Anda di halaman 1dari 35

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA

TINGKAT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI

Judul Karya

“SYARIAH RECOVERY INSURANCE OF AGRICULTURE (SYRIA)”

Dosen Pembimbing :

Dr. Lucky Enggrani Fitri, SE, M.SI

Diusulkan Oleh :

1. Amaluddin Efendi Harahap (C1F015008) Angkatan 2015

2. Rini Prihatini (C1F017003) Angkatan 2017

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI

2018
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya : Syariah Recovery Insurance Of


Agriculture(SYRIA)
2. Bidang Ilmu : Ekonomi Syariah
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Amaluddin Efendi Harahap
b. NIM : C1F015008
c. Program Studi : Ekonomi Islam
4. Anggota Tim : Rini Prihatini (C1F015003)
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Lucky Enggrani Fitri, SE, M.SI
b. NIP : 198207272006042003

Jambi, 16 Oktober 2018


Menyetujui.
Dosen Pembimbing, Ketua Tim Karya Tulis,

Dr.Lucky Enggrani Fitri, SE, M.SI Amaluddin Efendi Harahap


NIP. 198207272006042003 NIM : C1F015008

Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi,

Dr. Ilham Wahyudi. S.E.M.SI


NIP. 1975 10192003 121002

i
Kata Pengantar

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat rahmat, hidayah, dan ma’unan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
karya tulis ini dengan judul “SYARIAH RECOVERY INSURANCE OF
AGRICULTURE (SYRIA)” yang dibuat dalam rangka pemenuhan syarat untuk
ikut serta dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (LKTM) Tingkat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi ini dengan harapan yang terbaik.
Sehingga Kami ingin berterimah kasih kepada :
1. Dosen Pembimbing
2. Kedua Orang Tua
3. Pihak yang telah membantu suksesnya pembuatan karya tulis ini.
Sebagai manusia kami tidak luput akan kesalahan dan kekurangan.
Begitupun dengan ide gagasan dan penyelesaian karya tulis ini, yang kami rasa
masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam bentuk tulisan amapun isi
sistematikanya. Oleh sebab itu, Kami berharap saran dan kritik yang lebih baik
dan mendukung pembaca terhadap karya tulis ini. Kami berharap semoga karya
tulis ini bisa bermanfaat dan memberikan ilmu pengetahuan dalam penanggulan
masalah tersebut di Indonesia.
Jambi, 16 Oktober 2017

Tim Penulis

ii
Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Daftar Tabel........................................................................................................... v
Daftar Gambar ..................................................................................................... vi
Ringkasan ............................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 3
1.4. Manfaat ........................................................................................................ 4
1.5. Metode penulisan ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5
2.1. Pengertian Asuransi Syariah ........................................................................ 5
2.2. Dasar Hukum Asuransi Syariah ................................................................... 6
2.3. Tujuan dan Fungsi Asuransi ........................................................................ 7
2.4. Akad Dalam Asuransi Syariah. .................................................................... 8
2.4.1. Akad Mudarabah................................................................................... 8
2.4.2. Akad Tabbaru (Tolong-Menolong) ...................................................... 8
2.4.3. Akad Bai AsSalam (Pemesanan)........................................................... 9
2.5. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Konvensional ..................................... 9
BAB III ANALISIS DAN SINTETIS ............................................................... 11
3.1. Kondisi Kertekinian Pertanian Padi Indonesia .......................................... 11
3.2. Kondisi Iklim Indonesia ............................................................................. 12
3.3. Syariah Recovery Insurance of Agriculture (SYRIA) ............................... 14
3.3.1. Skema Asuransi SYRIA ..................................................................... 14
3.3.2. Akad dan Perjanjian Perikatan Asuransi ............................................ 17
3.4. Pelaksanaan Asuransi SYRIA .................................................................... 18
3.4.1. Kriteria pemilihan calon peserta Asuransi Syria adalah: .................... 18
3.4.2. Kriteria Lokasi Peserta Asuransi ........................................................ 19
3.5. Dasar Perhitungan Premi Asuransi ............................................................ 19

iii
3.6. Risiko yang Dijamin .................................................................................. 20
3.7. Mekanisme Penghimpunan Premi Asuransi .............................................. 20
3.8. Mekanisme Penyaluran dana Asuransi ...................................................... 21
3.8.1. Kriteria Klaim/ganti rugi Asuransi ..................................................... 21
3.8.2. Alur Proses Klaim Asuransi ............................................................... 21
3.8.3. Alur Proses Penyerahan Hasil Penen .................................................. 22
3.8.4. Mekanisme Investasi Mudharabah pada dana Tijarah....................... 23
3.8.5. Pengembalian Dana Nasabah.............................................................. 23
BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 25
4.1. Kesimpulan ................................................................................................ 25
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 26

iv
Daftar Tabel

Tabel.3.1. Tabel Rincihan Biaya Produksi Padi 1 Ha Satu Kali Produksi............ 19


Tabel.3.2. Tabel Perhitungan tabungan premi Nasabah selama 2 tahun ............. 24

v
Daftar Gambar

Gambar.1.1. Grafik Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor ...................... 1


Gambar.1.2. Prediksi turunya produksi pertanian akibat pengaruh iklim dari tahun
2000 hingga 2100, apabila tidak ada perencanaan yang tepat maka kerugian
ditaksir seperti kurva tersebut. A2 (garis bawah), S550 (garis tengah), S450 (garis
atas) (ADB 2009) .................................................................................................... 2

Gambar.3.1. Konsumsi Dan Produksi Beras Indonesia Tahun 2010-2015.......... 12


Gambar.3.2. Peta rawan iklim di Indonesia (Haryati, 2002) ................................ 13
Gambar.3. 3. Gambar Skema Produk Asuransi SYRIA ....................................... 15
Gambar.3.4. Skema Proses Klaim Asuransi SYRIA ............................................ 22

vi
Ringkasan

Indonesia merupakan negara agraris artinya sektor pertanian memegang


peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Sampai dengan tahun
1990 sektor pertanian masih merupakan penyumbang utama pendapatan Negara.
Hal ini ditandai dengan jumlah penduduk Indonesia yang bekerja disektor
pertanian sangat tinggi. Indonesia termasuk negara agraria yang mampu
memproduksi beras dalam jumlah besar. Namun hampir setiap tahun, impor beras
tetap dilakukan untuk kebutuhan stok pangan dan memasok sebagian daerah yang
kekurangan.
Sebagai negara agraris yang yang berada tepat di garis khatulistiwa dan
terdiri dari gugusan pulau-pulau, Indonesia sangat rentan oleh perubahan iklim,
sehingga dampak dari perubahan iklim sangat terasa dan berdampak buruk
terhadap ketahanan pangan dan keberlangsungan hidup dari petani Indonesia.
Sebagai negara kepulaua, iklim Indonesia memiliki kondisi iklim yang ekstrim.
Kegiatan usaha disektor pertanian ini akan selalu dihadapkan pada risiko
ketidakpastian (uncertainty) yang cukup tinggi dan resiko kegagalan panen yang
tinggi. Setiap petani harus menanggung risiko yang berpengaruh terhadap
produksi hasil pertanian serta risiko bencana alam. Besarnya resiko tingkat
kegagalan panen menjadi salah satu penyebab rendahnya kesejahteraan petani.
Untuk mengurangi terjadinya resiko dibutuhkan sebuah model asuransi
yang dapat menjabap permasalah tersebut. Asuransi SYRIA dapat menjawab
tantangan tersebut. Karena asuransi model ini disesuaikan dengan kebutuhan
petani Indonesia yang mayoritas beragama islam. SYRIA dapat menanggulangi
masalah diatas dengan pola pertanggungan Asuransi sesuai dengan prinsip
syariah. Dalam asuransi SYRIA petani dihumpun dalam satu kelompok yang
terdiri dari 30 Orang, dimana setiap anggota dalam kelompok tersebut saling
berjanji untuk saling menanggung resiko atau beban akibat musibah yang tejadi
pada salah satu anggota dalam kelompok tersebut. Beberapa Akad yang
digunakan pada Asuransi SYRIA adalah Mudaharabah, Hibah, Tabbaru, dan
Akad Salam. Nantinya diharapkan Model Asuransi Syariah ini dapat
diimplementasikan dimasyarakat

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris artinya sektor pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Sampai dengan tahun
1990 sektor pertanian masih merupakan penyumbang utama pendapatan Negara.
Hal ini ditandai dengan jumlah penduduk Indonesia yang bekerja disektor
pertanian sangat tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, penyerapan tenaga
kerja sektor pertanian pada 2017 masih didominasi sektor pertanian dengan
penyerapan tenaga kerja mencapai 33,51 %, disusul perdagangan 22,54 %, jasa
16,54 %, dan sektor industri 13,12 %.
Gambar.1.1. Grafik Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor

Penyerapan Tenaga Kerja

Pertanian
Perdangan
Jasa
Industri
lainya

Sumber : BPS.go.id data diolah


Dikutip dari finance.detik.com (2017), Sektor pertanian menjadi sangat
penting karena lebih dari separuh PDB sektor industri pengolahan adalah berbasis
pertanian. Sektor pertanian dipandang secara holistik dari hulu hingga hilir dalam
suatu rantai nilai, maka kontribusinya sekitar 55%. Meski mendominasi, tenaga
kerja disektor pertanian masih banyak yang berada dibawah garis kemiskinan.
Menurut (Sastraatmadja, 2006) petani hidup dalam suasana ketertinggalan dengan
kondisi kehidupan yang mengenaskan.
Salah satu penyebab rendahnya kesejahteraan petani ini adalah besarnya
resiko tingkat kegagalan panen. Gagal panen menyebabkan petani mengalami
kerugian yang besar sehingga akan mengurangi jumlah modal yang akan

1
digunakan untuk produksi berikutnya. Indonesia termasuk wilayah dengan
frekuensi bencana alam yang sangat tinggi dan sering disebut sebagai wilayah
“rawan bencana”. Sejumlah bencana alam kerap terjadi yang meliputi erupsi
gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, kekeringan, dan sebagainya.
Kegiatan usaha disektor pertanian ini akan selalu dihadapkan pada risiko
ketidakpastian (uncertainty) yang cukup tinggi dan resiko kegagalan panen yang
tinggi(Pasaribu, 2010). Setiap petani seharusnya menanggung risiko tersebut
yang berpengaruh terhadap produksi hasil pertanian serta risiko bencana alam
tersebut. Apabila dampak ini terus berlanjut, maka diprediksikan pada tahun
2080, sektor pertanian Indonesia akan mengalami kerugian mencapai 6,33 miliar
USD. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan adanya upaya yang terencana dan
terintegrasi, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak semakin besar, baik
terhadap sistem alam nusantara maupun kehidupan masyarakat (Susanta & Hari
2008).

Gambar.1.2. Prediksi turunya produksi pertanian akibat pengaruh iklim dari tahun
2000 hingga 2100, apabila tidak ada perencanaan yang tepat maka kerugian
ditaksir seperti kurva tersebut. A2 (garis bawah), S550 (garis tengah), S450 (garis
atas) (ADB 2009)
Sebagai upaya perlindungan petani atas risiko ketidakpastian tersebut di
atas, asuransi produksi pertanian menjadi salah satu strategi yang ditempuh
melalui Pasal 7 ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (UU P3). Melalui asuransi produksi
pertanian ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi kehidupan tani,
sebab manfaat yang diperoleh dapat melindungi usaha pertanian. Namun

2
kebanyakan asuransi yang berkembang dimasyrakat saat ini adalah asuransi
konvensional yang mengandung unsur spekulasi (Gharar) dan Perjudian (Maisir).
Maisir dan Gharar merupakan perbuatan yang diharamkan oleh allah sebagaimana
allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 90 :

          

    

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa perbuatan maysir dan gharar
termasuk perbuatan setan, maka jika kita melakukannya maka itu termasuk dosa
besar. Praktik gharar dan maysir pada asuransi konvensinal adalah terletak pada
premi yang dibayarkan oleh pihak tertanggung akan hangus jika tidak terjadi
musibah atau kerugian, dan sebaliknya pihak asuransi akan membayar sejumlah
ganti rugi ketika kliennya jika mengalami musibah. Ada pihak yang dirugikan da
nada pihak yang diuntungkan, akad yang mengadung hal seperti ini mutlak haram
hukumnya. Diperlukan sebuah asuransi pertanian yang islami agar masyarakat
Indonesia yang mayoritas muslim terhindar dari perbuatan haram.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Kondisi Keterkinan Pertanian Padi Di Indonesia ?
2. Bagaimana Konsep Syariah Recovery Insurance of Agriculture (SYRIA) ?
3. Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Syariah Recovery Insurance of
Agriculture (SYRIA)?

1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kondisi Keterkinan Pertanian Padi Di Indonesia ?

3
2. Untuk Menjelaskan Konsep Syariah Recovery Insurance of Agriculture
(SYRIA) ?
3. Untuk menjelaskan Mekanisme Pelaksanaan Syariah Recovery Insurance of
Agriculture (SYRIA)?

1.4. Manfaat
a. Bagi pihak Pemerintah
Penelitian ini diharapkan menjadi solusi untuk menangani masalah sosial
dibidang pertanian. Penelilitian ini dapat dijadikan rujukan sebagia dasar
pemerintah dalam membuat kebijakan terkait di sektor pertanian. Sehingga
pertanian di Indonesia dapat lebih stabil dan berkembang serta dapat mencukupi
kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dalam kehidupan nyata sehari-hari
dan dapat dikembangankan ke dalam penelitian selanjutnya dan diharapkan
dapat digunakan untuk pembanding hasil riset maupun sebagai acuan penelitian
berikutnya.

1.5. Metode penulisan


Penelitian ini merupakan jenis peneltian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif, yaitu prosedur penelitian yang yang menghasilkan data deskriptif
berupa data-data dari jurnal dan perilaku masyarakat yang diamati, didukung
dengan studi literature atau studi kepustakaan berdasarkan pengalaman, kajian
pustaka dan fenomena yang diamati penulis dalam kehidupan masyarakat dengan
realitas yang dapat dipahami dengan baik. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Asuransi Syariah


Asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance, yang dalam Bahasa
Indonesia telah diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan
padanan kata “pertanggungan”(Rastuti, 2011). Sedangkan definisi asuransi secara
istilah disebutkan dalam pasal246 KUH Dagang, yang berbunyi;
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
penaggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tak tentu”
Dari uraian definisi Asuransi diatas, maka paling tidak ada tiga unsur pokok
penting berkenaan dengan Asuransi, yaitu; Pertama pihak penjamin, yaitu pihak
yang berjanji akan membayar uang kepada pihak terjamin. Pembayaran tersebut
bisa dilaksanakan secara sekaligus ataupun berangsur-angsur. Kedua, pihak
terjamin, yaitu pihak yang berjanji akan membayar premikepada pihak penjamin
secara langsung atau berangsur-angsur. Ketiga, adalah suatu peristiwa yang
semula belum jelas akan terjadi, yang disebut dengan resiko.
Asuransi syariah adalah pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi
ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan
operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam al-Qur’an dan
asSunnah (Muhaimin 2005), Dalam perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal
dengan istilah takaful yang berasal dari bahasa arab taka<fala-yataka<fulu-
takaful yang berarti saling menanggung atau saling menjamin. Asuransi dapat
diartikan sebagai perjanjian yang berkaitan dengan pertanggungan atau
penjaminan atas resiko kerugian tertentu(Suhendi, dkk, 2005).
Jadi asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan risiko yang
memenuhi ketentuan syariah, tolong-menolong secara mutual yang melibatkan
peserta dan perusahaan asuransi.

5
2.2. Dasar Hukum Asuransi Syariah
1. Perintah Allah SWT untuk saling tolong-menolong dan bekerjasama Surat
al-Maidah (5) ayat 2 yang berbunyi :

Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran. Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat
siksa-Nya
Ayat al-Maidah ini memuat perintah tolong-menolong antar sesama
manusia. Dalam bisnis asuransi, ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota
(nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan
sebagai dana sosial (tabarru’).
2. Surat al-Baqarah (2) ayat 185 yang berbunyi :

Artinya : “… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak


menghendaki kesukaran bagimu…
Ayat di atas menerangkan bahwa kemudahan adalah sesuatu yang
dikehendaki oleh-Nya, dan sebaliknya kesukaran adalah sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh-Nya. Maka manusia dituntut oleh Allah agar tidak
mempersulit dirinya sendiri dalam menjalankan bisnis, untuk itu bisnis
asuransi merupakan sebuah progam untuk menyiapkan dan merencanakan
kehidupan di masa mendatang.
3. Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan
Surat al-Hasyr (59) ayat 18 :

6
Artinya : “Wahai Orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat). Dan bertaqwalah kepada Allah.Sungguh Allah
Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”

2.3. Tujuan dan Fungsi Asuransi


Asuransi dalam perkembangan masyarakat dan perkembangan
ekonomi, merupakan suatu lembaga keungan. Sebab, melalui asuransi dapat
menghimpun dana dari masyarakat yang dapat berakumulasi dengan besar
yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan. Selain itu, asuransi
bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta
bertujuan memberikan perlindungan atas kerugian yang ditimbulkan dari
peristiwa tidak terduga. Apabila diuraikan lebih detail tujuan Asuransi antara
lain (Rastuti, 2011).
1. Memberikan jaminan perlindungan dari resiko-resiko kerugian yang
dideerita satu pihak. Misalnya, apabila tertanggung menderita
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan, namun tertanggung
telah memanajemen resiko tersebut dengan asuransi, maka ganti rugi
akan diberikan penanggung untuk mengatasi resiko tersebut, yang
bertujuan untuk mengatasi kerugian finansial tertanggung akibat
kerugian, kerusakan, dan kehilangan keuntungan atau bahkan
kemungkinan kebangkrutan, sehingga tertanggung masih mampu
melakukan aktivitas seperti sebelum menderita kerugian. Bagi
perusahaan, akan akan memperoleh rasa tenteram dari resiko yang
dihadapinya atas kegiatan usahanya atas harta miliknya.
2. Meningkatkan efesiensi teertanggung yang memiliki resiko, karena
dengan menutup asuransi tidak perlu melakukan pengamanan dan
pengawasan secara khusus untuk mengantisipasi resiko dan
memberikan perlindungan yang munkin akan memakan biaya, tenaga, dan
waktu yang lebih banyak,Cukup dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu menganti/membayar sendiri kerugian
yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.

7
3. Asuransi bisa menjadi sarana investasi yang dapat dipersamakan dengan
menabung. Sebab, pada beberapa perusahaan asuransi, jumlah premi yang
dibayarkan kepada pihak pengelola asuransi akan dikembalikan kepada
tertanggung dalam julah yang lebih besar.
4. Khusus bagi penanggung (perusahaan asuransi), memberikan
ataumenjual jasa untuk meringankan resiko yang dihadapi nasabahnya
atau tertanggung dengan mengambil alih resiko yang dihadapinya.

2.4. Akad Dalam Asuransi Syariah.


2.4.1.Akad Mudarabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah nasabah sebagai shahibul maal
(pemilik dana) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut dapat
digunakan bank untuk melakukan akad lain seperti murabahah atau ijarah. Dana
tersebut dapat digunakan juga oleh asuransi untuk melakukan mudharabah kedua.
Hasil usaha ini akan dibagihasilkan dengan nasabah berdasarkan nisbah yang
telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini asuransi menggunakandana yang
disimpan nasabah untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung
jawab penuh atas kerugian yang terjadi (Karim, 2010).

2.4.2.Akad Tabbaru (Tolong-Menolong)


Akad tabarru’ (gratuitos contract) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut non profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada
hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil.
Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka
berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa arab, yang artinya
kebaikan. Dalam Akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak
berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad
tabarru’ adalah dari Allah Swt bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang
berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter part-nya untuk sekadar
menutupi biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad
tabarru’ tersebut.

8
2.4.3.Akad Bai AsSalam (Pemesanan)
Skema Akad Jual-Beli Pemesanan atau yang biasa disebut dengan Bai As-
Salam. Akad Bai As-Salam adalah pola pembiayaan yang biasa digunakan dalam
dalam perbankan syariah. Transakasi Akad Bai As-Salam merupakan pola
transaksi yang melibatkan penjual dengan pembeli, dimana mitra usaha berperan
sebagai pembeli/pemesan komoditas pertanian, dan petani berperan sebagai
penjual/pembuat pesanan. Dalam akad Bai As-Salam Asuransi akan memesan
sejumlah Padi dengan spesiikasi dan ketentuan tertentu kepada Petani, Petani
kemudian menyetujuinya dan Asuransi akan membayar Padi tersebut yang ditelah
dipesan secara tunai diawal akad. Selanjutnya Petani akan memproduksi Padi
yang telah dipesan tersebut dan menyerahkakan Padi tersebut pada waktu yang
telah disepakati di awal akad.

2.5. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Konvensional


Prinsip operasional asuransi syariah tidak lain berusaha menghilangkan hal-
hal yang dilarang, antara lain: Pertama, unsur gharar (ketidakpastian). Gharar atau
ketidakpastian ini ada dua bentuk, yakni bentuk akad yang melandasi penutupan
polis dan sumber dana pembayaran klaim itu sendiri. Secara konvensional,
kontrak dalam asuransi jiwa dapat dikategorikan sebagai akad tabaddulî (akad
pertukaran), yaitu pertukaran antara pembayaran premi dengan uang
pertanggungan. Dalam konsepsi syariah, akad pertukaran harus jelas berapa yang
dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu (gharar)
karena hanya diketahui yang akan diterima (sejumlah uangpertanggungan), tetapi
tidak diketahui berapa yang akan dibayarkan (jumlah premi). Karena hanya Allah
yang tahu kapan seseorang akan meninggal.
Dalam konsep syariah, keadaan ini akan lain karena akad yang akan dipakai
bukanlah akad pertukaran (tabaddulî) tetapi akad takaffulî yaitu akad tolong-
menolong dan saling menjamin. Dalam konsep syariah semua peserta asuransi
menjadi penolong dan penjamin satu sama lainnya (Antonio, 1994). Contoh:
apabila peserta (A) meninggal, peserta yang lain (B), (C), (K), dan (Z) harus
membantu, demikian pula sebaliknya.
Selain itu, apabila ada peserta baru masuk, seminggu kemudian meninggal
dunia, maka uang pertanggungannya berasal dari mana? Padahal premi yang

9
diterima penanggung sedikit. Di sini terdapat ketidakjelasan (biaya klaim) dalam
asuransi konvensional. Tetapi dalam asuransi syariah, karena akad
tolongmenolong, maka peserta tersebut akan mendapat jaminan pertolongan dari
peserta yang lain melalui premi tabarrru. Dalam konsep syariah, setiap
pembayaran premi sejak awal dibagi dua, masuk rekening pemegang polis dan
masuk rekening khusus peserta yang harus diniatkan tabarru' atau derma untuk
membantu yang lain. Dengan demikian dari rekening khusus inilah uang
pertanggungan (sisanya) diambil dan yang lain mengikhlaskan untuk memberikan
dermaKedua, unsur maysir (untung-untungan). Dalam asuransi konvensional
pihak yang satu mengalami keuntungan, sedang pihak yang lain mengalami
kerugian. Misalnya seorang pemegang polis, karena sebab tertentu
membatalkankontraknya sebelum masa reversing periode biasanya pada tahun ke
tiga yang bersangkutan tidak menerima kembali uang yang telah dibayarkan,
kecuali hanya sebagian kecil (Sumitro, 1997). Dalam Asuransi syariah reversing
periode sudah ada sejak awal, peserta akan mendapat cash value dan semua uang
yang dibayarkan, kecuali uang yang telah dimasukkan ke rekening khusus peserta
yang diikhlaskan (derma).
Ketiga, unsur riba (bunga). Dalam asuransi konvensional terdapat usaha dan
investasi dengan meminjamkan dananya atas dasar bunga. Peminjam modal harus
mengembalikan pinjamannya dengan tambahan (bunga) yang ditetapkan tanpa
melihat untung atau rugi. Dengan demikian, perusahaan asuransi konvensional
menggunakan sistem bunga (riba) yang diharamkan, karena menzalimi orang lain
dengan keuntungan besar (meskipun peminjam rugi dalam usahanya). Perbuatan
ini dapat menambah kemiskinan di masyarakat.
Keempat, unsur komersial. Dalam asuransi konvensional unsur
komersialnya sangat menonjol, sebagai akibat dari penerapan sistem bunga.
Sedangkan dalam asuransi syariah, unsur komersialnya tertutup unsur ta'awun
(saling tolong) akibat dari penerapan sistem mudhârabah (bagi hasil keuntungan)
(Sumitro, 1997).

10
BAB III
ANALISIS DAN SINTETIS

3.1. Kondisi Kertekinian Pertanian Padi Indonesia


Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan dan mata
pencaharian masyarakat indonesia. Hafidhuddin (2007) mengatakan bahwa,
pentingnya sektor pertanian terefleksi dalam beberapa hal. Pertama, besarnya
jumlah tenaga keja yang bekerja di sektor pertanian Badan Pusat Statistik (BPS)
merilis, penyerapan tenaga kerja sektor pertanian pada 2017 masih didominasi
sektor pertanian dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 33,51 %, disusul
perdagangan 22,54 %, jasa 16,54 %, dan sektor industri 13,12 %. Pendapatan per
kapita penduduk Indonesia salah satunya dibentuk oleh sektor pertanian.
Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian masih merupakan penyumbang
utamam pendapatan Negara. Dikutip dari finance.detik.com (2017), Sektor
pertanian menjadi sangat penting karena lebih dari separuh PDB sektor industri
pengolahan adalah berbasis pertanian. Sektor pertanian dipandang secara holistik
dari hulu hingga hilir dalam suatu rantai nilai, maka kontribusinya sekitar 55%.
Salah satu komoditas utama pertanian di Indonesia adalah padi, Luas lahan
sawah Indonesia pada 2016 mencapai 8,19 juta hektar (ha) dari total luas wilayah
daratan Indonesia yang mencapai 190, 5 juta Ha atau sekitar 4,29%. atau
meningkat 1,16% dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data Kementerian
Pertanian, jumlah tersebut terdiri 4,78 juta ha merupakan sawah irigasi dan 3,4
juta ha sawah non irigasi. Pada 1980, luas lahan sawah hanya 7,7 juta ha dan
kemudian meningkat menjadi 8,31 juta ha pada 1990. Namun, setelah itu
mengalami penurunan seiring terjadinya alih fungsi lahan sawah, terutama di
Pulau Jawa. Alhasil, lahan sawah menyusut menjadi 7,74 juta ha pada 2005.
Namun, setelah itu berbalik naik kembali di atas 8 juta ha pada 2009 (bps.go.id,
2016).
Indonesia termasuk negara agraria yang mampu memproduksi beras dalam
jumlah besar. Namun hampir setiap tahun, impor beras tetap dilakukan untuk
kebutuhan stok pangan dan memasok sebagian daerah yang kekurangan. Menurut

11
catatan Kementerian Pertanian, jumlah konsumsi beras nasional mengalami
penurunan pada 2015 dibanding posisi 2013 (databoks.katadata.co.id, 2018).
Konsumsi beras Indonesia lebih tinggi dibanding kemampuan memproduksi
beras. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara importir beras yang
cukup besar di Asia Tenggara. Baru kemudian di tahun 2015, jumlah konsumsi
beras Indonesia mengalami penurunan dan pada saat yang sama produksi beras
meningkah. Alhasil, neraca beras mencatat surplus.
Gambar.3.1. Konsumsi Dan Produksi Beras Indonesia Tahun 2010-2015

Perbandingan Konsumsi Dan Produksi Beras


Indonesia Tahun 2010-2015
50000000
45000000
40000000
35000000
30000000
TON

25000000 Konsumsi Beras


20000000 Produksi Beras
15000000
10000000
5000000
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : bps.go.id, Data diolah

3.2. Kondisi Iklim Indonesia


Sebagai negara agraris yang yang berada tepat di garis khatulistiwa dan
terdiri dari gugusan pulau-pulau, Indonesia sangat rentan oleh perubahan iklim,
sehingga dampak dari perubahan iklim sangat terasa dan berdampak buruk
terhadap ketahanan pangan dan keberlangsungan hidup dari petani Indonesia.
Sebagai negara kepulaua, iklim Indonesia memiliki kondisi iklim yang ekstrim.
Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 3.2, dimana sebagian besar wilayah Indonesia
berada pada indeks kekeringan yang rawan, dan sangat rawan untuk beberapa
wilayah sumatera dan jawa. Variasi cuaca/iklim sangat mempengaruhi prakiraan
musim tanam dan panen (Haryati 2002).

12
Gambar.3.2. Peta rawan iklim di Indonesia (Haryati, 2002)

Mengingat besarnya penduduk Indonesia yang mengadu nasib di bidang


pertanian, maka dampak dari perubahan iklim ini sangat terasa bagi mereka.
Terutana bagi petani yang membutuhkan musim tertentu dengan waktu yang
terbilang lama untuk bercocok tanam, Misalnya; Padi membutuhkan waktu 120
hari dengan curah hujan 120mm/tahun. Apabila kondisi ini tidak terpenuhi, maka
tanaman padi tidak bisa di panen. Karena keterbatasan teknologi dan informasi
menjadi salah satu penyebab tidak adanya antisipasi dari para petani, yang
berakibat pada gagalnya panen. Apabila hal ini terus berlanjut tanpa adanya upaya
terencana dan terintegrasi, bukan tidak mungkin jumlah penduduk miskin dimasa
mendatang akan terus meningkat.
Langkah-langkah mitigasi yang ditujukan untuk mengatasi masalah ini
sudah banyak diambil dan dibahas di berbagai forum, namun hingga sekarang
belum ditemukan cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah ini. Seperti
yang kita ketahui bersama, jumlah petani di Indonesia sangat banyak, sebagian
besar garis kehidupan mereka berada di bawah rata-rata. Bantuan dari pemerintah
seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) dianggap masih belum tepat sasaran,
sehingga masih banyak orang yang seharusnya menerima bantuan tersebut, tidak
memperolehnya. Selain itu jenis asuransi pertanian saat ini juga belum mampu
dalam menjawab permasalahan ini. Melihat dari sisi utama penyebab gagal panen
adalah iklim.

13
3.3. Syariah Recovery Insurance of Agriculture (SYRIA)
3.3.1.Skema Asuransi SYRIA
Syariah Recovery Insurance of Agriculture (SYRIA) merupakan produk
keuangan berupa asuransi syariah yang digunakan untuk mengatasi permasalahan
pemulihan modal pertanian yang mengalami kegagalan panen terutama komoditas
padi. Kegagalan panen yang biasanya diakibatkan oleh ketidakpastian iklim,
cuaca, dan serangan hama. Kegagalan panen yang terjadi pada petani dapat
menyebabkan kesulitan permodalan bagi petani akibat usahatani yang tidak
produktif. Usahatani yang tidak produktif tidak dapat mengembalikan modal
petani secara keseluruhan. Sehingga dikhawatirkan pada musim tanam berikutnya
petani tidak dapat berproduksi kembali. Hal ini disebabkan karena modalnya telah
habis akibat kerugian dimusim sebelumnya. Biasanya petani di Indonesia masih
mengunakan modal sendiri untuk membiayai usaha pertaniannya. Apabila
mengalami kerugian maka, sebagian besar dari petani tersebut sudah dapat
dipastikan sukar untuk berproduksi kembali di musim tanam berikutnya.
Usahatani bisa berjalan bila persyaratan faktor produksi yang dibutuhkan
sudah terpenuhi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal,
tenaga kerja, dan skill atau manejemen (pengelolaan). Dalam beberapa literatur,
sebagian para ahli mencantumkan hanya tiga faktor produksi, yaitu tanah, modal,
dan tenaga kerja. Masing –masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan
saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses
produksi atau usaha tani tidak akan berjalan, terutama ketiga faktor seperti tanah,
modal dan tenaga kerja (Daniel, 2004)
Modal Kerja memiliki peranan penting sebagai faktor produksi, dimana modal
Kerja berfungsi sebagai unit yang membiayai faktor-faktor produksi seperti
pupuk, benih, obat-obatan, pestisida dan lain-lain. Berdasarkan Observasi penulis,
petani yang mengalami kerugian sukar sekali untuk mendapat pinjaman modal
dari Lembaga keuangan karena petani tersebut pernah mengalami kebangrutan
usaha. Sehingga sebagian petani di desa akhirnya lari ke Tengkulak dan Rentenir
untuk mengajukan pinjaman modal dengan bunga yang besar. Pola pinjaman yang
dilakukan adalah ketika petani mulai melakukan penanaman bibit padi, maka
mereka akan mengajukan pinjaman kepada Tengkulak untuk membiayai modal

14
kerja mereka dengan perjanjian pihak petani akan membayar pinjaman dengan
gabah kering atau dengan beras, namun dengan harga yang jauh dibawah harga
pasar. Misalnya jika harga beras 1 kg kualitas menengah adalah Rp.10.000/Kg
maka mereka akan membayarnya dengan harga Rp.5.000/kg jauh dibawah harga
pasar. Mereka tidak punya pilihan karena mereka harus memenuhi kebutuhan
hidup dengan usahatani. Mereka butuh modal kerja untuk membeli faktor-faktor
produksi. Sehingga sebagian petani tersebutpun banyak yang sangat bergantung
pada Tengkulak dan Rentenir.
Gambar.3. 3. Gambar Skema Produk Asuransi SYRIA

Nasabah Premi Asuransi Tijarah

Gagal Tabungan
Panen

Salam Menalagi Tabbaru

Pihak
Mudarabah Mudarabah
ketiga

Sumber : Dokumen Pribadi


SYRIA dapat menanggulangi masalah diatas dengan pola pertanggungan
Asuransi sesuai dengan prinsip syariah. Dalam asuransi SYRIA petani dihumpun
dalam satu kelompok yang terdiri dari 30 Orang, dimana setiap anggota dalam
kelompok tersebut saling berjanji untuk saling menanggung resiko atau beban
akibat musibah yang tejadi pada salah satu anggota dalam kelompok tersebut.
Prinsip syariah adalah Ta’aun (Tolong-menolong) atau saling melindungi dalam
kebenaran sebagaimana yang termuat dalan surah Al-Maidah ayat 2 :

              

             

           

15
               

 

Artinya
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah,
dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.(QS : Surah Al-Maidah
Ayat 2).
Bentuk tolong menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana kebajikan
(Dana tabbaru) sebesar yang ditetapkan. Apabila salah satu peserta Asuransi
mengalami musibah, maka peserta yang lainnya ikut menanggung resiko, di mana
klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabbarru yang terkumpul (Sula, 2004).
Ini merupakan betuk kontribusi tolong-menolong diantara sesame umat islam,
karena pada dasarnya umat islam seluruh dunia bersaudara. Dan sebaik-baiknya
manusia adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain seperti hadist nabi
berikut ini.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR.


Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di
dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Dana tabbaru yang mengalami surplus akan dikembalikan kepada Nasabah
ketika jangka waktu akad telah berakhir (misalnya 2 tahun) ditambah dengan

16
pendapatan bagi hasil mudharabah (dana yang dinvestasikan ke usaha yang
Halal). Namun SYRIA memiliki sedikit perbedaan dengan Asuransi Syariah pada
umumnya yaitu terletak pada pengembalian dana klaim. Pada Asuransi Syariah
biasa dana klaim akibat musibah tidak diakan dikembalikan lagi pada Perusahaan,
berbeda dengan Asuransi SYRIA dimana pihak yang terkena musibah harus
mengembalikan dana klaim pada waktu panen berikutnya. Karena dana tersebut
akan dikembalikan lagi pada peserta lainya dalam kelompok asuransi tersebut.

3.3.2.Akad dan Perjanjian Perikatan Asuransi


Asuransi Syria merupakan asuransi yang digunakan untuk memulihkan
keadaan permodalan petani yang mengalami musibah kegagalan panen. Para
petani yang terdiri dari 30 orang akan dihimpun dalam satu kelompok. Dimana
setiap peserta berjanji untuk menanggung resiko atau beban akibat musibah yang
terjadi pada angota lain dalam kelompok tersebut. Dana yang terkumpul dari
setiap anggota akan digunakan untuk membatu kesulitan modal bagi anggota yang
mengalami gagal panen.
Setiap anggota diharuskan membayar premi perbulan sebesar kesepakatan.
Premi tersebut akan di masukkan ke dalam dua rekening yaitu 30 % ke Rekening
Tabbaru (Dana Kebajikan) dan 70% ke Rekening Tijarah (Dana Investasi). Akad
yang digunakan dalam penghimpuanan dana Asuransi Syiria ini adalah akad
Tabbaru dan Mudharabah. Menurut (Harun, 2000) Tabbaru merupakan
pemberian sukarela seseorang kepada orang lain, tanpa ganti rugi, yang
mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi dan yang diberi.
Niat Tabbaru “Dana Kebajikan” dalam akad asuransi syariah adalah alternatif
yang sah yang dibenarkan oleh syara’ dalam melepaskan diri dari Gharar
(ketidakpastian). Dana tabbaru yang dikeluarkan oleh setiap anggota akan
disimpan dalam rekening tabbaru dan akan disalurkan pada anggota yang
mengalami kegagalan panen dengan jumlah tertentu.
Sedangkan akad Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (Shahibul Maal) yang menyediakan 100 % dana untuk
modal usaha, sedangkan pihak yang lain menjadi pengelola dana (mudharib).
Keuntungan hasil usaha mudharabah dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil yang
sudah disepakati diawal akad (Antonio, 2001). Akad Mudharabah pada Asuransi

17
ini digunakan dalam mekanisme pengelolaan dan penghimpunan dana. Dana 70%
dari premi akan diinverstasikan pada sektor usaha yang halal. Dalam skema
Asuransi syariah ini ada dua akad Mudharabah yang digunakan yaitu
Mudharabah antara pihak Asuransi dengan nasabah pemegang polis, dan
Mudharabah antara pihak asuransi dengan pihak ketiga dalam hal ini pengelola
usaha Halal. Dalam mudharabah pertama, pihak Asuransi berperan sebagai
mudharib (pengelola Dana) dan Nasabah sebagai shahibul maal (pemilik dana),
dan pada Mudharabah yang kedua pihak Asuransi berperan sebagai Shahibul
Maal dan pihak ketiga sebagai Mudharib. Namun kedua akad diatas tidak saling
terikat satu sama lain. Setiap akad dalam asuransi syariah ini berdiri sendiri tidak
terikat dengan akad lain.
Penyaluran dana bagi nasabah pemegang polis yang hendak melakukan
proses klaim menggunakan Skama akad jual beli salam atau akad jual beli dengan
skema pemesanan yaitu pihak asuransi memberikan uang muka diawal dan
pemengang polis menyerahkan komoditi pada waktu yang disepakati diawal.
Jangka waktu perjanijian Asuransi adalah 2 tahun dengan asumsi 4 kali musim
tanam dengan jangga waktu tanam adalah 6 bulan dalam satu kali musim tanam.
Nasabah yang menyelesaikan kontrak sampai akhir akad maka semua uang baik
dana tabbarru dan tabungan mudharabah akan dikembalikan ditambah dengan
jumlah keuntungan investasi dari tabungan mudharabah selama 2 tahun. Dan
apabila ada nasabah yang berhenti ditengah jalan sebelum masa kontrak berakhir
misalnya hanya 6 bulan atau satu kali musim tanam maka pihak asuransi akan
mengembalikan tabungan mudharabah ditambah bagi hasil saja.

3.4. Pelaksanaan Asuransi SYRIA


3.4.1.Kriteria pemilihan calon peserta Asuransi Syria adalah:
a) Satu Kelompok Asuransi terdiri dari 30 Orang Peserta.
b) Petani yang memiliki lahan sawah dan melakukan usaha budidaya tanaman
padi pada lahan paling luas 2 (dua) hektar.
c) Petani penggarap yang tidak memiliki lahan usahatani dan menggarap lahan
sawah paling luas 2 (dua) hektar

18
3.4.2.Kriteria Lokasi Peserta Asuransi
Asuransi Syria dilaksanakan pada sawah irigasi (irigasi teknis, irigasi
setengah teknis, irigasi desa/sederhana, dan lahan rawa pasang surut/lebak yang
telah memiliki sistem tata air yang berfungsi) dan lahan sawah tadah hujan yang
tersedia sumber-sumber air (air permukaan dan air tanah), diprioritaskan pada :
a) Wilayah sentra produksi padi
b) Lokasi terletak dalam satu hamparan.

3.5. Dasar Perhitungan Premi Asuransi


Dasar perhitungan premi yang digunakan dalam asuransi syariah ini adalah
modal atau biaya produksi yang dibutuhkan oleh petani selama satu siklus
produksi dengan luas wilayah 1 Ha. Adapun biaya-biaya rincihanya terdapat pada
tabel berikut :
Tabel.3.1. Tabel Rincihan Biaya Produksi Padi 1 Ha Satu Kali Produksi
Biaya Produksi
Jenis Biaya Biaya Produksi Biaya Produksi
(Rp) (%)
Bibit/Benih Rp. 192.000,00 3,2%
Pupuk Rp. 624.000,00 10,4%
Pestisida Rp. 114.000,00 1,9%
Upah Tenaga Kerja Rp. 2.154.000,00 35,9%
Jasa Pertanian Rp. 744.000,00 12,4%
Sewa Alat/Sarana Usaha Rp. 156.000,00 2,6%
Sewa Lahan Rp. 1.794.000,00 29,9%
Biaya Vitami Rp. 144.000,00 2,4%
Lain-lain Rp 60.000,00 1%
Jumlah Rp. 6.000.000,00 100%
Sumber : Kementani.go.id dimodifikasi
Dari jumlah modal produksi untuk satu kali musim tanam yaitu
Rp.6.000.000,00, akan diambil premi sebesar 30% yaitu Rp.200.000,00 per bulan
dalam jangka 2 tahun kontrak. Dengan asumsi 1 kelompok tani terdiri dari 30
peserta asuransi maka, premi yang dapat dihimpun dalam satu bulan adalah

19
Rp.6.000.000,00. Dengan demikian apabila telah terjadi kerugian pada salah satu
peserta di bulan pertama, kelompok telah memiliki dana yang cukup untuk
menalanginya.

3.6. Risiko yang Dijamin


Asuransi Syria memberikan jaminan atas kerusakan pada tanaman yang
diasuransikan yang diakibatkan oleh banjir, kekeringan, dan serangan OPT
dengan batasan-batasan sebagai berikut:
a) Banjir adalah tergenangnya lahan pertanian selama periode pertumbuhan
tanaman dengan kedalaman dan jangka waktu tertentu, sehingga
menurunkan tingkat produksi tanaman.
b) Kekeringan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman selama
periode pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman
tidak optimal, sehingga menurunkan tingkat produksi tanaman.
c) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah organisme yang dapat
mengganggu dan merusak kehidupan tanaman atau menyebabkan
kematian pada tanaman pangan, termasuk di dalamnya:
 Hama Tanaman: Penggerek batang, Wereng batang coklat, Walang
sangit, Tikus, dan Ulat grayak dan Keong mas.
 Penyakit Tanaman: Blast, Bercak coklat, Tungro, Busuk batang,Kerdil
hampa, Kerdil Rumput/Kerdil Kuning dan Kresek.

3.7. Mekanisme Penghimpunan Premi Asuransi


Asuransi Syria mengimpun para petani padi dalam satu kelompok kecil yang
terdiri dari 30 anggota. setiap anggota dalam mengasuransikan lahan pertaniannya
maksimal hingga 2 Ha. Premi dihitung per Rp.200.000/Ha dalam perbulan
artinya jika seorang petani memiliki luas lahan mencapai 2 Ha, petani tersebut
harus membayar premi sebesar 2 kali lipat Premi menjadi Rp.400.000/bulan.
Asumsi premi Rp 200.000/bulan di dasarkan pada pehitungan modal kerja untuk 1
Ha tanaman padi. Nahabah yang mengalami musibah akan mendapatkan
pertangguhan hingga Rp.6.000.000/Ha jika dalam satu kelompok terdiri dari 30
anggota dengan premi perbulan Rp.200.000. Jumlah pertangguhan tergantung usia
tanaman dan kondisi kerusakan tanaman.

20
Premi Rp200.000/bulan dibagi kedalam dua rekening yaitu rekening tabbaru
dan rekening mudharabah. 30% dari dana premi disimpan di dalam rekening
tabbaru, dana pada rekening inilah yang akan menalangi anggota yang terkena
musibah. Sedangkan 70% dana masuk ketabungan (investasi), dana tersebut
nantinya akan di investasikan pada pihak ketiga, dan keuntungan dari usaha
tersebut akan dibagi dengan nasabah dan pihak asuransi.

3.8. Mekanisme Penyaluran dana Asuransi


3.8.1.Kriteria Klaim/ganti rugi Asuransi
Ada tiga kategori klaim asuransi berdasarkan usia tanaman yang mengalami
kerusakan. Ganti rugi diberikan kepada peserta Asuransi Syiria apabila terjadi
banjir, kekeringan dan atau serangan OPT yang mengakibatkan kerusakan
tanaman padi yang dipertanggungkan dengan kondisi persyaratan:
a. Umur padi sudah melewati 10 hari (10 hari setelah tanam/HST). Diberikan
pinjaman modal salam sebesar Rp.1.000.000.
b. Umur padi sudah melewati 30-60 hari. Diberikan pinjaman modal sebesar
Rp.2.000.000.
c. Umur padi mencapai 60-90 hari Diberikan pinjaman modal sebesar
Rp.4.000.000.
d. Intensitas kerusakan mencapai ≥75% dan luas kerusakan mencapai ≥75%
pada setiap luas petak alami. Diberikan pinjaman modal penuh mencapai
Rp.6.000.000

3.8.2.Alur Proses Klaim Asuransi


Anggota yang mengalami musibah menghubungi pihak asuransi untuk
mengajukan proses klaim, berikutnya pihak asuransi melakukan pemeriksaan ke
lapangan. Setelah itu, jika dinyatakan layak maka pihak asuransi akan membuat
perjanjian akad salam (pembelian padi secara pesanan). Ba’I assalam (Salam)
adalah jual beli yang pembayarannya dilakukan dimuka , dan penyerahan barang
dilakukan di kemudian hari (Yahya, 2019). Ketentuan syar’i salam diatur dalam
fatwa DSN Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli salam. Asumsi petani
dengan lahan 1 Ha membutuhkan modal kerja Rp.6.000.000/ satu kali musim

21
produksi. Dengan perhitungan tersebut maka klaim yang dipinjamkan adalah
maksimal Rp.6.000.000/1 Ha lahan padi. Setelah itu, pihak asuransi melakukan
pemesanan sejumlah padi dengan harga yang telah disepakati dengan petani,
misalnya harga gabah Rp.4.000/kg, maka pihak asuransi akan memesan padi
sejumlah 1,5 ton gabah kering dengan harga keseluran adalah Rp.6.000.000. Uang
tersebut akan dibayar dimuka agar anggota dapat melakukan produksi kembali
seperti semula.
Dana untuk pembiayaan modal kerja bagi nasabah yang mengajukan klaim
diambil dari tabungan Tabbaru kelompok, apabila kurang maka pihak asuransi
dapat menalangi kekurangannya. Bagi anggota yang masih terikat dalam akad
salam, tidak diharuskan untuk membayar premi karena masih dalam masa
pemulihan usaha. Anggota akan membayar kembali premi setelah ia selesai
dengan akad salam, atau telah menyerahkan seluruh gabah yang dipesan oleh
pihak asunransi dan jika usahatani yang ia jalankan sudah kembali stabil pada
aspek permodalanya.
Gambar.3.4. Skema Proses Klaim Asuransi SYRIA

Petani Gagal Salam Asuransi


Panen

Tabbaru
Sumber : Dokumen Pribadi

3.8.3.Alur Proses Penyerahan Hasil Penen


Penyerahan gabah dilakukan dengan dua pilihan perjanjian dimana petani
dapat menyelesaikan penyerahan gabah pada pihak asuransi pada 1 kali musim
tanam, atau mencicilmya dua periode musim tanam dalam jangka waktu 1 tahun.
Gabah akan dijual pihak asuransi pada pihak ketiga dengan harga Rp.5.000/kg.
dengan perkiraan 1,5 ton gabah kering maka pihak asuransi mendapatkan
keuntungan sebesar Rp.5.000 x 1.500 Kg = Rp.7.500.000, Rp,7.500.00-Rp-
Rp.6.000.000 = Rp. 1.500.000.
Pihak asuransi bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu Sub terminal
Agribisnis(STA) dalam memasarkan hasil pertanian warga. STA menurut Tanjung

22
(2001), merupakan infrastruktur pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli
hasil-hasil pertanian baik transaksi fisik maupun non fisisk yang terletak di sentra
produksi. Dengan demikian, penekanannya adalah bahwa STA merupakan sarana
pemasaran yang dilakukan pada sentra produsen. Pihak asuransi menguhubungi
pihak STA untuk melakukan perjanjian jual beli. Setelah itu pihak asuransi akan
menginformasikan kepada petani untuk menyerahkan gabahnya pada pihak STA.
setelah barang diterima, maka pihak STA akan melakukan pembayaran kepada
pihak asuransi sesuai dengan harga yang disepakati diawal perjanjian.

3.8.4.Mekanisme Investasi Mudharabah pada dana Tijarah


Dana Tijarah yang diperoleh dari pembayar 70% dari uang premi perbulan
di inverstasikan oleh pihak asuransi ke usaha yang tidak bertentangan dengan
syariat islam. Pihak asuransi menggunakan dua muradrabah (bagi hasil).
Mudharabah pertama akad kerjasama antara pihak nasabah dengan pihak asuransi,
dalam akad ini pihak asuransi bertindak sebagai Mudharib (Pengelola dana) dan
pihak nasabah bertindak sebagai Shaibul maal (pemilik Dana). Sedangkan pada
akad mudhrabah kedua, pihak asuransi melakukan kerjasama dengan pihak ketiga
yaitu usaha produktif. Dimana pihak asuransi bertindak sebagai Shaibul maal dan
pihak usaha bertindak sebagai Mudharib. Kedua akad Mudharabah tersebut dapat
dilakukan dengan ketentuan kedua akad Mudharabah tersebut tidak saling terikat.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil invertasi dari usaha akan dibagi sesuai
dengan kesepakatan antara pihak asuransi dengan pihak usaha. Setelah itu
keuntungan yang diperoleh pihak asuransi kemudian dibagikan lagi antara pihak
asuransi dengan nasabah pemegang polis. Keuntungan hasil usaha tersebut akan
dibayarkan saat nasbah menyelesaikan kontrak (misalnya 2 tahun) ditambah uang
tabungan mudhrabah dan uang tabungan sisa dana Tabbaru.

3.8.5.Pengembalian Dana Nasabah


Nasabah yang telah menyelesaikan kontrak selama 2 tahun akan
dikembalikan dana premi yang telah dibayarkan secara keseluruhan. Baik
tabungan Tijarah dan dana Tabbaru ditambah dengan keuntungan yang diperoleh
dari investasi dana tijarah pada kerjasama mudharabah dengan pihak ketiga.

23
Nasabah yang tidak melanjutkan akad sampai 2 tahun. Pihak asuransi hanya
akan mengembalikan tabungan Tijarah ditambah keuntungan yang diperoleh atas
investasi yang dilakukan asuransi dengan memanfaatkan dana tersebut. Dana
tabbaru tidak dikembalikan karena dana tersebut sedang digunakan untuk
menalangi anggota yang lain yang sedang mengalami gagal panen. Sehingga
butuh waktu minimal 2 kali periode masa tanam untuk mengembalikan dana
tersebut.
Pehitungan jumlah uang yang diterima nasabah selama masa kontrak 2 tahun
dengan premi Rp 200.000/Bulan, dapa dilihat pada tabel berikut :
Tabel.3.2. Tabel Perhitungan tabungan premi Nasabah selama 2 tahun
Tabungan Akumulasi Bagi Hasil
Bulan Premi Dana Tabbaru Keuntungan
Tijarah Dana Tijarah Asuransi 60% Nasabah 40%
1 200.000 140.000 60.000 140.000 21.000 12.600 8.400
2 200.000 140.000 60.000 280.000 42.000 25.200 16.800
3 200.000 140.000 60.000 420.000 63.000 37.800 25.200
4 200.000 140.000 60.000 560.000 84.000 50.400 33.600
5 200.000 140.000 60.000 700.000 105.000 63.000 42.000
6 200.000 140.000 60.000 840.000 126.000 75.600 50.400
7 200.000 140.000 60.000 980.000 147.000 88.200 58.800
8 200.000 140.000 60.000 1.120.000 168.000 100.800 67.200
9 200.000 140.000 60.000 1.260.000 189.000 113.400 75.600
10 200.000 140.000 60.000 1.400.000 210.000 126.000 84.000
11 200.000 140.000 60.000 1.540.000 231.000 138.600 92.400
12 200.000 140.000 60.000 1.680.000 252.000 151.200 100.800
13 200.000 140.000 60.000 1.820.000 273.000 163.800 109.200
14 200.000 140.000 60.000 1.960.000 294.000 176.400 117.600
15 200.000 140.000 60.000 2.100.000 315.000 189.000 126.000
16 200.000 140.000 60.000 2.240.000 336.000 201.600 134.400
17 200.000 140.000 60.000 2.380.000 357.000 214.200 142.800
18 200.000 140.000 60.000 2.520.000 378.000 226.800 151.200
19 200.000 140.000 60.000 2.660.000 399.000 239.400 159.600
20 200.000 140.000 60.000 2.800.000 420.000 252.000 168.000
21 200.000 140.000 60.000 2.940.000 441.000 264.600 176.400
22 200.000 140.000 60.000 3.080.000 462.000 277.200 184.800
23 200.000 140.000 60.000 3.220.000 483.000 289.800 193.200
24 200.000 140.000 60.000 3.360.000 504.000 302.400 201.600
Jumlah 3.360.000 1.440.000 6.300.000 3.780.000 2.520.000
Total Uang Nasabah = Dana Tabbaru + dana Tijarah + bagi hasil 40% 7.320.000

24
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Indonesia termasuk wilayah dengan frekuensi bencana alam yang sangat
tinggi dan sering disebut sebagai wilayah “rawan bencana”. Kegiatan usaha
disektor pertanian ini akan selalu dihadapkan pada risiko ketidakpastian
(uncertainty) yang cukup tinggi dan resiko kegagalan panen yang tinggi. Setiap
petani harus menanggung risiko yang berpengaruh terhadap produksi hasil
pertanian serta risiko bencana alam. Besarnya resiko tingkat kegagalan panen
menjadi salah satu penyebab rendahnya kesejahteraan petani.
Untuk mengurangi terjadinya resiko dibutuhkan sebuah model asuransi
yang dapat menjabap permasalah tersebut. Asuransi SYRIA dapat menjawab
tantangan tersebut. Karena asuransi model ini disesuaikan dengan kebutuhan
petani Indonesia yang mayoritas beragama islam. SYRIA dapat menanggulangi
masalah diatas dengan pola pertanggungan Asuransi sesuai dengan prinsip
syariah. Dalam asuransi SYRIA petani dihumpun dalam satu kelompok yang
terdiri dari 30 Orang, dimana setiap anggota dalam kelompok tersebut saling
berjanji untuk saling menanggung resiko atau beban akibat musibah yang tejadi
pada salah satu anggota dalam kelompok tersebut. Prinsip syariah adalah Ta’aun
(Tolong-menolong) atau saling melindungi dalam kebenaran. Bentuk tolong
menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana kebajikan (Dana tabbaru)
sebesar yang ditetapkan. Apabila salah satu peserta Asuransi mengalami musibah,
maka peserta yang lainnya ikut menanggung resiko, di mana klaimnya dibayarkan
dari akumulasi dana tabbarru yang terkumpul.
Beberapa Akad yang digunakan pada Asuransi SYRIA adalah
Mudaharabah, Hibah, Tabbaru, dan Akad Salam. Nantinya diharapkan Model
Asuransi Syariah ini dapat diimplementasikan dimasyarakat.

25
Daftar Pustaka

Anonim. (2018, Januari 12). databoks.katadata.co.id. Retrieved Oktober 11,


2018, from Inilah Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras Nasional:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/01/12/inilah-
perbandingan-produksi-dan-konsumsi-beras-nasional
Antonio. (1994). Arbitrase Islam di Indonesia . Jakarta: Arbitrase Mu'amalat
Indonesia dan Bank Mu'amalat Indonesia.
Antonio. (2001). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press.
Hafidhuddin. (2007). Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani
Press.
Haryati. (2002). Keunggulan dan Kelemahan Sistem Alley Cropping serta
Peluang dan Kendala Adopsinya di Lahan Kering DAS Bagian Hulu.
Lestari. (2017, Juli 03). Tumbuh Positif, Sektor Pertanian Sumbang PDB
Terbesar Kedua. Retrieved Oktober 12, 2018, from finance.detik.com:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3546302/tumbuh-
positif-sektor-pertanian-sumbang-pdb-terbesar-kedua
Muhaimin. (2005). Asuransi Umum Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press.
Pasal 28H ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara R epublik Indonesia Tahun
1945: “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(n.d.).
Pasaribu, S. M. (2010). Penerapan Asuransi Usahatani di Indonesia: Alternatif
Skenario Melindungi Petani dan Usaha Tani. Jakarta: Pusat Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian.
Rastuti. (2011). Aspek hukum Perjanjian Asuransi. Yogyakarta: Pustaka
Yudistira.
Septian, d. (2015). Perlindungan Petani Melalui Konsep Asuransi Pertanian Pada
Gabungan Kelompok Tani Desa Argorejo, Kabupaten Bantul. Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada, 1-15.

26
Statistik, B. P. (2018). Data Tenaga Kerja Berdasrkan Sektor. Jakarta: Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia.
Suhendi, d. (2005). Asuransi Takaful dari Teoritis Ke Praktik. Bandung: Mimbar
Pustaka.
Sumitro. (1997). Asasi-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait, (BAMUI)
dan TAKAFUL) di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Susanta G, H. S. (2008). Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan
Global. Bogor: Penebarplus.

27

Anda mungkin juga menyukai