Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jenis Ujian : UTS/UAS/UPM *)

(UNINDRA) Nama : ARVINA


FAKULTAS PASCASARJANA NPM : 20227270170
SEMESTER GENAP T.A. 2022/2023 Program Studi :PPendidikan MIPA
Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan Mata Kuliah : PKLH
Tlp.: (021) 78835283 – 7818718 ex .: 104 Kelas/Semester : RA/1a/1b/1c/2n/2o *)/Semester 2
Dosen : Dr. Erwinsyah
Ket: *) Coret/hilangkan yang tidak perlu

1. Apakah pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup masih relevan dengan kebutuhan saat ini?
Jelaskan
Jawab :
Jelas, dan selalu relevan dari dulu, sekarang dan sampai kapanpun. Karena pendidikan
kependudukan dan lingkungan hidup ini sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Pendidikan
kependudukan dan lingkungan hidup ini diharapkan diajarkan kepada manusia dari sedini mungkin (dari
keluarga bahkan dari sekolah level dini) agar tau bagaimana cara hidup dengan memperhatikan
lingkungan disekitarnya, dimanapun dia berada. Manusia tidak akan mungkin tidak terlepas dari
lingkungan hidupnya, sebab di lingkungan itu manusia menggantungkan hidupnya. Mulai dari tempat
tinggal, sumber makan, hingga beraktivitas sehari-hari sehingga perlu memastikan bahwa ada kelestarian
lingkungan sehat dan berkelanjutan ke depannya. Pendidikan lingkungan hidup memberi rambu bagi
manusia untuk tidak menghancurkan lingkungan yang akan berdampak pada dirinya sendiri dan makhluk
lainnya.
Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang
sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya,
dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta
komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan
berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru. Pendidikan lingkungan
hidup (PLH) adalah mengubah pandangan dan perilaku seseorang terhadap lingkungan. Orang yang
tadinya masa bodoh dengan lingkungan diharapkan berubah menjadi peduli dengan lingkungannya.
Pendidikan Lingkungan Hidup adalah salah satu perwujudan dari UU no. 32 Tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terutama pasal 65 ayat 2 bahwa salah satu hak
masyarakat adalah mendapatkan pendidikan lingkungan hidup. Sehingga diharapkan dari sedini
mungkin setiap pribadi manusia paham betul dan mengerti bahwa pendidikan kependudukan dan
lingkungan hidup sangat berarti untuk manusia dan bumi tercinta.

2. Pada artikel penelitian yang berjudul ”Dinamika Pertumbuhan Penduduk dan Kualitas Air di Indonesia”
yang ditulis oleh Andi Kustanto disebutkan bahwa jumlah penduduk berdampak negatif dan signifikan
terhadap indeks kualitas air. Mengapa demikian? Jelaskan.
Jawab :
Pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas sehari-hari erat kaitannya dengan air bersih sebagai
sumber kehidupan dan penentu bagi kualitas hidup serta kesejahteraan. Semakin bertumbuhnya
penduduk di muka bumi maka pasti semakin bepengaruh signifikan terhadap indeks kualitas air bersih.
Indeks kualitas air adalah salah satu komponen pembentuk dari indeks kualitas lingkungan hidup yang
disusun oleh Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Indeks kualitas air diperlukan untuk melihat
seberapa baik kualitas air yang dikonsumsi masyarakat baik untuk kebutuhan sehari-hari atau kegiatan
lainnya.
Kegiatan manusia semakin kompleks dan beragam pada suatu kota akan mempengaruhi kualitas air
yang disebabkan oleh limbah buangan dari rumah tangga dan kawasan industri. Selain itu, jumlah
pekerja pada industri kecil dan menengah juga berpengaruh negatif terhadap indeks kualitas air. Hal ini
sejalan dengan penelitian Maizunati & Arifin (2017) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan industri kecil
dan menengah ini pada satu sisi menandakan kemajuan perekonomian yang menyerap tenaga kerja,
tetapi di satu sisi yang lain berpengaruh negatif terhadap kualitas air bersih, diperlukan pantauan khusus
dalam pengelolaan limbah industri sehingga pencemaran air bersih di sekitar kawasan industri dimitigasi
secara optimal dengan pembuatan pengelolaan air limbah. Studi ini menemukan pengaruh positif dan
signifikan terkait jumlah air yang disalurkan perusahaan air bersih dan rumah tangga dengan akses
sanitasi layak. Ini membuktikan bahwa kinerja pemerintah dalam pelestarian lingkungan hidup
membuahkan hasil positif. Namun, porsi layanan air bersih di Indonesia belum sampai 100%, perlu
adanya peningkatan penyediaan layanan air bersih baik yang disalurkan perusahaan air bersih dan
peningkatan rumah tangga berpenghasilan rendah di daerah tertinggal, terluar dan terdepan.
Kedua hal di atas sangat perlu dioptimalkan untuk peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat. Peran Pemerintah dalam menanggulangi masalah ini sangat dinantikan masyarakat umum,
karena dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 ayat (3) yang berbunyi “bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat” dan diperkuat kembali oleh Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah bahwa pemenuhan pelayanan air bersih bagi masyarakat merupakan tanggung
jawab pemerintah daerah sebagai bentuk pelayanan publik yang mutlak dilakukan untuk kesejahteraan
masyarakat. Tentu bukan berarti sepenuhnya tanggungjawab pemerintah saja, akan tetapi kita sebagai
manusia wajib membantu peran pemerintah dalam menekan jumlah penduduk dan terutama
menghemat air bersih untuk keperluan yang memang penting (tidak membuang-buang air). Jika memang
pengendalian terhadap air bisa ditekan dan dipakai sesuai keperluan, dan Pemerintah turut adil dan andil
dalam menjaga alam lingkungan, insyaAllah permasalahan ini akan terselesaikan dengan baik dan
seksama.

3. Terdapat dua paradigma umum pengelolaan sumber daya alam yang dikaitkan dengan lingkungan hidup
yaitu shallow ecology dan deep ecology.
Apa yang dimaksud dengan shallow ecology dan deep ecology pada pengelolaan sumber daya alam
tersebut? Jelaskan!
Jawab :
Shallow ecology atau dikenal dengan etika lingkungan hidup dangkal adalah jenis etika lingkungan
hidup yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta (antroposentrisme). Teori ini
menjelaskan bahwa manusia dan kepentingannya merupakan nilai tertinggi dalam tatanan alam
semesta. Segala sesuatu yang berada dalam alam dan lingkungan ini dipergunakan semaksimal mungkin
untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan manusia. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitanya dengan alam,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, alam diposisikan sebagai alat dan sarana
pemenuhan kebutuhan manusia untuk mencapa tujuannya. Alam tidak memiliki nilai pada dirinya
sendiri. Pemahaman alam sebagai alat atau instrumental ini yang melatarbelakangi bahwa alam tidak
mempunyai nilai terhadap dirinya sendiri dan manusia “bebas” mengeksplor alam dengan tujuan untuk
pemenuhan segala kepentingan manusia. Kalaupun manusia mempunyai sifat peduli terhadap alam, hal
itu dilakukan semata-mata hanya untuk kepentingan manusia itu sendiri, bukan karena pertimbangan
alam perlu dilindungi. Hal inilah yang menimbulkan paradigma dari beberapa elemen masyarakat bahwa
teori ini adalah penyebab utama dari krisis lingkungan hidup dan ekologi yang kita alami sekarang ini.
Cara pikir ekspolitasi secara bebas dan tidak peduli terhadap kelestarian alam dianggap sebagai cara
pikir yang melahirkan sifat rakus dan tamak. Manusia mengambil segala yang ada di alam untuk
memenuhi segala kebutuhannya tanpa memperdulikan kelestariannya karena alam dipandang hanya ada
demi kepentingan manusia. Segala sesuatu dapat dimanfaatkan selama tidak mengganggu dan
merugikan kepentingan manusia. Kepentingan manusia tersebut bersifat jangka pendek. Itulah akar dari
berbagai krisis lingkungan hidup. Secara umum, etika ekologi dangkal ini menekankan hal-hal berikut ini:
1) Manusia terpisah dari alam.
2) Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
3) Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
4) Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
5) Norma utama adalah untung rugi.
6) Mengutamakan rencana jangka pendek.
7) Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara miskin.
8) Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan Deep ecology atau etika ekologi dalam merupakan pengembangan dari etika ekologi dangkal
yang didasari atas kepedulian terhadap alam dan lingkungan yang semakin hari semakin rusak. Etika ini
menerapkan nilai-nilai alam dan lingkungan yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya
sehingga harus tetap dijaga. Manusia sebagai aktor utama dalam kehidupan ini harus juga menghargai
keberadaan alam dan lingkungan yang terpisah dari kepentingan pemenuhan kebutuhannya. Alam dan
lingkungan mempunyai hak-hak untuk tetap dilestarikan dan dijaga demi keselarasan dan keseimbangan
kehidupan ini. Nilai-nilai tersebut yang menjadi paham dalam Deep Ecology Ethics ini. Secara umum Deep
Ecology Ethics ini menekankan hal-hal berikut:
1) Manusia adalah bagian dari alam.
2) Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh
diperlakukan sewenang-wenang.
3) Prihatin akan perasaan semua makhluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang.
4) Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk.
5) Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.
6) Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
7) Menghargai dan memelihara tata alam.
8) Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem.
9) Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil
sambil memelihara.
Deep Ecology Ethics dibentuk dari dua teori tentang kedudukan alam dan lingkungan, yaitu biosentrime
dan ekosentrisme. Menurut Keraf (2010), bagi biosentrisme memandang tidak benar bahwa hanya
manusia yang mempunyai nilai. Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan
manusia. Teori ini menganggap serius setiap kehidupan dan makhluk hidup di alam semesta. Semua
makhluk hidup bernilai pada dirinya sendiri sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian
moral. Alam perlu dipelakukan secara moral, terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak.
Teori ini mendasarkan moralitas pada keluhuran kehidupan, entah pada manusia atau pada makhluk
hidup lainnya. Jadi, biosentrisme mengklaim bahwa manusia mempunyai nilai moral dan berharga justru
karena kehidupan dalam diri manusia bernilai pada dirinya sendiri. Hal ini juga berlaku bagi setiap
kehidupan di alam. Konsekuensinya, alam semesta adalah sebuah komunitas moral dimana setiap
kehidupan dalam alam semesta baik manusia maupun yang bukan manusia sama-sama mempunyai nilai
moral. Ini berarti harus ada perluasan lingkup keberlakuan etika dan moralitas untuk mencakup
keseluruhan kehidupan di alam semesta. Dengan demikian etika berlaku bagi seluruh komunitas biotis,
termasuk komunitas manusia dan komunitas makhluk hidup lainnya. Teori yang kedua pembentuk Deep
Ecology Ethics adalah ekosentrisme. Teori ekosentrisme ini merupakan lanjutan dari teori biosentrisme
yang diperluas. Ekosentrisme mencakup komunitas ekologis seluruhnya baik yang hidup maupun tidak.
Secara ekologis, makhluk hidup beserta benda-benda abiotik ainnya saling terkait satu sama lain. Oleh
karena itu, kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi kepada 4 makhluk hidup saja tetapi
juga berlaku terhadap semua realitas ekologis. Sampai pada tahap ekologis ini teori Deep Ecology Ethics
dapat diterima sebagai etika lingkungan hidup. Deep Ecology Ethics disebut sebagai sebuah gerakan
diatara orang-orang yang mempunyai sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya hidup
yang selaras dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan hidup dan politik ekologis.

4. Kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan menteri dan kebijakan lainnya sering tidak berjalan baik di lapangan. Apabila
Anda menjadi Anggota Tim yang akan membuat Peraturan Pemerintah Desa tentang “Larangan
Membuang Sampah ke Sungai”.
Tahapan apa yang perlu Anda (dan Tim) lakukan untuk membuat peraturan tersebut berkualitas baik,
dan dapat diterapkan dengan baik di lapangan? Jelaskan.
Jawab :
Agar kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup dapat terlaksana dengan baik maka
langkah awal yang harus dilakukan sebagai anggota tim adalah mengkoordinasi dengan baik kepada
pemimpin/ketua dari pewakilan masyarakat sekitar. Larangan membuang sampah ke sungai ini menurut
saya sudah pasti sering sekali masyarakat mendengar tapi lagi-lagi kurangnya kepedulian kepada alam
sekitar yang membuat masyarakat acuh akan kebijakan tersebut. Perlu diadakan pemaparan akan
pentingnya lagi-lagi menjaga kebersihan sungai dan alam dari limbah sampah dan dijelaskan juga
dampak paling parah dari kebiasaan membuang sampah sembarang ini. Kemudia setelah semua
terkendali dengan baik dan masyarakat tahu dan merasa penting dalam menjaga sungai tetap bersih, sya
sebagai anggota tim perlu juga memberikan solusi bagaimana sampah masyarakat dapat terkumpul
dengan baik (diberikan tempat sampah yang dimana akan diambil setiap harinya oleh petugas
kebersihan dari tiap rumah/warga perlu membuang ke tempat sampah yang sudah disediakan
pemerintah yang nanti petugas akan ambil dari satu tempat tersebut). Memang klise cara yang saya
sampaikan, tapi langkah awal memang seharusnya kita memberikan pengarahan, jelaskan kebijakan
dengan baik, pengarahan dengan baik dan tak lupa memberikan solusi atas kebijakan tersebut. Sehingga
masyarakat pun ikut benar-benar memberikan andil yang baik yang sesuai dengan arahan Pemerintah
dan lingkungan menjadi bersih, sungai menjadi bersih dan saluran-saluran pembuangan air tidak lagi
mampet karena sampah. Dan tak lupa pula, sampaikan kepada masyarakat untuk senantiasa menanam
pohon dipekarangan rumah atau daerah sekitar agar dapat menyerap air dengan baik dan insyaAllah
banjir tidak akan terjadi kembali.

Terima Kasih
Arvina, 21 Mei 2023
15:44 PM

Anda mungkin juga menyukai