Anda di halaman 1dari 31

Etika dalam Bisnis

Kelompok 3
Ari Prastiyo - 2012020023
Andi Pratama - 2013020066
Fajar Ramdhani - 2013020025
Fitria - 2013020009
Halimah TusaDiah 201302008
Nur Rafika - 2013020007
Rawaty - 2013020028

Materi Pertemuan ke 4

Menganalisi Peranan Etika


dalam Bisnis, juga Hubungan
antara Manusia, Agama dan
Etika

Kasus Etika
Kasus 1 Lumpur Lapindo
Melubernya lumpur dan gas panas di
Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan eksploitasi
gas PT Lapindo Brantas.
Dalam kasus Lapindo, bencana memaksa
penduduk kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan
masa depan.
Perusahaan
pun
terkesan
lebih
mengutamakan
penyelamatan
aset-asetnya
daripada mengatasi soal lingkungan dan sosial
yang ditimbulkan.

Kasus 2 Obat Anti Nyamuk HIT


Kasus obat anti nyamuk hit ini bermula ketika ditemukannya
penggunaan zat yang tidak lazim ada dalam produk anti nyamuk, yaitu
zat aktif propoxur dan diklorvos yg dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan pada manusia. Oleh karena itu produk anti nyamuk hit ini akan
segera ditarik dari pasaran dan produk yang ada di dalam gudang akan
segera dimusnahkan.
Departemen pertanian sejak tahun 2003 sudah mengingatkan
produsen HIT bahwa zat diklorvos yang terkandung dalam produknya itu
dapat menimbulkan efek samping berupa kanker lambung dan hati.
Selain itu, hit juga dilaporkan ke kepolisian setempat karena
diduga telah mengakibatkan salah satu konsumennya yaitu seorang
pembantu rumah tangga mengalami gangguan kesehatan setelah
menghirup udara yang baru saja disemprotkan obat anti nyamuk HIT.
Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat sudah meminta
maaf dan berjanji akan menarik produknya, namun penarikan produk
yang kandungannya bisa menyebabkan kanker itu terkesan tidak
sungguh-sungguh dilakukan. Hingga saat ini, produk berbahaya itu masih
beredar di pasaran.

Kasus 3 - Bencana Triangle Shirtwaist Factory 1911


Kebakaran Triangle Shirtwaist Factory di New York City,
New York, Amerika Serikat pada 25 Maret 1911 merupakan
bencana industri paling mematikan dalam sejarah kota New
York, dan jumlah korban jiwa akibat kecelakaan industrinya
tertinggi keempat dalam sejarah AS.
Kebakaran ini mengakibatkan kematian 146 pekerja
garmen, kebanyakan di antaranya wanita yang tewas akibat
kebakaran atau melompat dari ketinggian yang tidak wajar.
Sebagian besar pekerja tidak dapat melarikan diri dari bangunan
yang terbakar ini karena manajer mengunci pintu menuju tangga
darurat dan pintu keluar untuk mencegah mereka pulang lebih
cepat. Orang-orang melompat dari tingkat kedelapan, sembilan,
dan sepuluh karena tangga di truk pemadam kebakaran hanya
mampu mencapai tingkat keenam. Bangunan ini kemudian
ditetapkan sebagai National Historic Landmark dan markah
tanah New York City

Pengaruh Bisnis terhadap Etika


o

Dari kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya,


menunjukkan bagaimana perusahaan bersedia
melakukan apa saja demi laba.
Dalam bisnis, satu-satunya etika yang diperhatikan
hanya sikap baik dan sopan kepada pemegang saham.
Namun sebenarnya etika yang baik terhadap karyawan
juga diperlukan demi perkembangan usaha.
Kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan
keuntungan maksimal bagi shareholders.
Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek
dengan segala cara berupaya melakukan hal-hal
yang bisa meningkatkan keuntungan.
Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel
sering menjadi faktor pemicu perusahaan mengabaikan
etika dalam berbisnis.

