Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA BISNIS

“BISNIS,LINGKUNGAN DAN KEBERLANJUTAN (SUSTAINABILITY) ”

Disusun Oleh :
No Nama Nim Prodi
1 Jessica tri utomo 030218002 Manajemen
2 Rissa Anadila 030218027 Manajemen
3 Nisya Faoziah Ambari 030218007 Manajemen
4 Winda Ayu Lestari 030218054 Manejemen

STIE. DR KHEZ MUTTAQIEN 2018/2019


JL. KK Singawinata No. 83, Nagri Kidul, Kec. Purwkarta,
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat 41111

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT kami panjatkan puji dan syukur atas kehadiranya
dan atas segala rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Bisnis,Lingkungan Dan Keberlanjutan (Sustability)”. Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu
Pipih Nurjamilah, S.T., M.Sc sebagai dosen mata kuliah Etika Bisnis yang sudah memberikan
tugas ini kepada kami sehingga kami lebih tahu tentang Bisnis,Lingkungan Dan Keberlanjutan
(Sustability)

Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai Bisnis,Lingkungan
Dan Keberlanjutan (Sustability). Semoga makalah ini dapat di pahami siapapun yang
membacanya, semoga makalah ini dapat berguna bagi kami maupun bagi yang membacanya.
Sebelumnya kami minta maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Purwakarta, 16 April 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan semua faktor atau hal yang ada di dalam ruang, baik itu berupa
benda atau suatu keadaan dimana manusia ada didalam nya lengkap dengan berbagai
perilakunya dan diantara kesemuanya akan terjadi hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Lingkungan hidup di dalamnya terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
Fungsi lingkungan hidup menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah sebagai daya dukung untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam perspektif teoritis,
fungsi lingkungan hidup diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dalam menjalankan aktivitas masing-masing.
”Salah satu tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup adalah terlaksanakannya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam
secara bijaksana. Setiap kegiatan pembangunan, dimanapun dan kapan pun, pasti akan
menimbulkan dampak. Dampak ini dapat bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi
kehidupan manusia, dan dampak negatif yaitu timbulnya risiko yang merugikan masyarakat.”
Pencemaran lingkungan itu sendiri adalah masuk nya atau dimasukannya makhluk hidup
atau Zat Energi, dan atau komponen yang lain kedalam lingkungan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
menjadi turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Lingkungan dibentuk oleh
kegiatan yang dilakukan manusia, perubahan-perubahannya dapat mempengaruhi hidup dan
kehidupan, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Perubahan lingkungan terjadi karena tidak seimbangnya lagi susunan organik atau
kehidupan yang ada, akibatnyapun belum dapat dirasakan secara langsung bagi kehidupan
manusia atau kehidupan lainnya namun baru terasa setelah regenerasi. Kebijakan pemerintah
dalam penempatan kawasan industri dimasa lalu di daerah persawahaan yang subur
merupakan langkah yang kurang tepat, dikarenakan ada pengalihan fungsi lahan sawah ke
penggunaan lain. Sejauh ini dampak negatif dari konversi lahan sawah lebih banyak hanya di
pandang dari nilai ekonomi komoditas yang hilang. Padahal semestinya dilakukan pula
kajian secara mendalam dari aspek lainnya, seperti penurunan kualitas sumber daya Tanah,
Air, Udara dan Keragaman khayati menyebabkan hilangnya keuntungan eksternal yang biasa
di dapatkan dari keberadaan lahan sawah. Salah satu dampak dari pada pengalihan fungsi
lahan sawah untuk industri adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh
buangan limbah industri tersebut.
Menurut ketentuan limbah yang dibuang ke lingkungan seharusnya telah aman bagi
lingkungan biofisik lahan, badan air maupun kesehatan manusia dan hewan. Limbah-limbah
tersebut dialihkan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dan di proses terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan. Namun dalam kenyataannya limbah buangan tersebut sering
dikeluhkan masyarakat karena dampak negatif yang timbul akibat pembuangan limbah
tersebut. Akibat dari buangan sisa hasil industri juga menyebabkan lingkungan sekitar atau
kedalam aliran sungai menyebabkan terganggunya ekosistem aliran sungai tersebut, mulai
dari tidak terpenuhinya kualitas air berstandar B3 (tidak berwarna, berbau, dan tidak
beracun), berkurangnya jumlah ikan dan satwa air, timbulnya lingkungan kumuh sampai
pada munculnya masalah kesehatan dan lainnya.
Menurut M. Daud Silalahi, menyatakan bahwa :
“Masalah lingkungan telah ada di hadapan kita, berkembang sedemikian cepatnya, baik di
tingkat nasional maupun internasional (global dan regional) sehingga tidak ada suatu negara
pun dapat terhindar daripadanya. Setiap keputusan yang diambil terhadapnya menyangkut
kehidupan setiap anak yang sudah lahir dan menjangkau nasib setiap anak yang lahir
kemudian. Hanya ada satu dunia dan penumpangnya adalah manusia seutuhnya”.5)Seperti
halnya di Negara-negara berkembang lainnya, bagi Indonesia masalah lingkungan sebagai
gangguan terhadap tata kehidupan manusia terutama disebabkan oleh adanya interaksi antara
pertumbuhan penduduk yang besar, peningkatan pemanfaatan sumber daya alam dan
peningkatan penggunaan teknologi yang tercermin, antara lain dalam proses industrialisasi.
Dalam praktik pengembangan industri tekstil di sentra pertanian cenderung menimbulkan
dampak yang dapat merugikan berbagai pihak dimana dampak tersebut selain merugikan
masyarakat, juga dapat merusak lingkungan.Penggunaan sumberdaya alam selalu disertai
oleh terjadinya pencemaran. Hal ini merupakan hukum alam yang bersifat universal. Negara
selalu melakukan pembangunan yang pastinya pembangunan tersebut selalu membawa
perubahan. Perubahan yang dilakukan oleh negara merupakan kebaikan bagi manusia, akan
tetapi belum tentu baik untuk lingkungan hidup karena apabila pembangunan tersebut
dilakukan secara terus menerus apalagi sampai mempunyai dampak terhadap lingkungan,
tentu saja pembangunan ini akan menjadi kurang baik terhadap manusia juga. Menurut teori
kepentingan maka hak lingkungan lahir karena adanya kepentingan manusia akan lingkungan
yang baik dan sehat. Lingkungan yang baik dan sehat adalah syarat mutlak untuk
mewujudkan kehidupan manusia yang baik dan sehat pula. Dengan adanya kepentingan
tersebut, manusia menciptakan hak untuk lingkungan ahar lingkungan tidak dirusak atau
dicemari.Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang berwawasan lingkungan
sangatlah penting guna meningkatkan kesadaran, kepedulian,tentang lingkungan dengan
segala permasalahannya, dan dengan pengetahuan,keterampilan, sikap, motivasi, dan
komitmen untuk bekerja secara individu dan
kolektif terhadap pemecahan permasalahan dan mempertahankan kelestarian fungsi-fungsi
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana etika bisnis dan nilai-nilai lingkungan


b. Bagaimana tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan
1) Melalui pendekatn pasar
2) Melaui pedekatan peraturan
3) Melaui pendekatan berkelanjutan
1.3Tujuan

a. Untuk menganalsis etika bisnis dan nilai-nilai lingkungan


b. untuk menganalisis Tanggung jawab bisnis terhdap lingkungan: pendekatan pasar
c. Untuk menganalisis Tanggung jawab lingkungan dari bisnis: pendekatan peraturan
d. Untukmenganalisis lingkungan perusahaan: pendekatan keberlanjutan

1.4 Manfaat

a. Produktivitas meningkat biaya berkurang


b. Membuka peluang investasi
c. Meningkatkan keuntungan
d. Sumber daya manusia yang berkualitas
e. Mengefiensi energi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Bisnis dan Nilai-Nilai Lingkungan


Pembuka dari makalah ini memperkenalkan etika dalam hal penalaran praktis.
Memutuskan apa yang seharusnya kita lakukan adalah tujuan utama dari penalaran praktis dan
nilai-nilai kita adalah standar yang mendukung kita bertindak dengan cara tertentu. Mengacu
pada tujuan ini, nilai apa yang didukung oleh lingkungan alam? Bagaimana melindungi
lingkungan alam dari degradasi? Mengapabisnis harus memperhatikan  dan menghargai
lingkungan alam?
Kepentingan pribadi manusia adalah jawaban yang paling jelas untuk menjawab semua
pertanyaan ini.Semua umat manusia bergantung pada lingkungan alam untuk dapat bertahan
hidup. Manusia membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernapas, tanah dan
lauatan yang subur untuk menghasilkan makanan, lapisan ozon yang tebal untuk  menangkal
radiasi sinar matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan iklim yang rapuh dimana
manusia tetap akan hidup di muka bumi ini.dua aspek dari kenyataan lingkungan dewasa ini
menegaskan pentingnya penalaran berdasarkan kepentingan pribadi.
Pada akhir abad ke-19, manusia mulai menyadari adanya alasan berdasarkan kepentingan
pribadi untuk melindungi alam.Gerakan konservasi, tahap pertama dari environmentalisme
modern, mulaimenyeruhkan pendekatan yang lebih terkendali dan hati-hati terhadap alam.Para
pendukung gerakan konservasi berargumen menentang eksploitasi sember daya alam seolah-
ola halam dapat menyediakan pasokan bahan yang tidak pernah habis. Mereka menegaskan
bahwa bisnis memiliki alasan yang baik untuk menjaga sumber daya alam., alasan yang paralel
dengan pertimbangan rasional untuk menjaga sumber daya financial. Lingkungan alam, seperti
halnya modal, memiliki kapasitas yang produktif untuk menghasilkan laba jangka panjang hanya
jika dikelola dan digunakan secara hati-hati.
Disamping alasan-alasan untukmelindungi kehidupan dan kesehatan manusia ini,
lingkungan alam sangat penting dan berharga untuk banyak alasan lain. Sering kali nilai-nilai
lain ini bertentangan dengan nilai instrumental yang bersifat lebih langsung berasal dari
perlakuan terhadap lingkungan sebagai suatu sumber daya.
2.2 Tanggung Jawab Bisnis terhadap Lingkungan: Pendekatan Pasar
Meski perdebatan yang cukup signifikan mengelilingi sebagian nilai lingkungan, masih
terdapat kesepakatan yang kuat tentang alasan yang bijak untuk melindungi lingkungan alam-
manusia memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya. Kontroversi yang ada lebih
berfokus mengenai sarana terbaik untuk mencapai tujuan.Secara historis, perdebatan ini berfokus
pada apakah pasar yang efesien ataukah peraturan pemerintah adalah sarana yang paling tepat
untuk mempertemukan tangngung jawab bisnis terhadap lingkungan.Masing-masing dari dua
pendekatan ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap bisnis.
Dari satu sisi, jika pendekatan terbaik terhadapmasalah lingkungan adalah untuk
mempercayakan mereka pada pasar yang efesien, maka menejer bisnis yang bertanggung jawab
hanya perlu mencari keuntungan danmembiarkan pasar untuk mengalokasikan sumber daya
secara efesien.Dengan melakukan ini, bisnis memenuhi perannya di dalam sebuah system pasar,
yang pada gilirannya melayani kebaikan keseluruhan (utilitarianisme) yang lebih besar. Disisi
lain, jika peraturan pemerintah adalah pendekatan yang lebih memadai, maka bisnis harus
mengembangkan struktur yang mematuhi peraturan untuk memastikan bahwa bisnis telah
mematuhi peraturan tersebut.
Para pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa masalah lingkungan adalah masalah
ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi.Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan
alokasi dan distribusi dari sumber daya yang terbatas.
Tantangan terhadap pandangan yang sempit mengenai tanggung jawab sosial perusahaan
ini tidak asing lagi.Berbagai kegagalan pasar, yang kebanyakan melibatkan isu
lingkungan.Menunjukkan bahwa solusi pasar itu tidak memadai.Salah satu contohnya adalah
keberadaan dari eksternalitas, contohnya dalam buku teks adalah polusi lingkungan.Jenis
kegagalan pasar yang kedua terjadi ketika tidak ada pasar yang menciptakan harga untuk barang-
barang sosial yang penting.Cara ketiga dimana kegagalan pasar dapat mengarah pada kerusakan
lingkungan yang serius melibatkan perbedaan antara keputusan individu dan konsekuensi
kelompok.
Kegagalan pasar ini menimbulkan keprihatinan serius terhadap kemampuan dari ekonomi
pasar untuk mencapai kebijakan lingkungan yang tepat.Para pembela pandangan yang sempit
tentang tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja telah memberikan tanggapan terhadap
tantangan ini.
2.3 Tanggung Jawab Lingkungan dari Bisnis: Pendekatan Peraturan
Sebuah konsensus luas muncul di Amerika Serikat pada tahun 1970-an bahwa pasar yang
tidak diatur oleh undang-undang adalah pendekatan yang tidak memadai terhadap tantangan-
tantanganlingkungan. Sebaiknya, peraturan pemerintah dilihat sebagai cara yang lebih baik untuk
menanggapi masalah lingkungan. Setiap undang-undang awalnya dipelopori oleh kongres yang
didominasi oleh partai Demokrat ditandatangani menjadi undang-undang oleh presiden yang
berasal dari partai prepublik.
Semua undang-undang ini memiliki pendekatan yang sama terhadap isu lingkungan.
Sebelum semua undang-undang ini diberlakukan, hukum utama untuk penangananterhadap
keprihatinan lingkungan adalah hukum tort.Hanya individu yang dapat membuktikan bahwa
mereka telah dirugikan oleh polusi-lah yang dapat mengajukan tuntutan hukum atas polusi udara
dan air.
Pendekatan hukum ini menempatkan beban pembuktian pada orang yang telah dirugikan,
dan paling baik hanya menawarkan kompensasi atas kerugian yang ada setelah adanya
fakta.Dengan pengecualian di atas insentif yang diberikan oleh ancaman konpensasi, kebijakan
di Amerika Serikat tidak berbuat banyak untuk mencega timbulnya kerusakan akibat
polusi.Tanpa adanya bukti kelalaian, kebijakan publik cukup puas dengan menyerahkan
keputusan mengenai kebijakan lingkungan kepada pasar.Karena spesies yang hampir punah tidak
memiliki perlindungan hukum, kerusakan yang mencelakai kehidupan tanaman dan binatang
bukan merupakan perhatian hukum.Selain itu kebijakan sebelumnya tidak berbuat banyak untuk
mencegah kerusakan pelestarian tanaman dan kepunahan binatang.
Undang-undang yang mulai diberlakukan selama tahun 1970-an menetapkan standar
yang secara efektif memindahkan beban pembuktian dari mereka yang terancam tindakan
perusakan kepada mereka yang melakukan tindakan peusakan. Pemerintah menetapkan standar
aturan untuk mencegah terjadinya polusi atau kepunahan spesies alih-alih menawarkan
konpensasi setelah adanya fakta.kita dapat berpikir bahwa undang-undang ini menetapkan
standar minimum untuk memastikan kualitas udara dan air serta pelestarian spesies.
Bisnis beban untuk mencapai tujuannya selama mereka mematuhi batasan yang
ditetapkan oleh standar minimum ini.Consensus yang muncul adalah bahwa masyarakat
memiliki dua kesempatan untuk menetapkan tanggun jawab lingkungan perusahaan.Sebagai
konsumen, individu dapat meminta produk yamg ramah lingkungan di pasar.Sebagai warga
Negara, individu dapat mendukung legislasi terkait lingkungan. Selama bisnis merespon pasar
dan mematuhi undang-undang , bisnis telah bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jika
konsumen meminta produk yang mungkin menimbulkan bagi lingkunagn, seperti mobil SUV
yang boros bahan bakar, dan produk tersebut diizinkan peredarannya oleh undang-undang.

2.4 Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan


Sejak tahun 1980-an, model baru mengenai lingkungan perusahaan mulai menemukan
bentuknya, bentuk yang menggabungkan peluang keuangan dengan tanggung jawab lingkungan
dan etis.Konsep pengembangan/pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dan
praktik bisnis yang berkelanjutan (sustainable business practice) menyarankan visi baru yang
radikal untuk mengintregrasikan tujuan lingkungan dan keuangan, dibandingkan dengan model
pertumbuhan yang sebelumnya.Ketiga tujuan ini, keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan etis,
sering kali disebut sebagai tiga pilar keberlanjutan (three pillar of sustainability).
Konsep pengembangan yang berkelanjutan ini dapat ditelusuri melalui laporan dari
World Commission on Enviroment and Development (WCED) perserikatan bangsa-bangsa pada
tahun 1987, yang lebih dikenal dengan Brundtland commission, dinamai sesuai dengan ketuanya,
Gro Harlem Brundtland. Komisi ini bertanggung jawab untuk mengembangkan rekomendasi
untuk jalur-jalur menuju pembangunan ekonomi dan sosial yang menghindari upaya mencapai
pertumbuhan ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan keberlanjutan ekonomi dan
lingkungan dalam jangka panjang. Brundtland Commission menawarkan apa yang menjadi
definisi standar dari pembangunan yang berkelanjutan. “Pembangunan yang berkelanjutan
adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengompromosikan kemampuan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Ekonomi Herman Daly merupakan salah satu pemikir ternama yang menyuarakan sebuah
pendekatan inovatif terhadap teori ekonomi berdasarkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan melebihi standar yang lebih umum dari pertumbuhan ekonomi. Kecuali kita
membuat perubahan yang signifikan di dalam pemahaman kegiatan ekonomi, kecuali kita
mengubah cara kita berbisnis secara meyakinkan, kita akan gagal memenuhi kewajiban etis dan
lingkungan yang mendasar. Kita dapat memulai pemahaman dari kegiatan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi standar yang dapat ditemukan didalam setiap buku teks ekonomi.
Apa yang biasanya disebut dengan “model arus sirkular” menjelaskan sifat transaksi
ekonomi dalam hal arus sumber daya dari bisnis sampai ke rumah tangga dan kembali lagi ke
bisnis. Bisnis menghasilkan barang dan jasa untuk merespons permintaan pasar dari rumah
tangga, kemudian mengirim barang dan jasa tersebut ke rumah tangga untuk ditukarkan dengan
pembayaran yang diterimah oleh bisnis.Pembayaran ini selanjutnya dikembalikan lagi ke rumah
tangga dalam bentuk upah, gaji, sewa, keuntungan, dan bunga. Rumah tangga menerimah
pembayaran sebagai pertukaran atas tenaga kerja, lahan, modal,  dan keahlian wirausaha untuk
menghasilkan barang dan jasa.

2.5 Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan


Jika model peraturan dan kepatuhan cenderung untuk menafsirkan tanggung jawab
lingkungan sebagai hambatan pada bisnis, model berkelanjutan lebih maju dan dapat
menghadirkan bagi bisnis peluang yang lebih besar dibandingkan beban. Dan memang, model ini
menawarkan sebuah visi bisnis masa depan yang telah banyak dikejar oleh bisnis yang kreatif
dan bersifat wirausaha.
Kelompok peneliti lingkungan dan konsultan, The Natural Step, menggunakan gambar
sebuah corong, dengan dua garis yang saling mengerucut pada satu ujungnya, untuk membantu
bisnis memahami peluang-peluang tersebut.Sumber daya yang diperlukan untuk menunjang
kehidupan berada pada bidang miring yang terus menurun.Meski terdapat perselisihan mengenai
sudut kemiringan (apakah kita berada pada permulaan dengan tingkat kemiringan sedikit atau
sudah berada pada tingkat yang lebih jauh, dengan tingkat kemiringan yang tajam?), dan
consensus yang meluas bahwa sumber daya yang tersedia telah mengalami penurunan. Garis
kedua menunjukkan jumlah permintaan agregat di seluruh dunia, dengan memperhitungkan
pertumbuhan populasi dan permintaan yang terus meningkat dari gaya hidup konsumtif.
Tanpa adanya bencana alam, kebanyakan tapi tidak semua industri akan lolos melalui
corong yang sempit untuk menuju era kehidupan yang berkelanjutan. Bisnis yang tidak mampu
melihat visi masa depan yang berkelanjutan akan membentur dinding yang menyempit. Bisnis
yang inovatif dan bersifat wirausaha-lah yang akan menemukan jalan untuk melalui dinding
corong yang menyempit itu.
Selanjutnya The Natural Step menantang bisnis untuk melakukan “backcasting” dari
sebuah jalan menuju keberlanjutan. Kita semua cukup mengenal dengan apa yang disebut
peramalan (forecasting), dimana kita meneliti data saat ini dan memprediksi masa depan.
“Backcasting” menyelidiki apa yang akan terjadi di masa depan ketika kita berhasil keluar
melewati corong tersebut. Mengetahui seperti apa masa depan itu, bisnis yang kreatif kemudian
melihat kebelakang kembali kemasa kini dan menentukan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai kemasa depan. Suatu kasus yang kuat dapat dibuat untuk mengambil langka saat ini
demi mencapai masa depan yang berkelanjutan. Ada lima alasan yang membentuk suatu kasus
persuasif untuk menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi yang berkelanjutan hamper selalu
menjadi kepentingan pribadi bisnis.
    Keberlanjutan adalah strategi jangka panjang yang bijak.
    Potensi pasar yang besar yang belum terpenuhi diantara perekonomian dunia yang
sedang berkembang hanya dapat di penuhi dengan cara yang berkelanjutan.
    Penghematan biaya yang signifikan dapat di capai melalui praktik yang berkelanjutan.
   Terdapat keunggulan kompetitif bagi bisnis yang berkelanjutan.
    Keberlanjutan adalah strategi manajemen risiko yang baik.

2.6 Prinsip-prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan.


Implikasi yang tepat dari keberlanjutan ini akan berbeda antara perusahaan dan industri
tertentu, namun tiga prinsip umum ini akan memandu untuk bergerak kearah keberlanjutan.
Perusahaan serta industri harus menjadi lebih efesien dalam menggunakan sumber daya alam:
mereka harus meniru proses produksi keseluruhannya pada proses biologis; dan mereka harus
menekankan produksi jasa alih-alih produksi produk.
1.  Prinsip pertama, eko-efesiensi telah cukup lama menjadi bagian dari gerakan lingkungan,
“Mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit”
2.     Prinsip kedua, biomimicry – produksi “putaran tertutup” berusaha untuk mengintegrasikan
kembali limbah ke dalam proses produksi. Sama halnya dengan proses biologi seperti siklus
fotosintesis “limbah” dari sebuah kegiatan menjadi sumber daya untuk kegiatan lain.
3.  Prinsip ketiga, tanggung jawab dari hidup sampai-hidup kembali menyatakan bahwa bisnis
seharusnya bertanggung jawab untuk memasukkan kembali hasil akhir dari produknya ke dalam
siklus prduktif.
4.    Prinsip keempat, ekonomi berbasis jasa menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai
 

permintaan akan jasa.


BAB III

CONTOH KASUS

Pengelolaan Tambang Batubara Berkelanjutan


(Studi Kasus: Kota Samarinda)
Pertambangan batubara di Indonesia telah berlangsungselama 40 tahun lebih, sejak keluarnya
UU No.11 tahun 1967 tentang pokok-pokok Pertambangan yang kemudian diganti dengan UU
Pertambangan Mineral dan Batu Bara Tahun 2009. UU ini telah menjadi landasan eksploitasi
sumberdaya mineral dan batu bara secara besar-besaran untuk mengejar pertumbuhan ekonomi.
Industri batubara Indonesia telah berkembang dengan pesat dalam waktu singkat. Dalam hanya 10
tahun produksi telah berkembang dari sekitar 3 juta ton menjadi lebih dari 50 juta ton, dan diharapkan
dua kali lipat lagi dalam beberapa tahun mendatang. Sebagai akibatnya industri batubara menghasilkan
manfaat sosial dan ekonomiyang besar bagi Indonesiaseperti:lapangan kerja bagi ribuan masyarakat
Indonesia terutama di daerah yang kurang berkembang di daerah seperti Kalimantan dan Sumatera dan
jugaakan mendukung program pemerintah untuk pengentasan kemiskinan . Namun kegiatan tersebut
tidak hanya menguntungkan dari segi sosial dan ekonomi tapi juga memberikan dampak negatif,
terutama kerusakan lingkungan di daerah penghasil tambang.

Di daerah penghasil barang tambang, lingkungan yang sehat dan bersih yang merupakan hak
asasi setiap orang menjadi barang langka. Bahkan daerah penghasil juga merasakan ketidakadilan
seperti kebutuhan energi akan listrik dari batubara masih kurang pasokannya. Sementarabatu bara
dikirim ke daerah lain untukmemenuhi kebutuhan energiterutama untuk pembangkit listrik tenaga uap
di Jawa. Disamping itu negara Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya dengan
mendapatkan devisa sebesar-besarnya dari bahan tambang dan migas maka tidak ada jalan lain,
eksploitasi besar-besaran terutama barang tambang batubara pada beberapa tahun ini semakin gencar.
Hal ini membuat kondisi lingkungan di daerah penghasil batubara semakin menurun bahkan makin kritis.

Salah satu daerah penghasil batubara adalah kota Samarinda. Kota Samarinda yang terletak di
daerah katulistiwa. Dengan kondisi topografi yang datar dan berbukit antara 10-200 meter diatas
permukaan laut. Dengan luas wilayah718 KM². Kota Samarinda berbatasan dengan Kabupaten Kutai
Kartanegara disebelah barat, timur, selatan dan utara yang merupakan penghasil batubara terbesar
kedua di Kalimantan Timur. Pada dasawarsa tahun 2000-an, perkembangan peningkatan produksi
batubara di Kota Samarinda semakin meningkat.Sehingga Samarinda juga dikenaldengan sebutan kota
tambangkarena hampir 38.814 ha (54%) dari total 71.823 ha luas kota Samarindamerupakan areal
tambang batubara. Pertambangan batubara yang sudah berproduksi dengan rincian 38 KP (Kuasa
Pertambangan) yang mendapat ijin dari wali kota samarinda dan 5 (lima) PKP2B2 (Perusahaan
Pemegang Perjanjian Karya perjanjian usaha Pertambangan) dengan izin pemerintah pusat. (kompas 30
mei 2009) yang belum beroperasi. Belum lagi ada puluhan tambang-tambang illegal yang banyak
dikelola pengusaha dan masyarakat. Bahkan sekarang kegiatan pertambangan ini telah merambah
kawasan lindung maupun perkotaan. Hal ini diketahui setelah adanya bukti-bukti bahwa kawasan hutan
raya bukit suharto telah dirambah pertambangan batubara dan penambangan illegal yang dikenal
dengan batubara karungan yang banyak terdapat di kawasan perumahan-perumahan penduduk di kota
Samarinda makin memperparah kondisi lingkungan kota Samarinda.

Izin Investasi pertambangan batubara yang dikeluarkan begitu mudah, tentu dikawatirkan akan
mengabaikan tuntutan perlindungan lingkungan dan konflik yang disebabkan oleh kegiatan
pertambangan yang semata-mata berorintasi ekonomi, yaitu bagaimana memperoleh keuntungan yang
besar dari ekspoitasi, semantara aspek lingkungan dan sosial dipinggirkan. Pada hal pertimbangan
lingkungan, sosial dan ekonomi dalam aktivitas pertambangan harus menjadi satu kesatuaan yang tidak
terpisahkan.

Walaupun semenjak adanya pertambangan batubara ini peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) kota sangat terasa dan devisa negara semakin meningkat namun dampak lingkungan dari kegiatan
penambangan batubara yang semakin banyak tersebut juga cukup meresahkan bagi masyarakat
Samarinda. Dampak lingkungan ini antara lain adalah erosi dan banjir dan pencemaran udara,air dan
tanah. Indikator kerusakan lingkungan yang semakin parah tersebut bisa dilihat dari DAS Sungai Karang
Mumus yang semakin berkurang kawasan hutannya akibat pembukaan pertambangan yangberakibat
dampak dari erosi semakin tinggi mengakibatkan sungai karang mumus semakin dangkal sehingga daya
tampung airnya pun semakin berkurang. Hampir kerap terjadi bila hujan dengan intensitas kecil -sedang
bisa mengakibatkan beberapa daerah tergenang oleh banjir. Bahkan data Selama tiga bulan terakhir saja
sejak November dan Desember 2008 serta Januari 2009--Samarinda lima kali didera banjir cukup besar
menyebabkan puluhan ribu warga menjadi korban akibat rumahnya terendam air antara 30 Cm sampai
satu meter., padahal awal tahun 90 – 2000, tiap tahun hanya1 - 2xbanjir melanda kota Samarinda.
Dampakperubahan iklim pun juga dirasakan pada saat ini, akibat konversi hutan menjadi pertambangan
menjadikan suhu kota Samarinda naik hampir 1,5 digit, Belum dampak turunan dari banjir dan
perubahan iklim tersebut yaitu banyak penyakit-penyakit seperti muntahber, ISPA, Kulit dan lain-lain
yang semakin sering diderita warga Samarinda.

Dan dampak yang dirasakan langsung oleh warga Samarinda akibat pertambangan batubara
ialah dampak polusi udara dari kegiatan konstruksi dan operasi serta banyaknya truk-truk pengangkut
batubara yang menggunakan jalan-jalan umum kota Samarinda, selain mengakibatkan polusi juga
menimbulkan kerusakan jalan.

Menyadari bahwa permasalahan kerusakan lingkungan hidup yang demikian kompleks,


diperlukan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan penanganan terpadu dengan melibatkan
stakeholders dan instansi teknis terkait bersama-sama untuk mencegah, menanggulangi dan
memulihkan kerusakan lingkungan tersebut.

Permasalahan pokoknya lainnya ialah, bagaimana mengolah dan mengelola SDA dengan
bijaksana agar sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasari oleh laporan Our
Common Future (Masa Depan Bersama) yang disiapkan oleh World Commision on Environment and
Development,1987)yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa
mengorbankan kemampuan generasi akan datang untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Tindakan pengelolaan pertambangan batubara berkelanjutan yang tepat perlu dilaksanakan


dengan memperhitungkan : 1. Segi keterbatasan jumlah dan kualitas sumber batubara, 2. Lokasi
pertambangan batubara serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan masyarakat dan pembangunan
daerah, 3. Daya dukung lingkungan dan4. Dampak lingkungan, ekonomi dan sosial masyarakat akibat
usaha pertambangan batubara.Dari skor keberlanjutannya, untuk dimensi sosial dan lingkungan masih
dibawah skor keberlanjutan, untuk dimensi ekonomi di atas skor keberlanjutan. Dilihat di lapangan,
memang dapat dikatakan dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan batubara sudah
sangat mengkuatirkan walaupun PAD dan ekonomi masyarakat sekitar tambang ada peningkata. Namun
bila diukur dari analisis prospektifnya dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertambangan batubara lebih
banyak merugikan baik materi maupun non materi masyarakat Samarinda umumnya dari kerusakan
lingkungan seperti banjir, polusi udara, air dan tanah.
BABIV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lingkungan bisnis adalah keseluruhan hal-hal atau keadaan ekstrem badan usaha atau industri
yang mempengaruhi kegiatan organisasi atau kekuatan atau institusi diluar organisasi bisnis yang
dapat mempengaruhi kinerja bisnis analisis kekuatan, mengumpulkan dan menafsirkan informasi

3.2 Saran

Perlunya dibangun komunikasi yang lebih intensif antara pemerintahan dan dunia usaha
memberikan penghargaan terhadap perusahaan yang dengan sukarela melaksanakan bisnis
lingkungan dan keberlanjutan
Daftar pustaka

https://pusatdatamakalah.blogspot.com/2016/04/etika-bisnis-dan-lingkungan.html
Fahmi Irham (2013),Etika Bisnis:Teori,Kasus,dan Solusi,Bandung: Alfabeta
Hartman,L,Desjardins,Joe.(2008).Etika Bisnis:Pengambilan keputusan untuk Integritas
Pribadi dan Tanggung jawab sosial. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai