BAB.
nyata sering dapat ditafsirkan berbeda dan menerapkan aturan baku ke dunia
nyata tidak selalu mudah.
Kode dan Nilai Individu, Bagaimana kita berhadapan dengan perilaku bisnis
yang tidak etis, khususnya yang bersifat ambigu secara hukum ? Jelas kita
harus mulai dengan individu-individu dalam bisnis manajer, karyawan, agen
dan perwakilan hukum lainnya. Kode etik pribadi masing-masing orang,
ditentukan oleh kombinasi sejumlah faktor. Dimulai dengan terbentuknya
standar etis sebagai seorang anak dan tanggapannya atas perilaku orang tua
dan orang dewasa lainnya. Kemudian masuk sekolah, dimana kita dipengaruhi
teman-teman sekolah dan ketika tumbuh dewasa, pengalaman hidup
membentuk kita dan berkontribusi pada keyakinan etis dan perilaku kita. Kita
juga mengembangkan nilai-nilai dan moral yang berkontribusi pada standar
etis. Jika kita menempatkan standar pendapatan financial pada puncak daftar
prioritas kita, maka kita bisa mengembangkan satu kode etik yang
mendukung pengejaran kenikmatan material. Tetapi jika kita menempatkan
keluarga dan teman sebagai prioritas, maka kita akan menganut standar yang
berbeda.
Etika Binis
Etika Bisnis adalah istilah yang biasanya berkaitan dengan perilaku etis atau
tidak etis yang dilakukan oleh manajer atau pemilik suatu organisasi.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan institusi dan perilaku bisnis. Perusahaan bisnis merupakan
institusi ekonomi yang utama yang digunakan orang dalam masyarakat
modern untuk melaksanakan tugas memproduksi dan mendistribusikan
barang dan jasa. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana
standar itu diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi
perusahaan tersebut. Studi ini tidak hanya mencakup analisis norma moral
dan nilai moral, namun juga berusaha mengaplikasikan kesimpulankesimpulan analisis tersebut ke beragam institusi, teknologi, transaksi,
aktivitas dan usaha-usaha yang disebut bisnis.
Velasquez (2002) membedakan masalah yang dipelajari dalam etika bisnis
menjadi 3 macam :
Permasalahan Sistemik; dalam etika bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan etis
yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum dan sistem sosial
$.100 merupakan tindakan yang jelas akurat dan tepat. Akan tetapi, jika
manajer tersebut mengeluarkan $.100 untuk makan malam berikutnya pada
kota yang sama dengan seorang sahabat semata-mata untuk tujuan sosial.
Apabila ia menyerahkan bon tersebut untuk mendapatkan penggantian
sepenuhnya, maka tindakannya itu tidak etis. Akan tetapi, beberapa manajer
berfikir bahwa menyerahkan bon makan malam dengan teman adalah hal
yang biasa atau barangkali mereka berpendapat bahwa gaji mereka kurang
besar sehingga mereka dapat membatasi pengeluaran pribadi mereka dari halhal seperti itu.
Norma-norma etis juga muncul dalam kasus seperti ini, perhatikanlah empat
(4) norma dan persoalan yang ditimbulkannya.
Kegunaan (utility) : Apakah suatu tindakan mengoptimalkan keuntungan
mereka yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut ?
Hak (rights) : Apakah tindakan itu menghargai hak-hak orang yang terlibat ?
Keadilan (justice) : Apakah tindakan itu konsisten dengan apa yang kita
anggap adil.
Kepedulian (caring) : Apakah tindakan itu konsisten dengan tanggungjawab
masing-masing pihak kepada pihak lainnya.
Memadukan Utilitas, Hak, Keadilan dan Kepedulian; Saat ini tidak ada teori
moral komprehensif yang mampu menentukan dengan tepat, kapan
pertimbangan utilitarian dianggap lebih penting dibandingkan atas hak,
keadilan ataupun kepedulian atau perhatian. Demikian juga, tidak ada aturan
universal yang mampu mengatakan, kapan pertimbangan-pertimbangan
keadilan dianggap lebih penting dibandingkan pertimbangan hak ataupun
kepedulian. Para ahli belum sependapat atas aturan-aturan absolut dalam
membuat penilaian.
Sejauh ini, pendekatan etika yang telah dibahas semuanya difokuskan pada
tindakan sebagai pokok permasalahan etika dan mengabaikan karakter pelaku
tindakan itu sendiri. Akan tetapi, masalah utama yang muncul dalam
beberapa kasus bukanlah baik-buruknya suatu tindakan, namun sifat
karakter manusia yang tidak sempurna. Banyak ahli etika yang mengkritik
asumsi bahwa tindakan merupakan pokok persoalan utama dalam etika.
Etika, menurut mereka, tidak bisa hanya melihat jenis tindakan pelakunya
(agen), namun juga harus memerhatikan jenis karakternya. Fokus pada
pelaku (siapa dia), berbeda dengan fokus pada tindakan (apa yang dia
lakukan) akan mampu menunjukkan dengan cermat karakter seseorang
Gambar 3.2
Mengumpulkan fakta yang berkaitan
dengan suatu tindakan atau kebijakan
Perluasan Model
Analisa
Penilaian
yang semakin menjadi kontroversi yang berkaitan dengan etika bisnis dan
praktek-pratek perusahaan mencakup privasi e-mail dan komunikasi lain yang
terjadi di dalam suatu organisasi perusahaan.
Langkah tunggal yang paling efektif yang dapat diambil perusahaan adalah
memperlihatkan dukungan manjemen puncak terhadap tindakan yang etis.
Dengan adanya kode etik yang terinci dan seorang pejabat senior yang
memberdayakannya, perusahaan berharap akan tindakan etis dari para
karyawannya. Jadi, dua pendekatan paling umum untuk komitmen
manajemen puncak terhadap praktek bisnis yang etis adalah membuat
peraturan tertulis dan memberlakukan program etika.
Menerapkan Kode Etik Tertulis; Banyak perusahaan menuliskan kode etik
tertulis yang secara formal menyatakan keinginan mereka melakukan bisnis
secara etis. Jumlah perusahaan seperti ini, meningkat pesat dalam kurun
waktu tiga dasawarsa terakhir ini dan kini hampir semua korporasi besar telah
memiliki kode etik tertulis.
Gambar 3.3
Prinsip-prinsip
Inti dan nilai-nilai
Organisasi
Gambar di atas mengilustrasikan peranan penting etika dan nilai (values) yang
harus digunakan dalam kebijakan korporasi. Kita dapat menggunakannya
untuk mengetahui cara menyusun pernyataan etika yang bagus.
Pada dasarnya gambar itu menyarankan bahwa walaupun strategi dan praktek
bisnis bisa sering berubah, bahkan tujuan bisnis pun kadang-kadang
berubah, tetapi prinsip inti dan nilai organisasi harus tetap bertahan.
Hewlett-Packard, misalnya, memiliki kode etik tertulis, yang mereka sebut The
HP Way, sejak 1957.
Unsur-unsur pentingnya adalah sebagai berikut :
Kami
Kami
Kami
Kami
Kami
bisnis yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya,
dapat dikenakan denda dan hukuman dari pemerintah.
Tanggung jawab sosial terhadap konsumen pada umumnya terbagi dua
kategori : menyediakan produk-produk berkualitas dan menetapkan hargaharga secara adil. Tentu saja, tingkat kepedulian perusahaan terhadap
tanggung jawab sosial berbeda-beda, seperti juga pendekatan mereka terhadap
tanggung jawab lingkungan. Tetapi, tidak seperti masalah lingkungan,
kebanyakan permasalahan pelanggan tidak memerlukan solusi yang mahal.
Sesungguhnya, sebagian besar masalah dapat dihindari apabila perusahaan
mengikuti praktek-praktek yang telah di atur dan memperhatikan hukum yang
berkenaan dengan hak-hak konsumen.
Hak Konsumen, Banyaknya perhatian bisnis terhadap tanggung jawab kepada
konsumen saat ini dapat ditelusuri dari peningkatan konsumerisme (yaitu
aktivitas sosial yang ditujukan untuk melindungi hak-hak konsumen dalam
persetujuan jual beli dengan dunia bisnis).
Hak-Hak konsumen, menurut undang-undang federal AS :
Konsumen memiliki hak atas produk yang aman, Bisnis tidak dapat sengaja
menjual produk-produk yang mereka curigai sudah rusak. Contoh: Pabrik Ban
yang menjual Ban yang rusak.
Konsumen mempunyai hak mengetahui seluruh aspek yang berkaitan dengan
suatu produk. Contoh: pabrik pakaian saat ini dituntut untuk secara terbuka
memberi tahu semua kain yang digunakan (kapas, sutera, polyester dan lainlain) dan instruksi untuk merawat pakaian tersebut (dicuci dengan dry clean,
mesin cuci atau tangan).
Konsumen mempunyai hak untuk di dengar, Label pada kebanyakan produk
yang dijual dewasa ini mencantumkan nomor telepon, amupun alamat
sehingga pelanggan dapat mengajukan pengaduan atau melakukan
penyelidikan.
Konsumen mempunyai hak untuk memilih apa yang mereka beli, Pelanggan
yang mendapat layanan perbaikan mobil diizinkan untuk mengetahui dan
memilih soal penetapan harga dan garansi pada suku cadang baru versus
suku cadang bekas. Sama halnya, dengan persetujuan dokter mereka, orang
memiliki hak untuk memilih obat bermerek versus produk-produk generik
yang mungkin lebih murah.
Konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dalam hal
pembelian. Semua obat-obar resep saat ini tampil dengan informasi yang rinci
dan kemungkinan interaksi dengan obat-obatan lain.
Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan layanan yang ramah. Hak ini
tentu saja sulit untuk diatur dalam undang-undang. Tetapi ketika konsumen
menjadi semakin berpengetahuan, mereka ingin mengadukan layanan yang
buruk. Hotline konsumen dapat juga digunakan untuk menyuarakan isu yang
berkaitan dengan layanan.
Contoh :
American Home Products memberikan contoh pelajaran yang dapat dipetik
sebagai akibat terjadinya pelanggaran atas satu atau lebih hak-hak
konsumennya. Selama tahun 1990-an, perusahaan secara agresif
memasarkan obat yang disebut Pondimin, suatu merek pil diet yang
mengandung fenfluramin. Di tahun 1996 saja, para dokter menuliskan 18 juta
resep Pondimin dan obat-obatan lain yang mengandung fenfluramin. Akan
tetapi pada tahun 1997, FDA melaporkan hubungan antara pil tersebut
dengan penyakit jantung. Gugatan class action diajukan kepada perusahaan
itu, bahwa obat tersebut tidak aman dan bahwa penggunanya tidak diberi
informasi yang lengkap mengenai efek sampingan yang mungkin
ditimbulkannya. American Home Products akhirnya diharuskan membayar
$.3,75 miliar kepada orang-orang yang telah menggunakan obat tersebut.
Penetapan Harga yang Tidak Wajar, Mencampuri persaingan dapat juga
menjadi bentuk praktek penetapan harga yang ilegal. Seperti, Kolusi ;yaitu
kesepakatan ilegal antara dua perusahaan atau lebih untuk bekerja sama
dalam tindakan yang salah dan Kolusi dapat juga terjadi apabila dua atau
lebih perusahaan setuju untuk bekerja sama dalam tindakan yang salah,
seperti, kolaborasi penetapan harga (price fixing). Departemen Kehakiman
Amerika Serikat menuntut tiga perusahaan farmasi dengan tuduhan secara
ilegal mengontrol pasokan dan harga vitamin di seluruh dunia. Rhone-Poulenc
dari Perancis akhirnya mau bekerja sama dalam penyelidikan tersebut,
membantu memecahkan masalah tersebut, membantu memecahkan kausu
tersebut beberapa bula lebih cepat daripada yang diharapkan dan tidak
dikenai denda. Tetapi, F. Hoffman-LaRoche dari Swiss dikenai denda $.500
juta dan BASF dari Jerman dikenai denda $. 225 juta.
Pada beberapa kondisi, perusahaan juga bisa dituntut karena melakukan
eksploitasi harga (price gouging), yaitu menaikkan harga sangat tinggi (dan
kadang tidak beralasan) untuk mengikuti meningkatnya permintaan. Sebagai
ada individu yang memberi tahu badan hukum atau media massa. Di sini,
orang tersebut menjadi apa yang dikenal sebagai pengungkap praktek tidak
etis (whistle-blower) - seorang karyawan yang mendeteksi dan berusaha
mengakhiri tindakan perusahaan yang tidak etis, tidak legal atau tidak
memiliki tanggung jawab sosial dengan cara mempublikasikannya.
Sayangnya, whistle-blower kadang kala diturunkan dari jabatan dan bahkan
dipecat, ketika mereka mempublikasikan tuduhannya. Bahkan apabila mereka
mempertahankan pekerjaannya, mereka tetap diperlakukan sebagai orang luar
dan menerima kemarahan serta permusuhan dari teman-teman sekerjanya.
Banyak rekan kerja menganggap whistle-blower sebagai orang yang tidak
dapat dipercaya. Satu studi terbaru mengemukakan bahwa kira-kira separuh
dari semua whistle-blower khirnya dipecat dan kira-kira separuh yang dipecat
itu akhirnya kehilangan rumah dan/atau keluarga mereka.
Tanggung Jawab terhadap Penanam Modal
Karena pemegang saham merupakan pemilik perusahaan, terdengar sangat
jangggal apabila perusahaan mengabaikan para investornya. Para manajer
dapat menghindari tanggung jawab mereka kepada investor dengan beberapa
cara. Namun demikian, perilaku tidak bertanggung jawab terhadap para
pemegang saham sama artinya dengan merusak sumber daya keuangan
perusahaan. Pada kasus seperti itu, pihak yang pasti dirugikan adalah para
pemilik saham yang tidak menerima pendapatan atau dividen mereka.
Perusahaan dapat pula bertindak tidak bertanggung jawab terhadap para
investor dengan cara memberikan keterangan yang menyimpang mengenai
sumber daya perusahaan.
Manajemen Finansial yang Tidak Wajar, Kadang kala, organisasi atau para
pimpinan mereka dinyatakan bersalah akibat penyimpangan manajemen
keuangan yang dilakukan secara terang-terangan pelanggaran yang tidak etis
tetapi tidak seluruhnya ilegal. Sebagai contoh, beberapa perusahaan dituduh
membayar gaji yang terlalu besar bagi para manajer senior dan mengirim
mereka ke tempat peristirahatan di resor-resor yang eksotis dan mahal dan
memberikan bonus seenaknya, termasuk akses langsung pemakaian jet
korporasi, uang jalan yang berlebihan dan keanggotaan klub-klub mewah.
Pada situasi seperti ini, kreditor tidak dapat banyak bertindak dan para
pemegang saham hanya memiliki sedikit pilihan. Mencoba memaksakan
perubahan manajemen, misalnya, merupakan proses sulit yang dapat
menurunkan harga saham Akibat buruk yang biasanya dihindari oleh para
pemegang saham.
Sejauh ini kita telah membahas tanggung jawab sosial, seakan-akan terdapat
kesepakatan mengenai cara organisasi harus berperilaku. Sesungguhnya,
terdapat perbedaan pendapat yang sengit sehubungan peran tanggung jawab
sosial sebagai tujuan bisnis. Beberapa orang, misalnya, menentang setiap
aktivitas bisnis yang mengancam laba. Sebaliknya, ada pula yang berpendapat
bahwa tanggung jawab sosial harus lebih diutamakan dibandingkan laba.
Bahkan usahawan yang menyetujui pentingnya tanggung jawab sosial akan
mengutarakan alasan yang berbeda. Beberapa orang yang skeptis terhadap
proyek sosial yang disponsori ole bisnis, takut apabila bisnis berkembang
menjadi terlalu aktif, mereka akan memperoleh terlalu banyak kontrol atas
cara menjalankan proyek yang ditujukan untuk masyarakat umum tersebut.
Para pengkritik menunjukkan bahwa banyak bisnis telah berhasil menekan
badan-badan pemerintah yang seharusnya mengatur industri mereka. Kritik
lain mengatakan bahwa organisasi bisnis kurang memiliki pakar yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan sosial. Mereka berpendapat,
misalnya, seharusnya pakar teknik, bukan pakar bisnis yang harus
memutuskan cara membersihkan sungai-sungai yang terpolusi.
Pendukung tanggung jawab sosial yakin bahwa korporasi juga merupakan
warga negara dan dengan demikian harus membantu memperbaiki hidup
warga lain. Yang lainnya menegaskan sumber daya besar yang dikontrol oleh
bisnis-bisnis dan mengingatkan bahwa mereka sebenarnya berperan
menciptakan banyak masalah, yang kemudian di rancang untuk dihilangkan
lewat program-program sosial tersebut.
Pendekatan Tanggung Jawab Sosial
Mengingat adanya perbedaan pendapat, tidaklah mengherankan jika korporasi
menerapkan pendekatan tanggung jawab sosial yang berbeda-beda. Tidak
mengejutkan juga jika korporasi menerapkan berbagai posisi dalam tanggung
jawab sosial.
Gambar 3.6
Spektrum Pendekatan Tanggung Jawab Sosial Korporasi
Tingkatan Terendah
Tertinggi
Tanggung Jawab Sosial
Jawab Sosial
Tingkatan
Tanggung
Sikap
Akomodatif
Sikap
defensif
diterima dan praktek yang tidak dapat diterima, tanggapan mereka biasanya
menolak atau menyembunyikan tindakan mereka. Perusahaan yang menganut
pendapat ini tidak terlalu peduli dengan perilaku etis dan umumnya sedapat
mungkin akan menyembunyikan tindakannya yang salah.
Sikap Defensif, adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai
dengan perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum
atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan
sosialnya. Jadi pendekatan ini, organisasi perusahaan akan melakukan apa
saja yang disyaratkan oleh peraturan hukum tetapi tidak lebih dari itu.
Pendekatan ini merupakan yang paling konsisten dengan tanggung jawab
sosial korporasi. Para manajer yang mengambil sikap defensif biasanya merasa
bahwa pekerjaan mereka adalah menghasilkan laba. Perusahaan seperti itu,
misalnya, akan memasang peralatan pengontrol polusi sesuai dengan yang
disyaratkan peraturan, tetapi tidak akan memasang peralatan dengan kualitas
lebih tinggi walaupun alat itu dapat lebih membatasi polusi.
Sikap Akomodatif, adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan
suatu perusahaan, dengan melakukannya, apabila diminta, melebihi
persyaratan hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan
individu dalam lingkungan sosialnya. Jadi perusahaan yang menerapkan
sikap akomodatif, memenuhi persyaratan hukum dan etis tetapi juga mau
bertindak lebih jauh pada saat-saat tertentu. Perusahaan seperti itu secara
sukarela setuju untuk berpartisipasi dalam program-program sosial, tetapi
para pencari sumbangan harus terlebih dahulu meyakinkan mereka bahwa
program tersebut bermanfaat bagi mereka. Intinya adalah seseorang harus
menemui mereka dan meminta: organisasi yang menerapkan sikap akomodatif
ini tidak merasa perlu atau tidak secara proaktif mencari kesempatan untuk
menyumbang.
Sikap Proaktif, adalah pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan
suatu perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk memberikan
sumbangan demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan
sosialnya. Sikap ini adalah tingkatan tertinggi tanggung jawab sosial yang
dapat diperlihatkan perusahaan, dimana perusahaan yang menerapkan
pendekatan ini sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawab sosialnya.
Mereka melihat dirinya sebagai warga masyarakat dan secara proaktif mencari
kesempatan untuk memberikan sumbangan. Cara yang paling umum dan
langsung untuk melaksanakan sikap ini adalah mendirikan yayasan yang
dapat menyalurkan dukungan finansial langsung bagi berbagai program sosial.
Tidakadakomentar:
PoskanKomentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2013 (2)
Oktober (1)
Januari (1)
ETIKA BISNIS dan PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL
2012 (1)
Mengenai Saya
Muhammad Aditama
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.