Anda di halaman 1dari 26

Pemasaran

Jasa
Internasional

Katrine Anas Tazkia 8223155218


Rizky Rahmatsyah 8223155363
Sektor jasa memberikan kontribusi terbesar
bagi GDP di negara-negara maju dan
merupakan sumber lapangan kerja utama,
baik di negara maju maupun di negara
berkembang.
Faktor Pemicu Internasionalisasi Jasa
1. Firm Level Drivers

a. Mencari Pasar = Eksportir biasanya mencari pasar baru untuk


memanfaatkan pertumbuhan di pasar tersebut.

b. Mengikuti Klien = kadang dalam konsep B2B, klien menuntun pemaok


menyediakan jasa yang sama di lokasi baru. Klien biasanya menginginkan
one-stop shopping atau full services dari pemasok yang andal dan
terpercaya

c. Tekanan Pasar Domestik = Hal ini terjadi apabila pasar domestiktelah


mulai jenuh dikarenakan ukuran pasar yang relatif kecil, pertumbuhan
stagnan, dan/atau intesitas persaingan yang ketat
d. Mengikuti Pesaing = Beberapa perusahaan jasa mengamati para
pesaingnya berekspansi ke luar negeri dan merasa wajib melakukan hal
yang sama sebelum terlambat.

e. Membangun Keahlian = Beberapa pasar dipandang sebagai lad


countries, sehingga banyak perusahaan yang tertarik untuk beroperasi di
sebuah lead country untuk mendapatkan pengalaman dan keahlian yang
kemudian bisa diumoanbalikkan ke pasar negara asal.

f. Melakukan Preemptive Strikes = Menjadi perusahaan pertama yang


memasuki pasar dari sebuah Negara, biasanya memberikan first-mover
advantage jika market entry tersebut dilakukan dengan benar.

g. Pesanan Tak terduga = dikarenakan sebuah perusahaan jasa memiliki


reputasi internasional atau teknologi inovatif yang dibutuhkan untuk
menangani proyek tertentu di luar negeri.
2. Industry Level Drivers

a. Faktor Persaingan = meliputi tingkat ekspor dan impor yang


tinggi dalam industri spesifik, kehadiran pesaing dari berbagai
negara, interpedensi antar negara, dan kebijakan transnasional
dari para pesaing

b. Faktor Pasar = terdiri atas kesamaan dalam hal kebutuhan dan


keinginan konsumen, berkembangnya pelanggan global,
berkembangnya saluran distribusi global, semakin banyaknya
aktivitas dan program pemasaran yang bisa ditransfer melewati
batas-batas negara, dan bertumbuhnya sejumlah lead countries.

c. Faktor Teknologi = mencakup kemajuan dalam kinerja dan


kapabilitas telekomunikasi, komputerisasi, miniaturisasi
peralatan elektronik, dan digitalisasi suara, video, dan teks
d. Faktor Biaya = terdiri dari skala ekonomis, efek kurva pengalaman, efisiensi
melalui sourcing, ketersediaan dukungan logistik global, perbedaan dalam hal
country cost, kebutuhan untuk menutupi biaya pengembangan produk yang
mahal, dan semakin berkurangnya rasio antara biaya teknologi komunikasi
dan transportasi dibandingkan kinerja yang dihasilkan.

e. Faktor Pemerintah = meliputi kebijakan perdagangan yang kondusif, standar


teknis yang kompatibel, regulasi pemasaran yang serupa, BUMN sebagai
pelanggan baru dan pesaing, dan kebijakana pemerintah tujuan sasaran.
Dampak 5 Faktor Pemicu Internsionalisasi
Jasa

* People-processing services
Dalam tipe ini pelanggan menjadi bagian utama dari proses
produksi jasa yang berlangsung secara simultan dengan konsumsi
jasa bersangkutan.
1. Mengekspor konsep jasa = penyedia jasa dapat bekejasama
dengan pemasok lokal mapun beoperasi seniri dengan mendirikan
sevices factory di negara lain untuk meleyani pelanggan baru di
negara lain, sekedar mengikuti pelanggan saat ini ke lokasi baru,
atau keduanya.
2. Mengimpor pelanggan = pelanggan dari negara lain dipikat dengan
daya tarik atau kompetensi unik untuk datang ke services factory di
home country penyedia jasa.

3. Memindahkan pelanggan ke lokasi baru = dalam jasa transportasi


penumpang, memasuki pasar internasional berarti membuka rute baru
ke tempat tujuan yang diharapkan. Strategi ini digunakan untuk menarik
pelanggan baru sembari menambah pilihan bagi pelanggan saat ini.
* Pocession-processing services
penyedia jasa melakukan sesuatu atas produk fisik milik pelanggan untuk
meningkatkan nilai produk tersebut bagi pelanggan.

* Information-based servises
meliputi mental-processing services dan informulation-based services.
1. Mengekspor jasa kepada service factory lokal. Jasa bisa disediakan di
fasilitas lokal yang dapat dikunjungi pelanggan.
2. Mengimpor pelanggan. Pelanggan dapat mendatangi fasilitas spesialis di
luar negeri untuk mendapa jasa yang dibutuhkan.
3. Mentranformasi jasa ke dalam barang fisik dan mengekspornya. Jasa
berbasis informasi dapat direkam dan dikemas dalam bentuk object-based
services untuk dikirim ke pelanggan atau di jual di saluran distribusi lokal
4. Mengeksopor informasi via telekomunikasi dan mentranformasinya
secara lokal. object-based services tidak dikirim ke pelanggan secara fisik
namun data dapat di-download dari negara asal untuk keperluan produksi
fisik di pasar lokal.
Tipologi Jasa Internasional

* Erramili (1990) mengelompokkan jasa internasional kedalam


dua jenis, yaitu hard services dan soft services.

* Clark, Rajaratnam & Smith (1996) mengklasifikasikan menjadi


4 macam, contact-based services, vehicle-based services,
asset-based services, dan object-based services.

* Patterson & Cicic (1995) mengemukakan tipologi perusahaan


jasa yang berkprah dalam pemasaran global berdasarkan 2
dimensi utama: tingkat tangibility dan tingkat face-to-face
contact yang dibutuhkan untuk memproduksi dan
menyampaikan jasa
Dalam tipologi Patterson & Cicic terdapat 4 jenis perusahaan
jasa:
1. Location-Free Profesional Services. Penyedia jasa tidak harus
berada di negara lain secara permanen.
2. Location-Bound Customized Services. Tipe ini bersifat jagka
panjang, membutuhkan interaksi personal,menuntut fleksibilitas
dan adaptasi situasional, serta memerlukan kehadiranpermanen di
negara tujuan pemasaran.
3. Standardized Services Packages. Berkaitan erat dengan
produk fisik. Jasa sangat terstandarisasi sehingga jika tidak
dikemas dengan produk fisik dapat memudahkan proses ekspor
melalui cara-cara tradisional guna menekan resiko dan biaya.
4. Value-Added Customized Project. Membutuhkan tingkat
interaksi tinggi dengan kliennya dalam rangka memberikan layanan
sesuai dengan harapa klien. Dalam tipe ini komponen jasa
memberikan nilai tambah signifikan pada produk fisik.
Tantangan Pemasaran Jasa Internasional
* Isu-isu penyampaian jasa. Ekspor jasa bisa dilakukan secara inbound
(penerima jasa mendatangi negara penyedia jasa untuk menerima
jasa) atau outbound (penyedia jasa mendatangi penerima jasa).
* Kebutuhan infrastruktur. Ekspor jasa sering bergantung pada
infrastruktur yang tersedia.
* Kebutuhan akan kontak langsung. Jika ekspor melibatkan produksi
dan konsumsi jasa secara simultan, kehadiran antara penyedia dan
penerima jasa secara bersamaan dan kontak langsung antara
keduanya seingkali dibutuhkan.
* Proteksi yang lebih besar. Pemerintah di sejumlah negara sering
memandang ekspor jasa sebagai sektor yang bernilai kultural dan
sangat strategik. Implikasinya, proteksi terhadap sektor jasa banyak
di jumpai.
Dahringer (1991) mengemukakan beberapa strategi dasar untuk menghadapi
hambatan tersebut.
1. Embodying. Perusahaan jasa memasukan atau mengemas jasa dalam produk
fisik.
2. Pemanfaatan teknlogi. Teknologi yang ada dimanfaatkan untuk merancang dan
menyampaikan jasa lintas negara. Teknologi juga bisa digunakan untuk
menyiasati hambatan pemasaran.
3. Customizing. Karena jasa bersifat heterogen, maka jasa bisa di-customized.
Pasar yang berdaya beli tinggi mampu mendatangi jasa yang paling sesuai
dengan ekspetasinya di manapun penyedia jasa berada atau bersedia
membayar mahal untuk mendatangkan jasa tersebut.
4. Sistem manajemen superior. Bisa membantu pemasaran jasa di pasar negara
lain. Sistem manajemen superior memungkinkan organisasi jasa menangani
heterogenitas jasa secara lebih efetif.
5. Kualitas jasa superior. Penyediaan kualitas jasa superior, baik melalui sistem
manajemen berkualitas, penyedia jasa yang unik, maupun investasi dalam SDM
sangat bermanfaat dalam menunjang kesuksesan pemasaran jasa internasional.
6. Macromarketing. Hak berbisnis di negara tertentu dan peluang untuk
meetapkan strategi bergabtung pada kebijakan pemerintah, implikasinya,
pemasar jasa internasional perlu terlibat dalam hal-hal berkenaan dengan
perancangan kebijakanyang mempengaruhi praktik bisnis yang adil.
Tabel strategi mengatasi hambatan pemasaran jasa internasional
Tipe hambatan Strategi pemasaran internasional

Tarif Embodying
Sistem manajemen superior
Macromarketing
Non-Tarif

Kesepakatan bilateral dan multilateral Macromarketing


Kebijakan pembelian nasional Sistem manajemen superior
Customizing
Kualitas jasa superior
Pembatasan dalam mempekerjakan orang asing Embodying
Pemanfaatan teknologi
Jarak Customizing
Pemanfaatan teknologi
Persaingan langsung dari pemerintah Customizing
Sistem manajemen superior
Kualitas jasa superior
Kelangkaan faktor produksi Pemanfaatan teknologi
Embodying
Sistem manajemen superior
Pembatasan terhadap pembeli jasa dan penjual jasa Embodying
Customizing
Pemanfaatan teknologi
Sistem manajemen superior
Mode of entry jasa internasional
Gronross (1999) mengidentifikasi tiga general entry modes bagi perusahaan jasa yang memasuki
pasar luar negeri :

Client-following mode

Market-seeking mode

Electronic marketing mode


Gronross (1999) juga menekankan bahwa setiap perusahaan jasa yang berencana
memasarkan jasanya secara internasional harus menentukan cara membuat jasanya bisa
diakses di pasar luar negeri yang dipilih.
Gronross (1999) mengemukakan 5 lima strategi utama untuk menginternasionalkan
sebuah jasa :

1. Ekspor Langsung. Ekspor langsung jasa biasanya dilakukan oleh para pemasaran
industrial (B2B)

2. Systems Export. Merupakan usaha joint export yang dilakukan oleh 2 atau lebih
perusahaan yang solusinya saling melengkapi satu sama lain
3. Direct Entry. Dalam strategi ini, perusahaan jasa membentuk sendiri organisasi penghasil
jasa di pasar luar negeri.

4. Indirect Entry. Strategi ini digunakan apabila perusahaan jasa ingin menghindari
keharusan mendirikan fasilitas operasi lokal yang dimiliki sebagian atau sepenuhnya
sendiri, namun bermaksud memiliki operasi permanen di Negara tujuan pemasaran.

5. Electronic Marketing. Perusahaan jasa dapat memperluas aksesibilitasnya melalui


penggunaan teknologi elektronik canggih seperti internet dan TV shops.

Ekeldo & Sivakumar (1998) mengintergrasikan perspektif-perspektif tersebut ke dalam


strategi foreign market entry mode khusus untuk perusahaan jasa. Model ini didasarkan
pada klasifikasi produk ke dalam tiga bentuk :

1. barang

2. hard services

3. soft services
Pemasaran jasa internasional dalam
marketspace
Implementasi e-commerce menurut pergeseran paradigma secara fundamental, dari
yang marketplace yang menekankan interaksi secara fisik antara penjual dan pembeli
menjadi marketspace (Rayport & Sviokla, 1995).

Istilah marketspace tidak hanya internet saja melainkan juga TV kabel


dan database online serta segala sesuatu yang mengubah customer
interface dari fisik menjadi virtual. Marketspace terdiri parameter
utama :
1. Content, yaitu ide atau informasi yang dipertukarkan
2. Context, yaitu saluran digital
3. Infrastruktur, yakni jaringan data/jaringan shared information
seperti internet

Pergesaran ini ditandai dengan perubahan dari geographic business model (located-based)
menjadi global business model (virtual marketspace).
Riset yang dilakukan Parsons (2002) menyimpulkan bahwa konsumen yang
tertarik berbelanja online tidak hanya dilandasi dengan motif utilitarian (seperti
kemudahan akses, layanan non-stop 24 jam, kenyamanan, biaya rendah dan
jangkauan global) melainkan juga dilandasi oleh motif non-fungsional (hedonis)
seperti :

1. Role playing dan role shift, dapat menekan risiko social bagi pelanggan
tertentu

2. Diversions dan escapism, memberikan cara praktis untuk mengakses beraneka


ragam toko dan produk serta memberikan mekanisme fantasy escape

3. Self-gratification, untuk menyenangkan diri sendiri atau e-retail theraphy


4. Mempelajari trend terbaru
5. Peer interaction, peer attraction dan word-of-mouse recommendations
(Lewis & Lewis, 1997) website visitors dikelompokkan menjadi 5 tipe :

1. Directed information seekers, orang-orang yang mencari informasi secara tepat waktu,
relevan dan akurat

2. Undirected information seekers, orang-orang yang tertarik melihat hal-hal baru,


informasi terbaru, menarik dan berbeda secara random dan orang-orang yang mengklik
links of interest

3. Bargain hunters, orang-orang yang mencari diskon, hadiah dan sampel produk gratis.

4. Entertainment seekers, orang-orang yang mencari hiburan online seperti online


gaming, streaming video atau audio dan downloaded music

5. Directed buyers, orang-orang yang mencari produk yang ingin dibeli dan berbelanja
secara online

Menurut Craig, Douglas dan Flaherty, ada 3 kategori produk dalam lingkungan internet
yaitu :

6. Physical products

7. Transaction-related products

8. Virtual products
Menurut www.domains.com jumlah total domain names yang terdaftar pada tahun 2001
mencapai 358.772.618. 22.373.097 di antaranya adalah domain komersial (.com).

(Dann & Dann, 2004) meskipun internet mempunyai jangkauan global, tidak semua web-based
marketing dapat diklasifikasikan sebagai pemasaran internasional. Website dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam :

1. Domestic websites, website yang hanya menawarkan barang/jasa hanya kepada


pelanggan di area local tertentu

2. International by default websites, website yang tidak secara aktif mencari pelanggan
global namun akan menyadiakan barang dan jasa kepada siapapun sesuai dengan
kapabilitas organisasi

3. International by design websites, website yang berorientasi secara global dan secara
aktif mencari pasar untuk barang dan jasanya

Pemanfaatan internet sebagai wahana pemasaran jasa internasional berpotensi


mengurangi masalah-masalah dengan karakteristik intangibility, inseparability, heterogeneity
dan perishability
(Dann & Dann, 2004) sementara itu, untuk konteks online retailing atau e-tailing mengidentifikasi
8 faktor yang disebut 8C :

1. Content, berkenaan dengan apa yang ditawarkan oleh situs dan apakah tawaran tersebut
memiliki daya tarik bagi pelanggan atau tidak.
2. Convenience, seberapa mudah situs tersebut ditemukan dan apakah tingkat pelayanan yang
disediakan mampu memuaskan kebutuhan pelanggan atau tidak.

3. Community, ketersediaan unsur cybercommunity sebagai bagian integral pengalaman pelanggan


disitus yang bersangkutan.
4. Customer Care, menunjukan komitmen kepada pelanggan seperti melalui garansi produk dan
jaminan.

5. Connectivity, menyangkut tentang site-to-site connectivity dan user-to-site connectivity.

6. Communication, apakah pelanggan dapat berkomunikasi langsung dengan pemilik situs yang
bersangkutan dan mendapatkan respon yang tepat waktu

7. Customization, kemampuan situs untuk memberikan tingkat kendali pelanggan terhadap


konten yang ingin mereka dapatkan

8. Concern for customers dan Customer concerns, pemaham atas kekhawatiran, masalah dan
hambatan yang dapat membuat pelanggan enggan menggunakan internet. Hal ini digunakan untuk
membangun trust terhadap transaksi online
*THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai