Anda di halaman 1dari 14

PAPER MATA KULIAH MANAJEMEN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJERIAL

Dosen Pengampu :
Ni Made Wulandari Kusumadewi, SE., MSc

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Shabrina Tanaya Putri Firmansyah (2207531151)
Ida Bagus Putu Abhinanda Wasista (2207531166)
Ni Kadek Sri Ayuliani (2207531184)
Ni Kadek Dwi Mahayani (2207531188)
I Made Priantara (2207531261)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023

i
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial .................................................................................. 2

2.2 Manajemen Hijau ............................................................................................................. 2

2.3 Manajer dan Perilaku Etis ................................................................................................ 4

2.4 Mendorong Perilaku Etis.................................................................................................. 7

2.5 Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini ................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanggung jawab sosial dan etika manajerial merupakan dua hal yang saling terkait
dan penting dalam pengelolaan bisnis. Konsep ini berasal dari kebutuhan untuk
menyeimbangkan kepentingan bisnis dengan kepentingan sosial dan lingkungan di
sekitarnya. Seiring dengan berkembangnya peran dan pengaruh bisnis dalam
masyarakat, konsep tanggung jawab sosial perusahaan menjadi semakin penting.
Perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dianggap dapat memberikan dampak
positif bagi lingkungan sekitar dan masyarakat secara umum. Sementara itu, etika
manajerial merupakan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan
dan tindakan manajemen untuk memastikan bahwa bisnis dijalankan dengan cara yang
adil, transparan, dan bertanggung jawab. Etika manajerial menjadi semakin penting
karena manajer harus mempertimbangkan banyak faktor dalam pengambilan keputusan
bisnis, termasuk dampaknya terhadap karyawan, pelanggan, lingkungan, dan
masyarakat.
Kombinasi dari tanggung jawab sosial dan etika manajerial menjadi dasar bagi
banyak perusahaan modern yang ingin menjalankan bisnis mereka dengan cara yang
berkelanjutan dan bertanggung jawab. Melalui penerapan prinsip-prinsip ini,
perusahaan dapat memperoleh keuntungan jangka panjang dan memberikan dampak
positif bagi lingkungan sekitar dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian,
penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan tanggung jawab sosial dan etika
manajerial dalam pengambilan keputusan dan memperhatikan dampak dari tindakan
mereka terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen hijau?
3. Apa yang dimaksud dengan manajer dan perilaku etis?
4. Bagaimana cara mendorong perilaku etis?
5. Bagaimana tanggung jawab sosial dan etika di dunia masa kini?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tanggung jawab sosial
2. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen hijau
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajer dan perilaku etis
4. Untuk mengetahui cara mendorong perilaku etis
5. Untuk mengetahui tanggung jawab sosial dan etika di dunia masa kini

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial


Tanggung jawab sosial pelaku bisnis atau lebih dikenal di dunia multinasional sebagai
Corporate Social Responsibility (CSR) menurut pengertian dari beberapa ahli:
1. Menurut Bank Dunia
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi
berkelanjutan dalam ekonomi pembangunan yang bekerja dengan karyawan atau
perwakilan mereka, masyarakat setempat dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara yang baik untuk bisnis dan baik untuk
pengembangan.
2. Menurut Organisasi Ekonomi Uni Eropa
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah konsep dimana perusahaan
mengintegrasikan sosial dan lingkungan kekhawatiran dalam operasi bisnis mereka dan
dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan mereka atas dasar sukarela.
2.2 Manajemen Hijau
Perkembangan kegiatan industri yang semakin pesat diiringi dengan kemajuan
teknologi menyebabkan peningkatan pemakaian sumber daya alam, sumber energi dan
meningkatnya limbah. Dengan kata lain, setiap perusahaan apapun jenis usahanya,
mempunyai dampak terhadap kondisi lingkungan dan mempunyai andil yang besar juga
untuk memperbaiki lingkungan. Dalam upaya perbaikan lingkungan, perusahaan dapat
menerapkan manajemen hijau yaitu sebuah bentuk manajemen yang mempertimbangkan
dampak keputusan dan kegiatan organisasi terhadap lingkungan (Robbins & Coutler,
2016).
1. Pendekatan Manajemen Hijau Menurut Robbins dan Coutler (2016)
a) Pendekatan legal
Organisasi hanya mengikuti apa yang diharuskan oleh hukum, peraturan, dan
regulasi. Dalam pendekatan ini, organisasi hanya menunjukkan sedikit sensitivitas
terhadap lingkungan.

b) Pendekatan pasar
Organisasi menyediakan produk yang ramah lingkungan karena pelanggan
menginginkan produk semacam itu, bukan karena komitmen manajemen yang kuat
terhadap lingkungan. Contohnya, organisasi mengembangkan herbisida jenis baru
yang mengurangi penggunaan bahan kimia untuk menjawab permintaan pelanggan
mereka (petani) yang ingin meminimalkan penggunaan bahan kimia pada tanaman
mereka
2
c) Pendekatan stakeholder
Organisasi berusaha memenuhi tuntutan dari berbagai pemangku kepentingan
seperti karyawan, pemasok, atau komunitas. Sebagai contoh, perusahaan
menetapkan kebijakan untuk mengurangi emisi karbon, meminimalkan limbah, dan
meningkatkan efisiensi energi. Kebijakan ini diambil untuk memenuhi kepentingan
stakeholder.

d) Pendekatan aktivis
Organisasi secara aktif ikut melindungi sumber daya alam. Pendekatan aktivis
merefleksikan tingkatan tertinggi dari sensitivitas terhadap lingkungan dan
menggambarkan tanggung jawab sosial. Pendekatan aktivis manajemen hijau lebih
berfokus pada tindakan nyata untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas
perusahaan, seperti pengurangan emisi karbon, penggunaan bahan ramah
lingkungan, peningkatan efisiensi energi. Selain itu, organisasi juga melakukan
kampanye sosial untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan karyawan
dan pelanggan, seperti mengadakan kegiatan bersih-bersih pantai atau mengajak
karyawan dan pelanggan untuk menanam pohon.
2. Evaluasi Tindakan Manajemen Hijau

a) ISO 9000 menangani persyaratan sistem manajemen mutu atau Quality


Management System (QMS) yang didasarkan pada tanggung jawab perusahaan
yang berorientasi pada pelanggan dan memiliki tujuan utama untuk mencapai
kepuasan pelanggan.

b) ISO 14000 menangani persyaratan sistem manajemen lingkungan atau


Environmental Management System (EMS) yang didasarkan pada tanggung jawab
perusahaan untuk menjaga lingkungan dan membantu masyarakat terhindar dari
pencemaran lingkungan.
Penggunaan ISO 9000 dan 14000 bersifat sukarela, kecuali jika sektor bisnis
menjadikannya persyaratan pasar atau pemerintah mengeluarkan peraturan yang
mewajibkan penggunaannya. ISO 9000 dan 14000 sama-sama merupakan alat untuk
membantu bisnis dan pemerintah dalam memastikan kualitas produk dan layanan yang
dihasilkan, serta untuk mengelola dampak aktivitas mereka terhadap lingkungan
3. Manfaat Penerapan Manajemen Hijau
a) Memberikan dampak positif bagi ekosistem dan komunitas
Pada proses kegiatan bisnis berorientasi green, zat berbahaya diganti dengan yang
tidak berbahaya yang mana bahan beracun dilarang untuk diproduksi sehingga
mencegah polusi dan limbah.

3
b) Peningkatan efisiensi biaya dan internal
Dengan penerapan teknologi green yang tidak menghasilkan polusi dan limbah,
maka tidak ada kebutuhan untuk melakukan tindakan perbaikan/ganti rugi. Selain
itu, produksi yang menghindari penggunaan zat berbahaya menyebabkan organisasi
tidak perlu meminta izin khusus untuk mengolah limbah, menggunakan teknik
kontrol khusus dan monitoring atau memberikan laporan yang diperlukan.

c) Meningkatkan citra dan peluang pasar perusahaan


Perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan keberlanjutan dianggap lebih
bertanggung jawab sehingga dapat meningkatkan citra mereka di mata konsumen.
Konsumen semakin memperhatikan dampak lingkungan dari penggunaan produk
dan jasa yang mereka gunakan atau terjadi peningkatan permintaan untuk produk
green. Dengan adanya kesempatan ini, perusahaan dapat memperluas pasar mereka
dengan menerapkan praktik green management.

4. Contoh Organisasi yang Menerapkan Manajemen Hijau

a) PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menjalankan konsep R3 (Reduction,


Recovery dan Recycling). Semua bahan dari bahan baku hingga produk dapat
didaur ulang (recycled). Perusahaan juga memonitor polusi di sekitar pabrik
peleburan khususnya mengenai emisi florida di dalam udara, tanaman dan tanah
dan juga SOx di udara. Selain itu, kualitas air sekitar juga menjadi target monitor.

b) Indomaret menggunakan kantong plastik yang ramah lingkungan guna menekan


jumlah kantong plastik yang mencemari lingkungan dan menggangu kesehatan.

c) The Body Shop dikenal sebagai produsen kosmetik berbahan dasar alami,
menentang keras uji coba pada binatang dan berkomitmen pada penyelamatan
planet bumi.

2.3 Manajer dan Perilaku Etis

1. Manajer

Manajer adalah orang yang mengatur suatu pekerjaan atau kerja sama di antara
berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran. Selain itu, manajer
juga dapat diartikan sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk
mencapai sasaran tertentu.

4
2. Etika (Ethics)

Etika (Ethics) merupakan prinsip dan kepercayaan yang mendefinisikan keputusan


dan tindakan yang benar dan yang salah.

3. Peran Penting Manajer

a) Manajer memainkan peran penting dalam membentuk budaya etis suatu organisasi
dan menetapkan nada untuk perilaku etis. Sebagai pemimpin, manajer bertanggung
jawab untuk menetapkan standar dan harapan untuk perilaku etis dan memastikan
bahwa karyawan memahami dan mematuhi standar tersebut. Dengan demikian,
mereka memiliki dampak yang signifikan terhadap reputasi organisasi dan
kemampuannya untuk menarik dan mempertahankan pelanggan, karyawan, dan
pemangku kepentingan lainnya.

b) Manajer memainkan peran penting dalam membentuk budaya etis organisasi dan
mempromosikan praktik yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan. Organisasi harus memberikan dukungan dan sumber daya yang
diperlukan untuk membantu manajer mempromosikan perilaku etis dan
keberlanjutan secara efektif, termasuk kebijakan dan prosedur yang jelas, peluang
pelatihan dan pengembangan, serta akses ke sumber daya dan informasi tentang
praktik berkelanjutan. Dengan demikian, organisasi dapat berkontribusi pada
lingkungan bisnis yang lebih etis dan bertanggung jawab serta membangun reputasi
yang kuat untuk perilaku yang bertanggung jawab.

c) Manajer memainkan peran penting dalam mempromosikan keberlanjutan dan


manajemen hijau dalam organisasi. Mereka harus memimpin dengan memberi
contoh, menetapkan nada untuk perilaku yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan, dan memastikan bahwa karyawan memahami pentingnya keberlanjutan
dan peran yang dapat mereka mainkan dalam mempromosikannya.

4. Mempromosikan Perilaku Etis

a) Untuk mempromosikan perilaku etis secara efektif, manajer harus proaktif dalam
menetapkan nada untuk perilaku etis dan memastikan bahwa karyawan memahami
dan mengikuti standar etika. Ini mengharuskan manajer untuk memimpin dengan
memberi contoh dan secara konsisten mencontohkan perilaku etis dalam tindakan
dan keputusan mereka sendiri. Selain itu, manajer harus memberikan panduan dan
pelatihan yang jelas tentang isu-isu etika dan pengambilan keputusan, dan
menciptakan budaya di mana karyawan merasa nyaman menyampaikan masalah
etika dan mendiskusikan dilema etika.

b) Komunikasi yang efektif juga penting dalam mempromosikan perilaku etis.


Manajer harus transparan dan terbuka dalam komunikasi mereka dengan karyawan,
dan secara aktif mencari dan mengatasi masalah etika. Ini mengharuskan manajer
5
untuk proaktif dalam mendengarkan karyawan, menanggapi kekhawatiran mereka,
dan menangani setiap pelanggaran etika yang mungkin terjadi.

c) Organisasi juga dapat mendukung manajer dalam mempromosikan perilaku etis


dengan menerapkan sistem pelaporan internal yang efektif dan memberikan
kesempatan pelatihan dan pengembangan secara teratur. Ini dapat membantu
manajer untuk tetap mendapat informasi tentang masalah etika dan untuk membuat
keputusan yang tepat dan ctis.

Penting juga bagi organisasi untuk menetapkan kebijakan dan prosedur yang jelas
untuk mengatasi pelanggaran etika dan konflik kepentingan. Ini dapat mencakup
menyediakan mekanisme pelaporan kepada karyawan untuk menyampaikan
masalah etika, menetapkan prosedur disipliner yang jelas untuk pelanggaran, dan
menyediakan pelatihan dan dukungan bagi karyawan dalam mengatasi dilema etika.

Selain itu, organisasi harus secara teratur mengevaluasi dan merevisi kebijakan dan
prosedur mereka untuk memastikan bahwa mereka mengikuti standar etika terbaru
dan praktik terbaik. Ini dapat mencakup melakukan audit etika secara teratur,
mencari masukan dari karyawan dan pemangku kepentingan, serta memantau tren
dan peraturan industri.

Selain mempromosikan perilaku etis, organisasi juga dapat mengambil langkah-


langkah untuk memastikan bahwa operasi mereka berkelanjutan dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan. Ini dapat mencakup pengurangan limbah dan emisi,
menggunakan sumber daya terbarukan, dan terlibat dalam praktik yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan.

5. Tantangan Manajer Mempromosikan Perilaku Etis

a) Salah satu tantangan utama yang dihadapi manajer dalam mempromosikan perilaku
etis adalah tekanan untuk memenuhi target kinerja dan mencapai hasil keuangan.
Tekanan ini dapat mengarahkan manajer untuk membuat keputusan yang
memprioritaskan pertimbangan finansial daripada pertimbangan etis, dan dapat
menciptakan lingkungan di mana perilaku tidak etis dapat ditoleransi atau bahkan
didorong.

b) Tantangan lain yang dihadapi oleh manajer adalah kurangnya kejelasan seputar
masalah etika dan pengambilan keputusan. Dilema etika dapat menjadi rumit dan
mungkin tidak memiliki solusi yang jelas, yang dapat mempersulit manajer untuk
membuat keputusan yang tepat dan etis. Selain itu, mungkin ada nilai dan
kepentingan yang saling bertentangan, yang selanjutnya dapat memperumit
pengambilan keputusan.

6
2.4 Mendorong Perilaku Etis
Manajer dapat melakukan banyak hal bila benar-benar serius hendak mendorong
perilaku etis seperti menerima karyawan dengan standar etika tinggi, membuat kode etik,
memimpin dengan memberi teladan, dan lain-lain. Secara terpisah, tindakan seperti itu
tidak akan berdampak banyak. Namun, program etika yang komprehensif berpotensi
meningkatkan iklim etika di organisasi. Beberapa kiat spesifik di mana manajer dapat
mendorong perilaku etis dan menciptakan program etika yang komprehensif.