Pemecahan Masalah Kasus Berdasarkan


Teori ParaPeneliti
Kasus 1 & 3
Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam Itpin, 2006) penulis buku
Moral Intelligence, berargumen bahwa perusahaan-perusahaan
yang memiliki pemimpin yang menerapkan standar etika dan moral
yang tinggi terbukti lebih sukses dalam jangka panjang.
Miliuner Jon M Huntsman, 2005 (dalam Itpin, 2006) dalam buku
Winners Never Cheat: kunci utama kesuksesan adalah reputasinya
sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan
kepercayaan pihak lain.
Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University di
tahun 1997 menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan
komitmen korporat mereka dalam menjalankan prinsip-prinsip etika
memiliki kinerja finansial (berdasar penjualan tahunan/revenue)
yang lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan hal
serupa

Kasus 2
Sebuah studi selama dua tahun yang dilakukan The Performance
Group, sebuah konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever,
Monsanto, Imperial Chemical Industries, Deutsche Bank, Electrolux,
dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang
ramah lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa
menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendongkrak
profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak
atau persetujuan investasi.
Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menulis bahwa
300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan
publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan
market value added sampai dua-tiga kali daripada perusahaan lain
yang tidak melakukan hal serupa.

Hubungan sinergis antara etika dan laba


Di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik
merupakan sebuah competitive advantage yang sulit
ditiru.
Salah satu kasus yang sering dijadikan acuan
adalah bagaimana Johnson & Johnson (J&J) menangani
kasus keracunan Tylenol tahun 1982.
Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati
secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di
Chicago. Meski penyelidikan masih dilakukan guna
mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J segera
menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan
mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi
produk itu hingga pengumuman lebih lanjut.

Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan


oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botolbotol Tylenol. Biaya yang dikeluarkan J&J dalam
kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS.
Secara jangka panjang, filosofi J&J yang
meletakkan
keselamatan
konsumen
di
atas
kepentingan perusahaan berbuah keuntungan lebih
besar kepada perusahaan.
Begitu kasus diselesaikan, Tylenol
dilempar kembali ke pasaran dengan penutup lebih
aman dan produk itu segera kembali menjadi
pemimpin pasar (market leader) di Amerika Serikat.

BERBISNIS DENGAN ETIKA

Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu


aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi
harus diingat dalam praktek bisnis sehari-hari etika bisnis dapat
menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan.
Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas
dari elemen-elemen lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang
maupun badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur,
pemakai dan lain-lain

Masalah etika dalam bisnis


1. Suap (Bribery).
Adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima,
atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan
mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik.
2. Paksaan (Coercion).
Adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau
dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat
berupa ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan,
pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang
individu.
3. Penipuan (Deception).
Adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja
dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.

4. Pencurian (Theft)
Merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan
hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa
persetujuan pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa
property fisik atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (unfair discrimination)
Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap
orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan, atau agama.
Suatu kegagalan untuk memperlakukan semua
orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang
beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis

Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses


jangka panjang dalam sebuah bisnis. Pentingnya etika
bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik
lingkup makro maupun mikro.

Dalam menciptakan etika bisnis,


Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk
memperhatikan hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Pengendalian Diri
Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Mempertahankan Jati Diri
Menciptakan Persaingan yang Sehat
Menerapkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi,Kolusi dan komisi
Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Memelihara Kesepakatan
Menuangkan ke dalam Hukum Positif

Hubungan Agama, Etika dan Nilai

Nilai agama atau Norma Agama adalah peraturan hidup


yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah,
larangan larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber
dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap
norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang
Maha Esa berupa siksa kelak di akhirat.

Norma agama yang berasal dari Tuhan ini bertujuan


untuk menyempurnakan keadaan manusia agar menjadi
baik,dan tidak menyukai adanya kejahatan-kejahatan
yang terjadi. Norma ini tidak di tujukan kepada sikap
lahir, tetapi pada sikap batin manusia yang di harapkan
batin tersebut sesuai dengan norma agama yang ia
yakini sebagai sebuah kepercayaan.

Norma-norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut


isinya berwujud:
1. Perintah, merupakan kewajiban bagi seseorang untuk
berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang
baik.
2. Larangan, merupakan kewajiban bagi seseorang untuk
tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya
dipandang tidak baik.
Contoh norma agama ini diantaranya ialah:
1. Beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan.
2. Beramal saleh dan berbuat kebajikan.
3. Mencegah, melarang, dan tidak melakukan perbuatan
maksiat, keji, dan mungkar.

1)

2)
3)

Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing


mengajarkan tentang tiga hal pokok yaitu :
Hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti Allah, Budha,
Brahman, Kekuatan yang tidak terbata, dan lain-lain).
Etika, tata susila.
Ritual, tata cara beribadat.
Dari sudut pandang semua agama, pencapaian nilainilai kehidupan duniawi (nilai-nilai yang lebih rendah)
bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakan
tujuan sementara atau tujuan antara, dan dianggap
hanya sebagai media atau alat (means) untuk
mendukung pencapain tujuan akhir (nilai tertinggi
kehidupan

Hubungan Etika dan Agama :


Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat
dipisahkan. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan
etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas) seseorang
ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan
alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa
dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Hubungan Etika, Norma dan Nilai :
Dasar dari etika dan etiket ialah filsafat tentang perilaku
yang baik dan yang buruk. Etika berhubungan erat dengan norma
seperti tata cara, kebiasaan, sopan santun, dan adat. Norma ialah
perwujudan dari nilai-nilai. Sehingga nilai dan norma sangat
penting untuk membentuk suatu etika. Dengan adanya nilai dan
norma akan dapat membuat lingkungan bertindak sesuai etika yang
berlaku dalam lingkungan masyarakat.

Contoh Kasus
Kasus 1 Kasus Suap Jaksa Kejaksaan Negeri Kejari.
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
bidang Pencegahan, M Jasin mengungkapkan fakta baru
bahwa komitmen fee dalam kasus dugaan suap kepada
Jaksa pada Kejaksaan Negeri (Kejari) Cibinong yang telah
ditetapkan sebagai tersangka, yaitu Jaksa Sistoyo adalah
sebesar Rp 2,5 miliar.
Tetapi, fakta tersebut masih ditelusuri oleh tim
penyidik KPK. Demikian juga, kemungkinan ada oknum
lain yang terlibat dalam kasus dugaan suap tersebut.

Tetapi, di tempat kejadian perkara, tim KPK hanya


menemukan uang sebesar Rp 99,9 juta. Sebagaimana,
laporan yang masuk dari masyarakat. KPK menangkap
Jaksa Sistoyo yang menjabat sebagai salah satu Kasubag
Pembinaan di Kejaksaan Negeri Cibinong yang diduga
melakukan tindak pidana korupsi pada Senin (21/11)
malam. Bersama dengan Sistoyo juga ditangkap dua orang
dari pihak swasta yaitu Anton Bambang Hadyono dan
Edward M. Bunjamin serta seorang supir.
Selain menangkap tiga orang tersebut, KPK juga
menemukan barang bukti berupa uang sejumlah Rp 99,9
juta yang dimasukkan dalam sebuah amplop coklat di
dalam mobil Sistoyo.

Analisis Kasus

Dalam Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap
pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi
mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik
(good governance) dengan cara menghancurkan proses
formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan
legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi
di pemerintahan publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat.

Dalam Ekonomi
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam
sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke
proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan
upah tersedia lebih banyak. Korupsi juga mengurangi
pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan,
lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan
infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan
terhadap anggaran pemerintah.

Kasus kedua :

Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan tidak sesuai
syariah Islam menimbulkan polemik. Beberapa kalangan
mengatakan sudah seharusnya BPJS Syariah dibentuk,
sedangkan seorang cendekiawan Islam menyebut MUI
tidak bijak.
Fatwa yang menyatakan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan tidak sesuai syariah Islam
dikemukakan Ketua Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia, Maruf Amin.

Kasus 2 Restoran yang Tidak Memiliki


Sertifikasi Halal
Restoran S merupakan jaringan rumah
makan siap saji asal Indonesia. Restoran ini
menyajikan makanan khas Indonesia seperti nasi
goreng, mi goreng, kwetiau goreng, dan masih
banyak lagi. Saat ini sudah terdapat lebih dari 50
gerai di kota-kota di Indonesia.

Isu mengenai penggunaan angciu dan minyak


babi di restoran S ternyata masih merebak.
Meskipun sudah dibantah oleh manajemen S,
kabar fiktif itu terus bergulir di media sosial

Majelis Ulama Indonesia melalui Lembaga


Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM MUI) membenarkan restoran S
belum mengantongi sertifikat halal.
Kemudian pertanyaan yang muncul adalah, apakah pemilik
bisnis S salah? Yang salah utamanya adalah bila ada
pebisnis Muslim yang tutup mata dan tetap mengambil
bisnis ini. Lebih salah lagi adalah para Muslim yang sudah
tahu info ini tetapi juga tutup mata dan makan di sana.
Karena itu, informasi ini hendaknya tidak untuk diri sendiri.
Kabarkan kepada saudara Muslim di seluruh Nusantara
dan Internasional akan haramnya S.

Analisa Kasus
Pada kasus tersebut menunjukkan bahwa etika bisnis belum di jalankan
secara maksimal baik di lihat dari etika promosi maupun keadilan
konsumen. Menurut Mahmoedin (1996 : 7) akibat para pelaku bisnis
yang tidak memperhatikan etika dalam bisnis adalah :
Perusahaan / bisnis yang rusak namanya karena tidak menggunakan
etika dalam berbisnis akan dimusuhi mitra usahanya.
Bisnis yang tidak menghiraukan etika akan hancur karena konsumen
bukan benda mati yang gampang dibodohi.
Jika bisnis itu merusak lingkungan, maka akan rugi bahkan
masyarakat akan menghukumnya sebagai perusak alam dan
lingkungan yang pada gilirannya perusahaan tersebut akan
dikucilkan.
Kekuasaan yang terlalu besar dari bisnis jika tidak diimbangi dengan
tanggung jawab social yang sebanding akan menyebabkan bisnis
tersebut menjadi kekuatan yang merusak masyarakat.

Dengan kasus diatas perlu diperhatikan prinsip-prinsip etika bisnis


menurut Mahmoedin (1996 : 81) :
Bersifat Bebas : Kebebasan adalah syarat yang harus ada agar
manusia bisa bertindak etis. Manager harus bebas
mengembangkan usahanya.
Bertanggung Jawab : Perbuatan yang menjunjung tinggi etika dan
moral, sehingga kebebasan diberikan dapat dipertanggung
jawabkan.
Bersikap Jujur : Kejujuran adalah suatu jaminan dan dasarbagi
kegiatan bisnis terutama dalam jangka panjang.
Bertindak Baik : Secara aktif melakukan kegiatan berbuat baik
kepada masyarakat dan kegiatan yang saling menguntungkan
dengan masyarakat.
Bersikap Adil : Memperlakukan setiap orang sesuai dengan hak.
Bersikap Hormat : Menghargai orang lain.
Bersikap Informatif : Informasi diperlukan bagi konsumen dan
pelanggan tentang produk barang dan jasa yang ditawarkan.

Pemecahan Masalah

Kembali ke negeri kita. Meski Muslim di negeri ini mayoritas, tetap


tidak bisa memaksa pihak pengusaha rumah makan harus memakai
label halal dan atau harus seperti yang kaum Muslimin inginkan.
Umat Islam sendiri yang harus mawas diri, saling menasihati, mana
halal dan mana haram (juga meragukan karena bercampur antara
yang halal dengan yang haram) sebagai tanda kedewasaan
keimanan kita.
Sementara itu untuk para pengusaha restoran yang menggunakan
barang-barang yang haram dalam pandangan Islam, hendaklah
mencantumkan label mengandung babi atau mengandung arak dan
seterusnya pada rumah makannya. Guna melindungi konsumen
muslim yang selama menjadi pelanggan restoran, Majelis Ulama
Indonesia (MUI) mengimbau restoran atau rumah makan yang belum
bersertifikasi halal agar segera mengajukan sertifikasi halal.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai