Anda di halaman 1dari 29

1

MODEL KOPERASI SYARIAH SEBAGAI UPAYA


PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

DI USULKAN UNTUK
PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI TINGKAT FAKULTAS

DISUSUN OLEH :
NURUL IRITIAH FAJRIATI
(C1F015023)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2017
i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya : Model Koperasi Syariah Sebagai


Upaya Pembambangunan Sektor Di
Pertanian Indonesia
2. Bidang Ilmu : IPS
3. Tema : Pembangunan Ekonomi
4. Ketua Tim
a. Nama Lengkap : Nurul Irtiah Fajriati
b. NIM : C1f015023
c. Program Studi : Ekonomi Islam
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ridhwan. S.Ag. M.E.Sy.
b. NIDN : 197306241999031002

Jambi, 29 September 2017


Menyetujui.
Dosen Pembimbing, Penulis,

Ridhwan, S.Ag.,M.E.Sy Nurul Irtiah Fajriati


NIP. 197306241999031002 NIM : C1F015023

Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi,

Dr. ILHAM WAHYUDI. S.E.M.SI


NIP. 1975 10192003 121002
ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Karya Tulis ilmiah tentang Koperasi Syariah sebagai upaya
Pembangunan sektor pertanian.
Karya Tulis Ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki Karya Tulis ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Koperasi Syariah
Sebagai upaya Pembangunan Sektor Pertanian di Indonesia ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jambi, 29 September 2017

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Abstrack iv
Ringhasan v

BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Dan Manfaat 2
1.4 Metode Penulisan 3
1.5 Gagasan 3

BAB II Tinjauan Pustaka 5


2.1.Pertanian di Indonesia 5
2.2.Koperasi Syariah 5
2.3.Penelitian Sebelumnya 7

BAB III Analisis Dan Sintetis 9


3.1.Gambaran Umum Pertanian Di Indonesia 9
3.2.Permasalahan Yang Dihadapi Petani Di Indonesia 11
3.3.Strategi Pembagunan Sektor Pertanian Dengan Koperasi Syariah 13

BAB IV Simpulan 22
4.1.Kesimpulan 22
4.2.Rekomendasi 22

Daftar Pustaka 23
iv

Abstract

One of the main problems in development in the agricultural sector is the lack of
capital. The government has tried to address the problem by launching some credit
programs for the agricultural sector. Program loans that use the interest system show
unsatisfactory results, even creating new problems such as the swelling of farmers'
debt and bad debts. Pursuant to that matter need to look for alternative financing
model, one of them is with syariah scheme. Sharia cooperative is a solution offered in
solving the problem of interest-free agricultural financing. Sharia agriculture
cooperatives engage in trade and finance sectors.
This study aims to find out how the concept of agricultural financing with sharia
system and how its financing strategy.
Writing this work using descriptive method, where the author describes the material
about the subject matter and solutions. The data used are secondary data from the
literature study of scientific journals and books that serve as the author's refension to
develop ideas. Ideas and solutions offered are the result of observations from
community activities.
The result of analysis shows that financing scheme that can be applied to sharia
cooperative can be a financing scheme based on buying and selling principle, where
the contract to be used is Murabahah contract and greeting agreement. As for the
scheme of financing with the principle of lease, the contract that can be used is Ijarah
and Mudharabah contracts.
Keywords: Pertanian, Koperasi Syariah
v

Ringkasan

Salah satu permasalahan utama dalam pembangunan di sektor pertanian adalah


lemahnya permodalan. Pemerintah telah berusaha mengatasi permasalahan tersebut
dengan meluncurkan beberapa kredit program untuk sektor pertanian. Kredit
program yang memakai sistem bunga menunjukkan hasil yang kurang memuaskan,
bahkan menimbulkan permasalahan baru seperti membengkaknya hutang petani
serta kredit macet. Berdasarkan hal tersebut perlu dicari model pembiayaan
alternatif, salah satu di antaranya adalah dengan skim syariah. Koperasi syariah
merupakan solusi yang ditawarkan dalam menyelesaikan masalah pembiayaan
pertanian yang bebas bunga. Koperasi pertanian syariah melakukan usaha-usaha di
sektor perdagangan dan keuangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman konsep pembiayaan pertanian
dengan sistem syariah dan bagaimana strategi pembiayaannya.
Penulisan karya ini menggunakan metode deskriptif, dimana penulis menjabarkan
materi tentang pokok permasalahan dan solusi. Data yang digunakan adalah data
sekunder dari studi literatur dari jurnal ilmiah dan buku yang dijadikan sebagai
refensi penulis untuk mengembangkan ide. Ide dan solusi yang ditawarkan
merupakan hasil pengamatan dari aktifitas masyarakat.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Skema pembiayaan yang dapat diterapkan pada
koperasi syariah dapat berupa skema pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana
akad yang akan digunakan adalah akad Murabahah dan akad salam. Sedangkan
untuk skema pembiayaan dengan prinsip sewa menyewa, akad yang dapat digunakan
adalah akad Ijarah dan Mudharabah.
Keywords: Pertanian, Koperasi Syariah
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara agraris. Pertanian merupakan seperempat bagian dari
komponen pembentuk PDB, menyumbang sekitar 60 % dari ekspor dan
mempekerjakan 50% dari angkatan kerja. Pemprov menyadari bahwa peningkatan
yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan sektor ini merupakan
sebuah prasyarat menuju kesuksesan berbagai program yang bertujuan mengeluarkan
para petani dari jerat kemiskinan dan memperkuat kemandirian pangan demi
kebutuhan masyarakat di masa mendatang. Sebagian besar bankpun telah
menetapkan pembiayaan agribisnis dan sangat ingin mengadopsi kredit pertanian /
kredit pedesaan sebagai bidang usaha yang layak. Namun Bank Umum Konvensional
hanya menjadikan petani sebagai objek bisnis yang mendatang keuntungan bukan
sebagai mitra bisnis. Bank konvensional menerapkan sistem bunga pada praktik
pengambilan keuntungan dari kegiatan pembiayaan bukan mengambil keuntungan
dari bagi hasil keuntungan komoditi pertanian. Alhasil kerugian akibat cuaca dan
iklim menjadi tanggungan petani. Dalam sistem perbankan konvensional, pihak bank
tidak peduli akan resiko kerugian yang dialami petani. Sehingga dalam keadaan
untung maupun rugi para petani tetap harus membayar pinjaman pokok dan bunga.
Kegiatan transaksi yang menggunakan instrumen bunga merupakan perbuatan
yang zalim dan termasuk mengambil harta orang dengan cara yang zalim. Bunga
menguntungkan bagi sebagian pihak namun juga merugikan bagi sebagian yang lain.
Sehingga dibutuhkan suatu sistem pembiayaan yang bebas bunga agar pengelolaan
resiko dapat ditanggung bersama oleh pihak pemilik modal dan pengelola modal.
Salah satu solusi dari permasalan tersebut adalah sistem perekonomian islam yang
menerapkan prinsip kerja sama dan bagi hasil dalam menentukan keuntungan.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha bersama pemilik modal dan pengelola
dana, bukan dari presntasi modal yang dipinjamkan. Dalam ekonomi islam lembaga
yang melakukan pembiayaan secara islami adalah baitul mal wattamwil atau yang
2

sering dikenal dengan koperasi syariah. Koperasi syariah merupakan lembaga


keuangan yang bergerak di bidang usaha pembiayaan dan usaha rill. Modal koperasi
syariah diperoleh dari dana yang disetorkan anggota koperasi setiap bulannya. Dana
tersebut akan digunakan untuk usaha produktif seperti usaha jual beli alat-alat input
pertanian, sewa alat-alat pertanian, dan penjualan komoditas pertanian, serta
pembiayaan usaha dibidang pertanian.
Koperasi syariah mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan komoditas
pertanian, bagi hasil dari usaha pembiayaan dan sewa alat-alat pertanian. Sehingga
tidak ada unsur bunga di dalamnya. Koperasi syariah ini akan membantu para petani
yang kesulitan modal serta pengetahuan seputar pertanian. Mengurangi resiko
kegagalan panen akibat kurangya pengetahuan petani seputar iklim melalu pelatihan
yang diadakan oleh koperasi setiap bulannya. Melihat penomena ini penulis tertarik
mengangkat judul Model Koperasi Syariah sebagai Upaya Pembangunan Sektor
Pertanian di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimakah Sistem Pembiayaan Pertanian Indonesia ?
2. Apa yang dimaksud dengan Koperasi Syariah ?
3. Bagaimana Konsep Pembiayaan Pertanian Dengan Sistem Syariah ?
4. Bagaimana Strategi Pembiayaan Pertanian dengan Koperasi Syaraiah ?

1.3. Tujuan Dan Manfaat


Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sistem Pembiayaan Pertanian Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengertian Koperasi Syariah.
3. Untuk mengetahui Konsep Pembiayaan Pertanian Dengan Sistem Syariah.
4. Untuk mengetahui Strategi Pembiayaan Pertanian dengan Koperasi Syariah.
3

Manfaat
a. Bagi Penulis
Merupakan salah satu sarana penulis untuk mengembangkan ide dan konsep
seputar koperasi syariah berbasi pertanian.
b. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau rekomendasi dalam penyusunan
kebijakan dalam pembangunan di sektor pertanian.
c. Bagi Masyarakat
Dapat membantu para petani dalam menyediakan solusi dalam masalah
pembiayaan di sektor pertanian yang berbasis syariah.

1.4. Metode Penulisan


Penulisan karya ini menggunakan metode deskriptif, dimana penulis
menjabarkan materi tentang pokok permasalahan dan solusi. Data yang digunakan
adalah data sekunder dari studi literatur dari jurnal ilmiah dan buku yang dijadikan
sebagai refensi penulis untuk mengembangkan ide. Ide dan solusi yang ditawarkan
merupakan hasil pengamatan dari aktifitas masyarakat.

1.5. Gagasan
Koperasi syariah merupakan solusi yang ditawarkan dalam menyelesaikan
masalah pembiayaan pertanian yang bebas bunga. Koperasi pertanian syariah
melakukan usaha-usaha di sektor perdagangan dan keungan. Di sekor perdagangan
koperasi pertanian menyediakan alat-alat input petanian seperti benih, pupuk,
pertisida, dan obat-obatan pertanian, dalam kegiatan jual-beli alat-alat pertanian
koperasi menggunakan skema akad murabahah dan menggunakan metode cicilan
dalam skema pembayaran. Di sektor keuangan koperasi syariah melakukan
pembiayaan pertanian dengan metode kerta sama penyertaan modal atau yang biasa
dikenal skema akad mudharabah. Dimana pihak koperasi bertindak sebagai investor
atau pemilik modal dan petani bertindak berperan sebagai pengelola dana dengan
dengan pembagian keuntungan yang didasari atas kesepakatan bersama.
4

Koperasi syariah menyediakan alat-alat pertanian yang didapat di sewakan


kepada petani agar pekerjaan petani lebih efesien dan hemat biaya. Skema akad
penyewaan yang digunakan adalah ijarah murni. Ijarah murni adalah akad
pemindahan manfaat antara pemilik barang kepada penyewa tanpa melakukan
pemindahan kepemilikan. Penyewa memberikan uang sewa sebagai imbalan atas jasa
pemindahan manfaat yang diterima.
Harga komoditas merupakan faktor yang penting bagi petani, karena harga
komoditas sangat mempengaruhi pendapatan dan kelangsungan usaha pertanian.
Harga ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran. Sehingga indek harga
komoditas pertanian tidak dapat diprediksi. Seringkali harga komoditas mengalami
fluktuasi yang ekstrim seperti harga cabai yang mencapai Rp.100.000 pada bulan juni
2017 namun turun menjadi Rp.17.000 pada bulan september ini. Hal ini merupakan
suatu kendala yang serius bagi petani karena seringkali jumlah harga yang diterima
oleh petani tidak dapat menutupi biaya operasional. Untuk itulah koperasi Syariah
juga berfungsi sebagai Sub Terminal Agribisnis (STA) yang menerima penjualan
komoditi dari petani sehingga dapat memperpendek jalur distribusi dan memutus
rantai tengkulak. Hasil panen para petani kemudian di jual kembali ke pasar atau
pabrik, koperasi mendapat keunungan dari selisih harga jual dengan harga beli
dengan petani.
5

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Pertanian di Indonesia


Pertanian dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan usaha (sektor
produksi) adalah pertanian dalam arti luas, yaitu subsektor tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan/kelautan. Subsektor tanaman
pangan sering disebut dengan subsektor pertanian rakyat, karena tanaman pangan
biasanya diusahakan oleh rakyat. Subsektor ini mencakup komoditas-komoditas
bahan makanan padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai,
sayur-sayuran, dan buah-buahan (Dumairy, 1996). Subsektor tanaman pangan
memegang peranan penting dalam suatu perekonomian, khususnya di Indonesia.
Tanaman pangan, terutama beras, merupakan sumber konsumsi utama masyarakat
Indonesia, sehingga memiliki kedudukan strategis dalam memelihara stabilitas
nasional. Tanaman pangan, khususnya produksi padi, senantiasa menjadi perhatian
pemerintah Indonesia. Kenaikan harga beras akan mempengaruhi kestabilan umum
dan dapat memicu kenaikan harga barang-barang lain.

2.2. Koperasi Syariah


Koperasi secara bahasa adalah merupakan serapan bahasa Inggris yaitu 'co'
yang berarti bersama dan 'operation' yang berarti bekerja, sehingga dapat diartikan
co-operation (koperasi) adalah melakukan pekerjaan secara bersama (gotong-
royong). Secara istilah, pengertian koperasi adalah badan usaha yang memiliki
anggota orang atau badan hukum yang didirikan dengan berlandaskan asas
kekeluargaan serta demokrasi ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, dalam pasal 4 menerangkan tentang fungsi koperasi,
yaitu: (1) membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; (2) berperan serta aktif dalam upaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat; (3) memperkokoh
6

perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional


dengan koperasi sebagai gurunya; dan (4) berusaha untuk mewujudkan dan
mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Pembagian koperasi menurut jenis usahanya terdiri dari: (1) Koperasi Jasa; (2)
Koperasi Serba Usaha (KSU); (3) Koperasi Simpan Pinjam (KSP); (4) Koperasi
Konsumsi; (5) dan Koperasi Produksi. Berdasarkan tingkatannya, koperasi terdiri
dari: (1) Koperasi Primer; (2) Pusat Koperasi; (3) Gabungan Koperasi; dan (4) Induk
Koperasi. Berdasarkan lapangan usahanya, koperasi terdiri dari: (1) Koperasi
Ekstraktif; (2) Koperasi Pertanian; (3) Koperasi Peternakan; (4) Koperasi Industri
Kerajian; dan (5) Koperasi Jasa. Berdasarkan fungsionalnya, koperasi terdiri dari:
Koperasi Unit Desa (KUD); (2) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI); (3)
dan Koperasi Sekolah. Berdasarkan prinsip operasionalnya, koperasi terdiri dari: (1)
Koperasi Konvensional dan (2) Koperasi Syariah.
Berdasarkan pembagian jenis koperasi ditinjau dari lapangan usahanya, maka
koperasi pertanian adalah koperasi yang melakukan usaha berkaitan dengan komoditi
pertanian tertentu. Koperasi pertanian ini biasanya beranggotakan para petani maupun
buruh tani dan lainnya yang mempunyai sangkut paut dengan usaha pertanian.
Contohnya koperasi karet, koperasi tembakau, koperasi cengkih dan berbagai
komoditas pertanian lainnya. Berdasarkan jenis usaha pertanian yang beraneka
ragam, maka petani (kelompok petani) dapat membentuk koperasi sesuai dengan
jenis usaha taninya. Koperasi pertanian ini dapat membantu petani dengan berbagai
bentuk dari kegiatan prapanen, panen sampai pasca panen, termasuk skim
pembiayaan yang sesuai. Dalam prapanen, koperasi dapat menyediakan sarana dan
input produksi seperti pupuk, alat pengelah lahan dan sebagainya. Dalam masa panen,
koperasi dapat menyediakan alat-alat panen, membeli hasil panen dan sebagainya.
Dalam pasca panen, koperasi dapat membantu petani dalam pemasaran mulai dari
pengolahan, pengepakan (packaging) dan teknis-teknis pemasaran. Selain itu, secara
khusus koperasi juga dapat membantu petani terkait dengan kebutuhan pembiayaan
bagi petani.
7

Dalam sistem operasionalnya, koperasi syariah pada dasarnya sudah dikenal


dalam sistem muamalah yang terkait dengan kerjasama, yaitu syirkah. Dari segi
bahasa, syirkah adalah penggabungan (ikhtilth) dua harta atau lebih menjadi satu.
Sedang menurut istilah syari, syirkah adalah hak kepemilikan terhadap suatu yang
dimiliki oleh dua orang atau lebih sesuai persentase tertentu (yaitu kerjasama dalam
usaha atau sekedar kepemilikan suatu benda). Hukum melakukan syirkah adalah
diperbolehkan (mubah), dengan dalil dari al-Qurn dan as-sunnah serta ijma.

2.3. Penelitian Sebelumnya


Ada beberapa penelitian terdahulu yang penulis gunakan sebagai bahan rujukan
untuk menyusun karya ilmiah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Penelitian Davy Hendri yang berjudul Pedoman Pembiayaan Pertanian
sesuai Syariah.1 Hasil penelitian didapat, pertanian yang dapat
diklasifikasikan dalam dua sektor, yaitu sektor tanaman dan non-tanaman
memilki perbedaan dalam hal kebutuhan pembiayaan. Untuk sektor
taaman, lembaga keungan dapat memberikan fasilitas kredit untuk
pembiayaan input produksi untuk pembelian bahan baku dan modal.
Sedangkan untuk sektor non tanaman, lembaga keuangan menyediakan
pembiayaan kepada petani untuk memenuhi pembiayaan kebutuhan
produksi serta pengembangannya.
2. Peneitian Ashari dan Saptana dengan Judul Prospek Pembiayaan Syariah
untuk Sektor Pertanian.2 Dari hasil penelitian didapat bahwa implementasi
pembiayaan syariah untuk kegiatan usaha pertanian di pedesaan memilki
prospek positif karena dilandasi oleh karakteristik pembiayaan syariah
yang sesuai dengan kondisi pertanian, seslain itu beberapa skim
pembiayaan syariah sudah dipraktekkan masyarakat petani, bahkan telah
melembaga.

1
Davy Hendri Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Penelitian Mitra pada BAPPEDA
Prov Sumatera Barat.
2
Ashari dan Saptana, Prospek Peembiayan Syariah untuk Sektor Pertanian, Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan kebijakan Pertanian.
8

3. Penelitian Arif Pujiono dan Hari Susanta Nugraha dengan judul Strategi
Pembentukan Koperasi Pertanian Syariah di Jawa Tengah: Pendekatan
Analytical Network proccess (ANP).3 Dari hasil penelitian diketahui bahwa
Strategi pembentukan koperasi pertanian syariah di Jawa Tengah dapat
dicapai dengan membenahi sistem manajemen yang ada dalam lembaga
koperasi pertanian syariah, apabila manajemen sudah dibenahi akan
mempengaruhi pola SDM dalam pengelolaan koperasi yang didukung
dengan peraturan pemerintah melalui pemberdayaan koperasi pertanian
syariah dan selanjutnya akan berpengaruh pada sosialisasi mengenai peran
dan potensi koperasi pertanian syariah.

3
Arif Pujiono dan Hari Susanta Nugraha, Strategi Pembentukan Koperasi Pertanian Syariah di Jawa
Tengah: Pendekatan Analytical Network proccess (ANP), Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
9

BAB III
ANALISIS DAN SINTETIS

3.1. Gambaran Umum Pertanian Di Indonesia

Indonesia disebut negara agraris atau pertanian karena peran pertanian masih
dominan dalam hal:
PDB (Produk Domestik Bruto)
Penyerapan tenaga kerja
Nilai ekspor.

Sesudah melewati 5 kali Pelita (25 tahun) diharapkan Indonesia menjadi negara
industri, tetapi akibat krisis ekonomi Juni 1997, harapan tersebut jadi buyar. Bahkan
sektor pertanian sebagai salah satu penyelamat dalam perekonomian di Indonesia.
Peran sektor pertanian di masa-masa silam digambarkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Peran Pertanian dalam PDB, Tenaga Kerja Dan Ekspor Indonesia
%PDB % T Kerja % Ekspor
Tahun Tahun Tahun
Pertanian Di Pertanian Pertanian
1939 61,0 1939 73,9 1928 70
1960 54,0 1961 73,3 1938 65
1968 52,0 1971 64,2 1950-1959 58
1973 41,0 1973 Td 1950-1969 49
1975 32,0 1975 Td 1970 44
1980 24,8 1980 54,8 1971 47
1983 24,0 1982 54,7 1973 39
1985 23,5 1985 54,6 1974 Td
1987 25,5 1987 Td 1987 Td
1989 23,4 1989 55,6 1989 Td
1990 19,6 1990 53,4 1990 Td
Keterangan td = Tidak ada Data PDB = Produk Domestik Bruto
10

Dari ke empat sektor produksi yaitu Pertanian, Perindustrian, Pertambangan dan


Perdagangan (jasa), yang jumlahnya 100% pada setiap tahun, maka peran sektor
pertanian dalam PDB pada tahun 1939 adalah 61%, sedangkan peran atau kontribusi
ke tiga sektor lainnya hanya 39%. Dapat dilihat bahwa peran sektor pertanian dalam
PDB makin lama makin menurun. Pada tahun 1975 hanya 32% dan pada tahun 1990
tinggal 19,6% .
Peran sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja juga makin menurun dari
tahun ke tahun, tetapi tidak secepat menurunnya seperti peran dalam PDB. Pada
Tahun 1939 peran pertanian dalam penyerapan tenaga kerja adalah 73,9% dan pada
tahun 1990 masih ada sebesar 53,4%.
Peran sektor pertanian dalam ekspor sama halnya dengan perannya dalam PDB.
Dalam ekspor pada tahun 1928 mencapai 79%, namun peran ini cepat menurun
setelah masa kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1974 peran pertanian dalam ekspor
adalah 23%. Perhatikan, bahwa di tahun 1986 peran pertanian dalam PDB hanya 25%
dan dalam tenaga kerja masih tinggi yakni 55%. Jumlah kue yang dibagi sudah
sedikit, yang ikut membagi masih banyak, karena itu timbullah kemiskinan rakyat di
sektor pertanian. Pada saat itu ada nilai ekspor pertanian sekian persen, tetapi ini tidak
akan dinikmati oleh rakyat di sektor pertanian. Ini berdampak timbulnya gap yang
besar antar sektor ekonomi
Pada era sebelum kemerdekaan peran sektor pertanian dalam PDB, tenaga kerja
dan nilai ekspor adalah masih berimbang. Sebagai contohnya pada tahun 1939
kontribusi pertanian adalah sebagai berikut:
Sumbangan dalam PDB = 61%
Penyerapan tenaga kerja = 74%.
Nilai ekspor hasil pertanian = 79%.

Pada era Orde Baru, power sektor pertanian Republik Indonesia sudah lemah
misalnya pada tahun 1985 kontribusi pertanian dapat digambarkan sebagai berikut
Sumbangan dalam PDB = 24%.
Penyerapan tenaga kerja = 55%.
11

Nilai ekspor hasil pertanian = 23%

Penyebab utama merosotnya kontribusi sektor pertanian karena policy dari


pemerintah terlalu tergila-gila ke sektor manufacturing, bukan ke agroindustri. Pabrik
kapal terbang dan manufacturing lainnya memakai investasi yang sangat tinggi,
bukan mendorong kemajuan pertanian, bahkan hasil dari pertanianlah dikorbankan
kesana.
3.2. Permasalahan Yang Dihadapi Petani Di Indonesia

Dunia pertanian memang tidak akan pernah lepas dari yang namanya
permasalahan. Pada dasarnya permasalahan yang ada di sektor pertanian terbagi
menjadi dua yaitu:
1).Agroklimat, dari segi ini permasalahan dititikberatkan pada pengaruh iklim
terhadap kegiatan usahatani yang dilakukan petani. Pertanian dan iklim sangat erat
kaitanya, perubahan pada iklim akan membawa efek domino bagi dunia pertanian.
Contohnya yaitu kondisi tanaman itu sendiri, organisme pengganggu tanaman (hama,
penyakit, gulma).
2). Sosial ekonomi,
a). Sumber daya manusia adalah salah satu contohnya. realitanya SDM petani sangat
berpengaruh pada tingkat adopsi teknologi yang disalurkan oleh penyuluh dan pihak-
pihak lainnya. Penilaian SDM petani pada umumnya didasarkan pada tingkat
pendidikan yang ditempuh. Dari hasil penelitian yang dilakukan masih banyak petani
yang memiliki tingkat pendidikan rendah jika ditinjau dari sajian data berikut:
12

tingkat pendidikan petani

Sd/sederajat
Smp/Sederajat
Sma/sederajat
S1

Sumber: Data primer diolah, 2013


Gambar 3.1 Tingkat Pendidikan Petani
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Petani memiliki tingkat SDM yang
rendah ditinjau dari pendidikan terakhir yang ditempuh. Dikatakan rendah karena
sebanyak 60% masih lulusan SD,
b). Luas lahan terbatas, Nugrayasa (2012) menyatakan salah satu dari kendala yang
membelit para petani di Indonesia adalah lahan yang semakin menurun, baik dari
produktivitas maupun kuantitas luasnya. Dari segi produktivitas, lahan pertanian saat
ini sudah mengalami penurunan kesuburan tanah karena terlalu banyak penggunaan
pupuk anorganik sehingga lahan akan terdegradasi, sementara kuantitasnya seiring
dengan pesatnya perkembangan populasi manusia dan perkembangan industrialisasi,
hal ini dapat memicu terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan
pendirian pabrik-pabrik untuk kepentingan industri,
c). Faktor lain yang mempengaruhi jalanya usahatani adalah modal. Soetriono (2006)
dalam bukunya yang menyatakan bahwa modal adalah salah satu faktor internal yang
penting dalam pelaksanaan usahatani yang dijalankan oleh petani. Petani skala kecil
atau lebih dikenal sebagai petani gurem mendapatkan modal biasanya dari penyisihan
pendapatan usahatani sebelumnya.
13

Dengan kondisi yang masih menghadapi risk of uncertainly, maka petani berada
pada posisi yang kurang menguntungkan, ditambah beban kebutuhan keluarga sehari-
hari. Keadaan ini yang dapat menyebabkan terjerat sistem pinjaman yang merugikan
petani. Tidak jarang petani melakukan peminjaman modal usahatani ke berbagai
tempat. Peminjaman modal usahatani dilakukan ke lembaga keuangan formal (bank,
koperasi simpan pinjam, kelompok tani, KUD) ataupun nonformal (rentenir, bank
titil). Jigang (2007) menyatakan bahwa di China, keberadaan lembaga keuangan
dalam penyediaan modal bagi petani sangat membantu dalam peningkatan
pendapatan petani di pedesaan. Kendala yang terjadi dalam penyaluran infomasi
mengenai lembaga keuangan adalah keterbatasan informasi, keterbatasan akses,
keterbatasan SDM dan masih banyak keterbatasan yang lain.
3.3. Strategi Pembagunan Sektor Pertanian Dengan Koperasi Syariah
a. Koperasi Syariah

Koperasi merupakan kumpulan orang bukan kumpulan modal. Koperasi harus


betul-betul mengabdi kepada kepentingan perikemanusiaan dan bukan kepada
kebendaan. Kerjasama dalam koperasi didasarkan pada rasa persamaan derajat dan
kesadaran para anggotanya. Koperasi adalah milik bersama para anggota, pengurus
maupun pengelola. Usaha tersebut diatur sesuai dengan keinginan musyawarah
melalui rapat anggota. Koperasi dijalankan dengan prinsip syariah dan keadilan
dimana koperasi petani syariah ini bebas mengandung unsur-unsur yang diharamkan.
Seperti koperasi pada umumnya koperasi syariah ini juga melakukan kegiatan
penghimpunan dana dari anggota dan menyalurkannya kembali untuk kepentingan
anggota. Anggota koperasi terdiri dari petani yang memiliki tujuan untuk
membangung pertanian secara bersama-sama. Modal untuk operasional pembiayaan
dan usaha perdagangan diperoleh dari simpanan nasabah wajib dan simpananan
pokok anggota. Selain itu dana juga diperoleh dari pemerintah sebagai tambahan
modal untuk mendirikan usaha koperasi tersebut.
Kegiatan utama koperasi adalah kegiatan dipembiayaan di bidang pertanian
seperti penyediaan alat-alat input pertanian, mesin pertanian, pembiayaan usaha
14

pertanian dan perdagangan komoditas pertanian. Dalam praktiknya koperasi syariah


beroperasi menggunakan skema akad-akad syariah seperti murabahah, salam,
mudharabah dan ijarah. Keuntungan koperasi diperoleh dari selisih antara harga jual
dan harga beli komoditas pertanian dan bagi hasil dari keuntungan pembiayaan usaha
pertanian.
Gambar 3.2. Model Akad Pembiayaan Syariah dalam sektor Pertanian
PRODUCT TREE OF ISLAMIC AGRI FINANCE

Islamic Modes of
Agricultural Finance

Partnership Based Trade Based Rental Based


Modes Modes Modes

Murabahah Ijarah
Musharaka
Salam
Mudaraba
I

b. Skema Penghimpunan Dana (Funding)

Untuk mengembangkan usaha Koperasi Syariah, maka para pengurus harus


memiliki strategi pencarian dana, sumber dana dapat diperoleh dari anggota,
pinjaman atau dana-dana yang bersifat hibah atau sumbangan. Semua jenis sumber
dana tersebut dapat di klasifikasikan sifatnya saja yang komersial, hibah atau
sumbangan sekedar titipan saja. Secara umum, sumber dana koperasi diklasifikasikan
sebgai berikut:
15

1. Simpana pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar
simpanan pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara anggota. Akad
syariah simpanan pokok tersebut masuk katagori akad Musyarakah. Tepatnya syirkah
Mufawadhah yakni sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama dua orang atau
lebih, masing-masing memberikan dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi
dalam kerja dengan bobot yang sama pula.
2. Simpanan wajib
Simpanan wajib masuk dalam katagori modal koperasi sebagaimana simpanan
pokok dimana besar kewajibannya diputuskan berdasarkan hasil Musyawarah
anggota serta penyetorannya dilakukan secara kontinu setiap bulannya sampai
seseorang dinyatakan keluar dari keanggotaan koperasi Syariah.
3. Simpanan sukarela
Simpanan anggota merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota
yang memiliki kelebihan dana kemudian menyimpanannya di Koperasi Syariah.
Bentuk simpanan sukarela ini memiliki dua jenis karakter antara lain:
a. Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut (Wadiah) dan diambil
setiap saat. Titipan (wadiah) terbagi atas dua macam yaitu titipan (wadiah)
Amanah dan titipan (wadiah) Yad dhomamah.
b. Karakter kedua bersifat Investasi, yang memang ditujukan untuk kepentingan
usaha dengan mekanisme bagi hasil (Mudharabah) baik Revenue Sharing, Profit
Sharingmaupun profit and loss sharing.
4. Investasi pihak lain
Dalam melakukan operasionalnya lembaga Koperasi syariah sebagaimana
Koperasi konvensional pada ummnya, biasanya selalu membutuhkan suntikan dana
segar agar dapat mengembangkan usahanya secara maksimal, prospek pasar Koperasi
syariah teramat besar sementara simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas.
Oleh karenanya, diharapkan dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti Bank
Syariah maupun program-program pemerintah. Investasi pihak lain ini dapat
dilakukan dengan menggunakan prinsip Mudharabah maupun prinsip Musyarakah.
16

c. Skema Penyaluran Dana (Financing)


1. Model Pembiayaan Berbasis Perdagangan
Pembiayaan berbasis dagang berarti memberikan pembiayaan melalui
perdagangan barang dan komoditas. Dalam model ini, sebuah Koperasi Syariah
bertindak sebagai pedagang dan penyedia barang setelah membeli barang yang
dibutuhkan dari pasar terbuka / vendor / pemasok, baik secara langsung atau melalui
agen, atas permintaan pelanggan. Koperasi perlu proaktif dalam berurusan dengan
jenis pembiayaan dan memastikan bahwa segala tindakan nyatanya menggambarkan
peran Koperasi Syariah sebagai pedagang barang-barang bukan hanya peminjam
uang. Koperasi Syariah harus memastikan keterlibatannya dalam perdagangan dan
pertukaran barang subjek / komoditas melalui cara-cara tertentu, seperti pertukaran
aktual barang / komoditas, mengambil kepemilikan barang, memiliki barang subjek /
komoditi dan penentuan harga dan subyek yang dijual secara tepat. Dalam model
pembiayaan berbasis perdagangan ini, akad-akad yang digunakan oleh kedua belah
pihak diantaranya sebagai berikut.

a. Skema Pembiayaan Murabahah


Murabahah berarti penjualan suatu barang oleh seseorang kepada orang lain di
bawah pengaturan dimana penjual berkewajiban mengungkapkan kepada pembeli
beban pokok penjualan (baik secara tunai atau ditangguhkan) dan margin keuntungan
yang termasuk dalam harga penjualan barang yang dijual. Murabahah berasal dari
kata rib (keutungan) adalah transaksi jual beli dimana Koperasi Syariah menyebut
jumlah keuntungannya atau mengambil keuntungan dengan cara menjual lebih tinggi
dari harga beli. Koperasi Syariah bertindak sebagai penjual, sementara petani sebagai
pembeli. Harga jual adalah harga beli Koperasi Syariah dari pemasok tambah
keuntungan. Kedua bela pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
17

Gambar 3.3 Skema Akad Murabahah


b. Skema Akad pembiayaan As-Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan bekum
ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tanguh sedangkan pembayaran
dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli sedangakan nasabah sebagai penjual
produk. Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon pada produk pertanian.
Dalam prakteknya, ketika barang telah diserahkan kepada Koperasi Syariah,
maka Koperasi Syariah akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada
nasabah itu sendiri secara tunai atau secara angsuran. Harga yang ditetapkan Koperasi
Syariah adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal ini
bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak harus menyetujui harga jual dan jangka
waktu serta pembayaran. Adapun ketentuan umum salam sebagai berikut ;
1) Pembelian hasil produk pertanian harus diketahui spesifikasinya secara jelas,
seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100 kg mangga
harum manis kualitas A dengan harga Rp 5000/kg akan diserahkan pada panen
bulan mendatang.
18

2) Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka
nasabah (produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain :
mengembalikan dana yang diterimanya atau mengganti sesuai dengan pesanan.
3) Mengingat Koperasi Syariah tidak menjadikan barang yang dibeli atau
dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi Koperasi
Syariah untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua) seperti
Bulog, pedagang pasar induk, eksportir atau industri pengolah, mekanisme seperti ini
disebut dengan parallel salam.

Gambar 3.4. Skema akad Pembiayaan berbasis Ijarah


2. Skema Pembiayaan Sewa-Menyewa Murni Ijarah

Sektor pertanian membutuhkan mesin berteknologi tinggi untuk membatu


petani dalam mengefesiensi waktu dan biaya. Namun harga dari mesin dan alat
pertanian termasuk mahal dan sulit untuk diadakan oleh petani. Koperasi syariah
menyediakan mesin-mesin pertanian seperti traktor,truk, mesin perontok padi, pompa
air, dan mesin pertanian lainnya untuk membantu petani dalam membantu
memudahkan pekerjaan para petani. Skema akad yang digunakan adalah ijarah atau
sewa yaitu pemindahan guna suatu barang oleh pemilik kepada penyewa barang
19

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan


(ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.
Skema pembayaran upah atau sewa oleh petani dapat dilakukan dengan cara
kontan setelah panen atau bayar kredit atau angsuran dengan jangka waktu tertentu.
Petani bebas memilih skema pembayaran upah sewa sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan petani.
Gambar 3.5. Skema Akad Ijarah

3. Skema Pembiyaan pertanian Berbasis Investasi (Mudharabah)

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana
pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama
dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari
pengelola. Pihak koperasi syariah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik
modal dan petani sebagai mudharib atau pengelola modal. Objek akad mudharabah
ini adalah usaha pertanian dimana koperasi menyediakan modal untuk dikelola
petani. Akad mudharabah menggunakan prinsip Loss Profit Sharing (LPS) atau bagi
20

Hasil dan Rugi. Dimana keuntungan yang diperoleh dari usaha pertanian dibagi
sesuai dengan kesepakatan awal.
Gambar 3.6 Skema akad Mudharabah

Dalam praktiknya mudharabah merupakan suatu akad kerja sama yang


mengurangi resiko bersama. Dimana apabila terjadi kerugian yang disebabkan oleh
faktor alam maka pemilik modal akan menanggung rugi modal yang telah
diinvestasikan sementara petani tidak dapat upah atas kerja yang dilakukan. Skema
pengemabalian modal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : mencicil modal
ditambah dengan presentasi bagi hasil atau mengembalikan seluruh modal diakhir
akad.
Contoh perhitungan nisbah bagi hasil (Mudharabah)
Seorang nasabah mengajukan pembiayaan modal untuk pertanian cabai sebesar
Rp.6.000.000 selama jangka waktu pengembalian selama 6 bulan setelah panen.
Dengan kesepakatan nisbah bagi hasil koperasi 30% dan petani 70%. Bagaimanakan
cara perhitunagn cicilan perbulan?
Untuk meneyelasikan kasus diatas, maka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
21

1. Cara pertama

Cara pertama dilakukan pembayaran cicilan bagi hasil perbulan namun modal pokok
dikembalikan di akhir akad. Berikut cara penyelesaian dengan cara pertama :
Tabel 3.1. table perhitungan Mudharabah dengan cara kedua
Proyeksi Pendapatan Nisbah Cicilan Total
Bulan
Pendapatan Aktual Koperasi Nasabah Pokok Angsuran
1 1.000.000 950.000 285.000 665.000 285.000
2 1.000.000 1.200.000 360.000 840.000 360.000
3 1.000.000 1.500.000 450.000 1.050.000 450.000
4 1.000.000 800.000 240.000 560.000 240.000
5 1.000.000 500.000 150.000 350.000 150.000
6 1.000.000 750.000 225.000 525.000 6.000.000 6.225.000

2. Cara kedua

Cara kedua dilakukan pembayaran cicilan bagi hasil perbulan ditambah dengan
pokok modal. Berikut cara penyelesaian dengan cara kedua :
Tabel 3.2. table perhitungan Mudharabah dengan cara kedua
Proyeksi Pendapatan Nisbah Cicilan Total
Bulan
Pendapatan Aktual Koperasi Nasabah Pokok Angsuran
1 1.000.000 950.000 285.000 665.000 1.000.000 1.285.000
2 1.000.000 1.200.000 360.000 840.000 1.000.000 1.360.000
3 1.000.000 1.500.000 450.000 1.050.000 1.000.000 1.450.000
4 1.000.000 800.000 240.000 560.000 1.000.000 1.240.000
5 1.000.000 500.000 150.000 350.000 1.000.000 1.150.000
6 1.000.000 750.000 225.000 525.000 1.000.000 1.225.000

Dengan catatan pembayaran angsuran dilakukan setelah panen.


22

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan


bahwa:
1. Koperasi merupakan kumpulan orang bukan kumpulan modal. Koperasi
harus betul-betul mengabdi kepada kepentingan perikemanusiaan dan
bukan kepada kebendaan. Koperasi dijalankan dengan prinsip syariah dan
keadilan dimana koperasi petani syariah ini bebas mengandung unsur-unsur
yang diharamkan.
2. Skema pembiayaan yang dapat diterapkan pada koperasi syariah dapat
berupa skema pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana akad yang akan
digunakan adalah akad Murabahah dan akad salam. Sedangkan untuk
skema pembiayaan dengan prinsip sewa menyewa, akad yang dapat
digunakan adalah akad Ijarah dan Mudharabah.

4.2. Rekomendasi
a. Bagi Pemerintah
Pemerintah sebagai otoritas pembuat kebijakan seharusnya mendukung
sektor pertanian dan mendukung pembiayaan petanian berbasis syariah .
karena mayoritas masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim dan
Indonesia sebagai Negara agraris.

b. Bagi Petani
Petani sebagai tenaga kerja dalam pertanian seharunya dapat mendukung
program pembangunan pertanian melalui koperasi syariah ini.
23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rozik, dkk. "MODEL PEMBIAYAAN SALAM PADA PETANI


SINGKONG DAN." Universitas Jember, 2014: 1-15.
Ali, A. Mukhti. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. Bandung: Mizan, 1990.
Anshari, Hafi. Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1991.
Dhianon Supanggih, dkk. "AKSESIBILITAS PETANI TERHADAP LEMBAGA
KEUANGAN." 2013: 1-5.
Jambi, Dinas Pertanian. "Pertanian di Indonesia." sektor pertanian, 2013: 2-4.
Muhammad. In Manajemen Keuangan Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2014.
Muhammad. In Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014.
Simorangkir, Iskandar. In Pengantar Kebangsentralan. Jakarta: Pusat riset dan
Edukasi bank Indonesia, 2014.
Davy Hendri Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Penelitian Mitra pada
BAPPEDA Prov Sumatera Barat.
Ashari dan Saptana, Prospek Peembiayan Syariah untuk Sektor Pertanian, Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan kebijakan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai