Anda di halaman 1dari 14

Tanggung Jawab Sosial dan

Etika Bisnis Perusahaan

Penyusun Makalah:

1. Muhammad Romadlon Aji (B94219086)

2. Muhammad Yusron (B94219087)

3. Nailil Muna (B94219088)

Dosen Pengampu:

Ahmad Khoirul Hakim, S.Ag., M.Si

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembang industri di era global ini memunculkan banyak dampak baik itu positif
ataupun negatif. Dampak positif dari adanya program pembangunan industri dalam suatu
wilayah adalah terserapnya para sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan
dampak negatifnya adalah terjadi eksternalitas yang dihasilkan oleh perusahaan terhadap
lingkungan masyarakat sekitar. Diantaranya adalah terciptanya dampak negatif yang dapat
membuat masyarakat sengsara akibat dari program pembangunan yang dilakukan perusahaan.

Etika bisnis merupakan suatu bidang ilmu ekonomi yang terkadang dilupakan oleh
banyak orang, padahal ,melalui etika bisnis inilah seseorang dapat memahami suatu bisnis
persaingan yang sulit sekalipun, bagaimana bersikap manis, menjaga sopan santu, berpakaian
yang baik sampai bertutur kata, semua itu ada meaning nya.1

Jika suatu organisasi yang berkembang menjadi besar, maka semakin besar pula tuntutan
masyarakat terhadap organisasi tersebut. Organisasi sebagai suatu sistem yang diharapkan dapat
memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Ide mengenai tanggung jawab sosial atau
dikenal dengan Corporate Social Responbility (CSR) kini semakin diterima secara luas.
Kelompok yang mendukung wacana tanggung jawab sosial berpendapat bahwa perusahaan tidak
dapat dipisahkan dari para individu yang terlibat didalamnya, yakni pemilik dan karyawan.

Stakeholder menghendaki agar pelaku bisnis atau perusahaan dengan segala bentuk
bisnisnya berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab terhadap komunitas, sosial, etika dan
hukum. Sistem bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggung jawab
sosial, peraturan pemerintah dan pihak stakeholder ini menentukan tingkat keberhasilan yang
dapat diraih oleh perusahaan. Oleh karena itu, sebagai pelaku bisnis harus dapat menjalankan
bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma kepada
masyarakat.

1
Irham Fahmi, Etika Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan yang baik kepada masyarakat?

2. Bagaimana etika bisnis perusahaan terhadap masyarakat?

3. Apa manfaat etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui cara perusahaan memberikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat

2. Mengetahui etika bisnis yang baik kepada masyarakat

3. Mengetahui manfaat tanggung jawab sosial dan etika bisnis perusahaan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responbility (CSR) adalah
konsep manajemen perusahaan untuk mengintegrasikan masalah sosial dan lingkungan dalam
operasi bisnis mereka serta interaksi dengan pemangku kepentingan mereka. Setiap perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya, diharapkan dapat memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap pihak yang berkepentingan baik eksternal maupun internal. Dari sisi
internal misalnya, perusahaan memperhatikan masalah ketenagakerjaan, kesejahteraan karyawan,
masalah kondisi kerja dan masalah pembagian tugas pekerjaan. Demikian juga dari sisi ekternal,
perusahaan juga harus memperhatikan masalah yang berkaitan dengan isu lingkungan, produk,
pemasaran, pemasok, dan masyarakat sekitar perusahaan. 2

Konsep dasar dari tanggug jawab sosial atau Corporate Social Responbility (CSR) berasal
dari Howard R Bowen pada tahun 1953 dengan definisi tanggung jawab sosial adalah suatu
kewaajiban atau tanggung jawab sosial dari perusahaan berdasarkan kepada keselarasan dengan
tujuan objective dan nilai-nilai value dari suatu masyarakat. Ismail Solihin juga berpendapat,
bahwa tanggung jawab sosial adalah salah satu bentuk dari tanggung jawab perusahaan terhadap
pemangku kepentingan. Corporate Social Responbility (CSR) atau tanggung jawab sosial juga
bisa berguna sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan berkaitan dengan
interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya.3

Sebagai pelaku bisnis tanggung jawab sosial merupakan hal yang sangat diperlukan oleh
pelaku bisnis tersebut agar usahanya dapat berkembang secara besar. Beberapa bentuk tanggung
jawab sosial oleh pelaku bisnis:

a. Tanggung jawab terhadap lingkungan, dimana pelaku bisnis tersebut selalu


menjaga kelestarian lingkungan.

2
. Jemsly Hutabarat, Manajemen Strategi Kontemporer “Operasional Strategi”. (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2006). Hal 51
3
Lela Nurlaela Wati, Model Coorporate Sosial Responbility. (Ponorogo: PT Myria Publisher, 2019). Hal 2
b. Tanggung jawab terhadap karyawan, dengan selalu mendengarkan usulan dan
pendapat karyawan, mereka diberikan imbalan yang sesuai dan diberikan
kepercayaan penuh.
c. Tanggung jawab terhadap pelanggan antara lain menyediakan barang dan jasa
berkualitas, memberikan harga yang wajar dan melindungi hak-hak konsumen.
d. Tanggung jawab terhadap investor, dengan kesanggupan mengembalikan
investasi yang cukup menarik, seperti memaksimalkan keuntungan dan
melaporkan kunerja keuangan yang akuntabel.
e. Tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar, seperti menyediakan lapangan
pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan yang sehat disekitar perusahaan
tersebut berada. 4

Jika mengacu pada beberapa tanggung jawab tersebut di atas, maka tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan keterlibatan perusahaan dalam memberikan kontribusi terhadap
perbaikan dan kesejahteraan sosial masyarakat, dengan tidak hanya semat - mata
mempertimbangkan keuntungan ekonomi. 5

Sebagai manajer harus mempertimbangkan empat jenis komitmen sosial. Empat jenis
komitmen tersebut dapat mengembangkan perusahaan untuk lebih baik lagi. Beberapa bentuk
tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan:

a. Tanggung jawab ekonomi (Economic Responbilities ) merupakan tanggung jawab


sosial yang paling mendasar. Beberapa pakar ekonomi melihat hal ini sebagai
satu-satunya tanggung jawab sosial perusahaan yang sah. Untuk memenuhi
tanggung jawab ekonomi perusahaan, manajer harus memaksimalkan laba, jika
memungkinkan. Tanggung jawab inti perusahaan adalah menyediakan barang dan
jasa kepada masyarakat dengan biaya yang layak. Dalam menjalankan tanggung
jawab ekonomi, perusahaan juga dapat bertanggung jawab secara sosial dengan
menyediakan pekerjaan yang produktif bagi angkatan kerja, dan membayar pajak
untuk pemerintah.

4
Suharyadi, Kewirausahaan “ Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda” . ( Jakarta: Selemba Empat, 2007). Hal
219
5
Ibid.
b. Tanggung jawab hukum (legal responbility) mencerminkan kewajiban perusahaan
untuk mematuhi undang-undang yang mengatur aktivitas bisnis. Gerakan
konsumen serta lingkungan hidup mengarahkan perhatian publik yang semakin
besar pada tanggung jawab sosial perusahaan dengan melakukan lobi untuk
diberlakunya undang-undang pengepakan dan pelabelan (Federal Fair Packaging
and Labellimg Act) yang mengatur pemberian kredit untuk individu, dan undang-
undang keselamatan konsumen (Consumer Product Safety Act) yang melindungi
konsumen dari resiko terluka saat menggunakan produk tertentu.
c. Tanggung jawab etika (ethical responbility) mencerminkan gagasan perusahaan
mengenai perilaku bisnis yang benar dan layak. Tanggung jawab etika merupakan
kewajiban yang melampaui kewajiban hukum. Perusahaan diharapkan mampu
menjaga tanggung jawab etika, tetapi tidak diwajibkan untuk berperilaku secara
etis. Beberapa tindakan yang melanggar hukum dianggap tidak etis. Misalnya,
memproduksi dan mengedarkan rokok memang tidak melanggar hukum. Tetapi,
jika melihat konsekuensi merokok yang sering menimbulkan kematian, beberapa
pihak menganggap penjualan rokok sebagai hal yang tidak etis.
d. Tanggung jawab diskresi (discreationary responbility) merupakan tanggung
jawab yang secara sukarela diambil oleh suatu perusahaan bisnis. Tanggung
jawab ini mencakup aktivitas hubungan masyarakat, kewargaan yang baik dan
tanggung jawab sosial perusahaan secara penuh. Melalui aktivitas hubungan
masyarakat, manajer berupaya memperkuat citra perusahaan, produk, serta jasa
mereka dengan mendukung suatu alasan yang bermanfaat. Bentuk tanggung
jawab diskresi ini memiliki dimensi layanan mandiri. Perusahaan yang melakukan
pendekatan warga negara yang baik secara aktif mendukung kegiatan amal yang
tengah berlangsung, kampanye iklan layanan masyrakat, atau masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat. Komitmen terhadap tanggung jawab sosial penuh
mewajibkan manajer strategis untuk mengatasi masalah sosial dengan semangat
yang sama seperti ketika mereka mengatasi masalah bisnis. Misalnya, tim-tim di
Liga Sepakbola Nasional (Nat ional Football League) memberikan cuti bagi
pemain dan karyawan, yang mengalami kecanduan narkoba atau minuman keras
dan setuju untuk mengikuti program rehabilitasi. 6

Kategori-kategori dalam komitmen tanggung jawab sosial saling tumpang tindih,


sehingga terdapat bidang abu-abu dimana harapan masyarakat terhadap perilaku perusahaan sulit
untuk dikategorikan. Namun, dalam mempertimbangkan berbagai tuntutan terhadap tanggung
jawab sosial yang saling tumpang tindih tersebut. Manajer harus mengingat bahwa dari sudut
pandang masyarakat umum, tanggung jawab ekonomi dan hukum adalah sesuatu yang
diharuskan, tanggung jawab etika adalah sesuatu yang diharapkan, dan tanggung jawab diskresi
adalah sesuatu yang diinginkan. 7

2.2. Etika Bisnis

Etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti
“adat istiadat” atau kebiasaan. Perpanjangan dari adat adalah membangun suatu aturan kuat di
masyarakat, yaitu bagaimana setiap tindak dan tanduk mengikuti aturan-aturan, dan aturan-
aturan tersebut tertanya telah membentuk suatu moral masyarakat dalam menghargai adat
istiadat yang berlaku.8

Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai the buying and
selling of goods and service, yang artinya bisnis berlangsung karena adanya ketergantungan
antar individu, adanya peluang internasional, usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
standar hidup, dan lain sebagainya.9

Sedangkan etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan bahwa suatu bisnis boleh
bertindak dan tidak boleh bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan
tertulis maupun aturan tidak tertulis. Dan apabila suatu bisnis melanggar aturan-aturan tersebut
maka sanksi akan dierima, dimana sanksi tersebut dapat berbentuk langsung maupun tidak
langsung.10
6
John A. Pierce dan Richard B. Robinson diterjemahkan oleh Yanivi Bachtiar, Manajemen Strategis : Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal. 72-73
7
Ibid.
8
Irham Fahmi, op. cit, hal. 2
9
Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013), hal 3
10
Irham Fahmi, op. cit, hal 3
Secara sederhana etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan masyarakat.
Keseluruhan ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis.

Berikut pengertian menurut beberapa ahli :

a. Menurut Zimmerer, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat
keputusan dan memecahkan persoalan.
b. Menurut K. Bertens, Etika Bisnis adalah pemikiran refleksi kritis tentang
moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.11
c. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin, etika bisnis adalah istilah yang
sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari etika seseorang manajer atau
karyawan suatu organisasi.

