Anda di halaman 1dari 18

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN

ETIKA MANAJERIAL

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

Putu Pande Ardiputra Nugraha (2107511120)

Dara Cantika Damayyanti Effendi (2107511131)

I Kadek Dwi Purnawan (2107511171)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul
“Tanggung Jawab Soial dan Etika Manajerial” dengan baik, meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya. Selama proses penulisan paper ini, kami memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan paper
ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan paper ini.

Semoga paper sederhana ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Denpasar, 14 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Tanggung Jawab Sosial ............................................................................................... 2
2.2 Etika Manajerial .......................................................................................................... 6
2.3 Manajemen Hijau ........................................................................................................ 9
2.4 Bagaimana Mendorong Perilaku Etis ........................................................................ 11
BAB III.................................................................................................................................... 14
PENUTUP............................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 14
3.2 Saran .......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan, maka semakin besar pula tuntutan
masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. Banyak lembaga bisnis yang
menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu, diharapkan
manajer dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnis manajerial, baik
secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan
dapat memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Didalam sebuah organisasi, memahami etika dan tanggung jawab sangat erat kaitannya
dengan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau lembaga. Semakin besar
organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap organisasi tersebut. Banyak
lembaga organisasi yang menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan. Oleh
karena itu, diharapkan dalam organisasi tersebut memiliki manajerial yang tidak hanya
mengerti, namun juga memahami konsep etika dan tanggung jawab sosial secara luas.
Etika adalah ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar atau salah,
yang baik atau buruk, yang bermanfaat atau tidak bermanfaat. Dalam kenyataannya, bisnis
dan etika intersepsi sebagai dua hal yang terpisah bahkan tidak ada kaitan. Jika ada malah di
pandang sebagai hubungan negatif, di mana praktek bisnis merupakan kegiatan yang bertujuan
mencapai laba sebesar-besarnya dalam situasi persaingan bebas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Tanggung Jawab Sosial?
1.2.2 Apa itu Etika Manajerial?
1.2.3 Apa itu Manajemen Hijau?
1.2.4 Bagaimana cara mendorong perilaku etis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Tanggung Jawab Sosial
1.3.2 Untuk mengetahui apa itu Etika Manajerial
1.3.3 Untuk Mengetahui Manajemen Hijau
1.3.4 Agar Mengetahui bagaimana cara mendorong perilaku etis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Sosial


Definisi menurut beberapa pandangan:
1. Pandangan Klasik
Tanggung jawab sosial manajemen adalah untuk memaksimalkan profit (menciptakan
pengembalian finansial) dengan mengoperasikan bisnis sesuai dengan kepentingan utama
pemilik saham (pemilik perusahaan). Membelanjakan sumberdaya perusahaan untuk
melakukan “kebaikan sosial” meningkatkan biaya yang akan menurunkan laba dan
meningkatkan harga
2. Sudut Pandang Sosioeconomic
Tanggung jawab sosial manajemen tidak hanya mencari laba tetapi juga meliputi
perlindungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perusahaan tidak independen
yang hanya bertanggung jawab terhadap pemilik saham. Perusahaan memiliki
tanggungjawab moral kepada masyarakat luas untuk lebih terlibat dalam masalah sosial,
hukum, dan politik. “Melakukan hal yang benar”.
Pengertian
Tanggung jawab sosial atau social responsibility adalah kerangka kerja etis di mana
individu atau perusahaan bertanggung jawab untuk memenuhi tugas sipil mereka dan
mengambil tindakan yang akan menguntungkan masyarakat secara keseluruhan.
Jika sebuah perusahaan atau orang sedang mempertimbangkan untuk mengambil
tindakan yang dapat membahayakan lingkungan atau masyarakat, maka tindakan tersebut
dianggap tidak bertanggung jawab secara sosial.
Menurut konsep ini, manajer harus membuat keputusan yang tidak hanya
memaksimalkan keuntungan tetapi juga melindungi kepentingan komunitas dan masyarakat
secara keseluruhan.
Alasan Lembaga Menerapkan Tanggung Jawab Sosial
Ada beberapa alasan mengapa sebuah lembaga memutuskan untuk menerapkan
tanggung jawab sosial sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni:
1. Moralitas
Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang berkepentingan
terutama terkait dengan nilai moral dan keagamaan yang dianggap baik oleh
masyarakat. Hal tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.

2
2. Pemurnian Kepentingan Sendiri
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkepentingan karena
pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargai karena tindakan
tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Teori Investasi
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena tindakan yang
dilakukan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.
4. Mempertahankan otonomi
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder untuk menghindari campur
tangan kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja dalam pengambilan
keputusan manajemen.
Keuntungan dan Kerugian Tanggung Jawab Sosial
1. Keuntungan dari Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis
Ada beberapa keuntungan ketika perusahaan memilih untuk bertanggung jawab
secara sosial, seperti:
1. Memberi perusahaan keunggulan kompetitif
Sebagian besar pelanggan saat ini setuju bahwa social responsibility adalah
kriteria utama ketika memilih perusahaan untuk berbelanja atau berbisnis. Menjadi
perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial juga merupakan pesan yang dapat
Anda gunakan dalam posisi merek dan pemasaran Anda.
2. Menarik kandidat yang kuat dan meningkatkan retensi
Keberhasilan perusahaan Anda sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang
bekerja untuk Anda. Jika Anda secara konsisten memberikan budaya social
responsibility bagi karyawan Anda, dan Anda memiliki reputasi untuk
melakukannya, Anda dapat menarik dan mempertahankan talenta terbaik ke
organisasi Anda.
3. Membuat bisnis Anda menarik bagi investor
Investor umumnya percaya bahwa komitmen terhadap perubahan sosial adalah
cara yang bagus untuk memposisikan perusahaan untuk kesuksesan jangka panjang.
Meskipun harus ada tindakan penyeimbang antara fokus pada profitabilitas
organisasi dan inisiatif sosial, melakukannya dengan sukses dapat menciptakan
peluang terbaik bagi perusahaan.
4. Meningkatkan budaya bisnis

3
Karyawan Anda cenderung lebih termotivasi dan memiliki komitmen yang
lebih besar terhadap organisasi jika mereka melihat inisiatif sosial ada.
Menyediakan waktu bagi karyawan untuk mendukung inisiatif sosial mereka
sendiri juga dapat membangun kebanggaan, loyalitas, dan motivasi di antara
anggota tim Anda. Ini, pada gilirannya, membuat semua orang lebih terlibat dan
produktif.
5. Meningkatkan loyalitas dan advokasi pelanggan
Konsumen tertarik pada perusahaan yang memiliki reputasi sebagai warga
korporat yang baik. Selain itu, advokasi pelanggan adalah kunci untuk menarik
pelanggan baru. Saat pelanggan setia Anda berbicara dengan orang yang mereka
kenal tentang produk Anda dan membagikan ulasan positif, mereka akan
mendorong lebih banyak bisnis ke arah Anda.
6. Meningkatkan reputasi perusahaan
Jika organisasi Anda terus berpartisipasi dalam inisiatif sosial, itu memberi
kesan kepada pelanggan, investor, dan dunia secara keseluruhan bahwa organisasi
Anda layak secara finansial. Ini, pada gilirannya dapat menarik investor dan
investor baru.
7. Meningkatkan profitabilitas dan nilai dalam bisnis
Dalam banyak kasus, perusahaan menemukan bahwa ketika mereka
memperkenalkan metode yang lebih hemat energi dan mulai mendaur ulang,
mereka benar-benar memotong biaya operasional dan menguntungkan lingkungan.
Social responsibility juga meningkatkan transparansi dengan analis investasi,
pemegang saham dan anggota masyarakat, yang pada gilirannya meningkatkan
reputasi perusahaan dan meningkatkan nilai keseluruhan.
2. Kerugian dari Tanggung Jawab Sosial pada Bisnis
Sementara tanggung jawab sosial perusahaan umumnya menguntungkan bagi
organisasi, ada beberapa kelemahan. Berikut adalah kerugian utama yang perlu
dipertimbangkan:
1. Memerlukan uang untuk mengimplementasikannya
Sementara organisasi besar mampu mengalokasikan anggaran untuk pelaporan
social responsibility pada perusahaan, ini dapat membebani secara finansial
organisasi yang lebih kecil. Sementara perusahaan kecil dapat menggunakan
media sosial untuk berbagi kebijakan atau inisiatif social responsibility dengan
pelanggan dan anggota komunitas, pemantauan saluran ini membutuhkan waktu
4
dan sumber daya. Ini mungkin mengharuskan perusahaan untuk mempekerjakan
karyawan tambahan untuk mengelola proses secara efektif, yang dapat menjadi
tantangan bagi usaha kecil.
2. Dampak profitabilitas
Perusahaan memiliki kewajiban fidusia kepada pemegang sahamnya dan
inisiatif tanggung jawab sosial yang mahal dapat berdampak langsung pada hal ini.
Konflik ini dapat menjadi tantangan bagi manajer, yang mungkin merasa harus
memilih antara keputusan atau inisiatif yang bertanggung jawab secara sosial dan
berfokus pada profitabilitas perusahaan.
3. Greenwashing
Dalam beberapa kasus, inisiatif tanggung jawab sosial telah digunakan sebagai
cara untuk meningkatkan citra perusahaan meskipun tidak ada perubahan nyata
yang dilakukan. Untuk alasan ini, penting untuk mempertimbangkan inisiatif social
responsibility apa yang akan Anda ambil dan mengevaluasi dampaknya terhadap
organisasi.

