Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN

BAHAN KAJIAN IV

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJERIAL

DISUSUN OLEH :

Rena Wilona Rahma 2107521129

Yolanda Kristin Tamu Rambu Mora 2107521133

I Gede Wahyu Pratama 2107521134

Gede Ferry Andrean 2107521142

Jessica Sheva Angeline 2107521154

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan bisnis dan mendirikan suatu perusahaan, seorang manajer perlu
menanamkan Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajerial di setiap tindakan pekerjaannya.
Baik perusahaan yang baru dirintis maupun perusahaan yang sudah berhasil dan memiliki nama
di masyarakat, seorang manajer diharapkan dapat menjalankan usahanya dengan berpedoman
pada etika manajerial baik secara moral maupun norma di masyarakat.

Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility dapat diartikan sebagai
bentuk pelaksanaan etika dalam organisasi dan perusahaan. Menurut buku Cannbals With
Forks : The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington, CPR
dikemas ke dalam tiga fokus atau 3P yakni singkatan dari Profit, Planet dan People. Profit yakni
keuntungan, suatu perusahaan yang baik tidak akan mengandalkan keuntungan saja namun
juga memperdulikan lingkungan dan kelestariannya (Planet) dan memperhatikan kesejahteraan
masyarakat (People).

Hubungan antara Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajerial ini sangat erat dengan
keberhasilan suatu perusahaan. Tujuan dari Corporate Social Responsibility adalah membuat
perusahaan ikut serta berkontribusi dalam pengembangan lingkungan masyarakat, menjalin
hubungan yang baik dengan internal perusahaan maupun pemangku kepentingan dari eksternal
seperti pemasok. Adapun tujuan Etika Manajerial adalah agar seorang manajer dapat
memposisikan dirinya dengan tepat dan dapat memperlakukan karyawan serta konsumen atau
pelanggan dengan adil. Jadi, kedua hal yang menjadi topik makalah ini dapat dikatan suatu
kunci suksesnya sebuah perusahaan yang berorientasi tidak hanya pada laba namun juga pada
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah bagaimana


mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang mencakup :

1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial


2. Manajemen Hijau
3. Manajer dan Perilaku Etis
4. Mendorong Perilaku Etis
5. Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini

1.3 Tujuan

Untuk mengetahu dan memahami Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajerial yang
mencakup:

1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial


2. Manajemen Hijau
3. Manajer dan Perilaku Etis
4. Mendorong Perilaku Etis
5. Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini

1.4 Manfaat

Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan adanya manfaat bagi mahasiswa untuk
mampu memahami dan mengidentifikasi materi yang meliputi :

1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial


2. Manajemen Hijau
3. Manajer dan Perilaku Etis
4. Mendorong Perilaku Etis
5. Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial adalah kerangka kerja moralitas atau etis di mana baik tiap
individu maupun perusahaan memiliki suatu tanggung jawab dalam melakukan tugas mereka.
Tanggung jawab ini juga diperlukan saat mengambil tindakan demi kepentingan masyarakat
secara menyeluruh.

Dalam berbisnis, dapat kita bedakan antara Kewajiban, Responsivitas dan Tanggung
Jawab Sosial. Adapun perbedaan ketiga hal tersebut yakni :

- Kewajiban Sosial : Hal ini mencerminkan pandangan atau pendapat klasik mengenai
tanggung jawab sosial manajemen yakni mengoptimalkan laba atau keuntungan.
Kewajiban di mana para pelaku usaha dan manajer bertanggung jawab terhadap
ekonomi dan hukumnya.
- Responsivitas : Jika kewajiban sosial mencerminkan pandangan klasik maka
Responsivitas merupakan refleksi dari pandangan sosio-ekonomi, yang tidak lain
adalah pandangan bahwa tanggung jawab sosial manajemen tidak hanya sekedar
mencari keuntungan. Tanggung jawab sosial manajemen juga termasuk melindungi
serta meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat, jadi perusahaan ikut serta dalam
kegiatan atau tindakan sosial sebagai bentuk kepedulian.
- Tanggung Jawab Sosial : Hal ini merupakan Intensitas Bisnis, tanggung jawab yang tak
hanya kewajiban mematuhi hukum dan ekonominya. Hal yang kita kenal dengan CSR
( Corporate Social Responsibility ) ini juga memegang tanggung jawab pada seluruh
aspek perusahaan, diantaranya adalah : konsumen, pemegang saham, komunitas,
karyawan dan lingkungan termasuk aspek ekonomi dan sosial.

Melalui penjelasan di atas dapat diartikan bahwa, apabila suatu individu atau
perusahaan sedang mempertimbangkan suatu keputusan dan tindakan yang bisa merugikan
masyarakat dan lingkungan sekitar, maka tindakan tersebut tidak mencerminkan tanggung
jawab sosial. Dan dapat digaris bawahi bahwa dalam setiap pengambilan keputusan oleh
manajer harus didasari juga dengan kepentingan masyarakat, dan tidak hanya berfokus pada
usaha untuk memaksimalkan keuntungan.
2.2 Manajemen Hijau

Menurut Robbins dan Coulter (Tj.1999), manajemen hijau atau green management
merupakan kesadaran akan eratnya kaitan antara keputusan dan kegiatan organisasi dengan
dampaknya terhadap lingkungan. Menurut perusahaan Samsung (2008), manajemen hijau
terdiri dari lima aspek utama yang dapat membantu melestarikan lingkungan global, yaitu
manajemen (the greening of management), produk (the greening of products), proses (the
greening of processes), tempat kerja (the greening of workplaces), dan masyarakat sekitar (the
greening of communities).

Dalam aspek manajemen (the greening of management) pihak manajemen akan


membuat suatu kebijakan, menentukan target jangka menengah/panjang atau target spesifik
lainnya di masing-masing bidang dan menentukan visi perusahaan secara menyeluruh. Dalam
aspek produk (the greening of products), perusahaan diharapkan mampu mengembangkan
suatu produk yag ramah lingkungan, dapat didaur ulang, serta dapat menciptakan citra
perusahaan yang memiliki produk “environment friendly” mulai dari bahan baku sampai tahap
akhir produk. Aspek proses (the greening of processes), perusahan harus berusaha untuk
mengurangi penggunaan bahan baku yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan pemanasan
global, mengurangi konsumsi sumber daya khususunya sumber daya natural, dan berusaha
mengembangkan sumber daya atau teknologi alternatif. Aspek tempat kerja (the greening of
workplaces) dilakukan dengan menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan nyaman,
pengendalian polusi, terdapat tempat pembuangan limbah yang benar, serta memiliki fasilitas
dan pengelolaan daur ulang. Aspek masyarakat (the greening of communities) dapat dilakukan
dengan membangun kerja sama dengan masyarakat sekitar dengan memberikan edukasi dan
bantuan dalam upaya pelestarian lingkungan.

Menurut Freeman, model pendekatan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi


komitmen suatu perusahaan terhadap tanggung jawab lingkungan adalah Model Nuansa Hijau
(Shades of Green). Pendekatan Nuansa Hijau ini dibagi menjadi empat tingkatan sebagai
berikut:

- Pendekatan legal, yakni perusahaan cukup melakukan apa yang diperlukan untuk
memenuhi ketentuan hukum.
- Pendekatan pasar, yakni perusahaan menyediakan produk yang bersahabat dengan
lingkungan karena pelanggan yang menginginkan hal tersebut, bukan didasari oleh
komitmen manajemen yang kuat terhadap lingkungan.
- Pendekatan stakeholder, yakni perusahaan berusaha merespons persoalan lingkungan
yang diajukan oleh stakeholder.
- Pendekatan aktivis, yakni perusahaan berupaya secara aktif mencari cara untuk
melakukan konservasi sumber daya di bumi.

Penerapan manajemen hijau atau green management memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Mengurangi biaya operasi dengan mengefisiensi eksploitasi sumber daya alam.

2. Mengendalikan resiko kerusakan lingkungan jangka panjang yang berkaitan dengan


kerusakan sumber daya alam dan iklim global.

3. Meningkatkan citra perusahaan dan hubungan baik dengan masyarakat.

4. Karyawan menjadi lebih sadar lingkungan.

5. Menciptakan keunggulan bersaing dan dapat mempertahankan kesetiaan pelanggan.

Perusahaan yang menerapkan manajemen hijau atau green management dalam setiap
kebijakan aktivitas usahanya akan mampu menjadi perusahaan yang susistanable atau lestari
secara utuh di masa yang akan datang. Dalam pelaksanaan green management, perusahaan
telah memiliki keunggulan bersaing karena perusahaan dapat melakukan inovasi secara terus
menerus dengan sesuatu yang berbeda dari pesaing lainnya, contohnya penemuan produk-
produk baru yang ramah lingkungan. Melalui gerakan nuansa hijau perusahaan-perusahaan
dapat melakukan peningkatan nilai perusahaan menjadi perusahaan yang suistanable dengan
upaya untuk meningkatkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Perusahaan tidak lagi
hanya berhasil dalam kinerja keuangan (financial), tetapi juga kinerja sosial dan lingkungan
(non financial). Untuk menjadi perusahaan yang suistanable seutuhnya tidak dapat dicapai
dengan waktu yang singkat. Mungkin dengan mengedepankan kelestarian lingkungan, dapat
mempengaruhi laba jangka pendek. Perusahaan juga perlu memperhatikan keberlangsungan
hidup perusahaan dengan menyeimbangkan kepentingan internal/laba dan eksternal/sosial.

2.3 Manajer dan Perilaku Etis

Menurut KBBI, Manajer adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara
berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran. Manajer dalam suatu manajemen
perusahaan memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam membuat rencana, mengatur, memimpin,
dan mengendalikan pelaksanaanya untuk mencapai sasaran tertentu. Manajer memiliki peran yang
sangat besar dalam suatu manajemen perusahaan dalam mengelola dan membantu perusahaan agar
mencapai kinerja yang lebih baik melalui pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki.

Menurut James A. F. Stoner, Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert (1996) mendefinisikan
manajemen dalam 4 fungsi spesifik yaitu:

1. Merencanakan
Proses untuk menetapkan suatu sasaran/ tujuan suatu perusahaan/organisasi dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini diperlukan
pemikiran yang matang dan pandangan kedepan demi keberhasilan tujuan tersebut.
2. Mengorganisasikan
Proses untuk mengatur dan menyusun tugas atau pekerjaan anggota suatu perusahaan sehingga
sesuai kemampuan dan menjadi suatu kesatuan yang utuh yang dapat membantu perusahaan
dalam mencapai tujuannya.
3. Memimpin
Proses untuk mengarahkan, membimbing, dan memotivasi anggota/karyawan suatu perusahaan
dalam menjalankan tugasnya.
4. Mengendalikan
Proses untuk memastikan dan mengevaluasi agar langkah-langkah yang dilakukan sudah sesuai
dengan sasaran/tujuan yang telah direncanakan.

Etika manajerial adalah standar perilaku untuk memandu individu sebagai manajer dalam
pekerjaannya. Ronald J. Ebert dan Ricky W. Griffin dalam bukunya mengakategorisasikan etika
manajerial menjadi 3, yaitu :

1. Etika terhadap karyawan


Etika manajer terhadap karyawan meliputi perekrutan dan pemberhentian karyawan, memberi
upah, pemberian tugas, etika di tempat kerja serta privasi dan respek. Dalam perekrutan dan
pemberhentian karyawan harus objektif dan berdasarkan dengan hasil seleksi. Dalam
pemberian upah dan tugas harus berdasarkan dengan kemampuan.
2. Etika terhadap organisasi
Permasalahan etika juga terjadi dalam hubungan pekerja dengan organisasinya. Masalah yang
sering terjadi yaitu tentang kejujuran, konflik kepentingan, dan kerahasiaan. Masalah relatif
dalam bidang kejujuran contohnya seperti mencuri persediaan dan memanfaatkan peralatan
perusahaan untuk kepentingan pribadi. Konflik kepentingan terjadi karena kepentingan pribadi
yang berbenturan dengan kepentingan organisasi/ perusahaan yang menyebabkan dirugikannya
salah satu pihak. Dalam hal ini organisasi harus memiliki peraturan dan kebijakan yang
digunakan untuk mengatur organisasi tersebut beserta individu-individu yang ada di dalamnya.
3. Etika terhadap agen-agen ekonomi
Etika dalam hubungan dengan pelaku antara perusahaan dengan agen- agen ekonomi. Seperti
perusahaan dengan distributornya, perusahan dengan investor dan lain-lain. Etika dengan
pelaku antar bisnis harus dijaga dengan baik agar tidak menimbulkan masalah yang dapat
merugikan perusahaan nantinya.

2.4 Mendorong Perilaku Etis

Mendorong perilaku etis dapat dilakukan oleh manajer menggunakan cara tertentu
seperti dengan seleksi karyawan, kode etis dan aturan pembuatan keputusan, dengan adanya
kepemimpinan atau leadership, adanya tujuan kerja dan penilaian kinerja, pelatihan etika, audit
sosial independen, dan mekanisme perlindungan. Proses seleksi karyawan dilakukan untuk
mempelajari tingkat pengembangan moral, kekuatan ego, kemampuan mengontrol diri dan
nilai personal dari seorang individu yang akan di terima dalam pekerjaan. Kegiatan ini akan
menyeleksi dan memilih yang terbaik dari terbaik namun terkadang walau sudah terancang
dengan baik , terdapat beberapa masalah seperti terpilihnya orang yang moral dan nilai nya di
pertanyakan. Hal ini tergantung kepada faktor kontrol yang ditetapkan oleh perusahaan atau
manajer tersebut.

Perilaku etis juga bisa didorong dengan membuat kode etis dan aturan pembuatan
keputusan yang bertujuan untuk memberi wawasan kepada para pekerja mengenai apa yang
disebut dengan etis dan tidak etis. Ini mengharuskan mereka untuk mengikuti kode etis yang
terkadang bisa ketat dan longgar tergantung pertimbangan atas kebebasannya. Selanjutnya
merupakan dengan adanya kepemimpinan yang memiliki komitmen yang tinggi karena jika
terdapat seseorang yang menjunjung tinggi kode etis dalam organisasi tersebut maka mereka
akan bisa dijadikan sebagai contoh atau panutan untuk para pekerja lainnya. Cara lain
merupakan dengan adanya tujuan kerja dan penilaian kinerja yang berfungsi untuk
mengevaluasi perilaku, hasil dan proses dari setiap orang di organisasi tersebut. Hal ini
mendorong pekerja untuk selalu konsisten dalam berperilaku dan tidak memberi mereka
kesempatan untuk mehalalkan segala hal untuk mencapai sebuah tujuan.

Perilaku etis bisa juga ditanamkan dengan adanya pelatihan etika dimana organisasi
menyiapkan seminar, lokakarya dan program pelatihan etika untuk mendorong perilaku etis.
Terakhir merupakan dengan melakukan audit sosial independen serta mekanisme
perlindungan. Audit sosial independen bertujuan untuk mengevaluasi etika secara teratur dan
dapat bersifat mendadak. Ini berfungsi untuk menanamkan rasa takut akan tertangkap yang
menghasilkan berkurangnya niat untuk melakukan perilaku yang tidak etis. Auditor akan
bertanggung jawab langsung kepada dewan direktur dari perusahaan. Selain menangkap ,
terdapat juga sebuah sistem untuk melindungi pekerja sehingga mereka akan dapat melakukan
apa yang benar tanpa takut akan teguran. Sistem perlindungan ini mencakup memilih beberapa
penasehat yang akan membimbing para pekerja dan berperan sebagai konselor etis organisasi
tersebut.

2.5 Tanggung Jawab Sosial dan Etika di Dunia Masa Kini

Dalam berbisnis pastinya sangat berhubungan dengan kemampuan interaksi sosial


antara pelaku usaha dengan masyarakat yang didasari oleh dorongan moral dan etika. Hal ini
sering kali menjadi isu dalam dunia bisnis, penyebabnya adalah masalah sosial yang terjadi
memberikan tekanan kepada pihak dalam dunia bisnis, seperti kepentingan perusahaan yang
lebih diutamakan daripada kepentingan masyarakat memicu terjadinya masalah sosial, padahal
hubungan antara perusahaan dan masyarakat memiliki sifat yang saling ketergantungan. Oleh
karena itu, sangat penting untuk menerapkan tanggung jawab sosial dan nilai etika antara
pelaku usaha dengan masyarakat.

Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 74, berisi
tentang perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, dimana biaya
yang diperlukan untuk itu dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan serta
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Dengan
disahkannya UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan dapat
menciptakan kinerja yang lebih baik dan menerapkan tanggung jawabnya, serta berperilaku
etis. Menurut Kotler dan Lee (2005), penerapan tanggung jawab sosial dapat dilakukan sebagai
berikut:

1. Cause Promotions, perusahaan menyediakan kontribusi untuk meningkatkan


kesadaran dan perhatian mengenai tujuan sosial, seperti iklan mengenai bahaya
merokok.
2. Cause-Related Marketing, perusahaan mengkontribusikan sebagian dari
penjualan sebagai bentuk donasi untuk masalah sosial tertentu.
3. Corporate Social Marketing, perusahaan membantu pengimplementasian untuk
merubah perilaku negatif, seperti kebiasaan melanggar rambu lalu lintas.
4. Corporate Philantrophy, perusahaan berkontribusi kepada lembaga sosial atau
suatu aktivitas amal.
5. Community Volunteering, perusahaan memberikan dorongan dan dukungan
kepada pekerjanya untuk membantu masyarakat setempat.
6. Social Responsibility Business Practice, perusahaan melakukan praktek bisnis dan
investasi untuk melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Dengan begitu, tanggung jawab sosial merupakan sebuah komitmen yang berkaitan
dengan nilai etika yang wajib diterapkan oleh pelaku usaha dan masyarakat. Dalam
menerapkan tanggung jawab sosial dan etika perlu dilakukan secara bertahap dan secara
konsisten. Peran pemerintah pun juga sangat diharapkan, seperti memfasilitasi, mendukung,
dan mengawasi proses interaksi sosial secara adil. Dengan adanya kerjasama yang baik antara
pelaku usaha dan masyarakat, dapat mendorong perilaku etis dan mencegah terjadinya masalah
sosial
BAB III

KESIMPULAN

Dalam materi ini kita telah membahas beberapa hal seperti tanggung jawab sosial yang
berarti kerangka kerja moralitas atau etis di mana baik tiap individu maupun perusahaan
memiliki suatu tanggung jawab dalam melakukan tugas mereka. Apabila suatu individu atau
perusahaan sedang mempertimbangkan suatu keputusan dan tindakan yang bisa merugikan
masyarakat dan lingkungan sekitar, maka tindakan tersebut tidak mencerminkan tanggung
jawab sosial. Selanjutnya adalah Etika manajerial dimana seorang manajer dapat
memposisikan dirinya dengan tepat dan dapat memperlakukan karyawan serta konsumen atau
pelanggan dengan adil. Penerapan etika manajerial dalam keseharian seperti menjalankan
bisnis sesuai aturan hukum, bersaing dengan perusahaan lain dengan jujur, melakukan produksi
dan mengenalkan produk pada masyarakat tanpa unsur penipuan. Terdapat juga manajemen
hijau atau green management yang merupakan kesadaran akan eratnya kaitan antara keputusan
dan kegiatan organisasi dengan dampaknya terhadap lingkungan.

Materi ini juga membahasa pengertian manajer yaitu orang yang mengatur pekerjaan
atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran.
Manajer dalam suatu manajemen perusahaan memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam
membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaanya untuk mencapai
sasaran tertentu. Orang tersebut harus memilki atau menjunjung sikap etis yaitu standar
perilaku untuk memandu individu sebagai manajer dalam pekerjaannya yang bisa dibagi
menjadi etika terhadap karyawan, organisasi dan agen-agen ekonomi. Terdapat juga bebarapa
cara untuk mendorong sikap etis ini seperti melakukan seleksi karyawan, membuat kode etik
dan aturan pembuatan keputusan, adanya kepemimpinan atau leadership, adanya tujuan kerja
dan penilaian kinerja, menyediakan pelatihan etika, audit sosial independen dan mekanisme
perlindungan. Dalam masa kini tanggung jawab sosial dan etika bisa diterapkan seperti yang
tertera di Undang-undang No. 40 Tahun 2007. Menurut Ktler dan Lee yang menyebutkan
penerapan tanggung jawab sosial dapat dilakukan melalui Cause Promotions, Cause-Related
Marketing, Corporate Social Marketing, Corporate Philantrophy, dan Community
Volunteering.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Manajemen dalam Tanggung Jawab Sosial dan Etika. Makalah.

Ariani, D.W. 2015. Pengantar Bisnis. Edisi ke-2. Universitas Terbuka, Tangerang Selatan,
Indonesia.

Ayu Wandira. Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajerial. Makalah.

Barus, R., Maksum, A. 2011. Analisis Pengungkapan Informasi Corporate Social


Responsibility dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham. Jurnal Analisis Pengungkapan
Informasi. 15(1):83-101.

Ebert, J.R. and Griffin, R.W. 2012. Business Essentials. Pearson Education, United States of
America.

Ernawan, E. 2014. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility).


Jurnal Manajemen dan Bisnis. 11(2):1-12.

Hesti, A.A., Sukirno. 2012. Pengaruh Pengendalian Intern, Kepatuhan dan Kompensasi
Manajemen Terhadap Perilaku Etis Karyawan. Jurnal Nominal. 1(1):5-20

Meldawati. Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajerial. Makalah.

Nazwa, D.A. 2021. Etika Manajerial. URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_manjerial.


Diakses tanggal 22 September 2021.

Rahmawati, N.I. 2018. Semaraknya “The Greening of Management” di Indonesia. Ikraith-


Humaniora. 2(2):41-46.

Sugeng, M. 2012. Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajemen. URL:


http://matematikarumuscarapenyelesaian.blog.spot.com/2012/06/tanggung-jawab-
sosial-dan-etika.html. Diakses tanggal 22 September 2021.

Triastity, R. 2011. Green Management Sebagai Pelaksanaan Etika Bisnis Upaya Kelangsungan
Hidup Perusahaan Jangka Panjang. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. 11(2):87-95.

Usu, I. 2009. Etika dan Tanggung Jawab Sosial Dalam Manajemen Bisnis. Jurnal Legalitas.
2(3):110-119.

Wilardjo, S.B. 2011. Menjalankan Bisnis Secara Etis dan Bertanggung Jawab. Jurnal
Pertambahan Nilai. 7(2):1-18.

Anda mungkin juga menyukai