1. Seleksi Karyawan

Proses seleksi (wawancara, tes, pengecekan latar belakang, dan yang lainnya) harus
dipandang sebagai kesempatan untuk mempelajari tingkat perkembangan moral, nilai
pribadi, kekuatan ego, dan fokus kendali seorang individu. Namun, proses seleksi yang
dirancang dengan hati-hati masih dapat dikelabui bahkan dalam kondisi terbaik,
individu dengan standar benar dan salah yang dipertanyakan dapat diterima. Namun,
hal ini seharusnya tidak menjadi masalah bila kendali etika lain diberlakukan.

2. Kode Etik dan Peraturan Keputusan

Kode etik adalah pernyataan formal tentang nilai utama organisasi dan peraturan
etika yang mereka harapkan diikuti oleh karyawan. Riset menunjukkan bahwa 97
persen organisasi dengan lebih dari 10.000 karyawan mempunyai kode etik tertulis.
Kode etik harus cukup spesifik untuk menunjukkan kepada karyawan tentang semangat
bahwa mereka harus melakukan hal yang benar, tetapi cukup longgar untuk
memungkinkan kebebasan penilaian. Sebuah survei terhadap kode etik perusahaan
menemukan bahwa isi kode etik dapat dibagi menjadi tiga kategori, seperti:

1. Menjadi warga organisasi yang dapat diandalkan


2. Jangan melakukan hal yang melanggar hukum atau tidak layak yang akan
membahayakan organisasi
3. Berlakulah baik kepada pelanggan

Dalam pelaksanaannya, para manajer harus menggunakan saran-saran berikutnya :

1. Pemimpin organisasi harus memberi contoh yang baik tentang perilaku dan
memberi imbalan bagi mereka yang bertindak etis
2. Semua manajer harus senantiasa meneguhkan pentingnya kode etik dan secara
konsisten mendisiplinkan mereka yang melanggar
3. Para pemangku kepentingan perusahaan (karyawan, pelanggan dan yang lain)
harus turut dipertimbangkan pada saat kode etik dikembangkan atau
ditingkatkan
4. Para manajer harus mengkomunikasikan dan menegakkan kode etik secara
teratur

7
5. Manajer harus menggunakan proses lima langkah untuk memandu karyawan
pada saat menghadapi dilema etika.Lima langkah tersebut, yaitu :
Langkah 1 : Apa yang menjadi dilema etika?
Langkah 2 : Siapa saja pemangku kepentingan yang terpengaruh?
Langkah 3 : Faktor-faktor pribadi, organisasional, dan eksternal mana yang
penting dalam keputusan ini?
Langkah 4 : Alternatif-alternatif apa yang mungkin?
Langkah 5 : Apa yang menjadi keputusan saya dan bagaimana saya
melakukannya?

3. Kepemimpinan Manajemen Tingkat Atas

Melakukan bisnis secara beretika (etis) membutuhkan komitmen dari para manajer
tingkat atas karena mereka yang berdiri menyangga nilai-nilai bersama dan
memberikan budaya. Mereka merupakan panutan dalam hal kata-kata dan tingkah laku
walaupun apa yang mereka lakukan jauh lebih penting daripada apa yang mereka
katakan. Manajer tingkat atas juga memberi dorongan dengan praktik penghargaan dan
hukuman mereka. Pilihan siapa dan apa yang akan diberikan sinyal yang kuat kepada
para karyawan. Ketika karyawan diberi hadiah karena mencapai hasil yang
menakjubkan dalam sikap yang dipertanyakan secara etis, ini menunjukkan bahwa
sikap seperti ini dapat diterima. Ketika karyawan melakukan secara tidak etis, manajer
harus menghukum karyawan dan memublikasikan fakta bahwa semua hasilnya dapat
dilihat oleh semua orang di dalam organisasi. Praktik ini memberikan pesan bahwa
melakukan hal yang salah ada ganjarannya, dan bukan pilihan terbaik bagi karyawan
untuk bertindak tidak etis.

4. Tujuan Pekerjaan dan Penilaian Kinerja

Besarnya dampak yang dapat dibuat oleh tujuan dan penilaian kinerja yang tidak
realistis. Di bawah tekanan tujuan yang tidak realistis, karyawan yang seharusnya
mempunyai etika mungkin merasa bahwa mereka tidak mempunyai pilihan kecuali
melakukan apa yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tersebut. Selain itu, pencapaian
tujuan biasanya merupakan hal penting dalam penilaian kinerja. Bila penilaian kinerja
berfokus hanya pada tujuan ekonomis, hasil akhir akan mulai membenarkan caranya.
Untuk mendorong perilaku etis, baik hasil akhir maupun caranya harus dievaluasi.
Sebagai contoh, peninjauan tahunan karyawan oleh manajer mungkin memasukkan
evaluasi poin per poin tentang bagaimana keputusan mereka diukur terhadap kode etik
perusahaan sebagaimana halnya tujuannya terpenuhi.

5. Pelatihan Etika

Banyak organisasi yang mengadakan seminar, lokakarya, dan program pelatihan


etika sejenis untuk mendorong perilaku etis. Program pelatihan semacam itu, bukannya
tanpa kontroversi; kekhawatiran utamanya adalah apakah etika dapat diajarkan. Para

8
kritikus menekankan bahwa usaha ini tidak berguna karena masyarakat menentukan
sistem nilai perorangan mereka sendiri saat mereka masih muda. Meskipun demikian,
pendapat yang bertentangan menyatakan bahwa beberapa studi telah memperlihatkan
bahwa nilai dapat dipelajari setelah masa awal kanak-kanak. Selanjutnya, mereka
menyajikan bukti yang memperlihatkan bahwa mengajarkan penyelesaian masalah
etika dapat memberikan perbedaan pada perilaku etis; bahwa pelatihan telah
meningkatkan tingkat perkembangan moral seseorang, dan bahwa jika tanpa hal
lainnya, pelatihan etika meningkatkan kesadaran isu etika dalam bisnis.

6. Audit Sosial Independen

Ketakutan akan ditangkap dapat dijadikan pencegah utama perilaku tidak etis.
Audit sosial independen, yang mengevaluasi keputusan dan praktik manajemen
berdasarkan kode etik organisasi, meningkatkan kemungkinan itu. Audit semacam itu
bisa menjadi evaluasi berkala, atau dapat diadakan secara acak, tanpa pemberitahuan
sebelumnya. Program etika yang efektif mungkin memerlukan keduanya. Untuk
mempertahankan, integritas, auditor harus bertanggung jawab kepada dewan direksi
perusahaan dan mempresentasikan penemuan mereka secara kepada dewan.
Pengaturan ini memberikan kekuasaan bagi auditor dan mengurangi kesempatan
terjadinya pembalasan dari mereka yang diaudit.

7. Mekanisme Protektif

Karyawan yang menghadapi dilema etika memerlukan mekanisme protektif agar


mereka dapat melakukan apa yang benar tanpa takut mendapat balasan. Sebuah
organisasi dapat menugaskan konselor etika bagi karyawan yang menghadapi dilema
etika. Penasihat ini juga dapat menyarankan alternatif yang dianggap "benar" secara
moral. Organisasi lain mungkin menunjuk pejabat etika dan kepatuhan yang
merancang, mengarahkan, dan memodifikasi program etika/kepatuhan sesuai
kebutuhan. Bahkan, banyak organisasi telah meningkatkan visibilitas dari pejabat
kepatuhan mereka, bahkan melapor langsung ke CEO.

2.5 Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini


Saat ini manajer senantiasa menghadapi tantangan untuk bertanggung jawab baik
secara sosial maupun secara moral. Berikut akan dijelaskan mengenai tiga masalah terbaru
yang dapat dipelajari, diantaranya yaitu mengelola kegagalan moral dan sosial, mendorong
kewiraswastaan sosial, dan mempromosikan perubahan sosial yang positif.
1. Mengelola Kegagalan Moral dan Sosial
Salah satu peneliti melakukan survei yang melibatkan lebih dari 5.000 pegawai
melaporkan bahwa, 45 persen pegawai mengaku pernah tertidur saat bekerja, 22 persen
pegawai mengatakan bahwa mereka menyebar kabar buruk mengenai teman kerjanya,

9
18 persen pegawai mengatakan bahwa mereka membolos, dan 2 persen pegawai
mengatakan bahwa mereka telah mengambil penghargaan dari pekerjaan orang lain.
Dengan adanya hal tersebut, lalu apa yang dapat dilakukan oleh manajer? ada dua
tindakan yang dapat dilakukan oleh manajer diantaranya yaitu :
a) Kepemimpinan yang beretika
Dalam hal ini manajer harus memberikan kepemimpinan yang etis dan beretika,
karena seorang manajer mempunyai pengaruh yang kuat pada keputusan
karyawan untuk berperilaku etis atau tidak etis.
b) Perlindungan bagi karyawan yang mengangkat isu etika
Penting bagi manajer untuk meyakinkan para karyawan yang menyatakan
keluhan atau masalah karyawan lain, bahwa identitas mereka tidak akan
diungkapkan.
2. Mendorong Kewiraswastaan Sosial
Wirausahawan sosial merupakan individu atau organisasi yang mencari
kesempatan untuk memajukan masyarakat dengan menggunakan pendekatan praktis,
inovatif, dan berkelanjutan. Arti penting wirausahawan sosial bagi perubahan sosial
serupa dengan arti penting wirausahawan bisnis bagi perekonomian, oleh karena itu
wirausahawan sosial hendaknya dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik
dan mempunyai keinginan kuat untuk menjadikannya nyata.
3. Mempromosikan Perubahan Sosial yang Positif
Bisnis dapat melakukan hal mempromosikan perubahan sosial yang positif dengan
dua cara, yaitu filantropi perusahaan dan upaya sukarelawan karyawan.
a) Filantropi perusahaan
Filantropi perusahaan atau sumbangan sukarela perusahaan merupakan donasi
yang diberikan oleh perusahaan yang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. sebagai contoh, perusahaan google yang mendukung
pemberdayaan kaum miskin dengan informasi tentang layanan publik dan
mengembangkan sistem untuk membantu memprediksi dan mencegah pandemi
penyakit.
b) Upaya sukarelawan karyawan
Sukarelawan karyawan adalah jalan yang populer bagi bisnis untuk terlibat
dalam promosi perubahan sosial. sebagai contoh, sebuah perusahaan
mengirimkan tim kecil karyawannya untuk melakukan renovasi sekolah di desa
terpencil. Dengan dilakukan metode ini banyak perusahaan yang menyatakan
bahwa usaha ini tidak hanya menguntungkan bagi komunitas, tetapi juga dapat
meningkatkan usaha kerja dan motivasi karyawannya.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibilitity
(CSR) adalah suatu konsep organisasi perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung
jawab terhadap seluruh pemangku kepentingan yang diantaranya adalah konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh
karena itu, tanggung jawab sosial berhubungan erat dengan "pembangunan
berkelanjutan" yakni suatu organisasi, terutama perusahaan dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya
dalam aspek ekonomi. Secara keseluruhan tanggung jawab sosial mencerminkan
etika perorangan yang diterapkan oleh perusahaan terutama manajemen
puncaknya walau tidakmenutup kemungkinan tanggung jawab sosial dapat
didorong oleh lembaga pemerintahan, konsumen, investor, dan oleh perilaku
perusahaan lain/pesaing.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawat, N. I. (2018). Semaraknya “The Greening Of Management” di Indonesia.


IKRAITH-HUMANIORA, Vol. 2, No. 2, 41-52.
Robbins, S. P., & Coutler, M. (2016). Manajemen Edisi 13 Jilid 1, Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Trisnawati, E., & Saefullah, K. (2015). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai