Anda di halaman 1dari 17

JURNAL ILMIAH

PELAKSANAAN PRINSIP TAAWUN


DALAM PENGELOLAAN PREMI TABARRU ASURANSI SYARIAH
MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA
(Studi di AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Mataram)

Oleh:
AGUS NURYANTO
D1A 011 015

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2015
Halaman Pengesahan

PELAKSANAAN PRINSIP TAAWUN


DALAM PENGELOLAAN PREMI TABARRU ASURANSI SYARIAH
MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA
(Studi di AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Mataram)

Oleh:

AGUS NURYANTO
D1A 011 015

Menyetujui:
Pembimbing Pertama,

(Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM,MH)


NIP. 195404081988032001
PELAKSANAAN PRINSIP TAAWUN
DALAM PENGELOLAAN PREMI TABARRU ASURANSI SYARIAH
MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA
(Studi di AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Mataram)

Agus Nuryanto
D1A 011 015
Fakultas Hukum
Universitas Mataram

ABSTRAK
Jenis penelitian ini adalah normatif empiris. Pengaturan hukum prinsip
taawun dalam pengelolaan premi tabarru diatur dalam Undang-Undang Nomor
40 tahun 2014; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK/010/2010; dan di
dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 21/DSN-
MUI/X/2001; Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
53/DSN-MUI/III/2006. Pelaksanaan prinsip taawun dalam pengelolaan premi
tabarru pada AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Mataram sudah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan didasari pada prinsip taawun dalam
menjalankan kegiatan usahanya dengan tujuan tolong-menolong.

Kata kunci: Taawun, Premi Tabarru, Hukum Positif

IMPLEMENTATION OF THE PRINCIPLES OF TA'AWUN IN THE


MANAGEMENT OF PREMIUMS TABARRU' ISLAMIC INSURANSCE
ACCORDING TO POSITIVE LAW OF INDONESIA
(Studies in AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Mataram)

ABSTRACT
The methods of this study is normative empiric. The rule of law principle
ta'awun in the management of premium tabarru' be regulated in Act No. 40 of
2014; Regulation of the Minister of Finance No. 18/PMK/010/2010; and in Fatwa
National Islamic Council of Indonesian Ulama Council No. 21/DSN-
MUI/X/2001; Fatwa National Islamic Council of Indonesian Ulama Council No.
53/DSN-MUI/III/2006. Implementation of the principles of ta'awun in the
management of premium tabarru' on AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah
Mataram is in conformity with the applicable provisions and based on the
principle ta'awun in conducting its business activities with the goal of mutual
help.

Keywords: Ta'awun, Premium Tabarru', Positive Law


I. PENDAHULUAN

Seiring dengan pertumbuhan perbankan yang cukup pesat dan

menjanjikan, lembaga keuangan non bank juga tumbuh dan berkembang salah

satunya asuransi syariah, asuransi dalam literature keislaman lebih banyak

bernuansa sosial dari pada bernuansa ekonomi atau profit oriented (keuntungan

bisnis). Hal ini dikarenakan oleh aspek tolong-menolong yang menjadi dasar

utama dalam menegakan praktik asuransi dalam Islam. Maka tatkala konsep

asuransi tersebut dikemas dalam sebuah organisasi perusahaan yang

berorientasi kepada profit, akan berakibat pada penggabungan dua visi yang

berbeda yaitu visi sosial yang menjadi landasan utama dan visi ekonomi yang

merupakan landasan tambahan.1

Pada dasarnya manusia dihadapkan pada ketidakpastian dalam

menghadapi atau menjalankan pola kehidupan. Oleh karena itu keberadaan

perusahaan asuransi syariah diperlukan guna menanggulangi atau

meminimalisir kerugian akibat peristiwa yang dialami manusia.

Secara umum peraturan perasuransian syariah pada dasarnya sama

dengan yang berlaku pada asuransi konvensional, terutama berkenaan dengan

ihwal, administrasi dan sistem pelaporan. Tetapi yang membedakan dalam

setiap kegiatan muamalah, termasuk asuransi syariah, tata cara dan

oprasionalnya harus berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi

Muhammad SAW. Prinsip-prinsip tersebut tidak boleh dilanggar. Oleh karena

itu, salah satu ketentuan Al-Quran dan Hadist yang menjadi landasan setiap

1
Hasan Ali, Asuransi Syariah dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Kencana,2004),
hal.54
kegiatan yang bersifat muamalah harus menghindarkan unsur-unsur gharar,

mayisir, dan riba.

Dalam mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah terdapat

alokasi distribusi dana yaitu dana tabarru dan dana saving, dimana bagian-

bagian dana tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

melakukan menajemen asuransi syariah.2

Salah satu prinsip utama pada asuransi syariah ialah prinsip tolong-

menolong (taawun). Prinsip taawun merupakan prinsip dasar dalam

melaksanakan kegiatan asuransi syariah. Dalam pelaksanaanya harus didasari

dengan semangat tolong-menolong antara anggota. Seseorang yang menjadi

anggota asuransi syariah, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk

membantu dan meringankan beban antara anggota yang pada suatu ketika

mendapatkan musibah/kerugian (tolong-menolong).3

Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan sebagai

berikut: 1. Bagaimana pengeturan hukum prinsip taawun dalam pengelolaan

premi tabarru asuransi syariah menurut hukum positif Indonesia?. 2.

Bagaimana pelaksanaan prinsip taawun dalam pengelolaan premi tabarru di

Asuransi AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Mataram?. Tujuan dan

manfaat penelitian. 1. Untuk mengetahui pengaturan hukum prinsip taawun

dalam pengelolaan premi tabarru asuransi syariah menurut Hukum Positif

Indonesia. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip taawun dalam

pengelolaan premi tabarru asuransi syariah di AJB Bumiputera 1912 Cabang

2
Ibid,
3
Ibid, hlm 127.
Mataram. Manfaat penelitian: 1. Manfaat Akademis, yaitu memberikan

kontribusi pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang

Hukum Asuransi. 2. Manfaat Praktis, yaitu untuk memberikan sumbangan

pemikiran bagi praktisi hukum, masyarakat khususnya konsumen jasa di

bidang asuransi, perusahaan asuransi syariah dan karyawan perusahaan

asuransi syariah dalam pelaksanaan prinsip taawun dalam pengelolaan premi

tabarru. Ruang lingkup penelitian, pembahasan masalah dalam penyusunan

skripsi ini hanya pada pelaksanaan prinsip taawun dalam pengelolaan dana

tabarru asuransi syariah berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

tentang Perasuransian dan Keputusan Menteri Keuangan tentang Asuransi

syariah, Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 tentang

Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaran Usaha Asuransi dan Reasuransi

dengan Prinsip Syariah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia tentang Asuransi Syariah. Serta pelaksanaan prinsip taawun di

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 kantor Cabang Syariah Mataram.

Adapun jenis penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum

normatif empiris, dengan metode pendekatan peraturan perundang-undangan

dan pendekatan konseptual. Jenis bahan hukum terdiri dari bahan hukum

primer, bahan hukum skunder, bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan

bahan hukum yakni metode wawancara dan studi dokumen. Analisis bahan

hukum menggunakan analisis deskriptif.

II. PEMBAHASAN
A. Pengaturan Hukum Prinsip Taawun Dalam Pengelolaan Premi Tabarru

Asuransi Syariah Menurut Hukum Positif Indonesia

Di Indonesia Asuransi Syariah lebih dikenal dengan istilah takaful

yang berarti menjamin atau saling menanggung. Asuransi syariah

merupakan salah satu sarana yang mutlak diperlukan untuk menyeleksi

persoalan umum masyarakat dengan cara kerja sama timbal balik, asuransi

syariah ini merupakan satu kebutuhan dasar manusia.

Pengaturan hukum prinsip taawun dalam pengelolaan premi

tabarru asuransi syariah diatur di dalam perauran perundang-undangan

dan di luar peratuaran perundang-undangan, pengaturan tersebut yakni:

1. Pengeturan Hukum Asuransi Syariah Berlandaskan pada Prinsip-

Prinsip yang dianut oleh Asuransi Syariah: a). Prinsip Tolong-

menolong (Taawun). Yaitu suatu prinsip dasar dalam menjalankan

usaha asuransi syariah. Perintah Allah untuk saling tolong-menolong:

... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya

Allah amat berat siksa-Nya.(QS. Al-Maidah ayat 2). Prinsip ini

menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah

keluarga besar yang satu dengan yang lainnya saling menjamin dan
menanggung resiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat dalam

asuransi tafakul adalah akad takafuli (saling menanggung), bukan

akad tabaduli (saling menukar) yang selama ini digunakan oleh

asuransi konvensional, yaitu pertukaran pembayaran premi dengan


4
uang pertanggungan. b). Prinsip Utama Asuransi Syariah. Para

pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau

asuransi tafakul ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu: 5 1). Saling

bertanggung jawab, berarti para peserta asuransi takaful memiliki rasa

tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain

yang mengalami musibah atau kerugian dengan ikhlas, karena

memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. 2). Saling

bekerjasama atau saling membantu, berarti diantara peserta asuransi

tafakul yang satu dengan yang lainnya saling bekerja sama dan saling

tolong menolong dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena

sebab musibah yang diderita.6 Sebagaimana firman Allah SWT

dalam QS. Al-Maidah ayat 2:

Artinya :... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

4
Hasan Ali, Asuransi Dalam Persepektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis, dan Praktis (Jakarta: Kencana, 2004) hal. 127
5
Muhammad Syafii Antonio, Prinsip Dasar Operasi Asuransi Takaful dalam Arbitrase
Islam di Indonesia (Jakarta : Badan Arbitrase Muamalat Indonesia, 1994), hal. 148.
6
Ibid hal.149
dosa dan pelanggaran. dan bertaqwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. 3). Saling melindungi

penderitaan satu sama lain, berarti bahwa para peserta asuransi

takaful akan berperan sebagai pelindung bagi musibah yang

dideritanya.7 Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Quraisy (106)

ayat 4.

Artinya :Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk

menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. b).

Prinsip Umum Muamalah: 1). Prinsip Tauhid, mencerminkan nilai-

nilai ketuhanan. 2). Larangan Riba, pengambilan tambahan, baik

dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau

bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. 3). Maisir

(gambling) artinya ada salah satu pihak yang untung namun di pihak

lain justru mengalami kerugian. 4). Gharar dalam pengertian bahasa

adalah al-khida (penipuan).

2. Pengaturan hukum Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian

Oleh karena itu, dibentuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014 tentang Perasuransian yang disahkan pada September 2014

menggantikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

7
Ibid
Perasuransian guna menjadikan kepastian hukum yang memiliki

kekuatan hukum tetap dalam kegiatan usaha asuransi syariah.

Pengaturan hukum terhadap pelaksanaan prinsip taawun dalam

pengelolaan premi tabarru menurut Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2014 tentang Perasuransian yakni:

a) Mengatur tentang usaha asuransi umum syariah pada pasal 1

angka (8);

b) Mengatur tentang dana tabarru pada pasal 1 angka (20) dan

(21);

c) Jenis usaha Asuransi Syariah pada pasal 3;

d) Kesehatan Keuangan Asuransi Syariah pada 19;

e) Pemisahan dana pada Asuransi Syariah pasal 21; dan

f) Mekanisme pembayaran premi di dalam Asuransi Syariah pasal

28 angka (1), (2), dan (3).

3. Pengaturan Hukum menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.010/2010

Pengaturan hukum terhadap pelaksanaan prinsip taawun dalam

pengelolaan premi tabarru menurut Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) No.18/PMK.010/2010 yaitu:

a) Prinsip dasar dalam penyelenggaraan usaha asuransi dan

reasuransi dengan prinsip syariah pasal 2;

b) Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) dalam asuransi

syariah pada pasal 3;


c) Tujuan penggunaan dana tabarru pada pasal 4 angka (1) dan (2);

d) Pengaturan hukum mengenai akad tabarru pada pasal 8.

4. Pengaturan menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 53/DSN-MUI/III/2006

tentang Akad Tabarru

Perusahaan asuransi syariah tidak hanya berpedoman pada

peraturan perundang-undangan tetapi juga berpedoman pada

ketentuan di luar peraturan perundang-undangan seperti yang terdapat

di dalam Fatwa.

Pengaturan dalam Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006

tentang Akad Tabarru menjelaskan lebih rinci mengenai akad

tabarru, yaitu: 1) Mengatur tentang ketentuan hukum; 2) Mengatur

tentang ketentuan akad tabarru; 3) Mengatur tentang kedudukan

para pihak; 4) Mengatur tentang mekanisme pengelolaaan dana

asuransi syariah.

B. Pelaksanaan Prinsip Taawun dalam Pengelolaan Premi Tabarru di

Asuransi Syariah AJB Bumiputera 1912 Cabang Syariah Mataram

1. Pengelolaan Premi Tabarru di Asuransi Syariah AJB Bumiputera

1912 Cabang Syariah Mataram

Pengelolaan dana dalam istilah asuransi adalah cara kerja suatu

perusahaan asuransi dalam mengurusi dana premi yang sudah

terkumpul dengan cara menginvestasikannya. Lembaga-lembaga


keuangan lain untuk persediaan pembayaran ganti rugi

pertanggungan.8

Dalam menjalankan kegiatan usaha, perusahaan asuransi

syariah sangat memperhatikan masalah pengelolaan dana, karena hal

ini merupakan hal yang penting dalam memulai dan mengembangkan

sebuah perusahaan. Cara yang ditempuh dalam mengelola dana harus

sesuai dengan syariah Islam yaitu dengan cara menghilangkan

kemungkinan terjadi unsur gharar (ketidakpastian), maisir (untung-

untungan), dan riba.

Kekayaan dan kewajiban dana tabarru merupakan kekayaan

dan kewajiban dana peserta secara kolektif, untuk itu perusahan wajib

menggunakan dana tabarru hanya untuk:9 a) Pembayaran santunan

kepada peserta yang mengalami musibah atau pihak lain yang berhak;

b) Pembayaran reasuransi; c) Pembayaran qardh ke perusahaan, dan

d) Pengembalian dana tabarru akibat pembatalan polis dalam peride

yang diperkenankan.

Mekanisme pengelolaan dana tabarru di Asuransi Syariah AJB

Bumiputera 1912 cabang Mataram yakni pada level cabang

perusahaan hanya menghimpun dana dari peserta asuransi sesuai

dengan tarif dan ketentuan yang berlaku. Dana tabarru yang

terhimpun dari peserta akan digunakan untuk pembayaran klaim

apabila terjadi musibah sepanjang tidak mengandung moral hazat


8
Gemala Dewi,Op.Cit., hal. 152
9
Polis Asuransi Syariah Bumiputera, Syarat-Syarat Umum Polis Asuransi Syariah. pada
pasal 5 angka 1.
(melanggar ketentuan). Dan dana tabarru harus tetap dipisahkan dari

dana tabungan. Dalam hal ini harus ada keterbukaan pengelolaan

dana tersebut antara perusahaan dengan peserta.

2. Pelaksanaan Prinsip Taawun Dalam Pengelolaan Premi Tabarru

Asuransi Syariah AJB Bumiputera Cabang Syariah Mataram

Dalam pelaksanaannya asuransi syariah pada umumnya adalah

suatu usaha dengan tujuan untuk saling tolong-menolong (taawun),

melindungi, dan saling menanggung diantara para peserta melalui

pembentukan kumpulan dana (dana tabarru) yang dikelola sesuai

dengan prinsip syariah untuk menghadapi resiko tertentu.

Pelaksanaan prinsip taawun dalam pengelolaan dana tabarru

sendiri pada perusahaan asuransi syariah AJB Bumiputera Cabang

Syariah Mataram diwujudkan dengan adanya premi tabarru (tolong-

menolong) yang diambilkan dari premi yang disetorkan oleh peserta

berdasarkan prosentase yang telah ditetapkan perusahaan, premi

tabarru ini merupakan dana yang berasal dari peserta yang

dimasukkan dalam rekening tabarru, dan akan digunakan untuk

membayar klaim sebagai santunan kebajikan diantara para peserta.

Premi tabbarru yang dibayarkan oleh peserta digunakan

dengan tujuan sosial untuk tolong-menolong (taawun) apabila terjadi

musibah diantara peserta, saling melindungi anatar peserta sehingga

menghilangkan rasa takut akan terjadinya musibah, dan saling

menanggung apabila terjadi musibah. Dan pihak perusahaan sebagai


penghimpun dan pengelola dana menyalurkan kembali dana peserta

dalam bentuk dana tabungan dan dana tabarru.

III. PENUTUP

A. Simpulan

Adapun simpulan dari hasil penelitian yang penyusun lakukan

sebagai berikut:
1. Pengaturan hukum pelaksanaan prinsip taawun dalam pengelolaan

premi tabarru asuransi syariah menurut Hukum Positif Indonesia.

Diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No.18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar

Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Reasuransi dengan Prinsip

Syariah. Selain itu juga terdapat pengaturan di luar perundang-

undangan yakni di dalam Fatwa DSN-MUI 21/DSN-MUI/X/2001

tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dan Fatwa DSN-MUI

Nomor 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru.

2. Pelaksanaan Prinsip Taawun dalam Pengelolaan Premi Tabarru

Asuransi Syariah, sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan

didasari pada prinsip taawun dalam menjalankan usahanya dengan

tujuan tolong-menolong, hal ini diwujudkan dengan premi tabarru

yang dibayarkan oleh peserta digunakan dengan tujuan untuk tolong-

menolong (taawun).

B. Saran

1. Hendaknya perusahaan melakukan sosialisasi agar masyarakat lebih

memahami hak dan kewajibannya sebagai peserta asuransi, bukan

hanya membayar premi dan mendapatkan ganti rugi atas klaim yang

terjadi, tetapi juga mengerti dan mengetahui nisbah bagi hasil antara
kedua belah pihak dan mengetahui pengelolaan dana tabarru dengan

tujuan tolong menolong.

2. Dalam melakukan kegiatan usaha, Perusahaan Asuransi Syariah harus

selalu berpegang teguh pada peraturan-peraturan yang berlaku serta

memegang erat prinsip taawun dalam pelaksanaannya untuk tujuan

sosial yang bernuansa Islam.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku:

Ali Hasan, Asuransi Syariah dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta:


Kencana,2004).

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian


syariah Indonesia (Jakarta: Kencana,2006).

Muhammad Syafii Antonio, Prinsip Dasar Operasi Asuransi Takaful dalam


Arbitrase Islam di Indonesia (Jakarta: Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia,1994).
B. Undang-undang:

Indonesia, UU Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, LN RI No.337


Tahun 2014.

Indonesia, Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman


Pelaksanaan Oprasional Asuransi Syariah.

Indonesia, Fatwa DSN-MUI No.52/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad


Tabarru pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

Departemen Keuangan, Putusan Menteri Keuangan No. 18/PMK/010/2010


tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi
Dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

C. Lain-lain:

Polis Asuransi Jiwa Syariah Bumiputera

Anda mungkin juga menyukai