Adapun Pendekatan Dasar dalam Etika Bisnis adalah sebagai berikut:

a. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya.


Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang
dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain
c. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.

Etika bisnis merupakan segmen etika terapan yang mencoba untuk mengontrol dan
memeriksa pengaturan moral dan etika perusahaan. Ia juga mendalami seberapa baik atau buruk
11
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta: Penerbit Kanisius, 2000), Hal. 5
badan usaha membahas masalah-masalah moral dan etika dan menunjukkan apa yang salah
dalam proses alami mereka. Ini mencakup semua aspek bisnis dari produksi untuk administrasi,
keuangan dan pemasaran. Hal ini juga berlaku untuk berbagai industri dan dapat deskriptif atau
normatif dalam disiplin. Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting,
yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan
suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari perencanaan
strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.

Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal


pokok yaitu :

1. Memiliki produk yang baik


2. Manajemen yang baik
3. Memiliki Etika

Etika bisnis merupakan tatanan nilai moral dan standar perilaku yang membentuk dasar
bagi orang dalam suatu organisasi maupun perusahaan sewaktu mereka membuat keputusan dan
berinteraksi dengan pihak stakeholder dan perusahaan. Tujuan etika adalah untuk
memungkinkan individu membuat berbagai pilihan diantara perilaku alternati, sedangkan
Prinsip-prinsip dalam Etika Bisnis antara lain:

a. Otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi
yang dimilikinya.
b. Kesatuan (Unity)
Kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep yang memadukan keseluruhan
aspek aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi
keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan
keteraturan yang menyeluruh.
c. Kehendak Bebas
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis,tetapi kebebasan itu
tidak merugikan kepentingan kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak
adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif
berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
d. Kebenaran
Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat,sikap dan perilaku
benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh
komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan
keuntungan.

Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis sangat menjaga dan berlaku preventif
terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi ,kerjasama
atau perjanjian dalam bisnis.

2.3 Manfaat Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis

Tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan disebuah


lingkungan masyarakat yang mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil
inisiatif dalam hal tanggung jawab sosial. Pada dasarnya tanggung jawab sosial akan
memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi semua pihak yakni:

a. Manfaat bagi Perusahaan


Perusahaan (organisasi bisnis) memang harus melangsungkan kegiatan
bisnis yang menguntungkan agar dapat terus menjaga kelangsungan usahanya.
Dalam bahasa yang sederhana, perusahaan haruslah mempunyai pendapatan yang
lebih besar dari biaya operasionalnya. Untuk dapat menarik investasi, perusahaan
haruslah dapat menghasilkan tingkat pengembalian terhadap modal pemegang
saham (return on shareholder’s equity) yang lebih baik dibandingkan dengan jika
investor menempatkan uangnya sebagai deposito di bank. Dengan kata lain,
investor harus bisa memperoleh insentif keuangan untuk menghadapi resiko usaha
yang ada; jika tidak, mereka akan lebih suka menempatkan uangnya di sebuah
bank atau membeli surat berharga berisko rendah yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
b. Manfaat bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat dari tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan adalah sangatlah jelas. Masyarakat juga akan mendapatkan pendangan
baru mengenai hubungan perusahaan dan masyarakat yang barang kali selama ini
hanya sekedar dipahami sebagai hubungan produsen konsumen, atau hubungan
antara hubungan penjual dan pembeli saja. Hubungan masyarakat dan dunia
bisnis tidak lagi dipahami sebagai hubungan antara pihak yang mengeksploitasi
dan pihak yang tereksploitasi, tatapi hubungan kemitraan dalam membangun
masyarakat lingkungan yang lebih baik. Tidak hanya disektor perekonomian,
tetapi juga dalam sector sosial, pembangunan dan lain sebagainya.
c. Manfaat bagi Pemerintah
Manfaat bagi pemerintah dengan adanya tanggung jawab sosial dari
pemerintah juga sangatlah jelas. Pemerintah pada akhirnya tidak hanya berfungsi
sebagai wasit yang menetapkan aturan main dalam hubungan masyarakat dengan
dunia bisnis, dan memberikan sanksi bagi pihak yang melanggarnya. Pemerintah
sebagai pihak yang mendapat legitimasi untuk mengubah tatanan masyarakat
kearah yang lebih baik dan akan mendapatkan partner dalam mewujudkan tatanan
masyarakat tersebut. Sebagian tugas pemerintah dapat dijalankan oleh anggota
masyarakat, dalam hal ini perusahaan atau organisasi bisnis.

