Anda di halaman 1dari 19

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL BISNIS

MK. PENGANTAR BISNIS


DOSEN PENGAMPU : SIENNY,SE.,M.Si

DISUSUN OLEH

CICIH KURNIA WATI TONDANG (7203142019)


NOVIA INGGIT KARTIKA (7203142028)
MUTIARA AZZAHRA (7203142027)

KELAS C
PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kepada
penulis sehingga makalah yang berjudul “Etika dan Tanggung Jawab Sosial Bisnis” ini dapat
diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Kami juga berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Hukum Bisnis Ibu
Sienny,SE.,M.Si yang telah memberikan tugas ini dan juga telah mengajarkan dan
membimbing mahasiswa/i agar dapat memahami dalam pelajaran hokum bisnis.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan dan
kelemahan baik materi, kajian ataupun cara penulisan. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini, dan semoga dapat
bermanfaat.

Pematangsiantar, 22 Februari 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1


B. RUMUSAN MAKALAH................................................................................. 1
C. TUJUAN........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

A. Pengertian Etika Dan Tanggung Jawab Sosial Bisnis...................................... 2


B. Etika Bisnis Di Perusahaan............................................................................... 3
C. Pentingnya Etika Bisnis.................................................................................... 4
D. Standar Etika Perusahan................................................................................... 7
E. Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial................................... 8
F. Keputusan Etika dan Tanggung Jawab Sosial.................................................. 8
G. Jenis-Jenis Tanggung Jawab Sosial.................................................................. 10
H. Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.................................................... 11
I. Ciri-Ciri Bisnis Modern.................................................................................... 13

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 13

A. KESIMPULAN................................................................................................ 13
B. SARAN............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semakin besar suatu organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap
organisasi tersebut. Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk
memenangkan persaingan oleh karena itu, diharapkan pelaku bisnis dapat menjalankan bisnis
yang memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma masyarakat.
Organisasi sebagai suatu system juga diharapkan dapat memiliki tanggunjawab sosial
terhadap masyarakat.
Stakeholder menghendaki agar pelaku bisnis atau perusahaan dengan segala bentuk
bisnisnyaberperilaku etis dan memiliki tanggungjawab terhadap komunitas, sosial, etika dan
hukum. System bisnis beropersi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis, tanggung
jawab sosial, peraturan pemerintah dan pihak Stakeholder ini menentukan tingkat
keberhasilan yang dapat diraih perusahaan.

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan etika dan tanggung jawab social bisnis?
2) Bagaimana cara menerapkan etika bisnis dan tanggung jawab social bisnis?
3) Mengapa etika bisnis diperlukan
4) Apa saja bentuk tanggung jawab social bisnis
5) Apa akibat dari keputusan yang tidak etis
C. Tujuan
Makalah ini di buat bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Bisnis, dimana makalah ini menjelaskan tentang ruang lingkup etika  berusaha dan
tanggungjawab sosial. Selain itu makalah ini menjelaskan bagaimana cara berbisnis yang
sesuai dengan etika yang sebenarnya, karena etika bisnis sangat penting untuk
mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan
dalam memecahkan persoalan perusahaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Tanggung Jawab Sosial Bisnis

Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha. Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan
persoalan perusahaan. Sistem bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis,
tanggungjawab social, peraturan pemerintah dan perundangan saling berkaitan satu sama lain.
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatu konsep bahwa binis memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh
pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang
mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya.  Stakeholder Etika dalam bisnis diantaranya sebagai berikut:
a)      Konsumen; konsumen berkepentingan terhadap perilaku etis perusahaan berhubungan
dengan produk.
b)      Karyawan; merupakan sumber ekonomi perusahaan yang penting.
c)      Investor penanam modal ; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
dinvestasikan dalam kegiatan usaha perusahaan
d)     Pemilik dan manajemen; berkepentingan menjalankan kegiatan manfaat kepada pemilik ,
manajemen serta stakeholder.
e)      Pemasokbahan-bahan; pemasok berkepentingan terhadap perilaku etis berbubungan
dengan kemampuan perusahaan dalam memberikan kelancaran hubungan dengan pemasok.

2
f)       Organisasi pekerja; berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan untuk menjamin
atau memenuhi kewajiban untuk kehidupan para karyawan.
g)      Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas  usaha; pemerintah dalam mengatur
kelancaran usaha melalui berbagai kebijakan.
h)      Bank penyandang dana perusahaan atau kreditur; bank maupun kreditur merupakan
sumberdana bagi kelancaran usaha perusahaan.\
i)        Investor penanam modal; berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang
didinvestasikan dalam kegiatan perusahaan
j)        Masyarakat; merupakan pihak yang mengamati kehidupan perusahaan dan adakalanya
memperngaruhi bisnis.
k)      Kelompok khusus atau mitra usaha; merupakan relasi usaha yang dapat bekerjasama
dalam kegiatan operasional perusahaan.
B. Etika Bisnis Di Perusahaan

Dalam dunia bisnis, terdapat aturan yang mengatur hubungan antar pelaku bisnis.
Aturan-aturan ini diperlukan agar hubungan bisnis berlangsung dengan “fair” Aturan ini
berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan lain-lain. Aturan-
aturan ini mengatur secara internal dalam bisnis. Bagaimana melakukan bisnis,berhubungan
dengan sesama pelaku bisnis.Dalam kerangka yang lebih luas sering kita kenal,apa yang
disebut dengan code of conduct,iso,Global compact,company social responsibility yang
bertujuan mengatur agar pelaku bisnis memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kita
ambil contoh Global compact memiliki pedoman umum dalam penerapannya:

1.Bisnis semestinya mendukung dan menghargai proteksi HAM yang telah dideklarasikan
secara Internasioan;
2.Memastikan bahwatidak terlibat dalam eksploitasi HAM
3.Penghapusan bentuk kerja paksa
4.Penghentian secara efektif keterlibatan pekerja anak
5.Pengahapusan deskriminasi
6.Mengambil inisiatif untuk lebih bertanggungjawab terhadap lingkungan
7.Mendukung pengembangan dan distribusi teknologi yang akrab lingkungan
8.Anti korupsi

3
C. Pentingnya Etika Bisnis
Menurut Post et.al., (2002; 104) setidaknya terdapat tujuh alasan yang mendorong perusahaan
untuk menjalankan bisnisnya secara etis.
1. Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis.
Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami
sorotan, kritik, bahkan hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat memberlakukan
Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act, atau yang dikenal dengan
Sarbane-Oxley (Baron, 2006: 678-679), setelah Kongres menemukan berbagai kelemahan
tata kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan Worldcom. Manipulasi keuangan yang
dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran oknum-oknum Arthur Andersen yang
bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron secara sengaja menyembunyikan fakta-fakta
keuangan.
Belajar dari kasus ini, kongres menerapkan Sarbanes Oxley Act di mana undang-undang baru
ini menutupi berbagai celah hukum, misalnya dengan melarang akuntan publik yang sedang
mengaudit perusahaan melaksanakan kegiatan konsultasi bagi perusahaan yang sama.
Undang-undang juga menetapkan berdirinya sebuah lembaga independen yang diberi nama
Public Company Accounting Oversight Board yang mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan akuntan.
2. Agar perusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan
stakeholders lainnya. Sebagai contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah secara tidak profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di
wilayah Leuwi Gajah Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya sampah
dengan volume sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk di sekitarnya
sehingga 112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat sekitar tempat
pembuangan sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
3. Penerapan etika bisnis di perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan DePaul University (Post et.al., 2002: 105)
menunjukkan bahwa “terdapat hubungan statistik yang signifikan antara pengendalian
perusahaan yang menekankan pada penerapan etika dan perilaku bertanggung jawab di satu
sisi dengan kinerja keuangan yang baik di sisi lain”. Dalam kasus lain, penerapan etika bisnis
di perusahaan terhadap para manajer dan karyawan perusahaan berupa larangan minum
alkohol bagi para pegawai, telah menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan
produktivitas kerja.

4
4. Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepati janji, dan menolak suap dapat
meningkatkan kualitas hubungan bisnis di antara dua pihak yang melakukan
hubungan bisnis. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kepercayaan di antara pihak-pihak
yang terlibat hubungan bisnis terhadap pihak lainnya. Sebaliknya apabila salah satu pihak
tidak dapat dipercaya, maka pihak yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan oleh mitra
bisnisnya bahkan oleh komunitas bisnis secara umum.
5. Agar perusahaan terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan karyawan maupun
kompetitor yang bertindak tidak etis. Sebagai contoh, kejahatan pencurian uang
perusahaan yang dilakukan pemilik dan pimpinan perusahaan merupakan faktor penyebab
utama kebangkrutan perusahaan dibanding faktor-faktor lainnya. Demikian pula kegiatan
damping yang dilakukan pesaing luar negeri merupakan perilaku tidak etis yang dapat
merugikan perusahaan domestik.
6. Penerapan etika bisnis perusahaan secara baik di dalam suatu perusahaan dapat
menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja oleh pemberi kerja.
Contohnya, perusahaan dianggap bertindak tidak etis apabila di dalam perusahaan terjadi
diskriminasi besaran gaji yang diakibatkan oleh diskriminasi rasial. Perusahaan juga
dianggap berlaku tidak etis apabila perusahaan tidak memberikan kesempatan kemajuan
karier yang sama kepada tenaga kerja yang ada di perusahaan hanya karena terdapat
perbedaan ras antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya.
7. Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usahanya, untuk
mencegah agar perusahaan (yang diwakili para pimpinannya) tidak memperoleh sanksi
hukum karena telah menjalankan bisnis secara tidak etis.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
5
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10.Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11.Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
Beberapa contoh pelanggaran etika bisnis:
1. Pelanggaran Etika Bisnis oleh PT. Garuda Indonesia 2018
PT. Garuda Indonesia merupakan salah satu BUMN yang cukup signifikan dalam dunia
perindustrian terutama pada bidang transportasi.Namun pada tahun 2018, PT. Garuda
Indonesia telah melanggar kode etik dalam berbisnis dengan memanipulasi laporan
keuangannya.Kasus ini berawal dari status plat merah saham PT. Garuda Indonesia yang
berada di dasar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).Hal tersebut menjelaskan bahwa saham
PT. Garuda Indonesia menjadi saham gorengan atau saham dengan kualitas tidak baik dan
hanya sebagai mainan dikalangan trader bursa.Dengan cepat Menteri BUMN mengumumkan
apabila telah ditemukan sebuah rekayasa pada laporan keuangan PT. Garuda Indonesia,
dimana sebenarnya terjadi kerugian tetapi yang dilaporkan justru keuntungan.Tentu hal itu
masuk dalam kasus penipuan atau pemalsuan yang sangat fatal dan membuat para pemegang
saham marah besar.
2. Pelanggaran Etika Bisnis oleh PT. Tirta Freshindo Jaya 2017
PT. Tirta Freshindo Jaya merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Mayora Indah Tbk.
Kasus pelanggran ini berawal dari pembangunan gudang di dua wilayah Provinsi Banten
yaitu di daerah Serang dan Pandeglang yang memakan 32 hektar.Sebelumnya PT. Tirta
Freshindo Jaya telah mendapatkan izin dari dinas mengenai pembagunan gudang
tesebut.Namun setelah waktu berjalan, dimana semula PT. Tirta Freshindo Jaya berencana
akan membangun gudang justru yang terjadi malah pabrik pembuatan minuman
kemasan.Tentu hal ini menyimpang dari kesepakatan sebelumnya. Disisi lain masyarakat
setempat juga dibuat resah karena pabrik tersebut telah mengambil sumber-sumber mata air
yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Sementara itu terlihat
apabila pabrik sudah mulai merusak kenyamanan dan kelestarian lingkungan
sekitar.Masyarakat menyatakan jika pengambilan sumber-sumber air tidak terkendali lagi dan
diluar batas yang menyebabkan masuk kedalam ekploitasi alam atau pelanggran etika
bisnis.Tentu pemerintah setempat bersama para tokoh masyarakat langsung mengambil
tindakan-tindakan tegas untuk segera menghentikan serta mencabut perizinannya.

6
D. Standar etika perusahaan
1.      Ciptakan kepercayaan perusahaan. Pengusaha menciptakan norma atau kepercayaan
dan tanggung jawab etikanya.
2.      Kembangkan kode etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku dan
prinsip etis atau di kenal dengan dengan kode etik yang di harapkan mampu memberikan
perilaku standar minimal  yang di harapkan dari manajemen. Kode etik memuat jenis perilaku
yang di harapkan dan memberikan kongkrit di perusahaan bagaimana berprilaku secara etis
setiap hari dalam perusahaan.
3.      Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus menjalankan
perilaku etis setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman apabila ada yang melanggar
kode etik tersebut.
4.      Mempekerjakan orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung
perseorangan yang di sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku yang etis.
5.      Adakan pelatihan etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program
pelatihan akan menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem nilai
perusahaan.
6.      Lakukan audit etika secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap
pelaksanaan etika perusahaan.
7.      Pertahankan standar yang tinggi tentang tingkah laku etis
8.      Pemimpin memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak ukur
perilaku bawahan.
9.      Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Karyawan diberikan
kesempatan memberikan respon, tanggapan, melaporkan kepada atasan yang tidak etis.
Sedangkan pemimpin memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk merespon pelaksanaan
perilaku etika tersebut
10.  Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika. Bawahan dilibatkan dalam
perancangan dan implementasi etika dalam perusahaan. Bawahan diberikan kesempatan
untuk menawarkan umpan balik mengenai standar etika yang ditetapkan.

7
E. Perilaku Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan yang dapat berjalan dengan baik/survival memasuki tahap dua dan tiga
dalm respon tanggung jawab sosial. Aktivitas perusahaan sudah memasukan program
tanggung jawab sosial, proaktif memiliki keinginan mengevaluasi setiap aktivitas yang
berhubungan dengan publik ( social responsiveness ). Setiap keputusan manajer  perusahaan
mempertimbangkan keinginan stakeholder ( penyesuaian inside group dan outside group )
sebagai bagian integral dari kehidupan perusahaan.
F. Keputusan Etika dan Tanggung Jawab Sosial

            Dalam pengambilan keputusan etika banyak model dapat digunakan untuk membuat
keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik nantinya etis atau tidak etis. Zimmmerer
(1996) memberikan prinsip-prinsip umum etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
1.      Kejujuran. Pengusaha harus memiliki prinsip penuh kepercayaan, bersikap jujur, tidak
melakukan kecurangan, tidak berbohong,tidak mencuri.
2.      Integritas. Memegang prinsip kebenaran, melakukan kegiatan dengan terhormat, berani
dan penuh pendirian.
3.      Memelihara janji. Pengusaha yang baik selalu memegang janji, mentaati janji, penuh
komitmen dan dapat dipercaya.
4.      Kesetiaan. Hemat dan loyal kepada keluarga, perusahaan, bangsa dan negara. Mampu
memegang rahasia dan melakukan kegiatan secara tepat dalam konteks profsional.
5.      Keadilan. Berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan dan kebaikan
orang lain, toleransi terhadap keberagaman.
6.      Suka membantu orang. Saling membantu, suka menolong, memiliki belas kasihan
terhadap orang lain maupun masyarakat.
7.      Hormat kepada orang lain. Menghormati martabat orng lain, menghormati hak dan
kebebasan orang lain.
8.      Kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Berlaku sebagai warga negara yang baik,
mentaati aturan agama, negara, penuh kesadaran sosial.
9.      Mengejar keunggulan. Melakuakan kegiatan dengan baik sesuai kemampuan dan
kompetensi. Mengejar keunggulan dalam segala hal dan penuh komitmen.
10.  Dapat dipertanggung jawabkan. Segala kegiatan atau aktivirtas dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, legal formal.

8
Michael Bonner, et.al.,(1987) memunculkan model proses pengambilan keputusan
etika dengan memasukkan elemen sumber daya perusahaan dan lingkungan eksteren bagi
penentu perilaku etis. Beberapa elemen tersebut adalah lingkungan kerja, lingkungan
pemerintah dan legal formal, lingkungan sosial, profesional, personal dan atribut individu.
 Dalam aplikasi, pengambilan keputusan etika mempergunakan rantai keputusan
konsep overwhelming factor  ( faktor yang menekan/situasional), yang pada situasi tertentu
membenarkan tindakan mengesampingkan salah satu atau beberapa elemen tersebut.
Disini kebijakan manajer berperan. Jika pada suatu situasimuncul faktor penekan,
maka aturan yang digunakan adalah prinsip efek ganda. Jika alternatif yang dipilih
dimaksudkan untuk memaksimumkan akibat yang baik dan meminimumkan akibat yang
jelek, maka menajer perusahaan yang membuat keputusan memiliki kecenderungan mendapat
simpati, jika keputusan tersebut dipermasalahkan secara legal formal ( Donaldson, Thomas,
1989; Bonner, et.al,. 1987: William, 1991)
Cullen , B. John (2005:129) memberikan model alur analisis pengambilan keputusan
etika perusahaan secara lebih rinci, sebagai berikut :
1.      Analisis ekonomi (economic analysis). Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui
kemampuan bisnis dalam mendatangkan profit sebagai bentuk tanggung jawab ekonomi
kepada stakeholder.
2.      Analisis legal (legal analysis). Analisis legal fokus pada kesesuaian operasional
perusahaan (rules of the games) dengan legalitas formal antar Negara (host or home country
law).
3.      Analisis etika organisasi (organizational ethical analysis). Analisis etika organisasi
digunakan untuk kesesuaian budaya organisasi perusahaan dengan etika yang diterapkan.
4.      Analisis sensitivitas budaya (cultural sensitivity analysis). Analisis sensitivitas budaya
digunakan untuk kesesuaian etika dengan budaya local di mana perusahaan beroperasi.
5.      Analisis personal (personal analysis). Dan analisis personal focus pada kesesuaian
dengan moral dan kepercyaan personal stakeholder.

Tantangan perkembangan lingkungan dan respon yang cepat dari masyarakat akan
peran serta perusahaan terhadap kehidupan social,mengharuskan perusahaan cepat aktif
dalam aktifitas tanggung jawab social. Hawken dan McDonough (1993) dalam Koratko and
Hodgetts (2007)memberikan langkah awal secara praktis dan strategis guna kepekaan
terhadap tanggung jawab social. Enam langkah menuju bisnis yang baik (seven step to doing
good bussines):

9
1.      Melakukan efesiensi dengan pemotongan biaya yang tidak perlu (eliminate the concept
of waste).
2.      Memperbaiki system pertanggung jawaban (restore accountability).
3.      Produk yang dihasilkan mereflesikan biaya yang dikeluarkan (make prices reflect cost).

G. Jenis-Jenis Tangggung Jawab Sosial

Bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Dari mana asalnya bahwa bisnis memiliki
tanggung jawab sosial? Di sini tidak akan dibahas soal asal muasal tanggung jawab sosial,
tetapi langsung kepada anggapan bahwa bisnis memiliki tanggung jawab sosial. Oleh karena
itu, tanggung jawab sosial harus senantiasa diperhatikan dalam berbisnis. Artinya, berbisnis
bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata, tetapi juga memiliki nilai mulia
didalamnya.
Ada salah satu perusahaan rokok terkenal di Indonesia yang memiliki program
tanggung jawab sosialnya dengan tema beasiswa. Seperti yang sudah diketahui, bahwa rokok
memang terbukti dapat mengganggu kesehatan. Namun, adanya program tanggung jawab
sosial berupa beasiswa dapat membuktikan bahwa kegiatan usaha tidak semata-mata hanya
untuk mencari keuntungan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Dengan demikian, anggapan rokok mengganggu kesehatan bisa diredam dengan
adanya program tanggung jawab sosial. Ada dua jenis tanggung jawab sosial dalam bisnis,
yaitu tanggung jawab sosial kewirausahaan (Social Responsible Entrepreneurship) dan
keterlibatan sosial dalam kewirausahaan (Social Involved Entrepreneurship). Dua jenis
tanggung jawab sosial ini dikemukakan oleh KPMG Ethics & Integrity Consulting sebuah
lembaga di negara Belanda.

A. Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan

Tanggung jawab sosial yang pertama ini (Social Responsible Entrepreneurship / SRE)
merupakan aksi atau tindakan minimal terkait dengan kewajiban sosial sebuah perusahaan.
Aksi tersebut dapat direpresentasikan dalam bentuk program yang memiliki tujuan tersendiri.
SRE tidak memiliki keterlibatan lebih jauh lagi selain memenuhi tanggung jawab sosialnya.

Setelah tanggung jawab sosial dipenuhi, bisnis dijalankan seperti semula. Misalnya, ada
program penanaman 100 pohon di bukit Asri atau pembersihan lingkungan Jatibaru, itu
semua sebatas program saja, setelah menanam 100 pohon atau membersihkan lingkungan
10
maka sudah sampai di situ saja tanggung jawabnya. Jadi, SRE memang menghasilkan
perbedaan yang jelas antara principle dan commerce.

B. Keterlibatan Sosial dalam Kewirausahaan

Keterlibatan bisnis dalam dimensi sosial (Social Involved Entrepreneurship /SIE)


memiliki keterikatan dan kesamaan tujuan dengan masyarakat. Keterlibatan dapat
ditunjukkan dengan kerjasama yang aktif dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat.
Perbedaannya dengan SRE adalah bahwa SIE memiliki dasar keterlibatan yang dalam. SIE
memiliki tinjauan umum bahwa bisnis bukan semata-mata hanya tanggung jawab sosial,
tetapi lebih dalam dari itu, salah satunya yaitu persamaan rasa ingin membangun masyarakat
lebih baik lagi.

Perbedaan SRE dan SIE dapat diilustrasikan bahwa SRE hanya memberikan apa yang
dibutuhkan misalnya uang, bantuan makanan, memenuhi kebutuhan sandang, dan
pembangunan gapura pada suatu desa. Sedangkan SIE tidak hanya memberikan apa yang
dibutuhkan, tetapi juga memberikan rasa peduli, dukungan penuh, dan perhatian jangka
panjang. Jadi, SIE benar-benar terlibat dan memiliki tujuan dan keinginan untuk membangun
masyarakat seperti penjagaan lingkungan agar tetap bersih, menghapuskan diskriminasi, dan
lain-lain. Dengan ini maka SIE berlawanan dengan SRE, bahwa SIE menjalankan commerce-
nya bersinergi dengan principle.

H.Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Seperti yang sudah disinggung, sebuah perusahaan dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan usahanya harus memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial. Adapun bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan seperti:

Tanggung jawab sosial kepada konsumen

Tanggung jawab sosial perusahaan kepada konsumen tidak hanya seputar masalah
penyediaan produk atau jasa saja tetapi juga harus memperhatikan aspek-aspek lain. Merujuk
pendekatan utilitarian, maka perusahaan harus menghasilkan produk atau jasa yang memiliki
banyak manfaat kepada masyarakat.

Tanggung jawab sosial kepada karyawan

11
Perusahaan wajib memberikan rasa aman dan nyaman kepada karyawannya, memperlakukan
karyawan dengan adil. Selain itu, perusahaan juga memberikan kesempatan dan fasilitas
untuk pengembangan diri karyawan.

Tanggung jawab sosial kepada kreditor

Misalnya pada saat perusahaan harus menyelesaikan kewajiban atau utangnya namun ia
sedang memiliki masalah keuangan maka perusahaan wajib memberitahukan kepada kreditor.

Tanggung jawab kepada pemegang saham

Perusahaan juga bertanggung jawab kepada pemegang saham. Sehingga dalam operasional
nya, perusahaan juga harus memastikan keputusan yang diambil juga untuk kepentingan
pemegang saham.

Tanggung jawab sosial kepada lingkungan

Tanggung jawab ini berkaitan dengan lingkungan, misal dengan tidak membuang limbah
sembarangan, mencegah polusi disekitar tempat usaha, mencegah penggunaan bahan
berbahaya. Jadi perusahaan diharapkan ramah terhadap lingkungan.

Tanggung jawab sosial kepada komunitas

Tanggung jawab sosial ini dapat dilakukan dengan cara memberikan corporate social
responsibility atau CSR. Memberikan bantuan seperti sarana prasarana untuk pendidikan,
kesehatan, infrastuktur, wadah usaha atau hal lain yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Manfaat Etika Bisnis & Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menjalankan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja akan memberikan
manfaat yang banyak bagi perusahaan,  seperti:

 Memberikan citra positif dan nilai lebih bagi perusahaan,


 Mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik internal
maupun eksternal perusahaan,
 Meningkatkan motivasi untuk semua pihak yang terlibat, dan lain sebagainya.
 Mendapat cakupan peliputan yang luas terutama pada konsumen perusahaan.

12
I.Ciri – ciri bisnis modern

a. Spesialisasi
Dalam pemasaran, spesialisasi hanya menjual barang – barang tertentu seperti : toko
elektronik khusus alat rumah tangga, toko sepatu, boutique, dan lain – lain.
b. Interdependence
Karena bisnis sudah bergerak dalam bidang tertentu, maka satu perusahaan tergantung
kegiatannya pada perusahaan lain.
c. Produksi Masal
Barang dihasilkan dalam jumlah yang besar dan terus menerus dalam berbagai ukuran
sehingga mudah dipilih oleh konsumen.

13
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaan atau berusaha.
Tanggung jawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan sebagai integral guna
kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko
(1990) secara lebih spesifiks memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik
bisnis yang baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan,

B.  Saran

Semoga makalah ini dapat membantu seseorang dalam mengawali kegiatan berbisnis
yang sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial, sehingga bisnisnya dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Berperilakulah jujur dalam segala hal guna menunjang
kesuksesan kita dalam berbisnis.

14
DAFTAR PUSTKA

 https://www.jurnal.id/id/blog/etika-bisnis-dan-tanggung-jawab-sosial-perusahaan/
 https://isansiabil.wordpress.com/2012/10/11/hal-hal-yang-perlu-diperhatikan-dalam-
etika-bisnis/
 https://www.academia.edu/35064236/MAKALAH_ETIKA_BISNIS_DAN_TANGG
UNG_JAWAB_SOSIAL
 Budiarta,Kustoro,2011.Pengantar Bisnis.Unimed,Medan

15

Anda mungkin juga menyukai