Kelompok 3:
2019
A. Pendahuluan
Bidang Studi atau accumalated body of knowledge, Sebagai bidang studi yang
dialami konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya, serta proses
menggunakan dan mentransformasi barang, jasa, atau gagasan menjadi nilai (value).
Lima aspek spesifik yang tercermin dalam lingkup tersebut:
Proses kebutuhan pembelian dapat dikategorikan secara garis besar kedalam 3 tahap
Perilaku Konsumen Berketerlibatan Tinggi Perilaku Konsumen Berketerlibatan Rendah
a. Extended decision making ialah jenis pengambilan keputusan yang paling lengkap,
bermula dari identifikasi masalah atau kebutuhan konsumen yang dapat dipecahkan
melalui pembelian produk tertentu.
b. Limited decision making ialah konsumen mengidentifikasikan masalah atau
kebutuhannya, kemudian mengevaluasi beberapa alternative produk atau merek
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha mencari informasi baru
tentang produk atau merek tersebut.
c. Nominal decision making ialah proses paling sederhana, yaitu konsumen
mengidentifikasikan masalahnyam kemudian langsung mengambil keputusan
untuk membeli merek favorit atau kegemarannya.
1. Identifikasi kebutuhan
a. Commercial cues, yaitu kejadian atau motivasi yang memberikan stimulus bagi
konsumen untuk melakukan pembelian, sebagai hasil usaha promosi perusahaan.
b. Physical cues, yakni stimulus yang ditimbulkan karena rasa haus, lapar, lelah
dan biological cues lainnya.
c. Social cues adalah stimulus yang didapatkan dari kelompok refrensi yang
dijadikan panutan atau acuan oleh seseorang.
2. Pencarian Informasi
Sebelum memutuskan tipe produk, merk spesifik, dan pemasok yang akan
dipilih, konsumen biasanya mengumpulkan beberapa informasi mengenai
alternatif-alternatif yang ada. Akan tetapi, dalam semua proses pembuatan
keputusan konsumen, jarang sekali dijumpai ada konsumen yang
mempertimbangkan semua alternative produk atau merk yang ada di pasar.
Sebaliknya, pelanggan biasanya mempertimbangkan hanya sebagian merk, produk
atau pemasok yang diorganisasikan ke dalam :
1. Impersonal advocate sources, meliputi iklan media cetak dan media elektronik.
2. Impersonal independent sources, terdiri atas informasi-informasi yang
didapatkan dari artikel-artikel popular dan broadcast programming.
3. Personal advocate sources, yaitu informasi yang diterima dari wiraniaga.
4. Personal independent sources, berupa informasi yang didapatkan dari teman dan
saudara.
1. Factor Produk
2. Factor Situasional (pengalaman, penerimaan sosial, pertimbangan berkenaan
dengan nilai produk)
3. Faktor Personal (karakteristik demografis konsumen, kepribadian)
Dalam pembelian barang, konsumen menggunakan sumber informasi
personal dan sumber non personal, karena keduanya bisa mengkomunikasikan
search qualities secara efektif. Sebaliknya, dalam pembelian jasa, konsumen
biasanya lebih mengandalkan sumber personal karena beberapa factor. Pertama,
media massa bisa bisa mengkomunikasikan informasi tentang search quality namun
tidak terlalu efektif dalam menyampaikan experience quality. Dengan cara bertanya
pada teman tentang sebuah jasa, pelanggan bisa mendapatkan informasi memadai
tentang experience quality. Kedua, sumber non-personal kemungkinan tidak
tersedia karena :
a. Banyak penyedia jasa adalah perusahaan local yang tidak berpengalaman dalam
beriklan atau tidak memiliki dana untuk itu.
b. Cooperative advertising (periklanan yang didanai bersama oleh pengecer dan
pemanufaktur) jarang digunakan karena kebanyakan penyedia jasa local adalah
produsen sekaligus pengecer jasa.
c. Asosiasi professional melarang periklanan selama bertahun-tahun sehingga baik
kalangan professional maupun klien cenderung menolak iklan meskipun kini
iklan diijinkan pada beberapa tipe profesi tertentu.
a. Apabila produk yang dibeli sangat intangible (tipe pure service), di mana
pelanggan potensial tidak memiliki banyak elemen fisik yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi kualitas sebelum pembelian.
b. Apabila produk yang dibeli relative baru.
c. Apabila produk yang dibeli kompleks, contohnya jasa medis, dst.
d. Apabila pelanggan relative tidak berpengalaman, sehingga kurang memiliki
kepercayaan diri dan pengetahuan memulai guna mengevaluasi penyedia
jasa/produk.
e. Apabila merk produk yang dibeli lebih ter-customized dan tidak terstandarisasi.
f. Apabila pembelian produk bersangkutan relative penting bagi konsumen.
3. Evaluasi Alternatif
Setelah produk dipilih lalu dibeli dan dikonsumsi, tahap selanjutnya adalah
evluasi purnabeli. Dalam tahap ini, setelah melakukan pembelian, konsumen akan
mengalami kondisi disonansi kognitif. Kondisi ini merupakan keraguan ketepatan
dalam keputusan pembelian, kondisi disonansi kognitif dapat dipengaruhi beberapa
faktor, salah satunya seperti tingkat komitmen konsumen terhadap keputusan
pembelian yang telah dibuat. Pelanggan yang memiliki kondisis disonan kognitif
bisa diminimumkan dengan cara menyediakan reasurring letters di kemasan
produk, serta menyediakan garansi ataupun jaminan.
Dalam pembelian tertentu mungkin juga akan berakhir dengan situasi non-
use (tanpa pemakaian), karena konsumen memutuskan hanya menyimpannya atau
mengembalikannya tanpa pernah menggunakannya. Setelah melakukan
pembelian, konsumen akan melakukan penggunaan produk, penggunaan produk
sering menggunakan disposisi kemasan produk, oleh karena itu konsumen memiliki
dua alternatif dalam hal ini, yaitu (1) mempertahankannya (menyimpan atau
menggunakan untuk tujuan tertentu); dan (2) menyingkirkannya (mendaur ulang,
menyumbangkannya atau meminjamkannya).
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu tujuan pokok setiap perusahaan. Kunci
utama untuk memenangkan persaingan dalam kepuasan pelanggan adalah memberikan
nilai melalui penyampaian produk dan jasa berkualitas dengan harga yang kompetitif.
Oleh karena itu, para peneliti perilaku konsumen tertarik menekuni tentang konsep, teori,
dan strategi kepuasan pelanggan.
1. Konsep Kepuasan Pelanggan
Menurut Schnaar, tujuan dari sebuah bisnis adalah untuk menciptakan para
pelanggan yang puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat,
salah satunya seperti hubungan yang baik antara perusahaan dan pelanggannya.
Konsep kepuasan pelanggan yang dimaksud adalah ketika produk perusahaan
dievaluasi lebih bagus dibandingkan dengan produk pesaing, maka konsumen akan
memilih membeli produk dari perusahaan. Sebelum konsumen tersebut membeli, ia
memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap nilai produk dari perusahaan. Setelah ia
membeli dan mengonsumsinya, konsumen akan mempersepsikan nilai produk
yang didapatkan. Apabila persepsinya sama atau bahkan lebih besar dari ekspetas
sebelum pembelian, maka konsumen tersebut akan puas. Sebaliknya, jika tidak,
yang tejadi adalah ketidakpuasan pelanggan.
Dalam mengevaluasi kepuasan/ketidakpuasan terhadap suatu barang, barang
akan dibagi menjadi dua produk, yaitu produk manufaktur dan jasa. Untuk konteks
produk manufaktur, faktor yang digunakan meliputi:
a. Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti yang
dibeli, seperti kecepatan, konsumsi bahan bakar, dan sebagainya.
b. Fitur (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, seperti
kelengkapan interior dan eksterior (AC, sound system, dan sebagainya).
c. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kevil akan mengalamikerusakan
atau gagal dipakai, seperti mobil tidak sering ngadat/macet.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh
mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, seperti standar keamanan dan emisi terpenuhi.
e. Daya tahan (durability), berapa lama produk tersebutdapat terus digunakan,
seperti umur ekonomis.
f. Serviceability, seperti kecepatan, kenyamanan, mudah direparasi, dan
sebagainya.
g. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, seperti bentuk fisik
mobil yang menarik, desain yang artistik.
h. Persepsi terhadap kualitas (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk
serta tanggung jawab perusahaan.
Sementara, untuk mengevaluasi jasa yang bersifat intagible, variable,
inseparable, kebanyakan pelanggan akan menggunakan beberapa faktor berikut:
a. Bukti fisik (tangibles), meliputi fisik atau perlengkapan suatu produk.
b. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera.
c. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para karyawan untuk
membantu para pekanggan dan memberikan pelayanan yang tanggap.
d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan
sifat yang dipercaya.
e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan pelanggan.
2. Teori Kepuasan Pelanggan
Berikut ini merupakan lima teori dalam riset kepuasan pelanggan:
a. Expectancy Disconfirmation Model
Berdasarkan model ini, kepuasan pelanggan dilihat dari pengalaman
mereka terhadap produk sebelumnya, lalu dievaluasi berdasarkan kinerja
perusahaan. Dengan adanya evaluasi kinerja tersebut, pelanggan dapat
mengkonfirmasi akan ketidakpuasan yang diharapkannya. Jika kinerja
perusahaan lebih rendah daripada harapan pelanggan, maka yang terjadi
adalah ketidakpuasan emosional. Jika kinerjaperusahaan sama dengan
harapan pelanggan, yang terjadi adalah konfirmasi harapan. Apabila kinerja
perusahaan lebih baik dari apa yang diharapkan pelanggan, maka kepuasan
emosional yang akan terjadi.
Berikut tiga macam pendekatan harapan pra-pembelian atas kinerja:
Equitable performance, penilaian normatif yang dilakukan konsumen
berdasarkan dengan biaya atau usaha yang telah dikeluarkan harus sesuai
dengan harapannya.
Ideal performance, tingkat kinerja ideal yang diharapkan seorang
konsumen.
Expected performance, tingkat kinerja yang diperkirakan atau yang paling
diharapkan konsumen.
b. Equity Theory
Menurut Homans, model ini merupakan rewards yang didapatkan dari
pertukaran yang proporsional antara orang lain dan investasinya. Model ini
juga dapat menentukan sejauh mana pertukaran tersebut adil. Rasio ini bisa
ditunjukan secara sederhana sebagai berikut:
Jika kepuasan terjadi, maka hasil antara kedua rasio A dan B harus
sama. Apabila kedua rasio tersebut tidak seimbang, maka sebaliknya, yang
terjadi adalah ketidakpuasan.
c. Attribution Theory
Attribution theory merupakan proses mengidentifikasi yang dilakukan
oleh seseorang dalam menentukan penyebab terhadap obyek tertentu.
Atribusi yang dilakukan seseorang sangat mempengaruhi tingkat kepuasan
seseorang terhadap produk dan jasa yang dibelinya. Ada tiga teori atibusi,
diantaranya:
Causal Attribution, apabila terjadi kesalahan, pelanggan akan menilai
sendiri siapa yang salah danyang patut untuk disalahkan.
Control Attribution, pelanggan akan menilai apakah ketidakpuasan
mereka berada dalam pemasar atau tidak.
Stability Attribution, bila terjadi sesuatu yang tidak memuaskan, maka
pelanggan akan menilai apakah kejadian tersebut akan terulang lagi atau
tidak. Jika pelanggan menilai bahwa kejadian yang gagal akan cenderung
terulang lagi, maka pelanggan akan sangat tidak puas dengan layanannya.
Ataupun sebaliknya, jika pelanggan belum pernah mengalami insiden
tersebut, maka menurut pelanggan insiden tersebut hanyalah kasus khusus,
jadi ketidakpuasannya relatif kecil.
d. Assimilation-Contrast Theory
Menurut teori ini, apabila produk atau jasa yang dibeli dan dikonsumsi
tidak terlalu berbeda dengan apa yang diharapkan, maka kinerja dari produk
dan jasa akan diterima dan dievaluasi secara positif. Sebaliknya, apabila
produk dan jasa melampaui zona penerimaan konsumen, maka kinerja
tersebut akan dianggap melebih-lebihkan.
e. Opponent Process Theory
Dalam teori ini, terdapar proses komeostatis yang merupakan reaksi
emosional terhadap kinerja produk/jasa. Proses pertama (proses awal) disebut
proses primer dan proses adaptif. Proses kedua yaitu opponent process,
meskipun respon awal tidak langsung cepat meningkat, tetapi seiringadanya
pengulangan opponent process akan menjadi kuat, sehingga pelanggan yang
mengalami pengulangan akan lebih lemah pada insiden berikutnya
3. Strategi Kepuasan Pelanggan
a. Strategi Ofensif
1) Menambah jumlah pemakai atau pembeli baru (new user)
Ada 3 cara utama untuk mendapat pelangan baru, antara lain:
a) Menarik kelompok non-pemakai sebagai pelanggan baru, yang dapat
distimulasikan dengan
Meningkatkan kesediaan membeli (willingness to buy) yang bisa
didapat dari mendemonstrasikan serta meyakinkan manfaat unik
lebih unggul dari pesaing yang ditawarkan, mengembangkan produk
baru dengan manfaat lebih menarik untuk segmen tertentu.
Meningkatkan kemampuan konsumen untuk membeli produk
(ability to buy), untuk mengatasi daya beli yang rendah dengan
menawarkan harga lebih murah,membuat jenis produk yang lebih
terjangkau, ukuran lebih kecil, menjual ecer, fasilitas kredit, dan
untuk mengatasi akses yang sulit dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketersediaan produk, menambah gerai,
meningkatkan frekuensi pengiriman, pengelolaan terkomputerisasi,
membangun website yang mudah.
b) Merebut pelanggan pesaing, dimana biasanya pelanggan
membandingan berbagai alternatif merek berdasarkan atribut atau
faktor tertentu seperti harga, desain,kualitas, ukuran dll. Sehingga
perusahan menggunakan strategi positioning agar lebih unggul pada
atribut tertentu, antara lain:
Head to head positioning, menawarkan manfaat yang pada dasarnya
sama dengan pesaing dengan usaha pemasaran yang lebih
unggul(superior marketing efforts) seperti peningkatan kualitas,
pengembangan produk dll. Kemudian megembangkan posisi
kepemimpinan harga dan biaya (price-cost leadership) dengan
menawarkan kualitas produk yang sama namun dengan harga
yang lebih murah.
Differentiated positioning,membuat atribut yang berbeda dan manfaat
tertentu untuk segmen tertentu pula. Bisa dengan menonjolkan
atribut/ manfaat yang unik (benefit/attribute
prositioning), fokus melayani segmen kecil tertetu (customer-
oriented positioning/ niching).
c) Menarik kembali mantan pelanggan, dengan memahami penyebab
beralihnya kosumen serta memperbaiki kekurangan pada aspek pemicu
beralihnya konsumen.
2) Memperluas pasar yang dilayani (served marked), dengan:
Perluasan jaringan distribusi seperti ekspansi geografis, menambah
alternatif saluran distribusi.
Perluasan lini produk, baik secara vertikal dengan menambah produk
baru pada level harga berbeda, dan secara horizontal dengan menambah
produk baru yang berbeda karakteristik/ fiturnya namun dengan harga
relatif sama.
3) Mencari aplikasi baru produk bersangkutan (new uses), dengan
mendemonstrasikan / mempromosikan manfaat baru sebuah produk yang
sudah ada kepada konsumen/ pasar baru agar produk diminati dan dibeli
banyak konsumen dengan berbagai keperluan.
b. Strategi Defensif
1) Menaikkan frekuensi dan volume pembelian atau pemakaian
Dengan memperluas ragam penggunaan produk/ situasi penggunaan
produk, memodifikasi kemasan, memberikan harga murah, mengubah
persepsi konsumen terhadap manfaat suatu produk, serta mendorong
pengantian produk lebih cepat.
2) Meningkatkan kepuasan pelanggan
Dengan mempertahanka tingkat kepuasan pelangggan, menerapkan
customer relationship management, dan menawakan produk koplementer.
3) Mencari aplikasi baru produk bersangkutan
Dengan mendemonstrasikan/ mempromosikan manfaat baru sebuah
produk yang sudah ada kepada pelanggan/ pasar saat ini agar
meningkatkan jumlah konsumsi, meningkatkan loyalitas.
1. Momen proses layanan
a. Strategi pra-pembelian
Kemampuan untuk memahami dan mengelola ekspektasi pelanggan. Bisa
memainkan promosi untuk menarik perhatian dan minal para pelanggan,
namun janngan sampai membuat kecewa dan mengakibatkan reputasi
buruk serta negative word of mouth.
b. Strategi saat dan pasca pembelian
1) Aftermarketing
Semakin lama sebuah perusahaan mampu mempertahankan pelanggan
semakin profitable pelanggan tersebut bagi perusahaan, karena semakin
ketergantungan pada produk yang dibeli meningkatkan loyalitas dan
meminimalisir kemungkinan pelanggan untuk beralih ke pesaing.
2) Strategi Retensi Pelanggan
Loyalitas pelanggan berhubungan positif dengan profitabilitas
perusahaan, peningkatan profitabilitas dipengaruhi:
a) Biaya akuisisi pelanggan baru, biaya mendapatkan pelanggan baru
lebih mahal dibanding mempertahankan pelanggan yang puas.
b) Profit dasar, penghasilan awal biasnaya belum bisa menutup biaya
modal yang dikeluarkan, perlu waktu tertentu hingga tercapai break
event point.
c) Pertumbuhan pendapat, pelanggan lama bisa memberikan bisnis
lebih berkembang bagi produsen.
d) Penghematan biaya, saling memahami apa yang diharapkan,
bagaimana mewujudkannya agar efektif.
e) Referrals, pelanggan puas membantu pemasaran dengan word of
mouth.
f) Harga premium, dapat dirasakan manfaatnya bagi pelanggan lama.
E. Kesimpulan
Pelanggan yang puas belum tentu tipe pelanggan yang mendatangkan profit bagi
perusahaan, pemasaran saat ini haruslah berubah dari sekedar menciptakan costumer
value menjadi penciptaan stake holder value, dengan kata lain dibutuhkan keseimbangan
antara kepentingan konsumen dan stake holder lainnya.