Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN

Disusun Oleh:

Budi Santoso 01012622226001


Alia Anggraini 01012622226006
Kintan Dwi Amelia 01012622226013

Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Sriwijaya
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
kami kelompok 4 telah menyelesaikan tugas kelompok ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada dosen kami ibu Dr. Hj. Zunaidah, M.Si., sehingga kami dapat
menambah pengetahuan mengenai mata kuliah Etika Bisnis pada materi Etika bisnis
dan Pengrusakan Lingkungan. Oleh karena itu dengan segala keterbatasan kami
mohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, kami menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna, saran serta kritik yang membangun dapat
menjadi pembelajaran agar makalah ini menjadi lebih baik.

Palembang, 05 April 2022

(Penyusun)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan saat ini tidak hanya harus dilihat sederhana namun
harus dianalisis secara serius. Berbagai dampak jangka pendek dan panjang akibat
dari perusakan lingkungan telah membahayakaan kondisi dan stabilitas tata
kehidupan, dan itu tidak terkecuali bagi perusahaan yang terlibat dalam aktivitas
yang sehubungan.

Ada biaya sosial (cost social) yang harus ditanggung oleh sebuah perusahaan
dalam rangka menciptakan terbentuknya tata kondisi lingkungan (environment)
sesuai dengan yang diharapkan bersama. Yang akan dikaji dan dibahas disini
adalah menyangkut dengan resikolingkungan yang timbul yang selanjutnya telah
membawa pihak perusahaan terlibat secara serius untuk terlibat dalam usaha
menyelesikan persoalan lingkungan.

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menata kelestarian ling¬kungan


dituduh sebagai penyebab terjadinya krisis yang berkepanjangan. Krisis
lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini berakar dari kesalahan perilaku manusia
yang berasal dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam. Masalah
lingkungan semakin terasa jauh terpinggirkan, bahkan sering hanya merupakan
embel-embel atau tempelan belaka dalam program-program pembangunan,
kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan menurun. Padahal, berbagai
bencana akibat pengelolaan lingkungan yang tidak benar telah berulang kali
terjadi dan merupakan bagian dari kehidupan sehari hari masyarakat.
Menciptakan kesadaran masyarakat yang berwawasan lingkungan merupakan
fondasi untuk menjaga agar lingkungan terhindar dari berbagai macam
pengrusakan dan pencemaran. Karena pada dasarnya kerusakan lingkungan
tersebut dikarenakan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri.

Etika lingkungan disini tidak hanya membicarakan mengenai perilaku


manusia terhadap alam, namun berbicara mengenai relasi diantara semua
kehidupan alam semesta, antara manusia dengan manusia yang mempunyai
dampak terhadap alam, dan antara manusia dengan makhluk lain atau dengan
alam secara keseluruhan, termasuk dengan kebijakan politik dan ekonomi yang
berhubungan atau berdampak langsung atau tidak dengan alam.

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang mem-berikan


pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan
yang baik dalam menghadapi dan menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan
lingkungan sebagai kesatuan pendukung kelang-sungan perikehidupan dan
kesejahteraan umat manusia serta makhluk hidup lainnya.

Etika dan lingkungan yang baik dapat menjadikan perilaku kita semakin arif
dan bijaksana terhadap lingkungan, sebaliknya etika yang salah akan
menciptakan malapetaka bagi kehidupan manusia, karena merusak Etika
lingkungan hidup adalah pertimbangan filosofis dan biologis mengenai hubungan
manusia dengan tempat tinggalnya serta dengan semua makhluk nonmanusia.

Keadaan planet bumi yang berumur milyaran tahun bahkan lebih ini telah
mengalami kecacatan lingkungan. Lingkungan alam, terutama hutan yang
berfungsi sebagai penyeimbang alam telah gagal dikelola dengan baik oleh
manusia. Manusia selalu mengabaikan kesehatan hutan dimuka bumi ini dengan
selalu menggeruk dan mengeksploitasi alam secara ganas. Padahal kesehatan
hutan meruapkan jaminan atau aset dari terpenuhinya kebutuhan manusia dalam
waktu yang lama. Seperti halnya menyediakan O² (oksigen)untuk manusia
bernafas,menyiman sumber air bersih, menyerap CO² (karbondioksida),
menyerap polusi udara, memproduksi P3 (pangan, papan, dan pakan),
menyediakan berbagai macam obat herbal, dan lain sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah mengenai
etika bisnis dan pengrusakan lingkungan dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh etika bisnis dan nilai-nilai lingkungan?


2. Bagaimana pengaruh industri dan perusakan lingkungan?
3. Bagaimana peluang bisnis dalam ekonomi yang berkelanjutan?
4. Apa saja prinsip-prinsip untuk bisnis yang berkelanjutan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Etika Bisnis dan Nilai-Nilai Lingkungan


Etika bisnis adalah cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat.
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat
dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,
yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan
dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang
berlaku.
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan. (Pasal 1 Angka 14 UU Nomor 23 Tahun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup). Perusakan Lingkungan Hidup adalah
tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung
terhadap sifat fisik, kimia, dan/ atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. (Pasal 1 Angka 16 UU Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan hidup).
Lingkungan adalah segala hal yang berada dilar organisasi dan selama ini
dianggap member pengaruh pada mereka yang terlibat di sekitar lingkungan
tersebut. Secara umum lingkungan ada 2 (dua), yaitu lingkungan internal dan
lingkungan eksternal. Kedua bentuk lingkungan tersebut bersifat saling terkait
satu sama lainnya. Lingkungan eksternal bisa mempengaruhi lingkungan internal,
dan lingkungan internal berusaha menyerap serta memfilter setiap informasi yang
masuk dari lingkungan eksternal. Hasil dari serapan tersebut akhirnyamembentuk
suatu model lingkungan yang bersifat mengapresiasi setiap perubahan secara
sistematis dan bertahap.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen biotic dan abiotik. Komponen abiotik
adalah semua benda mati seperti tanah, udara, air, iklim, kelembapan, cahaya,
suara. Sementara komponen biotic adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti
tumbuhan, hewan, manusia, dan mikro organisme.
Risiko lingkungan (environment risk) adalah risiko yang terjadi pada
lingkungan akibat dari tindakan yang disengaja atau tidak disengaja, dan telah
menimbulkan kerusakan atau kehancuran pada lingkungan. Dampak
penghancuran lingkungan yang dilakuakan disengaja terjadi akibat ekspansi suatu
perusahaan. Ekspansi tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti
penambahan produk baru, eksplorasi tambang, dan lain sebagainya. Dimana
semua telah menimbulkan kerugian pada lingkungan. Kerugian tersebut dapat
diukur dalam bentuk finansial atau non finansial.
Etika menjadi dasar atau landasan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun dalam bisnis. Penerapan etika secara umum dalam perilaku bisnis
inilah yang kita kenal sebagai etika bisnis. Etika bisnis menunjukkan perilaku etis
maupun tidak etis yang dilakukan oleh karyawan dalam suatu bisnis.
Kerusakan bukan masalah teknis tetapi krisis lingkungan adalah krisis moral
manusia. Sehingga etika lingkungan digunakan sebagai cara merubah pandangan
dan perilaku manusia terhadap lingkungan. Dalam hal ini terdapat beberapa teori
yang dikenal dalam melihat hubungan manusia dengan alam yaitu teori
antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme. Ketiga teori ini memiliki cara
pandang yang berbeda tentang manusia dan alam, serta hubungan manusia
dengan alam.

2.2. Pengaruh Industri dan Perusakan Lingkungan


Persoalan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh sebagian perusahaan
pada era sekarang ini telah dipandang sebagai persoalan serius dan tidak bisa
dilihat sebelah mata. Sebuah perusahaan dengan berbagai aktivitas ruang lingkup
binisnya telah membawa dampak positif dan negatif pada lingkungan. Pada
dampak positif mampu memberi pengaruh bagi usaha mendorong penciptaan
kebutuhan-kebutuhan yang selama ini belum terpenuhi untuk selanjutnya
terpenuhi, dan pihak perusahaan memperoleh profit sebagai bentuk imbal dari
penjualan produknya. Dampak negatif terjadi pada akibat-akibat yang terjadi
selama proses atau usaha meraih keuntungan tersebut dilakukan. Seperti
pencemaran lingkungan akibat buangan limbah dan polusi yang telah
ditimbulkan.
Disini suatu bisnis khususnya industri, memegang peranan besar dalam ikut
dalam memberikan dampak tersebut. Ada beebrapa jenis sektor industri yang
dianggap dominan dalam memberikan pengaruh pada perusakan lingkungan
antara lain adalah:
a) Sektor pertambangan (mining)
b) Sektor pabrik (manufakture)
c) Sektor minyak dan gas (oil and gas)
d) Sektor perhotelan dan real estate
Keempat sektorini diangggap memiliki dominasi tinggi dalam mendukung
timbulnya pengaruh pada perusakan lingkungan. Sektor tambang dalam
eksplorasi pertambangan telah membawa berbagai dampak kerugian, seperti
perusakan hutan dikawasan yang dianggap ditemukan bahan tambang. Dalam
kasus perusahaan tambang batu bara telah menyebabkan terdapatnya lubang-
lubang besar yang ditinggal karena batu baranya diambil. Pengeboran minyak
lepas pantai, dalam kasus kebocoran pipa atau meledaknya kapal pengangkut
telah menyebabkan pencemaran laut dan membuat berbagai habitat dilaut
menjadi mati.
Disisi lain pada sektor bisnis pabrik tekstil telah menyebabkan pembuangan
limbah hasil olahan pabrik menimbulkan pencemaran pada lingkunga sekitar,
seperti sungai, laut dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat yang ingin minum
air sungai telah tercemar, termasuk matinya ikan-ikan yang biasa dapat ditangkap
disungai tersebut menjadi sulit untuk ditemukan. Sektor pehotelan dan real estate
telah menimbulkan dampak tajam pada perusahaan lingkungan. Seperti pada
pembangunan perumahan dengan membeli tanah persawahan masyarakat,
sehingga dnegan begitu hasil produksi padi juga terjadi penurunan. Pemabngunan
vila di kawasan puncak juga telah meyebabkan pohon-pohon ditebang, sehingga
ini berakibat pada berkurangnya debit air ditanah.
Oleh karena itu, persoalan perusakan lingkungan dengan motif
mengembangkan bisnis tidak harus menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
semata, namun harus melibatkan pemerintah daerah. Jika kondisi ini dibiarkan
akan menimbulkan pergesekan sosial dimasyarakat, seperti kecemburuan sosial.
Kasus kecemburuan sosial itu pernah dibeberapa tempat di Indonesia.
Karena masyarakat lokal menganggap pemerintah lebih mementingkan
ekonomi investor dan juga pendapatan pajak tanpa memikirkan dampak
lingkungan yang bisa terjadi dari dampak kemajuan investasi saat ini, apalagi
dengan banyaknya kemudahan yang didapat dan tidak ada pembedaan investor
asing dengan investor dalam negara.
Dalam rangka menghindari timbulnya perusakan lingkungan yang semakin
luas, maka yang harus dilakukan adalah mengubah konsep pembangunan yang
mengandalkan natural resource (sumber daya alam) ke pengembangan
sumberdaya manusia. Banyak catatan yang menjelaskan bahwa negara yang
mengandalkan dan mengumpulkan investasi pada human capital (modal manusia)
memiliki tingkat kemakmuran yang lebih tinggi dibandingka natural resource.

2.3. Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan


2.3.1. Pendekatan Pasar
Masalah lingkungan ditinjau dari persepsi para pembela pendekatan pasar
bahwa masalah lingkungan adalah masalah ekonomi yang patut mendapat
solusi ekonomi. Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan alokasi dan
distribusi dari sumber daya yang terbatas. Pasar yang efisien dapat
menanggapi tantangan lingkungan, terlepas dari peduli atau tidaknya kita
terhadap alokasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti
minyak dan gas, atau dengan kapasitas bumi untuk menyerap produk
sampingan dari industri seperti CO2 atau PCB.
Salah satu tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan adalah berhubungan
erat dengan limbah dari hasil produksi yang kita buat. Disini kita
diharapkan dapat membuat masyarakat tidak merasa terganggu dengan
limbah dari produksi yang kita buat. Selain itu kita jugadituntut untuk
menyediakan tempat pembuangan limbah yang layak. Seperti yang kita ketahui
limbah dari sebuah produksi terdiri atas 2 yaitu limbah yang berbahaya dan
limbah yang tidak berbahaya. Disini apabila terdapat limbah yang tidak
berbahaya kita diusahakan untuk membuang limbah itu ke tempat
yang aman/tempat yang dapat membuat limbah ini hilang seperti Air
(pembuangan limbah ke laut, kali dan sebagainya). Sebaliknya apabila terdapat
limbah yang berbahaya maka dita dituntut untuk mendaur ulang lagi limbah itu
agar limbah itu tidak membahayakan lingkungan sekitar tempat produksi.
Dalam tanggung jawab terhadap lingkungan ini seperti: meminimalkan
dampak polusi yaitu polisi udara akibat proses produksi yang dihasilkan, CO2
yang dikeluarkan, dan pemanasan global. Polusi tanah seperti akibat limbah
padat maupun cair akibat hasil produksi, serta memanfaatkan produk daur
ulang. Berikut contoh tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan:
a. Membuang limbah pada tempat yang seharusnya.
b. Meminimalisir limbah perusahaan yang dapat mencemari lingkungan
sekitar.
c. Kebersihan peralatan yang dipakai dan tidak merugikan masyarakat
disekitar perusahaan.
d. Mendaur ulang limbah

2.3.2. Pendekatan Peraturan


Beberapa pendekatan peraturan yang mempengaruhi etika bisnis dalam
pengaruh lingkungan :
a) Pertama, Pendekatan ini merendahkan pengaruh yang dimiliki bisnis
dalam menetapkan undang – undang. Pandangan yang rasional terhadap undang-
undang ini menyarankan bahwa public dengan jelas mengekspresikan tujuan
politik untuk meningkatkan kualitas udara dengan meningkatkan tujuan dari
efisiensi bahan bakar mobil.
b) Kedua, pendekatan ini juga merendahkan kemampuan bisnis untuk
mempengaruhi pilihan konsumen. Untuk menyimpulkan bahwa bisnis memenuhi
tanggung jawab lingkungannya Ketika merespon permintaan konsumen yang
terkait dengan lingkungan adalah merendahkan peran yang dapat dimainkan
bisnis dalam membentuk opini public.
c) Terakhir , dan mungkin yang bermasalah dari sudut pandang
lingkungan , model peraturan ini berasumsi bahwa pertumbuhan ekonomi secara
lingkungan dan etis tidak membahayakan. Fakta merupakan hal yang penting,
banyak cara untuk mengejar keuntungan didalam Batasan undang – undang. Jalan
yang berbeda untuk meraih probabilitas dapat menimbulkan konsekuensi
lingkungan yang sangat berbeda.
Konsensus yang muncul terkait tanggung jawab lingkungan dari bisnis
melalui pendekatan peraturan, bahwa masyarakat memiliki dua
kesempatan untuk menetapkan tanggung jawab lingkungan perusahaan.
Sebagai konsumen, individu dapat meminta produk yang ramah
lingkungan di pasar. Sebagai warga Negara, individu dapat mendukung
legislative terkait lingkungan. Selama bisnis merespons pasar dan mematuhi
undang-undang, bisnis telah bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Filsuf Norman Bowie beargumen bahwa, selain dari tugas
untuk tidak menyebabkan kecelakaaan terhadap manusia dan
mematuhi undang-undang, perusahaan tidak memiliki tanggung jawab
lingkungan khusus. Masih menurut Bowie, bisnis secara sukarela bisa untuk
memilih melakukan hal-hal yang baik berkenaan dengan lingkungan, akan
tetapi bisnis tidak memiliki kewajiban untuk melakukannya. Bisnis
seharusnya bebas untuk mengejar keuntungan dengan merespon permintaan
perekonomian pasar tanpa perhatian khusus terhadap tanggung jawab
lingkungan.
Sejauh masyarakat menginginkan barang-barang yang ramah
lingkungan, maka mereka bebas untuk mengekpresikan keinginan tersebut
melalui undang-undang atau di dalam pasar. Tanpa permintaan tersebut,
bisnis tidak memiliki tanggung jawab khusus terhadap lingkungan. Pendekatan
yang disampaikan Bowie tersebut, dalam jangka panjang pendekatan tersebut
tidaklah memadai. Beberapa alasan yang disampaikan:
1) Pendekatan ini merendahkan pengaruh yang dimiliki bisnis dalam
penetapan undang-undang. Pandangan yang rasional terhadap undang-
undang ini menyarankan bahwa public dengan jelas mengekpresikan
tujuan politik untuk meningkatkan kualitas udara dengan
meningkatan tujuan dari efisiensi bahan bakar pada mobil. Namun,
industri mobil mampu menggunakan pengaruh lobinya untuk
mengecualikan truk ringan dan SUV dari standar ini.
2) Pendekatan tersebut juga merendahkan kemampuan bisnis untuk
mempengaruhi pilihan konsumen. Untuk menyimpulkan bahwa
bisnis memenuhi tanggung jawab lingkungan ketika merespons
permintaan konsumen yang terkait dengan lingkungan adalah
merendahkan peran yang dapat dimainkan bisnis dalam membentuk
opini publik.

2.3.3. Pendekatan Berkelanjutan


Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi
yang datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Konsep pembangunan
berkelanjutan ini dapat ditelusuri melalui laporan dari World Commission on
Environment and Development (WCED) Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun
1987 dan yang lebih dikenal dengan sebutan Brundtland Commission.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia, pada dasarnya
merupakan proses pertukaran sumber daya yang dimiliki rumah tangga
konsumen dengan rumah tangga perusahaan, dan rumah tangga
pemerintah/government. Kegiatan ekonomi yang begitu banyak dan kompleks
dapat dipahami dengan lebih mudah melalui suatu model ekonomi.
Keterkaitan antara pelaku-pelaku ekonomi tersebut dapat
digambarkan dalam model arus sirkular sebagai berikut:

Dua aspek dari model arus sirkular: (1) model ini tidak membedakan
sumber daya alam dari factor produksi lainnya. Model ini tidak menjelaskan
asal dari sumber daya. Sumber daya hanyalah hal-hal yang dimiliki oleh
rumah tangga seperti tenaga kerja, modal, keahlian wirausaha yang dapat
dijual kepada bisnis. (2) Model ini memperlakukan pertumbuhan ekonomi
sebagai solusi atas semua penyakit social dan tidak memiliki batasan. Agar
dapat mengikuti pertumbuhan penduduk, ekonomi harus tumbuh, serta agar dapat
menyediakan standar hidup yang lebih tinggi, ekonomi harus tumbuh.
Ekonomi neoklasik dengan penekannya pada pertumbuhan ekonomi
sebagai tujuan dari kebijakan ekonomi, pada akhirnya akan gagal memenuhi
tantangan ini, kecuali pandangan ini menyadari bahwa ekonomihanyalah sebuah
subsistem di dalam biosfer bumi. Kegiatan ekonomi bertempat di biosfer dan
tidak dapat berkembang melebihi kapasitas biosfer untuk mendukung kehidupan.
Menurut Daly, sebuah model ekonomi (sistem ekonomi) sebagai sebuah
subset dari biosfer (ekosistem) menyatakan bahwa perlu dikembangkan
suatu sistem ekonomi yang menggunakan sumber daya hanya pada tingkatan
yang dapat terus berlanjut dalam jangka panjang dan yang dapat mendaur
ulang atau menggunakan kembali baik produk sampingan dari proses
produksi maupunproduk itu sendiri. Beberapa hal penting yang disampaikan
Daly:
1) Model yang berkelanjutan mengakui bahwa ekonomi berada dalam
biosfer yang terbatas dan terdiri sebuah lapisan yang melingkupi
permukaan bumi dengan luas hanya beberapa mil. Dari hukum
Termodinamika pertama (konservasi energy/materi) mengetahui
bahwa materi dan energy sesungguhnya tidak dapat diciptakan,
materi/energy hanya dapat ditransfer dari bentuk yang satu ke bentuk
yang lain.
2) Ada energy yang hilang pada setiap tahapan dari kegiatan ekonomi.
Konsisten dengan hukum Termodinamika yang kedua (entropi
meningkat di dalam sistem terutup), jumlah energy yang dapat
dipakai akan menurun seiring waktu. energy limbah akan terus
menerus meninggalkan sistem ekonomi sehingga energy baru dengan
entropi rendah harus mengalir secara konstan ke dalam sistem. Pada
akhirnya, satu-satunya energy dengan entropi rendah adalah matahari.
3) Model ini tidak lagi memperlakukan sumber daya alam sebagai
sebuah factor produksi yang sama dan tidak dapat dijelaskan yang
muncul dari rumah tangga. Sumber daya alam berasal dari biosfer
dan tidak dapat diciptakan ex nihilo (dari ketiadaan). Pada
akhirnya, pola ini mengakui bahwa limbah diproduksi pada setiap
tahapan kegiatan ekonomi dan kemudian dibuang kembali kedalam
biosfer.
Kesimpulan dari model Daly ini adalah dalam jangka panjang, sumber
daya dan energy tidak dapat dipakai, dan limbah tidak dapat dihasilkan pada
tingkat dimana biosfer tidak dapat menggantikan atau menyerap mereka
tanpa membahayakan kemampuannya untuk menunjang kehidupan (manusia).
Hal ini disebut Daly sebagai “batasan biofisik untuk pertumbuhan”. Biosfer
dapat menghasilkan sumber daya secara tak terbatas, dan dapat menyerap
limbah secara tak terbatas, namun hanya pada tingkat tertentu dan dengan jenis
kegiatan ekonomi tertentu. Hal ini yang disebut dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan. Menemukan tingkat dan jenis kegiatan ekonomi dan dengan
demikian menciptakan praktik bisnis yang berkelanjutan adalah tanggung
jawab lingkungan perusahaan yang utama.

2.4. Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan


Sebuah bisnis bukan hanya dapat memberikan pengaruh kepada pemilik, staf,
maupun pelanggannya saja, tetapi juga pada aspek lainnya seperti lingkungan dan
masyarakat secara keseluruhan. Maka dari itu, bisnis yang dijalankan sebaiknya
dapat memberikan kontribusi melalui penerapan sustainable business alias bisnis
berkelanjutan.
Sementara itu, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menerapkan
sustainability ialah melalui prinsip-prinsip ESG (Environmental, Social, &
Government). Selain itu, ESG juga menjadi salah satu fokus perusahaan untuk
beradaptasi di masa pandemi. Namun, perlu diingat bahwa langkah penerapan
bisnis yang berkelanjutan ini bukan hanya terfokus untuk mengatasi dampak
pandemi saja, tetapi juga merencanakan strategi bisnis di masa depan.
Melalui penerapan bisnis yang berkelanjutan pada strategi perusahaan,
diharapkan perusahaan dapat memberikan kontribusi. Jadi, ketika Kamu dan
seluruh tim bisa melaksanakan tanggung jawab dengan baik, maka artinya
penerapan bisnis sudah memberikan manfaat pada masyarakat dan lingkungan.
Lima alasan yang membentuk suatu kasus persuasif untuk
menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi yang berkelanjutan
hampir selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis, antara lain:
1) Keberlanjutan adalah strategi jangka panjang yang bijakBisnis perlu
mengadopsi Pratik yang berkelanjutan untuk menjamin
kelangsungan hidup dalam jangka panjang. Perusahaan yang
gagal beradaptasi terhadap kurva dari penurunan ketersediaan sumber
daya alam dan kenaikan permintaan yang saling mengerucut
beresiko kehilangan kelangsungan hidup mereka sendiri.
2) Potensi pasar yang besar belum terpenuhi di antara perekonomian dunia
yang sedang berkembang hanya dapat dipenuhi dengan cara yang
berkelanjutan.Banyak peluang bisnis untuk melayani miliaran orang
yang membutuhkan serta meminta barang dan jasa yang ekonomis.
3) Penghematan biaya yang signifikan dapat dicapai melalui
praktik yang berkelanjutan. Bisnis melakukan penghematan biaya
yang signifikan untuk dapat bergerak menuju efisiensi lingkungan.
Penghematan penggunaan energy dan bahan baku tidak hanya akan
mengurangi pembuangan limbah lingkungan, namun juga berarti
mengurangi pengeluaran yang sia-sia. Meminimalkan limbah
adalah hal yang masuk akal atas dasar finansian maupun lingkungan.
4) Terdapat keunggulan kompetitif bagi bisnis yang
berkelanjutan.Perusahaan yang berada di depankurva berkelanjutan
akan memiliki dua keunggulan, yaitu melayani konsumen yang peduli
lingkungan dan menikmati sebuah keunggulan kompetitif untuk
menarik para karyawan yang memiliki rasa bangga dan puas karena
bekerja di perusahan yang maju.
5) Keberlanjutan adalah strategi manajemen risiko yang baik. Menolak
untuk bergerak menuju keberlanjutan akan menawarkan banyak
hambatan yang ingin dihindari oleh perusahaan yang inovatif.
Menghindari peraturan pemerintah yang akan datang adalah salah satu
manfaat yang nyata. Perusahaan yang mengambil inisiatif untuk
bergerak ke arah berkelanjutan kemungkinan juga akan menjadi
perusahaan yang menetapkan standar dari praktik terbaik dalam
bidangnya.

2.5. Prinsip-prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan


Sebuah bisnis berkelanjutan akan mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi,
sosial, maupun lingkungan ketika harus membuat keputusan. Kemudian, para
pelaku bisnis tersebut akan memantau dampak dari keputusan mereka sehingga
mereka dapat memastikan bahwa keputusan yang mereka buat merupakan
keputusan tepat. Berikut faktor yang mempengaruhi prinsip bisnis yang
berkelanjutan:
a. Faktor Lingkungan
Berdasarkan sudut pandang yang satu ini, bisnis berkelanjutan haruslah
mencakup aktivitas-aktivitas yang mendukung pelestarian lingkungan serta
sumber daya alam. Sebagai contoh, manusia bisa melakukan langkah sederhana
untuk meminimalisir penggunaan kertas.
b. Faktor Sosial
Berdasarkan sudut pandang sosial, sebuah bisnis yang sustainable merupakan
bisnis yang dapat menerapkan tanggung jawab sosial, seperti memastikan untuk
menggunakan supplier yang berkualitas.
c. Faktor Ekonomi
Seperti yang kita tahu, profit bisnis merupakan salah satu hal yang bersifat
krusial untuk memastikan keberlanjutan sebuah usaha. Maka dari itu, sebagai
pemilik bisnis, manusia harus mencari strategi yang dapat mendukung
pertumbuhan bisnis, merekrut staf-staf terbaik, serta menghasilkan profit dalam
jangka panjang.
Model perusahaan dapat berevolusi menuju sebuah model bisnis
yang berkelanjutan, menggunakan prinsip-prinsip:
1) Eko-efisiensi (ecoefficiency)
Kondisi ini telah lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan,
mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.
2) Biomimicry
Produksi putaran tertutup berusaha untuk mengintegrasikan kembali
limbah ke dalam proses produksi. Di dalam situasi yang idel, limbah dari
sebuah perusahaan menjadi sumber daya bagi perusahaan lain dan sinergi
seperti ini dapat menciptakan taman ekoindustri. Sama halnya dengan
proses biologi seperti proses fotosintesis, limbah dari sebuah kegiatan
menjadi sumberdaya untuk kegiatan lain.3)
3) Tanggung jawab dari hidup sampai hidup kembali (cradle-to-cradle
responsibility)
Bisnis seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir
dari produknya ke dalam siklus produktif. Tanggung jawab ini pada gilirannya
akan menciptakan insentif untuk merancang kembali produk sehingga mereka
dapat didaur ulang dengan efisien dan mudah.
4) Ekonomi berbasis Jasa (service-based economy)
Model ekonomi dan manajerial tradisional menterjemahkan
permintaan pelanggan sebagai permintaan untuk produk mesin cuci,
karpet, lampu, elektronik konsumen, AC, mobil, computer dan seterusnya.
BAB III

KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa semua kegiatan
bisnis yang dilakukan merupakan sebuah profesi yang menuntut profesionalisme dan
ketaatan terhadap kode etik yang berlaku. Jika suatu bisnis dilakukan terlalu
berlebihan dan sering menyimpang dari kode etik maka akan menimbulkan beberapa
kerusakan lingkungan seperti: Akumulasi bahan beracun, Efek Rumah Kaca
(Greenhouse Effect), Perusakan Lapisan Ozon, Hujan Asam (Acid Rain), Deforestasi
dan Penggurunan, serta Keanekaragaman Hayati (biodiversity).
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irham, 2017. Etika Bisnis Teori, Kasus, dan Solusi. Alfabeta, Bandung

Emil Sali, 1990, Pembangunan berwawasan Lingkungan. LP3ES, Jakarta

Asmah, Dampak Kemajuan Investasi Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup

Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1997. Jurnal Dampak Kemajuan

Invstasi Terhadap Pencemaran Lingkungan,Jurnal HIPOTESIS Universitas


Sawerigading Makasar Edisi Februari 2010. [www.bukuku.net]

Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana, Etika Bisnis dan Profesi: Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya Edisi Revisi, Salemba Empat, Edisi terbaru.

Nurkamillah Citra, Etika Lingkungan dan Implementasinya Dalam Pemeliharaan

Lingkungan Alam Pada Masyarakat Kampung Naga (online) 2018.


(http://journal.uinsgd.ac.id)

Sitorus Deniaty. “Etika Bisnis dan Perusakan Lingkungan”, 2017

http://materimatakuliahdeniatysitorus.blogspot.com/2017/12/etika-bisnis-dan-
perusakan-lingkungan.html

Ernawati Rina, “Makalah Etika Bisnis dan Perusakan Lingkungan”, 2015

http://rinaernawati23.blogspot.com/2015/12/makalah-etika-dan-perusakan-
lingkungan.html

As’ad Muhammad, “Makalah Lingkungan dan Etika Bisnis”, 2017

https://ringkasan-dan-materi.blogspot.com/2017/12/lingkungan-dan-etika-bisnis.html

Anda mungkin juga menyukai