Contoh Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan


Berikut adalah beberapa contoh inisiatif social responsibility perusahaan yang telah
dilakukan banyak perusahaan di dunia:

1. Pemberian amal dan upaya sukareka: Perusahaan memberikan waktu istirahat kepada
karyawan untuk menjadi sukarelawan setiap tahun dan juga menyumbangkan sebagian
pendapatan ke organisasi amal.
2. Perubahan kebijakan perusahaan dalam upaya meningkatkan atau memberi manfaat
bagi lingkungan: Perusahaan mengadakan acara penanaman pohon, meminimalkan
limbah kertas, beralih ke lampu hemat energi, menyiapkan tempat sampah daur ulang,
dan mengizinkan pekerjaan jarak jauh untuk mengurangi dampak negatif lalu lintas
komuter.
3. Meningkatkan kebijakan tenaga kerja dan merangkul perdagangan yang adil: Merek
berusaha untuk meningkatkan kondisi kerja dan kesejahteraan karyawan. Mereka
memberi orang tua periode cuti berbayar yang signifikan, waktu liburan tanpa batas,
pencahayaan yang lebih alami, tempat duduk yang lembut, dan tanaman untuk
meningkatkan energi dan moral.

5
2.2 Etika Manajerial
Definisi Etika Manajerial
Etika manajerial adalah suatu kode etik perilaku seoarang manajer atau pengusaha
berdasarkan nilai –nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku
dalam menjalankan kegiatan lembaga. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika
manajerial adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan seoarang manajer, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, lembaga, sumber daya dan juga masyarakat.
Etika manajer dalam lembaga memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk
suatu lembaga yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan
menciptakan nilai (value – creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Selain
etika, dikenal pula istilah Moral atau Moralitas yakni ajaran-ajaran perilaku personal
berdasarkan agama atau filosofi.
Salah satu penyebab perilaku tidak etis adalah tidak adanya standar yang berlaku bagi
seluruh dunia mengenai perilaku para pelaku bisnis. Sedangkan norma dan nilai- nilai budaya
berbeda-beda untuk setiap negara dan bahkan antara daerah geografis dan kelompok-kelompok
etnis dalam suatu negara. Selain faktor-faktor situiasional seperti pekerjaan itu sendiri,
supervise dan budaya organisasi, perilaku etnis seseorang diperngaruhi oleh tahap
perkembangan moral dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Sama seperti hirarki kebutuhan
Maslow, perkembangan moral terbentuk dari keinginan pribadi untuk memperhatikan nilai-
nilai universal.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang professional.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1. Pengendalian diri.
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility).
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.
4. Menciptakan persaingan yang sehat.
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”.
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar.

6
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah.
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama.
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati.
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan.
Manfaat Etika Manajerial
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial lembaga
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Dapat menciptakan persaingan yang sehat antar perusahaan maupun organisasi
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Guna menghindari sifat KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang dapat
merusak tatanan moral
7. Dapat mampu menyatakan hal benar itu adalah benar
8. Membentuk sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dengan
golongan pengusaha lemah
9. Dapat konsekuen dan konsisten dengan aturan-aturan yang telah disepakati
bersama
10. Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
dimiliki.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Etika Manajerial
1. Leadership
Kepemimpinan yang beretika menggabungkan antara pengambilan keputusan yang
beretika dan perilaku yang beretika. Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan yang beretika dan berperilaku yang beretika pula. Ada beberapa hal yang
harus dilakukang oleh seorang pemimpin yang beretika yaitu:
• Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya dan
organisasi.
• Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa bangga akan
perilakunya.

7
• Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan yang
diambilnya dan dirinya sendiri.
• Mereka berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika sepanjang
waktu, bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk melakukannya.
• Seorang pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki ketangguhan
untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.
• Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting.
Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif
2. Strategi dan performasi
Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi
tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaa
terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika.
Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang
ingin dicapai perusahaannya dengan standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi
perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan
perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
3. Karakter individu
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak individu
dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini
tentu akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam
menjalankan aktivitas bisnisnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter individu
Faktor –faktor tersebut yangpertama adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya ini adalah
pengaruh nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya. Faktor yang kedua, perilaku ini akan
dipengaruhi oleh lingkunganya yang diciptakan di tempat kerjanya. Faktor yang ketiga adalah
berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia hidup berupa kondisi politik dan hukum, serta
pengaruh–pengaruh perubahan ekonomi. Kesemua faktor ini juga akan terkait dengan status
individu tersebut yang akan melekat pada diri individu tersebut yang terwujud dari tingkah
lakunya.
4. Budaya perusahaan
Menurut Mangkunegara, (2005:113), budaya organisasi adalah seperangkat asumsi
atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang
dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal. Budaya organisasi juga berkaitan dengan

8
bagaimana karyawan memahami karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait
dengan apakah karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu
sikap deskriptif, bukan seperti kepuasan kerja yang lebih bersifat evaluatif.

2.3 Manajemen Hijau


Definisi Manajemen Hijau (Green Management)
Manajemen Hijau merupakan kemampuan mengatur atau merencanakan sesuatu yang
dimana menunjukkan kesadaran mengenai dampak yang diberikan kepada lingkungan.
Manajemen Hijau dapat disebut juga sebagai Manajemen Ramah Lingkungan yang dimana
dalam segala pelaksanaan dan pengambilan keputusan perusahaan dapat menghasilkan
keuntungan dengan meminimalisir kerusakan terhadap lingkungan. Berbagai permasalahan
lingkungan yang dapat disebabkan oleh suatu perusahaan mencakup bencana alam yang
disebabkan non alam, pemanasan global, pencemaran lingkungan, perusakan alam, serta
menipisnya jumlah sumber daya alam.
Tujuan Penerapan Manajemen Hijau
Tujuan dari penerapan Manajemen Hijau adalah mematuhi peraturan mengenai
lingkungan, mengurangi kerusakan lingkungan, Meningkatkan reputasi dan kinerja
perusahaan, menciptakan inovasi, serta mengurangi penggunaan energi atau sumber daya yang
berlebihan. Mematuhi peraturan mengenai lingkungan hidup wajib untuk ditaati oleh
perusahaan dengan tujuan melestarikan lingkungan. Contohnya, adalah aturan mengenai
pengolahan limbah berbahaya dan beracun (B3) dan limbah non-B3 didalam Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Selain itu, bertujuan agar perusahaan tidak mendapatkan masalah hukum
yang bisa saja dating jika tidak menaati peraturan tersebut. Kerusakan lingkungan sangat
berdampak bagi seluruh bidang dimasyarakat, mulai dari pencemaran lingkungan, hingga
pemanasan global. Berbagai akibat dari kerusakan lingkungan tersebut dapat dihindari dengan
menerapkan Manajemen Hijau yang dimana seminimal mungkin melakukan kegiatan usaha
yang berdampak pada lingkungan. Komitmen yang dibangun suatu perusahaan yang
menerapkan Manajemen Hijau membuat masyarakat melihat reputasi yang baik. Karena suatu
perusahaan yang menerapkan Manajemen Hijau akan dipandang oleh masyarakat sebagai
perusahaan yang sangat peduli terhadap lingkungan. Reputasi yang baik dari masyarakat dapat
meningkatkan kinerja dari perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang menerapkan Manajemen
Hijau dapat juga menciptakan suatu ide atau inovasi yang dimana dapat berbentuk suatu barang
atau jasa. Biasanya inovasi yang dapat dikembangkan adalah suatu barang atau jasa yang
9
dimana sangat bermanfaat bagi masyarakat dan proses pembuatannya terkandung unsur dari
alam atau lingkungan hidup. Penggunaan Manajemen Hijau didalam perusahaan juga dapat
mengurangi penggunaan suatu energi atau sumber daya yang sangat berlebihan. Hal ini karena
perusahaan yang menerapkan Manajemen Hijau akan meminimalisir penggunaan energi atau
sumber daya dan berlebih, selain itu, perusahaan lebih menggunakan suatu teknologi yang
ramah lingkungan dan memakai bahan baku yang berasal dari sumber daya yang dapat
diperbaharui.
Jenis-Jenis Manajemen Hijau
Jenis – Jenis dari Manajemen Hijau, antara lain manajemen hijau rantai pasokan,
pemasaran hijau, produksi hijau, penelitian dan pengembangan hijau, serta manajemen hijau
sumber daya manusia. Manajemen hijau rantai pasokan dapat berupa pembelian bahan yang
telah terpakai, pendauran ulang terhadap bahan yang telah dipakai, penggunaan kembali, dan
pergantian bahan yang telah terpakai. Hal tersebut bertujuan agar bahan yang telah terpakai
dapat diolah dan dipergunakan kembali sehingga limbah atau sampah tidak akan menumpuk.
Contohnya, perusahaan mebel mengolah kembali bekas serutan kayu untuk dijadikan meja dan
kursi. Pemasaran hijau merupakan salah satu bentuk pemasaran yang dimana melakukan
promosi produk tanpa memberi efek negatif terhadap lingkungan. Pemasaran hijau dapat
meliputi promosi dengan teknologi yang ramah lingkngan, pemasaran yang dilakukan secara
online, serta perubahan dalam bahan kemasan yang lebih ramah lingkungan. Produksi hijau
merupakan kegiatan produksi yang dimana segala bentuk proses produksi dilakukan tanpa
menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Produksi hijau bertujuan agar proses dari
produksi suatu barang dan jasa dapat dilakukan tanpa mencemari lingkungan sekitar. Penelitian
dan pengembangan hijau dilakukan untuk menemukan suatu ide atau inovasi yang lebih ramah
lingkungan dapat tercipta. Selain itu, juga untuk mencari solusi dari permasalahan yang dapat
ditimbulkan akibat suatu produk.
Contohnya, suatu perusahaan otomotif melakukan penelitian untuk dpaat menciptakan
mobil bertenaga surya atau matahari. Manajemen sumber daya hijau adalah suatu
pengembangan terhadap kemampuan bekerja manusia yang dapat menjaga dan melindungi
lingkungan. Pengelolaan sumber daya manusia yang hijau tidak hanya menciptakan sumber
daya masuaia yang berkualitas, tetapi juga menciptakan sumber daya manusia yang dapat
melestarikan lingkungan hidup dan alam.
Pendekatan-Pendekatan Yang Dilakukan
Pendekatan – pendekatan yang dilakukan dalam Manajemen Hijau antara lain,
Pendekatan Hukum, Pendekatan Pasar, Pendekatan Pemegang Kepentingan, dan Pendekatan
10
aktivis. Pada pendekatan hukum, perusahaan hanya akan mematuhi hukum dan peraturan
lingkungan yang berlaku. Hal tersebut menyebabkan perusahaan memiliki sedikit kepedulian
terhadap lingkungan, pendekatan hukum tetap membuat perusahaan memiliki reputasi yang
baik dan teap memiliki usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan. Pendekatan pasar,
memperlihatkan permintaan konsumen atau pembeli terhadap produk yang ramah lingkungan.
Dalam hal ini, perusahaan mesti memenuhi permintaan tersebut dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan. Dalam pendekatan ini, kesadaran terhadap kelestarian lingkungan
menjadi meningkat, karena masyarakat memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan
termasuk dalam kepekaan sosial. Pendekatan pemegang kepentingan, dimana para pemegang
kepentingan di perusahaan, seperti karyawan, staff, manajer, maupun investor menuntut
perusahaan agar dapat menjalankan kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Hal tersebut membuat perusahaan menggerakkan kegiatannya bersamaan dengan
sikap peduli terhadap kelestarian lingkungan. Pendekatan aktivis, menjelaskan bagaimana
perusahaan selalu mencari cara dalam menghargai dan melestarikan sumber daya alam yang
ada. Dalam tahap ini, perusahaan berusaha untuk seminimal atau tidak sama sekali melakukan
eksploitasi sumber daya alam secara besar – besaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu
perusahaan memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan yang tinggi. Pendekatan ini
termasuk dalam bentuk tanggung jawab sosial.

2.4 Bagaimana Mendorong Perilaku Etis


Cara-Cara Mendorong Perilaku Etis
Cara – cara yang dilakukan untuk mendorong perilaku etis didalam suatu perusahaan,
antara lain seleksi karyawan, kode etik dan aturan pembuatan keputusan, kepemimpinan,
tujuan kerja dan penilaian kerja, pelatihan etika, audit sosial independen, serta mekanisme
perlindungan.
Proses seleksi karyawan harus dilihat sebagai kesempatan untuk belajar tentang tingkat
perkembangan moral seseorang, nilai-nilai pribadi, kekuatan ego, dan locus of control. Namun,
proses seleksi yang secara hati-hati dirancang tidak menjamin semuanya berjalan baik, bahkan
dalam situasi yang terbaik, individu dengan standar etika yang masih dipertanyakan dapat
terseleksi. Hal-hal seperti ini dapat diatasi jika pengendalian etika lainnya ada. Ketidakpastian
tentang etis dan tidak dapat menjadi masalah bagi karyawan. Sebuah kode etik, yakni
pernyataan resmi dari nilai-nilai organisasi dan aturan etika yang mengharapkan kepatuhan
karyawan untuk mengikuti, adalah suatu pilihan untuk mengurangi keraguan tersebut. Sebuah
kode etik harus cukup spesifik untuk menunjukkan karyawan apa yang mereka seharusnya
11
lakukan dan juga cukup bebas untuk memungkinkan kebebasan dalam mepertimbangkan atau
berpendapat. Melakukan bisnis dengan etika memerlukan komitmen dari pimpinan
perusahaan. Karena mereka adalah orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai bersama
dan budaya suatu organisasi. Mereka adalah panutan baik dari segi kata-kata dan tindakan,
meskipun apa yang mereka lakukan adalah jauh lebih penting daripada apa yang mereka
katakan. Jika pimpinan perusahaan, mengambil sumber daya perusahaan untuk keperluan
pribadi, mereka menyiratkan bahwa perilaku seperti itu dapat diterima untuk semua karyawan.
Para pimpinan perusahaan juga menetapkan standar ini dengan sistem penghargaan dan
hukuman. Ketika seorang karyawan dihargai untuk mencapai hasil yang mengesankan dengan
perilaku yang tidak berdasarkan etika, ini menunjukkan kepada orang lain bahwa cara-cara ini
dapat diterima. Ketika seorang karyawan melakukan sesuatu yang tidak etis, pimpinan
perusahaan harus menghukum pelaku dan mempublikasikan fakta dengan membuat hasilnya
terlihat untuk semua orang dalam organisasi. Praktek ini mengirimkan pesan bahwa kesalahan
harus dibayar dan karyawan tidak boleh untuk bertindak tidak etis.
Di bawah tekanan tujuan yang tidak realistis, karyawan yang dapat dinyatakan beretika
mungkin merasa mereka tidak punya pilihan selain untuk melakukan apapun yang diperlukan
untuk memenuhi tujuan tersebut. Juga, pencapaian tujuan biasanya merupakan masalah kunci
dalam penilaian kinerja. Jika penilaian kinerja hanya fokus pada tujuan ekonomi, pada akhirnya
akan mulai menggunakan segala cara. Untuk mendorong perilaku etis, hasil dan prosesnya
harus dievaluasi. Sebagai contoh, seorang manajer yang melakukan tinjauan tahunan karyawan
mungkin mengevaluasi tahap-demi tahap bagaimana keputusan mereka diukur terhadap kode
etik perusahaan serta bagaimana tujuan tersebut dicapai. Semakin banyak organisasi yang
menyiapkan seminar, lokakarya, dan program pelatihan etika yang serupa untuk mendorong
perilaku etis. Pengajaran pemecahan masalah etika dapat membuat perbedaan nyata dalam
perilaku etis, bahwa pelatihan telah meningkatkan tingkat pengembangan moral individu, dan
pelatihan etika meningkatkan kesadaran tentang masalah etika dalam bisnis. Rasa takut untuk
ketahuan dalam melakukan kesalahan bisa menjadi pencegah yang penting untuk perilaku yang
tidak etis. Audit sosial yang independen, yang mengevaluasi keputusan dan praktek manajemen
dalam hal kode etik organisasi, meningkatkan hal itu. Audit tersebut dapat berupa evaluasi
secara teratur atau mereka dapat terjadi secara acak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Sebuah program etika yang efektif mungkin membutuhkan keduanya. Untuk menjaga
integritas, auditor harus bertanggung jawab kepada dewan direktur perusahaan dan menyajikan
temuan langsung ke mereka. Susunan ini memberikan pengaruh kepada auditor dan
mengurangi kesempatan untuk balas dendam dari mereka yang diaudit. Karyawan yang
12
menghadapi dilema akan etika membutuhkan mekanisme perlindungan sehingga mereka dapat
melakukan apa yang benar tanpa takut akan teguran. Para penasehat perusahaan menganjurkan
alternatif tindakan etis yang "benar". Perusahaan lain telah menunjuk petugas etika yang
mendesain, mengatur, dan memodifikasi program etika suatu organisasi yang diperlukan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Didalam sebuah organisasi, memahami etika dan tanggung jawab sangat erat
kaitannya dengan pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau lembaga.
Semakin besar organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap
organisasi tersebut. Banyak lembaga organisasi yang menggunakan segala cara untuk
memenangkan persaingan. Oleh karena itu, diharapkan dalam organisasi tersebut
memiliki manajerial yang tidak hanya mengerti, namun juga memahami konsep etika
dan tanggung jawab sosial secara luas.
Etika manajerial adalah suatu kode etik perilaku seoarang manajer atau
pengusaha berdasarkan nilai–nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan
pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan lembaga. Secara sederhana yang
dimaksud dengan etika manajerial adalah cara -cara untuk melakukan kegiatan
seoarang manajer, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
lembaga, sumber daya dan juga masyarakat.
Salah satu penyebab perilaku tidak etis adalah tidak adanya standar yang
berlaku bagi seluruh dunia mengenai perilaku para pelaku bisnis. Sedangkan norma dan
nilai- nilai budaya berbeda-beda untuk setiap negara dan bahkan antara daerah
geografis dan kelompok-kelompok etnis dalam suatu negara.
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan
termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap
yang professional.
3.2 Saran
Paper ini kami susun dari beberapa referensi dalam pencarian materi, data dan
analisis pokok bahasannya. Oleh karena itu, setidaknya paper ini dapat menjadi
gambaran awal mengenai “Tanggung Jawab Sosial Dan Etika Manajerial”. Kami
tentunya menyadari bawasannya paper diatas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Harapannya semoga paper ini dapat menjadi referensi dan
bermaanfaat bagi pembaca

14
DAFTAR PUSTAKA

Chapter/Bab 5 - Robbin and Coulter (2012), Management, Upper Saddle River, 11th
Editions, New Jersey, Prentice Hall
Bhasin, H. (2020, Juli 5). Management. Retrieved from Marketing91:
https://www.marketing91.com/environmental-management/#Importance-of-
environmental-management

dewi. (2016, November 5). Economic. Retrieved from Dewi's Blog:


http://dewihasana.blogspot.com/2016/11/tanggung-jawab-sosial-dan-etika.html

Fatra, R. (2011, Juli 14). education. Retrieved from fatrarivalda.blogspot:


http://fatrarivalda.blogspot.com/2011/07/education_14.html

INDIAFREENOTES. (2021, Januari 2). green management. Retrieved from category:


https://indiafreenotes.com/green-management/

Nurlailatulrmd. (2012, Oktober 28). Pengertian Manajemen. Retrieved from Nurlailatulrmd's


Journal: https://nurlailatulrmd.wordpress.com/2012/10/28/pengertian-manajemen/

Priharto, S. (2021, Juni 28). Bisnis. Retrieved from Aksaragama:


https://aksaragama.com/bisnis/tanggung-jawab-sosial-bisnis/

15

Anda mungkin juga menyukai