Anda di halaman 1dari 4

I.

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Ada Sembilan agenda prioritas NAWA CITA. Dalam Rancangan


Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang dirancanakan oleh
presiden Indonesia, Bapak Ir.Jokowidodo. NAWA CITA adalah Program yang
digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan. Salah satu ini dari Sembilan prioritas
tersebut adalah Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa Asia lainnya. Hal ini menitikberatkan pada peningkatkan
produktifitas rakyat dan daya saing komoditas ekspor di pasar internasional.
Oleh karena itu salah satu upaya untuk mencapai tujuan diatas adalah
dengan pembangunan sektor pertanian. Karena pertanian merupakan sektor
yang paling dominan dalam struktur ekonomi Indonesia.

Pembangunan pertanian meliputi aspek ganda (Multy aspect),


merupakan proses yang terintegrasi untuk pertanian dari kondisi sekarang
menuju pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan. Pembangunan meliputi
peningkatan hasil produksi komoditas pertanian secara kuantitas melalui
perbaikan dan peningkatan produktifitas lahan. Dan peningkatan nilai
ekonomi komoditas melalui peningktan kualitas dan pengolahan menjadi
bahan tertentu. Pengembangan industri pertanian yang diharapkan dapat
memberikan efek pengganda (multiplier effect) yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi hendaknya mengutamakan industri pengolahan hasil
pertanian penghasil komoditas unggulan daerah. Salah satu komoditas
unggulan daerah Provinsi Jambi yang memiliki sumbangan relatif besar baik
terhadap pendapatan masyarakat daerah dan perolehan devisa Negara
adalah komoditas karet alam. Data BPS (2013) menunjukkan bahwa
perolehan devisa dari ekspor karet Provinsi Jambi pada tahun 2012 adalah
sebesar US $ 617.936.563 atau sekitar 55,48 % dari total perolehan devisa
dari sektor Non-Migas.

Namun demikian perlu diketahui bahwa sejatinya perolehan devisa


dari ekspor karet alam tersebut masih hanya diperoleh dari perdagangan
bahan olahan karet kering dengan kualifikasi mayoritas SIR-20. Artinya
industri karet alam Provinsi Jambi masih bertahan pada proses perubahan
bentuk dari bantalan yang memiliki KKK rendah (50 % 70 %) menjadi
bantalan bahan olahan karet mentah berkualifikasi SIR-20. Perlu dicermati
bahwa kualitas bahan olahan karet SIR-20 dan sejenisnya dari Negara
eksportir karet lainnya adalah merupakan kualitas bahan olahan karet
terendah yang dapat dipasarkan di pasar ekspor.

Berdasarkan temuan yang diperoleh, berdasarkan pengamatan sementara


ditengarai bahwa masalah utama yang dihadapi oleh para petani dalam
upaya peningkatan mutu komoditas adalah tidak adanya alternatif untuk
mengolah komoditas karet kering (KKK) menijadi barang yang memiliki nilai
lebih, sehingga mengurangi daya tawar harga dari harga komoditas karet
KKK. Salah satu solusi dari peningkatan mutu karet adalah pengembangan
industri hilir yang berbahan baku karet alam. Selain dapat meningkatkan nilai
ekonomis dari komoditas karet tersebut juga dapat meningkatkan kekuatan
daya tawar harga ke pasar komoditias terutama industry pengolahan barang
jadi berbahan dasar harga. Selain itu upaya ini juga dapat memutus mata
rantai tengulak yang selama ini mempermainkan harga dan membuat siklus
dari pemasaran karet menjadi panjang yang berdampak merugikan petani.

Salah satu daerah p rodusen karet alam yang dewasa ini secara
intensif memperoleh pendampingan dari Fakultas Pertanian Universitas
Jambi bekerjasama dengan Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Jambi adalah Desa Muhajirin Kabupaten Muaro Jambi. Desa
Muhajirin memiliki luas wilayah 62,69 km2, dengan areal perkebuan karet
rakyat seluas 1.450 Ha. Dengan rata-rata produksi sebesar 854 Kg/Ha/tahun,
maka potensi produksi bokar yang dapat dihasilkan dari Desa Mhajirin adalah
sebesar 1.238,30 ton per tahun.

Output yang hendak dihasilkan dari kegiatan pendampingan yang


dilakukan oleh kerjasama tim peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas
Jambi dengan Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi
adalah adalah tumbuhnya IHP berbahan baku karet yang dapat
meningkatkan kualitas produk akhir industri berbahan baku karet alam
sekaligus memberikan nilai tambah bokar yang dapat dinikmati oleh petani
produsen. Lemahnya daya penumpukan modal yang dimiliki petani
menyebabkan sejumlah alat/barang dan bahan serta fasilatas pendukung
yang diperlukan guna menghasilkan bokar berkualitas lebih tinggi seperti
misalnya, pembeabasan lahan dengan luas 1 tidak dapat diupayakan petani
secara swadaya.

1.2. Kegiatan
Kegiatan yang diusalkan dalam proposal ini adalah Pembebasahan
lahan seluar 1 Ha untuk IHP Karet Koperasi Tunggal Jaya di Desa Muhajirin,
Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan


1.3.1. Tujuan Kegiatan

Sesuai dengan judul kegiatan yang diajukan, maka tujuan dari


kegiatan ini adalah meningkatkan intensitas dan kinerja Industri Hilir
Pertanian (IHP) Pengolahan Karet Alam di Desa Muhajirin Kecamatan Jambi
Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi
1.3.2. Kegunaan Penelitian

Penumbuhan dan pengembangan IHP Pengolahan karet alam di Desa


Muhajirin diharapkan dapat meningkatnya kualitas karet yang dihasilkan
petani sekaligus pendapatan petani produsen karet, selain itu dengan adanya
kegiatan ini diharapkan para petani di Desa Muhajirin Kecamatan Jambi Luar
Kota, Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dapat memperluas pemasaran
karet olahan dari pasra domestic hingga pasar internasional.

1.3.3. Keluaran

Tersedianya lahan seluas 1 Ha untuk keperluan bangunan industri


hilir pengolahan bokar yang dapat menghasilkan kadar karet kering (KKK)
antara 90 hingga 95 persen.

Anda mungkin juga menyukai