Tujuan Instruksional Khusus, Manfaat Bagi Karir Mahasiswa, Bahan Bacaan, dan
Pertanyaan Kunci, semuanya sudah dijelaskan pada pertemuan pertama atau pada Kontrak
Perkuliahan dan Penjelasan Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewirausaha.
Modul ini sebagai tambahan atau pelengkap dari buku wajib yang dipakai mahasiswa.
JADWAL PERKULIAHAN
NO
1
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
TOPIK + KEGIATAN
1. Perkenalan, diskusi dan kesepakatan tentang kontrak
perkuliahan
2. Ruang lingkup mata kuliah Kewirausahaan
1. Bab Konsepsi Dasar Kewirausahaan
2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: sukses
bisnis sejak kuliah
1. Bab Persiapan Pribadi Pengusaha Muda
2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Rahmat Shah
(pemburu dan petualang belantara)
1. Bab Menerapkan Sikap Mental Bisnis Orang China
2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Kisah William
Soerjadjaja Pendiri ASTRA, Ketulusan Taipan Panutan
1. Bab Motivasi menjadi Wirausaha Sukses
2. Diskusi tentang materi kuliah dan lembar kerja: Proyeksi Diri
1. Bab Kreativitas dan Inovasi dalam Berwirausaha
2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Keberhasilan
Inovasi Kacang Garuda
Diskusi dan Pemutaran Video
Ujian Tengah Semester
1. Bab Identifikasi Peluang dan Jenis Usaha
2. Diskusi tentang materi kuliah dan lembar kerja: Menemukan
Peluang dan Memilih Jenis Usaha
1. Bab Perencanaan dan Operasionalisasi Usaha
2. Diskusi tentang materi kuliah dan kertas kerja: Penentuan
Tujuan
1. Bab Mengelola Keuangan Usaha
2. Diskusi tentang materi kuliah dan Membuat Analisis Keuangan
Usaha
1. Bab Merancang Strategi Pemasaran
2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Strategi
Pemasaran (berebut menjadi nomor 1)
1. Bab Kewirausahaan dan Lingkungan
2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Sosok Surya
Paloh
Penyusunan Proposal Usaha
Diskusi, Kuis dan lain-lain
Ujian Akhir Semester
KETERANGAN
Tatap Muka
Online
Online
Tatap Muka
Online
Online
Tatap Muka
Online
Online
Tatap Muka
Online
Online
Online
Tatap Muka
Pengertian Kewirausahaan
Sebagai suatu ilmu, kewirausahaan dapat dipelajari dan dijadikan bahan para
peneliti untuk mengungkap banyak hal yang terus mengalami perkembangan. Sebagai
bahan pembelajaran dan untuk memberikan landasan teoritis bagi para mahasiswa dan
peneliti serta pemerhati, pada bagian ini akan kami berikan berbagai pengertian tentang
kewirausahaan (entrepreneurship).
Kata Wirausaha atau Wiraswasta dalam Bahasa Indonesia adalah padanan kata
bahasa Prancis entrepreneur, yang sudah dikenal paling kurang sejak abad ke-17, kata
entrepreneur
diturunkan
dari
kata
kerja
entreprendre.
Kata
entrepreneur
dan
entrepreneurship dalam bahasa Inggris, menurut Holt (1992), berasal dari bahasa Prancis.
The Concise Oxford French Dictionary (1980) mengartikan entreprendre sebagai to
undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai), to begin (memulai),
to attempt (mencoba, berusaha). Kata Wirausaha merupakan gabungan kata wira
(=gagah berani, perkasa) dan usaha. Jadi, wirausaha berarti orang yang gagah berani atau
perkasa dalam usaha. Kata Wiraswasta terdiri dari kata wira (=gagah berani, perkasa) dan
swa (=sendiri, mandiri). Jadi, wiraswasta berarti orang yang perkasa dan mandiri. Sukardi
(1991) coba mempopulerkan kata entrepreneur, yang tentu mengacu ke bahasa Prancis
entrepreneur. Bahasa Jerman menggunakan kata unternehmer, yang diturunkan dari kata
kerja unternehmen yang artinya sama dengan undertake, attempt, atau begin dalam
bahasa Inggris.
Harus
diakui,
memberikan
definisi
realis
dari
wirausaha
tidak
semudah
implementation of that idea occurs. He or she tahes the ball and runs with it, overcoming
obstacles in the way
Menurut Zimmerer & Schorborough (1998):
an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty
for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and
assembling the necessary resources to capitalize on them
Bygrave (1994) mengatakan:
An entrepreneur is someone who perceives an opportunity and creates an organization
to pursue it.
Secara kompherensif Meng & Liang (1996), merangkum pandangan beberapa ahli,
dan mendifinisikan wirausaha sebagai berikut:
a. Seorang inovator (Shumpeter, dalam Meng & Liang, 1996)
b. Seorang pengambil resiko atau a risk-taker (Yee, dalam Meng & Liang, 1996)
c. Orang yang mempunyai misi dan visi (Silver dalam Meng & Liang, 1996; Holt, 1992)
d. Hasil dari pengalaman masa kanak-kanak (Kets De Vreis, dalam Meng & Liang, 1996)
e. Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi (Mc Clelland & Brockhaus dalam
Meng & Liang, 1996)
f.
Orang yang memiliki locus of control internal (Rotter dalam Meng & Liang, 1996)
Richard Cantillon (dalam Holt, 1992) berpendapat bahwa wirausaha adalah seorang
inkubator gagasan baru, yang selalu berusaha menggunakan sumber daya secara optimal
untuk mencapai tingkat komersial paling tinggi.
Adam Smith (1776 dalam Holt, 1992) melihat wirausaha sebagai orang yang
memiliki pandangan yang tidak lazim yang dapat mengenali tuntutan potensial atas barang
dan jasa. Dalam pandangan Smith, wirausaha bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu
menjadi agen ekonomi yang mengubah permintaan menjadi produksi.
Ahli ekonomi Prancis, Jean Baptise (1803, dalam Holt, 1992) berpendapat
wirausaha adalah orang yang memiliki seni dan keterampilan tertentu dalam menciptakan
usaha ekonomi yang baru. Dia memiliki pemahaman sendiri akan kebutuhan masyarakat
dan dapat memenuhi kebutuhan itu. Wirausaha mempengaruhi masyarakat dengan
membuka usaha baru, tetapi pada saat yang sama ia dipengaruhi oleh masyarakat untuk
mengenalli kebutuhan dan memenuhinya melalui ketajaman manajemen sumber daya.
Menger (1871 dalam Holt, 1992) sebaliknya berpendapat wirausaha adalah orang
yang dapat melihat cara-cara eksterm dan tersusun untuk mengubah sesuatu yang tak
bernilai atau bernilai rendah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi (misalnya, dari terigu
menjadi roti bakar yang lezat), dengan cara memberikan nilai baru kebarang tersebut untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Apabila suatu nilai ditambahkan kedalam suatu
produk/barang, itulah yang dinamakan keuntungan. Model Menger ini diterima luas di
Amerika Serikat.
yang
mendirikan,
mengelola,
mengembangkan
dan
melembagakan
Berdasarkan pendapat para ahli yang diuraikan diatas, terdapat ciri umum yang
selalu terdapat dalam diri seorang wirausaha, yaitu kemampuan mengubah sesuatu
menjadi lebih baik atau menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, dalam literatur
psikologi, dikenal sebagai perilaku kreatif yang inovatif (Kirton, 1976). Banyak ahli
menggarisbawahi ciri kreatif dan inovatif sebagai sifat yang terdapat pada diri wirausaha.
Karena itu, sudah sepantasnya apabila dalam penelitian ini wirausaha lebih banyak dilihat
dari sisi perilaku kreatifnya, serta faktor-faktor yang mendukung penerapan dari gagasan
kreatif tersebut sehingga menghasilkan produk atau jasa yang inovatif. Topik tentang
perilaku kreatif dan inovatif akan dijelaskan pada bab tersendiri.
Pengertian tentang wirausaha (entrepreneur), yaitu orangnya, dan kewirausahaan,
yaitu peran, sikap, karakteristik, atau tingkah lakunya (tidak ada kesepakatan universal).
Perbedaan pendapat dikalangan ahli masih ada tentang pengertian ini, diantaranya
disebabkan karena perbedaan latar belakang disiplin ilmu ahli tersebut, tujuan dari
pendefinisiannya adalah siapa yang dijadikan tolok ukur untuk dianggap sebagai wirausaha.
Upaya yang sangat banyak yang dilakukan dalam bidang kewirausahaan ini
disebabkan antara lain adanya anggapan bahwa wirausaha dan kewirausahaan diperlukan
bagi perkembangan ekonomi masyarakat. Upaya pengembangan bidang kewirausahaan ini
tidak hanya ditujukan untuk pengembangan kesejahteraan dinegara yang ekonominya
masih belum maju, tetapi juga dilakukan dengan gigih di negara yang telah maju, misalnya
Amerika Serikat dan Inggris. Sejumlah mata ajaran dibidang kewirausahaan tersedia
dimakin banyak perguruan tinggi, misalnya di Universitas Harvard.
Dalam daftar pengertian tentang wirausaha atau kewirausahaan berikut ini akan
dijumpai pendefinisiannya dibuat berdasarkan karakteristik pribadinya, tingkah lakunya,
atau perannya.
Pengarang
Richard Cantillion
(1755)
Definisi
Wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dengan
jalan membeli barang dengan harga tertentu dan
menjualnya dengan harga yang belum pasti. Dalam
pengertian Cantillon karakteristik utama wirausaha adalah :
- Keberaniannya mengambil resiko
- Perannya mengambil keputusan untuk mendapatkan dan
menggunakan sumber daya
- Kegiatannya mencari peluang yang terbaik untuk
menggunakan sumber daya agar memperoleh hasil yang
terbesar.
Joseph Schumpeter
(1934)
Orvis Collins dan David Wirausaha adalah mereka yang gagal menempuh tangga
peran atau jabatan yang tradisional dimasyarakat. Untuk itu
Moore (1964)
Kirzner (1973)
Stevenson, Roberts,
and Grousbeck (1985)
Rumelt (1987)
Timmons (1997)
Venkataraman (1997)
Morris (1998)
Masih banyak lagi upaya untuk mendeskripsikan siapa itu wirausaha, diana ada
yang sangat sempit pengertiannya, misalnya hanya yang mendirikan usaha bisnis baru, dan
ada yang sangat luas, misalnya siapa saja yang melakukan inovasi. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dalam membicarakan wirausaha dan kewirausahan, harus lebih
dahulu ditetapkan apa yang kita maksud dengan kata tersebut.
Dengan demikian makin terbukanya kesempatan baru dipelbagai bidang kehidupan,
peran kewirausahaan untuk memanfaatkan peluang dan mengadakan inovasi, muncullah
wirausaha jenis baru. Wirausaha jenis tradisional, yaitu mereka yang memulai usaha
dibidang yang secara tradisional, misalnya: perdagangan, produksi dan jasa masa lalu,
masih diisi dengan generasi baru dengan memasukkan pembaharuan. Jenis baru yang
bertumbuh adalah bidang yang non-tradisional. Thoby Mutis menyebut misalnya
ultrapreneur, ecopreneur dan intrapreneur. Daftar ini dapat diperpanjang misalnya
technopreneur dan entrepreneur sosial. Berikut ini penjelasannya masing-masing:
1. Ultrapreneur
Seorang ultrapreneur adalah entrepreneur plus. Keunggulan utamanya adalah
pandai
melakukan
aliansi
strategis
dan
Outsourcing
Strategy.
Dengan
membangun kemitraan maka dapat memanfaatkan sumber daya, sumber dana dan
jejaring dari para mitra. Contoh yang menonjol adalah pembangunan kawasan
usaha seperti super block dan industrial estate. Sejumlah pengusaha bergabung
membentuk kelompok usaha. Ultrapreneur memulai gagasan usaha untuk kelompok
tersebut dan memprosesnya sehingga menjadi kenyataan.
2. Ecopreneur
Kewirausahaan dibidang kepedulian lingkungan. bila dimasa lalu tema umat
manusia adalah meningkatkan penggunaan sumber daya alam, maka para
ecopreneur merubahnya menjadi memanfaatkan dana melestarikan sumber daya
alam.
3. Intrapreneur
Kata intrapreneur adalah kependekan dari intra-corporate entrepreneur. Korporasi
atau perusahaan yang sudah mapan merasakan kelambanan dalam menghasilkan
pembaharuan. Penyebab utamanya adalah birokrasi yang mapan. Upaya yang
dilakukan untuk menumbuhkan pembaharuan dari dalam adalah memberikan ruang
gerak pada para karyawan entrepreneur untuk melahirkan produk dan proses baru
didalam perusahaan.
4. Technopreneur
Temuan dibidang teknik yang dihasilkan oleh kegiatan research & development
makin banyak. Namun sebagian besar berujung pada memperoleh paten. Pada
technopreneur menambahkan aktivitas kewirausahaan pada invensi tersebut
sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat. Peran utama technopreneur adalah
melaksanakan inovasi, yaitu menghadirkan hal baru dimasyarakat. Secara
sederhana hubungan invensi dan inovasi digambarkan dalam rumus sebagai
berikut: Inovasi = Invensi + Komersialisasi
Para
technipreneur
menambahkan
aktivitas
komersialisasi
dengan
kewirausahaannya atas invensi yang dilakukan sendiri atau invensi orang lain.
sAlah satu contoh berkembangnya para technopreneur adalah fenomenaSilicon
Valley di Amerika. Fenomena Silicon Valley dicoba diulang dibanyak negara
dengan nama misalnya Science Parkdan Kawasan Inkubasi.
5. Entrepreneur Sosial
Tidak semua pembaharuan bertujuan komersil. Lahirnya banyak lembaga swadaya
masyarakat yang tidak berorientasi laba merupakan contoh terjadinya inovasi
dibidang sosial. Dalam buku Reinventing Government: How the Entrepreneurial
Spirit is Transforming the Public Sector, Osborne dan Gaebler menyuguhkan
pelbagai contoh keberhasilan inovasi dibidang sosial.
Hakikat Kewirausahaan
Intinya, seorang Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha
dan mengaplikasikan hakekat Kewirausahaan dalam hidupnya. Orang-orang yang memiliki
kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara epistimologis, sebenarnya
kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku
inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat
dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana,
berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke
dalam suatu tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu
pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan
sesuatu yang baru.
Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para
wirausahawan
dalam
dunia
usaha
(business).
Padahal,
dalam
kenyataannya,
kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifatsifat wirausahawanpun dimiliki oleh seorang yang bukan wirausahawan. Wirausaha
mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan
Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or
services)
Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more
goods and services with fewer resources)
Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada
peran pengusaha kecil, namun sifat inipun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang
yang
berprofesi di luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang
menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya.
Dengan demikian, ada enam hakekat pentingnya Kewirausahaan, yaitu:
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad
Sanusi, 1994)
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan
mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif)
dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
Kewirausahaan
adalah
usaha
menciptakan
nilai
tambah
dengan
jalan
meningkatkan
nilai
yang
lebih
tinggi
dari
sebelumnya.
Wirausaha
juga
10
Karakterstik yang disebut sebagai karakteristik wirausaha juga dimiliki oleh bukan
wirausaha bisnis, misalnya dimiliki oleh seorang guru besar, peneliti ahli, atau
wiraniaga (salesman) jagoan.
Salah satu upaya yang telah dilakukan dalam pencarian karakterstik pribadi
wirausaha yang terkenal adalah David McClelland. Disimpulkan bahwa ada korelasi yang
positif antara tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi (need for achievement) tinggi
dan tingkah laku wirausaha. Karakteristik orang dengan motif prestasi yang tinggi adalah :
1. Memilih resiko moderat; dalam tindakannya dia memilih melakukan sesuatu yang
ada tantangannya, namun dengan kemungkinan keberhasilan yang dianggap cukup
tinggi.
2. Mau mengambil tanggung jawab pribadi; kegagalan yang terjadi tidak dialihkan
tanggung jawabnya atau tidak mencar-cari kambing-hitam.
3. Mencari dan mau menerima umpan balik
4. Berusaha mencari cara-cara baru untuk melakukan sesuatu
Upaya untuk mengungkapkan karakterstik utama wirausaha juga dilakukan oleh
para ahli dengan menggunakan teori letak kendali (locus of control) yang diketengahkan
oleh J.B. Rotter. Teori letak kendali menggambarkan bagaimana meletakkan sebab dari
suatu kejadian dalam hidupnya. Apakah sebab kejadian tersebut ditentukan oleh faktor
dalam dirinya dan dalam lingkup kendalinya, atau faktor diluar kendalinya. Rotter membuat
dua kategori letak kendali, yaitu internal dan eksternal. Pada orang yang letak kendalinya
eksternal akan beranggapan keberhasilan tidak semata tergantung pada usaha seseorang,
11
melainkan juga oleh keberuntungan, nasib, atau ketergantungan pada pihak lain, karena
adanya kekuatan besar disekeliling seseorang. Pada orang internal, yang bersangkutan
beranggapan bahwa dirinya mempunyai kendali atas apa yang akan dicapainya.
Karakterstik tipe internal sejalan dengan karakterstik wirausaha, misalnya lebih cepat mau
menerima pembaharuan (inovasi).
Keuletan (persistence)
Dalam literatur dan buku pegangan kewirausahaan dapat ditemui berbagai daftar
karakterstik
wirausaha.
Karakterstik
yang
juga
sering
disebut
adalah
adanya
kecenderungan untuk berkreasi (creativity) yang dalam daftar karakterstik pribadi wirausaha
diatas tidak dicantumkan.
Watak
Keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
Pengambil Resiko
Kepemimpinan
12
Demikian banyak ciri khas wirausaha dan anda perlu dimiliki oleh seorang
wirausaha. Akan tetapi, jika tidak semua bisa dimiliki, tak menjadi masalah, dengan memiliki
sebagian pun sebenarnya sudah cukup lumayan. Dari daftar ciri dan sifat watak seorang
wirausaha di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausaha yang dapat diangkat dari
kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
a. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki kedisiplinan yang
tinggi. Arti dari kata disiplin tersebut adalah ketepatan komitmen wirausahawa terhadap
tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu
ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya.
Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering
menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat
menghambat seorang wirausaha meraih keberhasilan.
Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan
wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut
akan dapat tercapai jika wirausaha memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem
kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausaha akan kesepakatan-kesepakatan yang
dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
b. Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki komimten yang
jelas, terarah dan bersifat progressif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap
dirinya sendiri dapat dibuat dengan mengidentifikasi cita-cita, harapan dan target-target
yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan
terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi
pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang
ditawarkan, problem solving bagi masalah konsumen, dan sebagainya.
13
c. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan oleh seorang
wirausaha. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai
karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi
yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purna jual yang dijanjikan dan kejujuran
mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh
wirausaha.
e. Mandiri
Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan
dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan
dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha. Pada prinsipnya seorang wirausaha harus memiliki sikap mandiri
dalam memenuhi kegiatan usahanya.
f.
Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta atau
realita sebagai landasan berpikir yang rasionil dalam setiap pengambilan keputusan
maupun tindakan atau perbuatannya.
14
Banyak seorang calon wirausaha yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya
mengalami kegagalan hanya karena wirausaha tersebut tidak realistis, tidak obyektif
dan tidak rasionil dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan
kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan atau sumbang saran
yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
Pendapat Arthur Kuriloff dan John M. Mempil (1993:20) dalam buku Fundamentall
Small Business Management, yang dikutip dari Suryana (2006:25) dalam buku
Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, mengemukakan
karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan seperti
terlihat pada tabel berikut:
Nilai-Nilai
Perilaku
Menyelesaikan tugas hingga selesai.
Komitmen
Resiko moderat
Melihat peluang
Objektivitas
Melakukan pengamatan
memperoleh kejelasan.
Umpan balik
Optimisme
Uang
Manajemen proaktif
secara
nyata
untuk
Sukardi (1991) membuktikan bahwa perilaku wirausaha adalah sifat dari wirausaha,
hal ini dikarenakan:
1. Merupakan ciri khas yang melekat pada individu wirausaha, buka semata-mata
atribut yang diberikan oleh lingkungan kepadanya.
2. Karakteristik
wirausaha
menjadi
ciri
berbagai
tingkah
lakunya
dalam
mempertahankan perusahaan.
3. Tingkah laku wirausaha dengan segala karakteristiknya muncul dalam berbagai
situasi sesuai tuntutan lingkungan berusahanya.
4. Karakteristik wirausaha selain sebagai ciri tingkah laku juga sebagai penggerak,
pengarah tingkah lakunya dalam berbagai situasi.
Uraian ini sangat penting untuk menunjukkan bahwa tingkah laku seorang
wirausaha adalah juga sifat wirausaha tersebut. Dengan demikian bagi seseorang yang
tertarik untuk menjadi seorang wirausaha, dia dapat mempelajari dan menjalani tingkah
15
laku wirausaha yang telah disebutkan sebelumnya sehingga terbiasa dan memiliki sifat
wirausaha. Itulah mengapa mitos bahwa entrepreneur is born tidak berlaku, karena pada
realitasnya kewirausahaan bisa dibentuk melalui proses belajar.
Lebaih lanjut McClelland (1966) mengatakan bahwa sifat wirausaha bukanlah
terbentuk dari keturunan, namun karena lingkungannya ia dapat menjadi seorang
wirausaha:
Why entrepreneur behave like entrepreneur? The evidence suggest it is nor
because they are born that way, but because of special training they get in the home
from parent who set moderately high achievement goals but who are warm,
encouraging and non authoritarian in helping their children reach these goals
(McClelland 1966:62).
Secara spesifik McClelland (1996) menyatakan bahwa terdafat faktor-faktor khusus
dalam pembentukan sifat seorang wirausaha. Faktor tersebut adalah nilai-nilai yang
ditanamkan oleh keluarga kepada seorang anak, dimana dorongan untuk maju dan
berprestasi tanpa tekanan yang berlebihan dapat membentuk sifat wirausahanya. Hal ini
menjelaskan bahwa keluarga memiliki peranan yang sangat besar bagi pembentukan sifat
wirausaha seseorang.
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki
adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut
dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha.
Kemampuan Kewirausahaan
Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang
memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to
create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan
inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai
usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan
dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk
menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu
sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
a. Melakukan proses/ teknik baru (the new technik)
b. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service),
c. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added),
d. Merintis usaha baru (new businesess), yang mengacu pada pasar
e. Mengembangkan organisasi baru (the new organisaton).
16
Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik
dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan
menanggung risiko. Seperti telah disinggung di atas bahwa untuk menjadi wirausaha
pertama-tama yang harus dimiiiki adalah modal dasar berupa ada ide atau visi yang jelas,
kemauan dan komitmen yang kuat, cukup modal baik uang maupun waktu, cukup tenaga,
dan pikiran. Modal-modal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan
beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson (1982), yang dikutip Yuyun Wirasasmita
(1993:3) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:
a. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukannya
atau ditekuninya.
b. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide atau gagasan, dan perspektif serta tidak
mengandalkan pada sukses di masa lalu.
c. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan
teknik, desain, prosesing, pembukuan, adiminstrasi, dan pemasaran.
d. Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan berimajinasi.
e. Foresight, yaitu berpAndangan jauh ke depan.
f.
17
Knowing Your Business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.
Dengan kata lain, seorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan lakukan. Misalnya, seorang yang
akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tetang
perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan
pemasaran kommputer.
(2)
Knowing
The
Basic
Business
Management,
yaitu
mengetahui
dasar-dasar
perusahaan,
mengadministrasikan
dan
termasuk
membukukan
dapat
memperhitungkan,
kegiatan-kegiatan
usaha.
memprediksi,
Mengetahui
manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua
sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.
(3)
Having The Proper Attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang
dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan, pengusaha,
eksekutif yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati.
(4)
Having Adequate Capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk
materi, tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama
dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang, cukup tenaga, tempat,
dan mental.
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
18
(10) Copying with Regulations and Paperwork, yaitu membuat aturan/pedoman yang jelas
tersurat tidak tersirat.
(2)
(3)
(4)
Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.
(2)
(3)
cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal kewirausahaan yang
19
berupa pengetahuan dan bekal keterampilan kewirausahaan perlu dimiliki. Beberapa bekal
pengetahuan yang perlu dimiliki misalnya:
a. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada
disekitarnya.
b. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
c. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.
d. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
e. Pengetahuan tentang siapa konsumennya.
perusahaan
yang
dilakukan
mutlak
diperlukan
bagi
seorang
wirausaha.
dan
strategi
pemasarannya,
pengetahuan
tentang
konsumen
(pelanggan),
pengetahuan tentang pesaing, baik yang baru masuk maupun yang sudah ada,
pengetahuan tentang pemasok (suplier), pengetahuan tentang cara mendistribusikan
barang dan jasa yang dihasilkan, termasuk kemampuan menganalisis dan mendiagnosis
pelanggan, mengidentifikasi segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu, sangat penting
pengetahuan
spesifik
seperti
pengetahuan
tentang
prinsip-prinsip
akuntansi
dan
Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal
keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa
sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung memiliki tingkat keterampilan khusus
yang cukup. Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki itu di antaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
Pengetahuan,
keterampilan,
dan
kamampuan
kewirausahaan
itulah
yang
membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradstreet (1993), pengusaha kecil harus
memiliki kepribadian khusus yaitu penuh pendirian, realistik, penuh harapan, dan penuh
komitmen. Modal yang cukup, bisa diperoleh apabila perusahaan mampu mengembangkan
hubungan baik dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan hubungan baik itulah
akan menambah kepercayaan dari penyAndang dana. Penggunaan dana tersebut harus
20
efektif agar memperoleh kepercayaan yang terus menerus. Menurut Ronald J. Ebert
(2000:117)
bahwa
efektivitas
wirausahawan
tergantung
pada
keterampilan
dan
(2) Human Relations Skill, yaitu keterampilan untuk memahami, mengerti, berkomunikasi,
dan berelasi dengan orang lain dalam organisasi.
(3)
Conceptual Skill,
yaitu
kemampuan
personal
untuk
berpikir
abstrak,
untuk
mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi yang berbeda, dan melihat siatuasi luar.
Keterampilan konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar baru dan
menghadapi tantangan.
(4)
Decision Making Skill, yaitu keterampilan untuk merumuskan masalah dan memilih
cara bertindak yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Ada tiga tahapan
utama dalam pengambilan keputusan, yaitu:
(a) merumuskan masalah, mangumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternatif
pemecahannya;
(b) mengevaluasi setiap alternatif dan memilih alternatif yang terbaik;
(c) mengimplementasikan alternatif yang terpilih, menindaklanjutinya secara
periodik, dan mengevaluasi keefektifan yang telah dipilih tersebut.
(5)
Time Management Skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur waktu
seproduktif mungkin.
21
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Daftar Pustaka
1. Suharyadi, Arissetyanto Nugroho, Purwanto S.K., Maman Faturohman, 2007.
Kewirausahaan, Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, Salemba Empat.
2. Calvin R. J. 2002. Entrepreneurial Management. McGraw-Hill. New York.
3. Cooper A.C., S. A. Alvarez, A. A. Carera. 2006. Entrepreneurial Strategies: New
Technologies in Emerging Markets. Blackwell Publising. Australia.
4. Dollinger M. J., 2003. Entrepreneurship Strategies and Resources. Printice Hall. Ney
Jersey.
5. Hitt M. A., R. D. Ireland. 2002. Strategic Entrepreneurship; Creating a New Mindset.
Blackwell Publishing. United Kingdom.
6. Hendrowinoto N., dkk. 2005. H. Probosutedjo Merindukan Kesejahteraan Rakyat
Jelata. Mercu Buana University Press. Jakarta.
7. Longenecker, J. G., C. W. Moore., J.W. Petty. Kewirausahaan Manajemen Bisnis Kecil.
Salemba Empat. Jakarta,
8. Lupiyoadi, R. 2004. Entrepreneurship: From Mindset to Strategy. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta.
22
Harvard business
23