Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, atas segala kasih sayang-Nya dan lindungan-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan topik “Mengelola Tanggung Jawab Sosial dan
Etika” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Pengantar Manajemen, mahasiswa
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

Maksud dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah
Pengantar Manajemen.Selain itu, penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat
menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal – hal yang terkait dengan topik yang kami
bahas dalam makalah ini yaitu, manajemen.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini. Penyusun berharap
makalah ini dpat memberikan manfaat dn menambah referensi yang berkepentingan dengan
materi pengantar manajemen.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 26 September 2019

Pemakalah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 4
2.1 Apakah tanggung jawab sosial itu? ................................................................................................... 4
2.1.1 Dari kewajiban ke reponsivitas ke tanggung jawab ................................................................... 4
2.1.2 Apakah organisasi harus terlibat secara sosial ?........................................................................ 5
2.2.1 MANAJEMEN Hijau (Green) dan Keberlaniutan ............................................................................ 7
2.2.2 Bagaimana Organisasi Meniadi Organisasi Hijau? ..................................................................... 7
2.2.3 Mengevaluasi Tindakan Manajemen Hijau ................................................................................ 8
2.3.1 Manajer dan prilaku etis ................................................................................................................ 9
2.3.2 Faktor yang Menentuka Perilaku Etis danTidak Etis .................................................................. 9
2.3.3 Beberapa Hal Yang Harus Diketahui Manajer Tentang Etika Internasional............................. 11
2.4.1 Mendorong Perilaku Etis .............................................................................................................. 11
2.4.2 Peran Penting Manajer dalam Mendorong Perilaku Etis ........................................................ 11
2.4.3 Cara Khusus Manajer untuk Mendorong Perilaku Etis ............................................................ 11
2.5.1 Masalah tanggung jawab sosial dan etika dunia masa kini ......................................................... 13
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

2
BAB I

1.1 Latar Belakang


tanggung jawab secara umum adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Mengelola tanggung jawab sosial dapat kita
simpulkan mengkonsep atau mengatur kewajiban atau tanggungan kita terhadap sesuatu yang
bersifat umum atau sosial secara baik dan tepat. Dalam bab ini, mengelola tanggung jawab
sosial harus dibarengi dengan etika kita, baik itu sikap, perilaku, dan perbuatan. Etika yang
dimaksud di sini tentu adalah aturan mengenai sikap atau perilaku di lingkungan kita sesuai
dengan kebiasaan di tempat itu. Maka dari itu, mengelola tanggung jawab sosial bagi seorang
manajer akan sangat berkaitan dengan etika di mana proses yang dilakukan akan berkaitan
satu dengan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa arti tanggung jawab sosial dan faktor-faktor apa yang memengaruhi keputusan?
2. Apa yang dimaksud manajemen hijau?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku etis dan tidak etis?
4. Bagaimana peran manajer dalam mendorong perilaku etis?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami tanggung jawab sosial dan faktor-faktor yang memengaruhi


keputusan.
2. Untuk memahami tentang manajemen hijau.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perilaku etis dan tidak etis.
4. Untuk mengetahui peran manajer dalam mendorong perilaku etis.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apakah tanggung jawab sosial itu?


Para manajer secara rutin menghadapi keputusan yang mempunyai dimensi tanggung jawab
sosial dalam hal – hal yang meliputi hubugan karyawan, filantropi, penetapan harga,
konservasi sumber daya, kualitas dan keamanan produk, dan melakukan bisnis di negara yang
tidak menghargai hak – hak asasi manusia. Apa yang dimaksud dengan bertanggung jawab
secara sosial?

2.1.1 Dari kewajiban ke reponsivitas ke tanggung jawab


Konsep dari tanggung jawab sosial telah dijelaskan dalam beberapa cara yang
berbeda. Sebagai contoh, tanggung jawab sosial telah disebut “hanya menghasilkan
keuntungan”, “melakukan lebih dari menghasilkan keuntungan”, “ aktivitas
perusahaan tambahan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial,”
dan “ meningkatkan kondisi sosial atau lingkungan”. Kita dapat memahami konsep
lebih baik jika kita membandingkannya dengan dua konsep serupa : kewajiban sosial
dan responsivitas sosial. Kewajiban sosial adalah keterlibatan perusahaan dalam aksi
sosial dikarenakan kewajibannya untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi dan
hukum. Organisasi melakukan apa yang wajib dilakukan dan tidak lebih. Ide ini
merefleksikan pandangan klasik dari tanggung jawab sosial, yang menyatakan
bahwa tanggung jawab sosial manajemen hanyalah memaksimalkan keuntungan.

Dua konsep lainnya—responsivitas sosial dan tanggung jawab sosial—mencerminkan


pandangan sosioekonomi ; yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajer
bukan sekedar menghasilkan keuntungan, tetapi juga termasuk melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan sosial. Pandangan ini didasari pada keyakinan bahwa
perusahaan bukanlah entitas mandiri yang bertanggung jawab hanya kepada
pemengang saham tetapi juga mempunyai tanggung jawab kepada masyarakat luas.

Responsivitas sosial berarti bahwa perusahaan terlibat didalam beberapa aktivitas


sosial yang popular. Manajer perusahaan dipandu oleh norma dan nilai sosial dalam
membuat keputusan praktis dan berorientasi pasar mengenai tindakannya.

4
Organisasi yang bertanggung jawab secara sosial mempunyai pandangan yang
berbeda. Organisasi ini melampaui apa yang wajib dilakukan atau dipilih untuk
dilakukan karena kebutuhan sosial popular dan melakukan apa yang perlu dilakukan
untuk membantu mengembangkan masyarakat karena itu merupakan hal yang benar
untk dilakukan. Kita mendefinisikan tanggung jawab sosial sebagai niatan bisnis,
melampaui kebijakan hukum dan ekonominya, untuk melakukan hal yang benar dan
bertindak dengan cara yang baik bagi masyarakat.

2.1.2 Apakah organisasi harus terlibat secara sosial ?


Banyak penelitian telah mengamati apakah keterlibatan sosial itu berpengaruh pada
kinerja ekonomi perusahaan. Meski kebanyakan menemukan hubungan positif yang
kecil, tidak ada kesimpulan umum yang dapat dibuat, karena penelitian – penelitian
ini telah menunjukkan bahwa hubungan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor
kontekstual seperti ukuran perusahaan, industri, kondisi ekonomi, dan lingkungan
peraturan.

5
6
2.2.1 MANAJEMEN Hijau (Green) dan Keberlaniutan
Hingga akhir l960-an, hanya sedikit orang (dan organisasi) yang memerhatikan dampak
lingkungan dari pilihan dan tindakan mereka. Walaupun beberapa kelompok memerhatikan
pelestarian sumber daya lingkungan, satu-satunya referensi penyelamatan lingkungan yang
ada hanyalah cetakan yang memuat anjuran “Mohon Jangan Membuang Sampah
Sembarangan." Namun, sejumlah bencana lingkungan membawa semangat cinta lingkungan
kepada individu, kelompok, dan organisasi. Kini, semakin banyak manajer yang mulai
mempertimbangkan dampak organisasi mereka terhadap lingkungan alam, yang kita sebut
manaiemer. hiiau. Apa yang perlu diketahui para manajer mengenai menjadi organisasi yang
hijau (ramah lingkungan)?

2.2.2 Bagaimana Organisasi Meniadi Organisasi Hijau?


Para manajer dan organisasi dapat melakukan banyak hal untuk menjaga dan
melestarikan lingkungan alam. Beberapa hanya melakukan hal yang diminta oleh
hukum-yaitu, melakukan kewajiban sosialnya. Namun, beberapa lainnya secara
drastis mengubah produk mereka dan proses produksinya. Sebagai contoh, Fiji Water
menggunakan sumber energi terbarukan, menjaga hutan, dan melestarikan air.
Pembuat karpet Shaw Industries mengubah wujud sampah pabrik karpet dan kayu
menjadi energi. Google dan Intel memulai usaha mereka untuk menjadikan pembuat
komputer dan pelanggannya mengadopsi teknologi yang dapat mengurangi konsumsi
energi. TOTAL, SA. yang berpusat di Paris, salah satu perusahaan minyak terpadu
terbesar di dunia, berusaha menjadi organisasi hijau dengan mengimplementasikan
peraturan baru yang ketat tentang keamanan kapal tanker minyak dan bekerja dengan
kelompok seperti Global Witness dan Greenpeace. UPS, perusahaan pengiriman paket
terbesar di dunia, telah melakukan beberapa hal-mulai dari melakukan pembaruan
pesawat udara mereka dengan teknologi canggih dan membuat mcsin yang hemat
bahan bakar hingga mengembangkan jaringan komputer yang secara efisien
menghubungi armada truk coklat mereka untuk menggunakan bahan bakar altematif
untuk menjalankan truk truk ini. Walaupun menarik, beberapa contoh ini tidak begitu
jelas menyampaikan cara organisasi ini menjadi hijau kepada kita. Salah satu model
menggunakan istilah gradasi warna hijau untuk menjelaskan pendekatan yang berbeda
yang mungkin diambil sebuah perusahaan

7
Pendekatan pertama, pendekatan hukum (atau hijau muda) adalah pendekatan di mana
organisasi cukup mengikuti apa yang diharuskan oleh hukum. Dalam pendekatan ini,
yang menggambarkan kewajiban sosial, organisasi hanya menunjukkan sedikit
sensitivitas terhadap lingkungan. Mereka mematuhi hukum, peraturan, dan regulasi
tanpa berusaha melawannya secara legal, dan itulah jangkauan mereka terhadap
gerakan menjadi hijau.

Dalam pendekatan pemangku kepentingan (stakeholder), sebuah organisasi bekerja


untuk memenuhi tuntutan dari berbagai pemangku kepentingan, seperti karyawan,
pemasok, atau komunitas. Sebagai contoh, Hewlett-Packard mempunyai beberapa
program lingkungan korporasi di tempat untuk rantai pasokan (pemasok), desain
produk dan daur ulang produk (pelanggan dan masyarakat), dan operasi kerja
(karyawan dan komunitas).

Terakhir, apabila sebuah organisasi mengejar pendekatan aktivis (hijau tua) mereka
mencari cara untuk melindungi sumber daya alam bumi ini. Pendekatan aktivis
merefleksikan tingkatan tertinggi dari sensitivitas terhadap lingkungan dan
menggambarkan tanggung jawab sosial. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dari
Belgia, Ecover, menghasilkan produk pembersih ramah lingkungan dalam pabrik
yang hampir tidak mengeluarkan emisi sama sekali. Pabrik ini (pabrik ramah
lingkungan pertama di dunia) merupakan keajaiban teknologi, dengan atap rumput
raksasa yang memberikan kesejukan pada musim panas dan kehangatan pada musim
dingin, serta sistem pengolahan air yang dibangkitkan oleh energi angin dan matahari.
Perusahaan memilih membangun fasilitas ini karena komitmennya yang dalam
terhadap lingkungan.

2.2.3 Mengevaluasi Tindakan Manajemen Hijau


Seiring dengan “semakin hijaunya” bisnis, sering kali perusahaan memberikan
laporan lengkap mengenai kinerja lingkungan mereka. Sekitar 1.500 perusahaan di
seluruh dunia secara sukarela melaporkan usaha mereka dalam mempromosikan
kelestarian lingkungan, menggunakan panduan yang dikembangkan oleh Global
Reporting Initiative (GRI). Laporan ini, yang dapat ditemukan di situs GRI
(www.globalreporting.org) menggambarkan banyak tindakan hijau (green action)
oleh organisasi-organisasi ini.

8
Cara lain yang digunakan perusahaan untuk menunjukkan komitmen mereka untuk
menjadi hijau adalah dengan mengejar standar yang dikembangkan oleh Organisasi
Standardisasi Intemasional (ISO). Walaupun ISO telah mengembangkan lebih dari
17.000 standar intemasional, yang paling terkenal adalah standar ISO 9000
(manajemen mutu/ kualitas) dan ISO 14000 (manajemen lingkungan).

Cara terakhir untuk mengevaluasi tindakan hijau sebuah perusahaan adalah


menggunakan daftar Global 100 dari korporasi yang paling berkelanjutan di dunia
(www.globa1100.org). Untuk masuk dalam daftar ini, yang diumumkan setiap tahun
di dalam World Economic Forum yang tersohor di Davos, Swiss, sebuah perusahaan
harus menunjukkan kemampuan superior mereka untuk secara efektif mengelola
faktor lingkungan dan sosial. Pada tahun 2014, Amerika Serikat memimpin daftar itu
dengan menempatkan 18 perusahaan di Global 100. Kanada menyusul dengan l3
perusahaan, serta Inggris dan Prancis imbang di posisi ketiga dengan masing-masing
perusahaan. Pasar yang sedang berkembang, Brasil dan Tiongkok menyumbangkan 3
perusahaan di dalam indeks itu. Beberapa perusahaan dari daftar tahun 2014 itu
mencakup Novo Nordisk A/S (Denmark), Cisco Systems Inc. (Amerika Serikat), The
Sage Group PLC (Inggris), dan Natura Cosmeticos SA (Brasil).

2.3.1 Manajer dan prilaku etis


Definisi Etika

Etika didefinisikan sebagai prinsip nilai dan kepercayaan yang menentukan keputusan dan
prilaku benar dan salah.

2.3.2 Faktor yang Menentuka Perilaku Etis danTidak Etis


Pertama, manusia berproses melalui enam tingkatan secara berurutan. Kedua, tidak
ada jaminan dari perkembangan moral secara terus menerus. Ketiga, mayoritas orang
dewasa pada tingkat 4 : mereka menuruti secara terbatas peraturan dan akan bertindak
secara etis, walaupun untuk alasan yang berbeda. Seorang manajer pada tahap 3 lebih
mungkin membuat keputusan berdasarkan persetujuan sejawatnya ; seorang manajer
pada tingkat 4 akan mencoba menjadi anggota masyarakat yang baik dengan
membuat keputusan yang menghormati peraturan dan prosedur organisasi; dan

9
seorang manajer tingkat 5 mungkin menantang praktek organisasi yang ia rasakan
salah.

Karakteristik individu. Dua karakteristik individual—nilai dan kepribadian—


memainkan peran apakah seseorang berperilaku sesuai etika. Nilai adalah keyakinan
dasar tentang apa yang benar dan apa yang salah. Meskipun nilai dan tahap
perkembangan moral tampak sama, tetapi sebenarnya tidak. Nilai bersifat luas dan
mencakup berbagai masalah; tahap perkembangan moral adalah ukuran kemandirian
dari pengaruh luar.

Variabel kepribadian ada 2 yaitu kekuatan ego dan kemampuan mengendalikan.


Kekuatan ego adalah ukuran kepribadian dari kekuatan kayakinan seseorang, dan
kemampuan mengendalikanadalah atribut kepribadian yang mengukur tingkat sampai
di mana seseorang yakin bahwa mereka dapat mengendalikan nasib mereka sendiri.
Orang yang memiliki pengendalian eksternal menganggap apa yang terjadi pada
mereka adalah akibat dari keberuntungan dan peluang, sehingga mereka lebih suka
untuk bergantung pada kekuatan eksternal.

Variabel struktural yang mempengaruhi perilaku etis meliputi desain struktural


(meminimalkan ketidakpastian aturan dan regulasi formal dan mengingatkan
karyawan tentang etika yang mendorong perilaku etis), penggunaan tujuan
(penggunaan tujuan untuk memotivasi karyawan dapat menciptakan masalah yang tak
terduga dan dapat menyebabkan perilaku tidak etis), sistem penilaian kinerja
(penilaian yang berfokus pada hasil atau penilaian pada saran dan hasil), dan prosedur
aplikasi penghargaan (banyak penghargaan atau hukuman bergantung pada hasil
tujuan tertentu).

Budaya Organisasi yang kuat memberi lebih banyak pengaruh pada karyawan
dibanding yang lemah, budaya yang kuat dan mendukung standar etika yang tinggi
memberikan pengaruh yang positif dan kuat terhadap keputusan untuk bertindak etis
atau tidak etis. Banyak organisasi menggunakan manajemen berbasis nilai, di mana
nilai-nilai organisasi memandu karyawan dalam cara mereka melaksanakan pekerjaan
mereka. Manajer memainkan peran penting dalam etika, yaiutu bertanggung jawab
menciptakan lingkungan yang mendorong karyawan menerapkan budaya dan nilai-
nilai yang diinginkan ketika mereka melakukan pekerjaan mereka.

10
Intensitas masalah

besarnya bahaya, konsensus kesalahan, kemungkinan bahaya, kecepatan konsekuensi,


perkiraan korban, dan konsentrasi dari efek.

Faktor-faktor yang menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang terluka, semakin
besar kemungkinan tindakan itu salah, semakin besar kemungkinan tindakan
itu merugikan seseorang, semakin mendesak konsekuensi tindakan akan dirasakan,
dan semakin dekat perasaan orang pada korban dan semakin konsentrasi
pengaruh tindakan pada korban, semakin besar intensitas masalah. Ketika ada
masalah etika yang penting, karyawan akan cenderung berperilaku etis.

2.3.3 Beberapa Hal Yang Harus Diketahui Manajer Tentang Etika


Internasional
Karena standar etika tidak universal, manajer harus tahu apa yang dapat dan tidak
dapat mereka lakukan secara legal, menurut hukum negara asal mereka. Penting juga
untuk mngenali perbedaan budaya dan mengklarifikasikan panduan etika bagi
karyawan yang bekerja di berbagai lokasi di dunia.Terakhir, manajer harus
mengetahui dasar-dasar dari Global Compact dan Konvensi Anti-Penyuapan
(sejumlah peraturan dan panduan).Global Compact, yaitu dokumen karya PBB
sebagai garis besar prinsip pelaksanaan bisnis secara global (HAM, buruh, lingkungan
dan anti korupsi) yang bertujuan menciptakan ekonomi global lebih kuat dan inklusif.

2.4.1 Mendorong Perilaku Etis


2.4.2 Peran Penting Manajer dalam Mendorong Perilaku Etis
Perilaku dari manajer adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi
keputusan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis. Program etika yang
komprehensif berpotensi meningkatkan iklim etika di organisasi.

2.4.3 Cara Khusus Manajer untuk Mendorong Perilaku Etis

1. Seleksi Karyawan
Proses seleksi harus dipandang sebagai kesempatan untuk mempelajari tingkat
pengembangan moral, nilai personal, kekuatan ego, dan kemampuan mengontrol

11
seorang individu. Namun, bahkan proses seleksi yang dirancang dengan hati-hati pun
masih dapat dikelabui. Bahkan dalam kondisi terbaik, individu dengan standar benar
dan salah yang dipertanyakan dapat diterima. Namun, hal ini seharusnya tidak
menjadi masalah bila kendali etika lain diberlakukan.

2. Kode Etik dan Peraturan Keputusan


Kode etik adalah pernyataan formal tentang nilai utam organisasi dan peraturan etika
yang mereka harapkan diikuti oleh karyawan. Kode etik merupakan pilihan populer
untuk mengurangi ketidakjelasan. Kode etik harus cukup spesifik untuk menunjukkan
kepada karyawan tentang semangat bahwa mereka harus melakukan hal yang benar
namun cukup longgar untuk memungkinkan kebebasan penilaian.

3. Kepemimpinan Manajemen Tingkat Atas


Manajer tingkat atas adalah tokoh panutan dalam hal kata-kata dan tingkah laku,
walaupun apa yang mereka perbuat jauh lebih penting daripada apa yang mereka
katakan. Manajer tingkat atas juga memberikan nuansa dengan praktek penghargaan
dan hukuman mereka.

4. Tujuan Pekerjaan dan Penilaian Kinerja


Pencapaian tujuan adalah kunci dalam penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang
berfokus pada tujuan ekonomi, tujuan akhir akan memulai membenarkan caranya.
Perilaku etis, baik cara maupun tujuannya harus dievaluasi, tidak memberikan
penghargaan pada pencapaian tujuan tanpa mempertihungkan proses tujuan dicapai.

5. Pelatihan Etika
Dewasa in kian banyak organisasi yang mengadakan seminar, lokakarya, dan program
pelatihan etika sejenis untuk mendorong perilaku etis. Mereka menyajikan bukti yang
memperlihatkan bahwa mengajarkan penyelesaian masalah etika dapat memberikan
perbedaan pada perilaku etis; bahwa pelatihan telah meningkatkan tingkat
perkembangan moral seseorang; dan bahwa, jika tanpa hal lainnya, pelatihan etika
meningkatkan kesadaran isu etika dalam bisnis. Salah satu contoh pelatihan etika

12
adalah karyawan Lockheed Martin mendapatkan kursus pelatihan etika tahunan yang
diberikan manajer mereka. Fokus utama adalah Lockheed Martin—situasi kasus
khusus “yang dipilih atas relevansinya dengan departemen atau masalah khusus
pekerjaan”—yang didiskusikan dan kemudian diterapkan.

6. Audit Sosial Independen


Ketakutan akan ditangkap dapat dijadikan pencegah utama perilaku tidak etis. Audit
sosial independen, yang mengevaluasi keputusan dan praktik manajemen berdasarkan
kode etik organisasi, meningkatkan kemungkinan itu. Audit semacam itu bisa menjadi
evaluasi berkala, atau dapat diadakan secara acak, tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Program etika yang efektif mungkin memerlukan keduanya. Untuk mempertahankan
integritas, auditor harus bertanggung jawab kepada dewan direksi perusahaan dan
mempresentasikan penemuan mereka secara langsung kepada dewan. Pengaturan ini
memberikan kekuasaan bagi auditor dan mengurangi kesempatan terjadinya
pembalasan dari mereka yang audit. Contohnya UU Sarbanes-Oxley yang
memberikan standar yang lebih pasti pada bisnis tentang keterbukaan finansial dan
penatalaksanaan korporat, semakin banyak organisasi yang menganggap ide audit
sosial indepandent ini sebagai ide menarik.

7. Mekanisme Protektif
Karyawan yang menghadapi dilema etika memerlukan mekanisme protektif agar
mereka dapat melakukan apa yang benar tanpa takut mendapat peringatan. Sebuah
organisasi dapat menugaskan konselor etika bagi karyawan yang menghadapi dilema
etika. Penasihat ini juga dapat menyarankan alternatif yang dianggap “benar” secara
moral.

2.5.1 Masalah tanggung jawab sosial dan etika dunia masa kini
Saat ini manajer senantiasa menghadapi tantangan untuk bertanggung jawab baik secara
sosial maupun secara moral. Berikut kita akan mempelajari tiga masalah yang dihadapi :

1) Mengelola Kegagalan Moral dan Kebobrokan Sosial

13
Pada era enron, praktik yang tidak bertanggung jawab dan tidak etis oleh manajer
dalam berbagai organisasi tidak hilang seperti anda lihat dalam beberapa perilaku yang
patut dipertanyakan di perusahaan jasa keuangan seperti Goldman Sachs dan Lehmon
Brother. Satu survey yang melibatkan lebih dari 5.000 pegawai melaporkan bahwa 45%
pegawai mengakui pernah tertidur saat bekerja, 22% pegawai mengatakan bahwa mereka
menyebarkan kabar burung mengenai teman kerjanya, 18% pegawai mengatakan bahwa
mereka pernah membolos, dan 2% pegawai mengatakan bahwa mereka telah mengambil
penghargaan dari pekerjaan orang lain.

Sayang sekali kita melihat perilaku seperti itu tidak hanya di saat bekerja. Perilaku itu
telah menjangkiti seluruh masyarkat. Apa yang dapat dilakukan oleh seorang manajer,
ada dua tindakan yang perlu dilakukan yakni

A. Kepemimpinan yang beretika


Menjadi tokoh panutan yang baik dengan tindakan yang etis dan jujur, berbagi
nilai pribadi anda secara teratur mengkomunikasikannya kepada para karyawan,
menekankan nilai-nilai bersama yang penting bagi organisasi atau tim,
menggunakan sistem penghargaan untuk membuat semua orang bertanggung
jawab pada nilai-nilai tersebut.
B. Perlindungan bagi karyawan yang mengangkat isu etika
Manajer harus memastikan perlindugan bagi karyawan yang berani melaporkan
kegiatan yang salah dalam perusahaan. Karyawan yang berani melaporkan
tindakan yang salah dalam perusahaan dapat menjadi bagian penting dari program
etika setiap perusahaan.
2) Kewirausahaan Sosial.
Wirausahawan sosial adalah individu atau organisasi yang mencari kesempatan untuk
memajukan masyarakat dengan menggunakan pendekatan praktis, inovatif, dan
berkelanjutan. Arti penting wirausahawan sosial bagi perubahan sosial serupa dengan arti
penting wirausahawan bisnis bagi perekonomian. Wirausahawan sosial hendak membuat
dunia menjadi tempat yang lebeih baik dan mempunyai keinginan kuat untuk
menjadikannya nyata.
Seperti dalam kasus Path, secara sederhana itu sekedar urusan organisai bisnis
berkolaborassi dengan kelompok masyarakat atau organisasi nirlaba untuk menghadai
masalah sosial. Atau mungkin, seperti dalam kasus AgSquared, mereka memberikan
keterampilan di mana dibutuhkan.

14
3) Bisnis Mempromosikan Perubahan Sosial Yang Positif
A. Filantropi Perusahaan
Filantropi perusahaan dapat menjadi jalan yang efektif bagi perusahaan untuk
menghadapi masalah masyarkat. Sebagai contoh, kampanye “merah muda” untuk
mengangkat kesadaran bahaya kanker payudara dan kampanye AIDS. Banyak
organisasi juga menyumbangkan uang bagi berbagai tujuan atau gerakan amal
yangdiperhatikan oleh karyawan dan pelanggan. Contoh lainnya yakni yayasan
Google yang disebut DotOrg oleh para karyawannya. Mempunyai sekitar $2
miliar dalam bentuk aset yang akan digunakan untuk mendukung lima ruang
lingkup yaitu:
 Mengembangkan sistem untuk untuk membantu memprediksi dan
mencegah pandemi penyakit.
 Memberdayakan kaum miskin dengan informasi tentang layanan
publik.
 Menciptakan pekerjaan dengan berinvestasi pada bisnis kecil dan
menengah pada negara berkembang.
 Mempercepat komersialisasi mobil listrik
 Membuat energi terbarukan lebih murah dari pada batu bara.
B. Upaya Sukarela Karyawan.
Sukarelawan karyawan adalah jalan yang populer bagi bisnis untuk terlibat
dalam promosi perubahan sosial. Contohnya, Dow Corning mengirim sebuah
tim kecil karyawannya ke pedesaan India untuk membantu kaum wanita di
sana yakni untuk memeriksa jahitan dan menetapkan harga bagi pakaian jadi
untuk dijual di pasar-pasar setempat. Ada juga karyawan Pricewaterhouse
Coopers merenovasi sekolah yang ditinggalkan. Dengan tindakan seperti itu
tidak hanya menguntungkan komunitas, tetapi juga meningkatkan upaya kerja
dan motivasi karyawan.

15
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kita ambil yaitu bahwa Tanggung jawab sosial dapat dikatakan
sebagai kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen
berdampak kepada seluruh pemangku kepentingannya antara lain konsumen, karyawan,
investor, pemasok dan lain sebagainnya. Tanggung jawab dari organisasi harus membawa ke
arah perbaikan di lingkungan masyarakat organisasi tersebut sebagai konsekuensi logis
keberadaanya dalam lingkungan tersebut.

Konsep dasar etika menejemen lebih berbicara mengenai nilai-nilai yang dianut oleh
organisasi sehubungan dengan bisnis yang dijalani organisasi tersebut. Etika manajemen
dapat di ukur melalui 4 (empat) cara yaitu : dari segi benefit (manfaat), pemenuhan hak-hak
dari pemangku organisasi tersebut, prinsip keadilan dan pemeliharaan organisasi yang
bersangkutan. Mendorong etika dalam manajemen dapat diperlakukan diantaranya pelatihan
etika agar pembiasaan kepada pelaku organisasi, harus memiliki standart aturan etika di suatu
perusahaan untuk keterlibatan masyarakat dalam mengontrol etika itu sendiri.

tanggung jawab sosial perusahaan serta etika manajemen adalah dua hal yang berbeda namun
saling berhubungan, perbedaannya tak hanya terdapat pada kata, melainkan juga pada
makna, Namun keduanya sangatlah berhubungan erat dan merupakan pedoman bagi suatu
perusahaan untuk perkembangannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen jilid 1 E13 ROBBINS COULTER

17

Anda mungkin juga menyukai