identik dengan lingkungan yang bersih dan jauh dari
pencemaran atau polusi. Tetapi bagaimana apabila pencemaran tersebut
justru dilakukan sendiri oleh pihak medis. Kasus inilah yang terjadi di
daerah Bangli, dimana pembakaran limbah medis yang dilakukan oleh
rumah sakit umum daerah bangli berdampak buruk terhadap masyarakat
sekitar. Kepulan asap hitam dan disusul dengan debu yang berjatuhan di
areal pemukiman membuat masyarakat terkadang mengunci putra-putri
mereka di kamar agar tidak menghirup asap atau pun debu yang berjatuhan
akibat adanya pembakaran limbah.
Mesin incinerator yang digunakan untuk melakukan pembakaran jaraknya
juga sangat dekat dengan pemukiman warga sekitar 3 meter dan bau yang
ditimbulkan oleh asap dan debu hasil pembakaran sangatlah menyengat
sehingga warga tidak dapat melakukan aktivitas di pekarangan/halaman
rumah serta tidak jarang pula debu-debu hasil pembakaran yang berupa
gumpalan-gumpalan hitam mengotori lingkungan termasuk jemuran warga.
Dalam kasus pembakaran limbah, RSUD Bangli telah melakukan pelanggaran
etika terhadap lingkungan. Dimana mereka melakukan tindakan yang
merugikan lingkungan atau pencemaran terhadap lingkungan yang
diakibatkan oleh kepulan asap dari hasil pembakaran limbah atau sering
disebut pencemaran udara. Padahal pihak rumah sakit sendiri seharusnya
mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah medis. Limbah
medis termasuk salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 pada Bab I, Limbah Bahan berbahaya dan
beracun adalah zat, energy, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain. Dampak
yang ditimbulkan oleh polusi udara akibat limbah B3 dapat berakibat fatal
bagi kesehatan maupun tanaman. Pencemaran udara terhadap tingkat
kesehatan dapat mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan ataupun
iritasi terhadap bagian tubuh, hal tersebut yang menjadi kekhawatiran atau
teror bagi warga bangli apabila kegiatan tersebut terus berlangsung tanpa
adanya perbaikan dari pihak rumah sakit, karena sampai kasus ini
dilaporkan belum ada tanda-tanda atau itikad baik dari pihak rumah sakit
untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Dalam hal ini pihak rumah sakit tidak menjalankan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan). Terdapat beberapa kriteria dalam analisis
dampak lingkungan (AMDAL) diantaranya dalam UU No. 32 Tahun 2009
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak tersebut berlangsung.
Dapat dilihat dari penjelasan AMDAL diatas, pihak rumah sakit mengabaikan
dampak-dampak yang terjadi dari pembakaran limbah rumah sakit sehingga
mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan oleh kegiatan pembakaran
limbah yakni masyarakat sekitar. Luas penyebaran dampak dari pembakaran
juga tidak diperhitungkan dengan baik dimana pihak rumah sakit
meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat dekat dengan
pemukiman.
SESI TANYA JAWAB