Dalam setiap tujuan perusahaan adalah mempertahankan keberlangsungan hidup melalui


profitabilitas jangka panjang. Namun, sebelum semua biaya dan manfaatnya
dipertanggungjawabkan, laba tidak dapat diklaim. Dalam kasus tanggung jawab sosial
perusahaan,manfaat dan biaya bersifat ekonomi dan sosial. Meskipun biaya dan manfaat
ekonomi mudah dihitung, namun manfaat dan biaya sosial tidak demikian. Oleh karena itu,
manajer menghadapi risiko mendahulukan hasil kinerja yang lebih dapat diukur secara
langsung.12

12
John A. Pierce dan Richard B. Robinson, Manajemen Strategis : Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, hal.
73.
Menjalankan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja akan
memberikan manfaat yang banyak bagi perusahaan, seperti:

a. Memberikan citra positif dan nilai lebih bagi perusahaan,


b. Mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik internal
maupun eksternal perusahaan,
c. Meningkatkan motivasi untuk semua pihak yang terlibat, dan lain sebagainya,
d. Mendapat cakupan peliputan yang luas terutama pada konsumen perusahaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah menentukan konsep manajemen perusahaan


untuk mengintegrasikan masalah sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka serta
interaksi dengan pemangku kepentingan mereka. Setiap perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya, diharapkan dapat memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak
yang berkepentingan. Manajer yang baik dapat mengerti faktor internal dan eksternal
perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat dibedakan menjadi beberapan bentuk yaitu
tanggung jawab sosial ekonomi, etika, hukum dan diskresi.

Tanggung jawab sosial perusahaan tanpa etika yang baik akan menghambat langkah
perusahaan tersebut untuk bergerak maju. Etika bisnis menentukan cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan
masyarakat. Selain itu juga mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil.
Pendekatan terhadap karyawan juga merupakan bagian penting dari etika bisnis.

3.2 Saran

Alangkah baiknya apabila dipelajari maka diterapkan pula, demi kebaikan internal
maupun eksternal. Pengolahan kode etik pun harus ada standart resmi dari nilai-nilai yang di
muat perusahaan terkait yang harus berstruktur etis guna mewakili berbagai sistem posisi dapat
dilaksanakan oleh perusahaan untuk menerapkan perilaku beretika. Serta harus didukung juga
pelatihan etika yang berguna untuk membantu pegawai dalam menghadapi etika dan nilai
perusahaan atau organisai yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Irham. Etika Bisnis. Bandung: Alfabeta. 2014.

Fauzia, Ika Yunia. Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenamedia Group. 2013.

Hutabarat, Jemsly. Manajemen Strategi Kontemporer : Operasional Strategi. Jakarta: PT Elex


Media Komputindo. 2006.
K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis. Yogjakarta: Penerbit Kanisius. 2000.

Pierce , John A. dan Richard B. Robinson. Manajemen Strategis : Formulasi, Implementasi, dan
Pengendalian, diterjemahkan oleh Yanivi Bachtiar. Jakarta: Salemba Empat. 2007.

Suharyadi. Kewirausahaan : Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Selemba
Empat. 2007.

Wati, Lela Nurlaela. Model Coorporate Sosial Responbility. Ponorogo: PT Myria Publisher.
2019.

Anda mungkin juga menyukai