Anda di halaman 1dari 16

MOTIVASI DAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI KESEHATAN

MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :
HENDI PURWANTO BASTAMAN
SUHERMI YENTI
ARLINI DAMAYANTI
POPPY JULI ARIANTY

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS PROF.DR.HAMKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya dalam suatu organisasi atau perusahaan, kepemimpinan
merupakan salah satu faktor penting. Faktor kepemimpinan dapat memberikan
pengaruh yang berarti terhadap kinerja pegawai, karena pimpinan yang
merencanakan, menginformasikan, membuat dan mengevaluasi berbagai
keputusan yang harus dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan sikap, gaya, dan perilaku pimpinan sangat
berpengaruh terhadap pegawai yang dipimpinnya bahkan turut berpengaruh
terhadap kinerja suatu organisasi. Selain faktor kepemimpinan, budaya
organisasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja seorang
pegawai. Kepemimpinan merupakan sikap dari seorang individu yang
memimpin berbagai kegiatan dari suatu kelompok menuju suatu tujuan yang
ingin dicapai bersama-sama (Hemhill dan Coon,1995). Kualitas dari
pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan
atau kegagalan suatu organisasi (Menon, 2002), demikian juga keberhasilan
atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik,
biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin.
Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pamimpin
menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku
keorganisasian. Pemimpin memegang peran kunci dalam memformulasikan

dan mengimplementasikan strategi organisasi (Suud, 2000). Hal ini


membawa konsekuensi bahwa setiap pimpinan berkewajiban memberikan
perhatian

yang

sungguh-sungguh

untuk

membina,

menggerakkan,

mengarahkan semua potensi karyawan di lingkungannya agar terwujud


volume dan beban kerja yang terarah pada tujuan (Thoha, 2007). Pimpinan
perlu melakukan pembinaan yang sungguh-sungguh terhadap bawahan agar
dapat menimbulkan kepuasan dan komitmen organisasi sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan kinerja yang tinggi.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang di pergunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya
tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang pemimpin akan
menggunakan

gaya

kepemimpinan

sesuai

dengan

kemampuan

dan

kepribadiannya (Sukarno & Marzuki, 2002). Setiap pimpinan dalam


memberikan perhatian untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan
semua potensi bawahan lingkungannya memiliki pola yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan oleh gaya
kepemimpinan yang berbeda-beda pula dari setiap pimpinan. Kesesuaian
antara gaya kempimpinan, norma-norma dan kultur organisasi dipandang
sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan prestasi tujuan organisasi.
Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun
berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada
mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan.

Bahkan kiranya dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat


dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam
keberhasilan

organisasi

tersebut

dalam

menyelenggarakan

berbagai

kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 2004).


Disamping faktor kepemimpinan, faktor motivasi yang akan mempengaruhi
kinerja pegawai yang dimiliki seseorang adalah merupakan potensi, seseorang
belum tentu bersedia untuk mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya
untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga masih diperlukan adanya
pendorong agar pegawai Puskesmas Ciputat Timur dapat menggunakan
seluruh potensinya. Daya dorong tersebut sering disebut motivasi (Handoko,
2002).
Motivasi atau dorongan dalam melakukan suatu pekerjaan itu sangat
besar pengaruhnya terhadap efektifitas kerja. Seseorang bersedia melakukan
sesuatu pekerjaan bilamana motivasi yang mendorongnya cukup kuat yang
pada dasarnya mendapat saingan atau tantangan dari motif lain yang
berlawanan. Demikian juga sebaliknya orang lain yang tidak didorong oleh
motivasi yang kuat akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak
bergairah dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi
pegawai perlu pendapat perhatian dari pihak Puskesmas.
Puskesmas bertanggung jawab memberikan pelayanan yang cepat,
tepat, akurat, terjangkau dan bermutu sesuai standar dan etika profesi,
sehingga dapat menjadi acuan dan informasi serta memenuhi harapan dan
kepuasan masyarakat. Puskesmas sebagai organisasi pelayanan kesehatan
masyarakat, berfungsi melayani masyarakat secara luas dalam bentuk jasa.

Untuk mencapai sasaran yang diinginkan manajemen, Puskesmas menuntut


karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Pasien yang datang baik untuk
pelayanan rawat inap ataupun rawat jalan akan memberikan respon yang
positif terhadap pelayanan pegawai yang baik, sehingga mampu meningkatkan
kunjungan pasien ke Puskesmas. Hasil akhir dari keberhasilan pelayanan
Puskesmas dapat dilihat dari tingkat kepuasaan. Semakin tinggi tingkat
kepuasan pasien yang dicapai Puskesmas, dapat dijadikan indikator untuk
menilai kinerja karyawan dalam melaksanakan pengobatan maupun perawatan
pasien. Mengingat pentingnya kinerja karyawan dalam mencapai kinerja
organisasi, maka perlu dikaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja
karyawan untuk menunjang keberhasilan rumah sakit di kemudian hari
(Gibson, 2006).
Kinerja merupakan hasil dari perilaku kepemimpinan dan pegawai
dalam suatu organisasi kesehatan masyarakat. Kinerja atau keberhasilan dalam
kerja seseorang tergantung dari motivasi dan kemampuan kerjanya, dimana
faktor motivasi terdiri dari komponen nilai-nilai, peralatan dan harapan
(Gibson, 2006). Selain itu, kinerja juga merupakan proses yang dicapai oleh
suatu organisasi dalam memberikan jasa atau pelayanan kepada pelanggan.)
Peningkatan kinerja pegawai Puskesmas Ciputat Timur pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas pelayan

pada pasien dan tingkat kepuasan pasien.

Untuk meningkatkan kinerja karyawan di Puskesmas Ciputat Timur


dianjurkan meningkatkan efektifitas gaya kepemimpinan terutama pada aspek
pemberian perhatian pada karyawan baru, menemukan keinginan karyawan
baru, menemukan keinginan karyawan serta memberikan informasi mengenai

organisasi dan pihak Puskesmas juga harus lebih memperhatikan faktor


kepuasan kerja pegawainya terutama dalam aspek penghargaan terhadap
keberhasilan tugas serta kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan
diri sehingga dampaknya berpengaruh untuk kepuasan pelanggan.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui motivasi dan kepemimpinan organisasi kesehatan masyarakat di
Puskesmas Ciputat Timur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, ditemukan masalah
bahwa pegawai adalah salah satu pengaruh yang berkaitan dengan
peningkatan pelayanan puskesmas, karena pegawai banyak berhubungan
dengan pasien. Untuk meningkatkan kinerja pegawai tersebut, diperlukan
peranan seorang pemimpin yang mempunyai keterampilan untuk membina,
mengarahkan dan memahami keingian-keinginan dari aspirasi dari anggotanya
untuk bekerja secara sungguh-sungguh. Gaya kepemimpinan dan motivasi
seorang pemimpin yang tepat dapat berpotensi meningkatkan kinerja pegawai.
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai di
Puskesmas Ciputat Timur?
2. Bagaimana pengaruh Motivasi Kerja terhadap kinerja pegawai Puskesmas
Ciputat Timur?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui

pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja di ruang

rawat inap Puskesmas Ciputat Timur.


2. Mengetahui motivasi terhadap kinerja di ruang rawat inap Puskesmas
Ciputat Timur.
3. Mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja
perawat di ruang rawat inap Puskesmas Ciputat Timur secara bersamasama/simultan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Motivasi
Pengertian Motivasi Kerja Motivasi kerja dapat dipandang sebagai
suatu ciri yang ada pada calon tenaga kerja ketika diterima masuk kerja di
suatu perusahaan atau organisasi. Menurut Siagian (2009), mendefinisikan

motivasi kerja adalah sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan
kontribusi yang sebesar-besarnya demi keberhasilan organisasi mencapai
tujuannya, dengan pengertian bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti
tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan
(Siagian, 2009). Menurut Hasibuan (2005), motivasi kerja adalah pemberian
daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang, agar mau bekerja
sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai tujuan. Motivasi kerja merupakan suatu modal dalam menggerakkan
dan mengarahkan para karyawan atau pekerja agar dapat melaksanakan
tugasnya masingmasing dalam mencapai sasaran dengan penuh kesadaran,
kegairahan dan bertanggung jawab (Hasibuan, 2005). Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah suatu daya penggerak
yang mampu menciptakan kegairahan kerja dengan membangkitkan,
mengarahkan, dan berperilaku kerja serta mengeluarkan tingkat upaya untuk
memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya demi keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Kekuatan motivasi tenaga kerja untuk
bekerja/berkinerja secara langsung tercermin sebagai upayanya seberapa jauh
ia bekerja keras. Karena ada dua faktor yang harus benar jika upaya itu akan
diubah menjadi kinerja. Pertama, tenaga kerja harus memiliki kemampuan
yang diperlukan untuk mengerjakan tugasnya dengan baik. Tanpa kemampuan
dan upaya yang tinggi, tidak mungkin menghasilkan kinerja yang baik. Kedua
adalah persepsi tenaga kerja yang bersangkutan tentang bagaimana upayanya
dapat diubah sebaik-baiknya menjadi kinerja. Diasumsikan bahwa persepsi

tersebut dipelajari dari individu dari pengalaman sebelumnya pada situasi


yang sama. Persepsi bagaimana harus dikerjakan, ini jelas sangat berbeda
mengenai kecermatannya jika terdapat persepsi yang salah, kinerja akan
rendah jika meskipun upaya dan motivasi mungkin tinggi (Sastrohadiwiryo,
2003). Salah satu cara untuk mengukur motivasi tenaga kerja adalah dengan
menggunakan teori pengharapan (expectation theory).

B. Pengertian Kepemimpinan
Pengertian

Kepemimpinan

Dalam

perkembangan

zaman,

kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, bersamaan dengan


pertumbuhan scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori
oleh ilmuan Frederick W.Taylor pada awal abad ke-20 dan kemudian hari
berkembang

menjadi

satu

ilmu

kepemimpinan

(Kartono,

2010).

Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan


mempengaruhi prilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sutarto, 1991).
Cara pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam, antara lain
dengan memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan
perintah, memberikan imbalan, melimpahkan wewenang, mempercayai
bawahan, memberikan penghargaan, memberikan kedudukan, memberi tugas,
memberi tanggung jawab, memberikan kesempatan mewakili, mengajak,
membujuk, meminta saran, meminta pendapat, meminta pertimbangan,
memberikan kesempatan berperan, memenuhi keinginannya, memberikan

10

motivasi,

membela,

mendidik,

membimbing,

memberikkan

petunjuk,

memelopori, mengantarkan, mengobarkan semangat, menegakkan disiplin,


memberikan teladan, mengemukakan gagasan baru, memberikan arah,
memberikan keyakinan, mendorong kemajuan, menciptakan perubahan,
memberikan ancaman, memberikan hukuman dan lain-lain (Sutarto, 1991).

D. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai di


Puskesmas Ciputat Timur.
Gaya Kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh
seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk
bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu
organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam
suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan
yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa
mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan
peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut
dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam
kinerja para pegawainya (Siagian, 1999).
Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihankelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat
di organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada

11

bawahannya untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk


mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya
mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya
suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai minat yang besar
terhadap pekerjaanya. Atas dasar inilah selama perhatian pemimpin
diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi.

D. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap kinerja pegawai Puskesmas Ciputat


Timur.
Seberapa besar motivasi pegawai dalam melaksanakan setiap tugas atau
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sangat tergantung pada
keseimbangan

antara

produktifitas

kerja

dan

kesejahteraan

yang

diperolehnya. Studi tentang motivasi merupakan usaha untuk mendapatkan


jawaban atas segala perilaku manusia yang begitu komplek dalam
keterkaitannya dengan kerja pegawai.

1.

Pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja pegawai


Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja pegawai, artinya bahwa motivasi kerja memang sangat diperlukan oleh
seorang pegawai untuk dapat mencapai suatu kepuasan kerja yang tinggi
meskipun menurut sifatnya kepuasan kerja itu sendiri besarnya sangat relatif
atau berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Tetapi secara

12

keseluruhan,

para

responden

menyatakan

bahwa selama

bekerja

di

perusahaan mereka menyatakan merasa puas atas motivasi kerja yang selama
ini diberikan oleh manajemen kepada para pegawai perusahaan.
2.

Pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai


Kepemimpinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan

kerja karyawan, artinya hasil dari pelaksanaan aktivitas manajerial


kepemimpinan yang dijalankan belum tentu mempunyai dampak yang selalu
positif atau baik bagi organisasi, sebab semakin tinggi pelaksanaan aktivitas
manajerial kepemimpinan dilakukan, maka akan berdampak pada penurunan
kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Pelaksanaan aktivitas kepemimpinan
yang lebih banyak ke arah menekan pegawai bisa saja menyebabkan seorang
pegawai dapat mencapai kepuasan dalam bekerja, tetapi belum tentu dapat
membawa pengaruh yang positif dalam pembentukan kepribadian bawahan
untuk ikhlas bekerja mencapai tujuan organisasi.
3.

Pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan


Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja pegawai, artinya budaya organisasi merupakan suatu konsep
yang dapat dijadikan sarana untuk mengukur kesesuaian dari tujuan
organisasi, strategi dan organisasi tugas, serta dampak yang dihasilkan,
karena tanpa ukuran yang valid dan reliabel dari aspek kritis budaya
organisasi maka pernyataan tentang dampak budaya pada kepuasan kerja
pegawai dan kinerja perusahaan akan terus berdasarkan pada spekulasi,

13

observasi personal dan studi kasus (Marcoulides dan Heck (1993) dalam
Brahmasari (2004:16).
4.

Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Perusahaan


Motivasi kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
kinerja perusahaan, artinya meskipun motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja tetapi belum tentu mempengaruhi kinerja
perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena pegawai yang merasa puas karena
telah dipenuhi kebutuhannya oleh manajemen dapat bekerja secara optimal.
Belum optimalnya kerja seorang pegawai dibatasi oleh adanya kebijakan
atasan misalnya berhubungan dengan waktu lembur, yaitu pegawai yang telah
terpuaskan kebutuhannya merasa bahwa manajemen telah memberikan
penghargaan kepada dirinya sehingga dia merasa harus bekerja dengan
profesional artinya apabila terdapat pekerjaan yang melekat pada dirinya
yang sampai dengan jam kerja belum selesai tetapi dapat diselesaikan hari
tersebut, pegawai tersebut bermaksud untuk menyelesaikannya karena
dedikasi dan loyalitas terhadap pekerjaannya meskipun tidak diperhitungkan
waktu lembur. Tetapi pihak manajemen menentukan bahwa sesuai ketentuan
yang ada hal tersebut tidak diperkenankan, akhirnya pegawai tersebut akan
menyelesaikan pada hari berikutnya. Hal inilah yang salah satunya menjadi
suatu pertimbangan dan alasan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja tetapi motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan.

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gaya Kepemimpinan yang dimiliki oleh seseorang dalam
mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama
dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para
pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaanya. Atas

15

dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada


bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi.
2. Motivasi Kerja terhadap Kinerja Perusahaan berpengaruh positif atau
negative. Positifnya yaitu pegawai yang merasa puas karena telah
dipenuhi kebutuhannya oleh manajemen dapat bekerja secara optimal,
dan negatifnya yaitu semakin tinggi pelaksanaan aktivitas manajerial
kepemimpinan dilakukan, maka akan berdampak pada penurunan
kinerja perusahaan dari waktu ke waktu

B. Saran
Untuk dapat meningkatkan kinerja pegawai hendakanya pihak
Puskesmas Ciputat timur lebih memperhatikan motivasi yaitu dengan
meningkatkan

sarana

dan

prasarana

bagi

pegawai.

Sedangkan

kepemimpinan yang lebih ditingkatkan yaitu atasan menjelaskan tugas


baru kepada pegawai nya, bahwa motivasi dan kepemimpinan dapat
meningkatkan kinerja pegawai. Akan tetapi pihak Puskesmas Ciputat
timur juga harus memperhatikan peningkatan budaya organisasi dalam
perusahaan karena budaya organisasi dapat berakibat menurunnya kinerja

16

pegawai. Selain itu disarankan bagi pihak Puskesmas Ciputat timur untuk
dapat meningkatkan kepuasan kerja maka harus memperhatikan motivasi
dengan cara memberikan hadiah bagi karyawan yang berprestasi dan
meningkatkan keamanan karyawan. Sedangkan budaya organisasi yang
lebih ditingkat dengan cara sistem kerja tim, sehingga ditemukan bahwa
motivasi dan budaya organisasi dapat meningkatkan kepuasan kerja
pegawai. Akan tetapi Puskesmas Ciputat timur juga memperhatikan
peningkatan kepemimpinan dalam perusahaan karena kepemimpinan
yang meningkat dapat berakibat menurunnya kepuasan kerja. Oleh karena
itu jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin organisasi di
Puskesmas Ciputat timur dan motivasi-motivasi yang diberikan kepada
pegawai sangat mempengaruhi kerja pegawai dan berdampak positif bagi
pelayanan kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai