Anda di halaman 1dari 18

ETIKA EKONOMI

“KONSEP ETIKA, MORALITAS dan TANGGUNG

JAWAB SOSIAL”

Di susun oleh kelompok satu (1):

1. Darma Gunawan Sianturi 7183240026


2. Dewi Rahma Damayanti 7192540011
3. Dimas Chrescenzio Tarigan 7183240025
4. Vindi Arnanda 7181240005

Dosen Pengampu : Dr. Bona Raja, M.Si.

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Etika Ekonomi ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
kepada Bapak Dr. Bona Raja M.Si yang telah memberikan tugas Makalah Etika Ekonomi ini
kepada kami.

Kami sangat berharap Makalah Etika Ekonomi ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
Makalah Etika Ekonomi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan Makalah Etika Ekonomi yang telah kami buat
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga Makalah Etika Ekonomi sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri
maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan Makalah Etika Ekonomi ini di waktu yang akan datang.

Medan, September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Etika Bisnis...........................................................................................................6
2.2 Pentingnya Etika Bisnis dalam Berbisnis............................................................................10
2.3 Konsep Dasar Moralitas........................................................................................................10
2.4 Hubungan Antara Etika, Moral, dan Norma......................................................................12
2.5 Etika Sebagai Filsafat Moral.................................................................................................12
2.6 Definisi Umum Norma...........................................................................................................13
2.7 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR).........................................................................14
2.8 Macam-Macam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.........................................................15
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbincangan soal etika bisnis semakin mengemuka, mengingat arus globalisasi
semakin deras terasa. Globalisasi memberikan tatanan ekonomi baru. Para pelaku bisnis
dituntut melakukan bisnis secara fair. Segala bentuk perilaku bisnis yang dianggap “kotor”
seperti pemborosan, manupulasi, monopoli, dumping, menekan upah buruh, pencemaran
lingkungan, nepotisme, dan kolusi yang tidak sesuai dengan etika bisnis yang berlaku.

Motivasi utaa setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah
meningkatkan keuntungan. Namun bisnis yang dijalankan dengan melanggar prinsip-prinsip
moral dan nilai-nilai etika cendrung tidak produktif dan menimbulkan inefisiensi. Manajemen
yang tidak memperhatikan dan tidak menerapkan nilai-nilai moral, hanya berorientasi pada
laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan mempu survive dalam jangka panjang. Dengan
meningkatnya peran swasta semakin luas berinteraksi dan bertanggung jawab sosial dengan
masyarakat dan pihak lain.

Pada saat banyak perusahaan semakin berkembang, maka pada saat itu pula
kesenjangan social dan kesadaran untuk mengurangi dampak negative. Banyak perusahaan
swasta banyak mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR).
Banyak peneliti yang menemukan terdapat hubungan positif antara tanggung jawab sosial
perusahaan atau (Corporate Social Responsibility) dengan kinerja keuangan, walaupun
dampaknya dalam jangka panjang. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost
melainkan investasi perusahaan.

Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap


kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas dari pada hanya sekedar kepentingan
perusahaan saja. Tanggung jawab dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk
pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stake holder,
termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau
investor, pemerintah, supplier, bahkan juga competitor. Pengembangan program-program
sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat
(community development), outreach, beasiswa dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah

Untuk menguraikan permasalahan yang diangkat di dalam makalah ini, penulis


mengacukan diri pada sejumlah pertanyaan, sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai etika dalam berbisnis?


2. Bagaimana hubungan interaktif dalam tanggung jawab sosial dan etika bisnis?
3. Bagaimana tanggung jawab sosial dan etika dalam berbisnis?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan tentang nilai-nilai etika dalam berbisnis.


2. Menjelaskan hubungan interaktif dalam tangggung jawab sosial dan etika bisnis.
3. Menjelaskan tanggung jawab sosial dan etika dalam berbisnis.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika Bisnis

Untuk memahami arti dari etika itu sendiri, apakah “etika“ maka perlu
membandingkannya dengan moralitas. Baik etika dau moralitas sering dipakai secara
bersamaan serta dapat dipertukarkan dengan pengertian yang sering disamakan dengan begitu
saja. Sehubungan dengan hal tersebur, secara teoritis dapat membedakan dua pengertian etika
yaitu berasal dari bahasa Yunani “Ethos" berarti adat istiadat atau kebiasaan. Hingga dalam
pengertian ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Hal ini berarti etika berkaitan dengan
nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasan yang dianut
dan diwariskan dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lainnya.

Menurut Sunoto (1982) etika dapat dibagi menjadi etika deskritif dan etika normatif.
Etika deskritif hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak
memberikan penilaian, tidak mengajarkan bagaimana seharusnya berbuat. Contohnya sejarah
etika. Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian yang baik dan yang buruk, yang
harus dikerjakan dan yang tidak.

Dengan demikian suatu etika membutuhkan evaluasi yang sangat cermat atas semua
seluruh situasi yang saling terkait. Hal ini dibutuhkan semua informasi yang scbanyak-
banyaknya dan selengkap-lengkapnya baik yang berkaitan dengan nilai dan norma moral,
maupun informasi secara empiris tentang situasi yang belum terjadi atau telah terjadi untuk
memungkinkan sescorang bisa mengambil suatu keputusan yang tepat, baik tentang tindakan
yang akan dilakukan maupun tentang tindakan yang telah dilakukan oleh pihak tertentu.
Dalam hal ini, terdapat beberapa pertimbangan mengenai motif, tujuan, akibat pihak terkait,
dampaknya, besarnya risiko bila dibandingkan manfaat, keadaan psikis pelaku, tendakan
intelegensi, dan sebagainya.

Dalam bahasa Kant, etika adalah suatu usaha menggugah kesadaran manusia untuk
bertindak secara otonom dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia
untuk bertindak secara bebas tetapi dapar dipertanggungjawabkan. Kebebasan dan tanggung
jawab adalah unsur yang mendasar dari otonomi moral yang merupakan salah saru prinsip
utama moralitas, termasuk etika bisnis sebagaimana akan dibahas.
Etika Bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan bisnis
yang dilakukan oleh para pelaku - pelaku bisnis di mana pun berada. Masalah etika dan
ketaatan pada hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang harus dimiliki oleh
pelaku bisnis dan akan menentukan tindakan apa dan perilaku bagaimana yang akan
dilakukan dalam bisnisnya. Hal ini juga merupakan tanggung jawab kita bersama bukan
saja hanya merupakan tanggung jawab pelaku bisnis tersebut, sehingga diharapkan akan
terwujud situasi dan kondisi bisnis yang sehat dan bermartabat yang pada akhirnya dapat
juga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Selanjutnya dari pada beberapa uraian sebelumnya, secara sederhana yang dimaksud
dengan “etika bisnis" adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengar andividu, perusahaan, industri, dan juga masyarakat. Hal
dimaksud mencakup bagaimana seseorang pelaku bisnis menjalankan bisnis secara adil.
sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun
perusahaan di masyarakat. Sementara Etika Bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh
hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar minimal
ketentuan hukum karena dalam kegiatan bisnis sering kali kita remukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukam.

Menutut pendapat dari Von der Embse dan RA Wagley dalam artukcinya di Advance
Managemen Jeuumnal (1988), memberikan tiga pendekatan alasar dalam merumuskan
tingkah laku etika bisnis, yaior

1. Pendekatan Manfaat (Utilitarian Approach): seriap tindakan harus didasarkan pada


konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikat
cara cara yang dapat memberi manfaat sebesar-hesarnya kepada tiasyarahat dengan
cara yang tidak membahayakan: dan dengan biaya serendah rendahnya.
2. Pendekatan Hak Azazi Manusia (Individual Rights Approach): setiap orang dalam
tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang liatus dihormati. Namua sindakan
ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan
terjadi benturan dengan hak orang lain.
3. Pendekatan Hukum (Justice Approach): para pembuat keputusan mempunyai
kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Di dalam perusahaan “Etika Bisnis” memiliki peranan yang sangat relatif penting,
yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi
serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang
kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur
yang transparan didukung oleh budaya perusahaan (corporate culture) yang andal serta
“Etika Perusahaan" yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Pada prinsipnya suatu implementasi dari etika bisnis akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, disebabkan sebagai
berikut.

a) mampu mengurangi biaya akibat dioegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik


intern perusahaan rnaupun dengan eksternal.
b) mampu meningkatkan motivasi pekerja.
c) melindungi prinsip kebebasan berdagang/berbisnis
d) mampu meningkatkan keunggulan bersaing.

Jika terdapat tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan. larangan beredar, larangan beroperasi. dan
lain sebagainya.

Hal ini akan dapar menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sementara
perusahaan yang menjunjung tinggi nilai nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk
perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila
perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualias adalah aset yang paling berharga
bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin hatus
mempertahankan karyawannya. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam
kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
kedalam manajemen korporasi yaksi dengan cara:

- menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conducr)


- memperkuat sistem pengawasan
- menyelenggarakan pelatihan (eraining) untuk karyawan secara terus-menerus.
Dalam upaya menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu dicermati, antara
lain adalah:

- Pengendalian diri (self control) adalah bagaimana perusahaan dapat mengendalikan


dirinya dalam menghadapai persaiangan bisnis yang semakin ketat saat ini, Misalnya:
perusahaan tidak melakukan tindakan melanggar hukum, norma, dan aturan yang
berlaku dalam memenangkan persaingannya.
- Pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan (social respensibiliry), hal ini di
samping persahaan mencari profit, tetapi memiliki tanggung jawab sosial yang harus
diberikan kepada masyarakat dan lingkungannya, agar eksistensinya dapat
memberikan manfaat yang baik bagi sernua stake holder perusahaan.
- Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi.
- Menciptakan persaingan yang sehat.
- Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”.
- Menghindari sifar KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme) yang merusak taranan
moral

Dalam implemantasi pelaku bisnis di dalam menjalankan usahanya maka terbentur


permasalahan dalam mewujudkan etika bisnis itu sendiri. Adapun permasalahan yang
dihadapi para pelaku bisnis yang berkaitan dengan Etika Bisnis pada dasarnya ada 3 (tiga)
jenis masalah yaitu:

1. Sistematik adalah masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-


pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem
sosial lainnya di mana bisnis beroperasi.
2. Korporasi adalah permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah
pertanyaan- pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini
mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik, dan struktur
organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.
3. Individu yaitu permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang
muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan
tentang moralitas keputusan, tindakan, dan karakter individual dalam melakukan
aktivitasnya di perusahaan.
2.2 Pentingnya Etika Bisnis dalam Berbisnis

Etika berbeda dengan hukum, aturan ataupun regulasi, di mana hukum dan regulasi
jelas aturan main dan sanksinya atau dengan perkataan lain hukum atau regulasi adalah etika
yang sudah diformalkan. Etika tidak memiliki sanksi yang jelas, selain barangkali sanksi
moral, atau sanksi dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi, jika bersandar kepada definisi hukum,
maka melanggar etika belum tentu berarti melanggar hukum dan peraturan yang ada. Jika
melanggar hukum, sanksinya jelas berupa pidana atau perdata, sedangkan melanggar etika
sanksinya tidak jelas, atau hanya sanksi moral semata. Pada kenyataannya, sering etika tidak
begitu diperhatikan.

Tujuan utama dalam berbisnis adalah mendapatkan keuntungan secara finansial.


Namun, bukan berarti sebuah perusahaan boleh menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuannya tersebut. Nah, untuk itulah dibutuhkan etika dalam berbisnis. enurut ahli
manajemen Charles W. L. Hill dan Gareth R Jones, etika bisnis adalah sebuah ajaran untuk
membedakan benar dan salah, yang digunakan perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis
dan strategis yang melibatkan masalah moral.

Tujuan akhir dari etika bisnis tentu melibatkan keberlangsungan perusahaan. Dalam
jangka pendek, perusahaan dengan etika yang baik akan mendapatkan nilai dan pandangan
positif sehingga lebih dianggap tepercaya. Selain itu, berbisnis dengan menggunakan etika
akan menciptakan hubungan yang baik antara perusahaan dan karyawan, perusahaan dan
konsumen, serta perusahaan dengan perusahaan lain. Hal ini memberikan kredibilitas yang
baik bagi perusahaan. Jika etika diterapkan secara internal di seluruh lapisan perusahaan,
karyawan dan pimpinan akan memiliki relasi yang baik, lalu suasana bekerja akan semakin
kondusif dan suportif. Ini menjauhkan perusahaan dari praktik curang di dalam
lingkungannya sendiri.

2.3 Konsep Dasar Moralitas

Dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang
berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral
adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Dari segi istilah, moral adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Moral dan etika sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral dan moralitas dipakai untuk perbuatanyang sedang dinilai. Adapun etika
dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.

Frans Magnis Suseno (1987) membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran moral
adalah ajaran, wejangan, khutbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral
adalah berbagai orang dalam kedudukan yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para
pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan para bijak. Etika bukan sumber tambahan bagi
ajaran moral tetapi filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan pandangan
moral. Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak
berada ditingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika
melaikan ajaran moral. Etika mau mengerti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.

2.4 Hubungan Antara Etika, Moral, dan Norma

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai baik buruk adalah sikap manusia
yaitu yang meyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan-gerakan, kata-kata dan sebagainya.
Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada
ditingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan
ajaran moral. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang
praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.

Sedangkan norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau
sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu
perbuatan. Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan manusia akan manjadi
brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin tingkah
laku manusia bersifat senonoh.

2.5 Etika Sebagai Filsafat Moral

Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Etika sebagai filsafat moral tidak langsung memberi
perintah konkret sebagai pedoman ataupun tolak ukur yang dapat siap pakai. Etika dapat
dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai:

a. Nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai
manusia;
b. Masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma moral
yang umum diterima.

2.6 Definisi Umum Norma

Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus Oxford
norm berarti usual ar expecterd uuny of behaving yaitu norma umum yang berisi bagaimana
cara berperilaku.

Norma adalah dasar dari perilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan
dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain uncuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang. Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah
kelompok masyarakat, yang pada keselanjutannya disebut nornia sosial karena menjaga
hubungan dalam bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan karena
dari awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah interaksi antara manusia pada kelompok
tertentu yang nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma, sehingga kira akan
menemukan definisi dari budaya itu seperti ini: budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi.

Adapula yang mengartikan norma sebagai nilai karena norma merupakan konkretasi
dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai. Oleh karena itu pada setiap norma pasti
terkandung nilai di dalamnya, nilai sekaligus menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai
tidak mungkin terwujud norma. Sebaliknya, tanpa dibuatkan norma maka nilai yang hendak
dijalankan itu mustahil terwujud. Jika berbicara norma, norma dibagi menjadi dua, yaitu:
norma yang datang dari Tuhan dan norma yang dibuat oleh manusia. Norma yang pertama di
sebut norma agama sedang yang kedua di sebut norma sosial, meskipun pada dasarnya
keduanya dalam orientasi yang sama, yakni mengatur kehidupan manusia agar menjadi
manusia yang berbudaya dan beradab.
Unsur pokok menurut Berry adalah tekanan sosial terhadap anggota-anggota
masyarakat untuk menjalankan norma-norma tersebut. Latar belakang pemikirannya adalah
apabila aturan- aturan yang tidak dikuatkan oleh aturan-aturan sosial, ia tidak bisa dianggap
sebagai norma sosial, sebab norma di sebut sebagai norma sosial bukan saja karena telah
mendaparkan sifat kemasyarakatannya, akan tetapi telah dijadikan patokan hidup dalam
perilaku.

Pengertian umum dari pada "Norma Umum” adalah sebuah aturan yang bersifat
umum atau universal. Pada norma umum meliputi: norma sopan santun, norma hukum, dan
norma moral.

1. Norma Sepan Santun disebut juga norma etiket adalah norma yang mengatur pola
perilakau dan sikap lahiriah manusia. Misalnya menyangkut sikap dan perilaku seperti
saat kita bertamu, makan dan minum, cara duduk dan berpakaian, serta yang lainnya.
Norma ini lebih menyangkut tara cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari.
2. Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarkat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma ini mencerminkan harapan,
keinginan, dan keyakinan seluruh anggota masyarakat tersebut dan kesejahteraan
bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur secara baik.
3. Norma Moral yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Norma ini menyangkut aturan tentang baik-buruknya, adil tidaknya tindakan, dan
perilaku manusia sejauh dilihat sebagai manusia. Norma moral dipakai sebagai
indikator oleh masyarakat untuk menentukan baik-buruknya tindakan manusia kepada
pihak lain dengan fungsi dan jabatannya dimasyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa moralitas bukan hanya sekedar sesuatu yang sentimental
saja, soal suka atau tidak suka (like or dislike), dan sebagainya. Walaupun mempunyai kaitan
dengan perasaan moral, tidak lantas berarti moralitas menjadi hal yang sentimental. Moralitas
punya rasionalitas sendiri, paling tidak bahwa semua orang rasional punya reaksi yang
umumnya sama atas kasus atau perisitiwa sadis, brutal, dan tidak berperi kemanusiaan
tertentu yang sama dan berlaku umum terlepas dari kaitan personal maupun emosional
dengan pelaku atau korban tertentu.
2.7 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

Tanggung jawab sosial merupakan wujud kepedulian suatu entitas pada masyarakat
dan lingkungan sekitarnya di mana ia berada. Istilah lingkungan sekitar ini meliputi
konsumen, supplier, karyawan, kreditor, lingkungan, komunitas, masyarakat dan sebagainya.
Sehingga tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari etika bisnis. Penggunaan
istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-
akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya praktek tanggung jawab sosial
perusahaan, dan diskusi-diskusi global, regional dan nasional tentang CSR. Istilah CSR yang
mulai dikenal sejak tahun 1970-an, saat ini menjadi salah satu bentuk inovasi bagi hubungan
perusahaan dengan masyarakat dan konsumen. CSR adalah tentang nilai dan standar yang
berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat. CSR diartikan
sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal dan etis yang berkonstribusi pada
peningkatan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat
luas dalam kerangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. CSR berakar dari etika dan
prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan dimasyarakat. Etika yang dianut merupakan
bagian dari budaya (corporate culture); dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian
dari budaya masyarakat. Prisnsip-prinsip atau azas yang berlaku di masyarakat juga termasuk
berbagai peraturan dan regulasi pemerintah sebagai bagian dari sistem ketatanegaraan.
Menurut Jones (2001) seseorang atau lembaga dapat dinilai membuat keputusan atau
bertindak etis bila:

1. Keputusan atau tindakan dilakukan berdasarkan nilai atau standar yang diterima dan
berlaku pada lingkungan organisasi yang bersangkutan.
2. Bersedia mengkomunikasikan keputusan tersebut kepada seluruh pihak yang terkait.
3. Yakin orang lain akan setuju dengan keputusan tersebut atau keputusan tersebut
mungkin diterima dengan alasan etis.

Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin,


tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak menggunakan sumberdaya manusia dan
lingkungan guna turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pengukuran kinerja yang
semata dicermati dari komponen keuangan dan keuntungan (finance) tidak akan mampu
membesarkan dan melestarikan, karena seringkali berhadapan dengan konflik pekerja,
konflik dengan masyarakat sekitar dan semakin jauh dari prinsip pengelolaan lingkungan
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
2.8 Macam-Macam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Zimmerer ada beberapa pertanggung jawaban perusahaan, yaitu:

1. Tanggung jawab terhadap lingkungan.

Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan, melestarikan,


dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari lingkungan.

2. Tanggung jawab terhadap karyawan.

Menurut zimmerer Tanggung jawab terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:

a) Menghormati dan mendengarkan pendapat karyawan


b) Meminta input kepada karyawan
c) Memberi kepercayaan kepada karyawan
d) Memberi imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan biak
e) Selalu menekankan kepercayaan kepada karyawan

3. Tanggung jawab terhadap pelanggan.

Tanggung jawab terhadap pelanggan ada dua kategori yaitu menyediakan barang dan jasa
yang berkualitas dan memberikan harga barang dan jasa yang adil dan wajar. Tanggung
jawab sosial perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Menurut Zimmereer
hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi lima, yaitu:

 Hak keamanan. Barang dan jasa yang di hasilkan oleh perusahaan harus berkualitas
dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasanya.
 Hak untuk mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang di
beli termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
 Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah harus di bentuk, yaitu untuk menyalurkan
keluan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi
barang dan jasa dari perusahaan.
 Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan. Misalnya, Pendidikan
tentang bagaimana menggunakan dan memelihara produk.
 Hak untuk Memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah hak untuk memilih
barang dan jasa yang mereka perlukan.
4. Tanggung Jawab terhadap investor
Tanggung Jawab terhadap investor adalah menyediakan pengembalian (return)
investasi yang menarik di antaranya dengan memeksimumkan laba. Selain itu,
perusahaan juga bertanggung jawab untuk melaporkan kinerja keuanganya kepada
investor seakurat dan setepat mungkin.

5. Tanggung jawab terhadap Masyarakat.


Perusahaan harus ber Tanggung jawab terhadap Masyarakat sekitarnya, misalnya
menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta kontribusi terhadap
mayararakat sekitarnya.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia
dalam hubungannya dengan baik buruk. Etika bisnis adalah suatu kode etik atau cara perilaku
pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman
perilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaan atau berusaha. Secara sederhana yang
dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat. Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis adalah:

1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab sosial mendapatkan rasa hormat
dari stakeholder.
2. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu
berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin
kompleks.
3. Suatu perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan
dengan reputasi.
4. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab sosial dapat
menambah uang dalam bisnis mereka.

Selain etika, yang tidak kalah penting adalah tanggung jawab perusahaan, yaitu kepada
lingkungan, karyawan, pelanggan, investor dan masyarakat sekitarnya. Perusahaan dengan
etika, moral dan tanggung jawab social yang baik akan mendapatkan nilai dan pandangan
positif sehingga lebih dianggap terpercaya dan memberikan kredibilitas yang baik bagi
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Arissetyanto. (2015). ETIKA BISNIS (Pemahaman Teori secara Komprehensif dan

Implementasinya. IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai