Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PANCASILA

“PERANAN PENTING PANCASILA DAN KEARIFAN LOKAL”

Dosen Pembimbing:

Iskandar Yusuf,S.Ag,MA

Disusun Oleh:

Rifqi Hasan Asyadhili

Dilla Anggraini

Rahma Riska Sabila

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

BALIKPAPAN

2021
KATA PENGANTAR

َ‫ﻣ ْﻦ َﻳ ْﻬ ِﺪ ِﻩ ﷲُ َﻓﻼ‬ َ ،‫ﺕ ﺃ َ ْﻋ َﻤﺎ ِﻟﻨَﺎ‬ ُ ‫ِﺇ ﱠﻥ ْﺍﻟ َﺤ ْﻤﺪَ ِ ﱠ ِ َﻧ ْﺤ َﻤﺪُﻩُ َﻭ َﻧ ْﺴﺘَ ِﻌ ْﻴﻨُﻪُ َﻭ َﻧ ْﺴﺘَ ْﻐﻔ ُِﺮ ْﻩ َﻭ َﻧ ْﺴﺘ َ ْﻬ ِﺪ ْﻳ ِﻪ َﻭ َﻧﻌُﻮﺫُ ِﺑﺎ ِﻣِ ْﻦ‬
َ ‫ﺷ ُﺮ ْﻭ ِﺭ ﺃ َ ْﻧﻔُ ِﺴﻨَﺎ َﻭﻣِ ْﻦ‬
ِ ‫ﺳ ِّﻴﺌ َﺎ‬
ِ ‫ﺳ ِّﻠ ْﻢ َﻭ َﺑ‬
‫ﺎﺭ ْﻙ‬ َ ‫ﺻ ِّﻞ َﻭ‬َ ‫ﺍ َ ﱠﻟﻠ ُﻬ ﱠﻢ‬. ُ‫ﻋ ْﺒﺪُﻩُ َﻭ َﺭﺳ ُْﻮﻟُﻪ‬
َ ‫ﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًﺍ‬ ُ ‫ﺃ َ ْﺷ َﻬﺪُ ﺃَ ْﻥ ﻻَ ِﺇ َﻟ َﻪ ِﺇﻻﱠ ﷲ َﻭﺃ َ ْﺷ َﻬﺪُ ﺃ َ ﱠﻥ‬. ُ‫ِﻱ َﻟﻪ‬ َ ‫ﻀﻠ ِْﻞ َﻓﻼَ ﻫَﺎﺩ‬ ْ ُ‫ﻣ ْﻦ ﻳ‬ َ ‫ﻀ ﱠﻞ َﻟﻪُ َﻭ‬ ِ ‫ﻣ‬ُ
َ ‫ﻣ ِﻦ ﺍ ْﻫﺘَﺪَﻯ ِﺑ ُﻬﺪَﺍﻩُ ﺇِ َﻟﻰ َﻳ ْﻮ ِﻡ ْﺍﻟ ِﻘ َﻴﺎ‬
‫ﻣ ِﺔ‬ َ ‫ﻋ َﻠﻰ ﺁ ِﻟ ِﻪ َﻭ‬
َ ‫ﺻ ْﺤ ِﺒ ِﻪ َﻭ‬ ُ ‫ﻋ َﻠﻰ‬
َ ‫ﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻭ‬ َ .

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PERANAN PENTING PANCASILA DAN KEARIFAN LOKAL”.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pancasila.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan,
demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang
sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Balikpapan, Oktober 2021

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kearifan Lokal 3
B. Pengertian Hubungan Kearifan Lokal dan Pancasila 7
C. Budaya Jimpitan dengan nilai-nilai Pancasila 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta "panca" berarti lima dan "sila" berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang terdriri atas lima ideologi dasar.
Peran Pancasila dalam keberagaman bangsa adalah mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.
Pancasila sebagai dasar negara memberikan pedoman bagi masyarakat yang
beragam untuk berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila merupakan pandangan hidup yang jelas bagi masyarakat tidak peduli apapun
agama, ras, budaya, maupun status sosialnya.
Pancasila dengan nilai-nilai luhurnya merupakan pedoman dasar hidup dalam
berperilaku terutama pada jaman modern ini saat ilmu pengetahuan berkembang pesat.
Pancasila memberikan rambu-rambu pada masyarakat dalam berperilaku serta
mengambil keputusan disaat budaya luar negeri masuk ke Indonesia.
Walau suku, agama, ras, bahasa, dan budaya kita berbeda, kita tetaplah
masyarakat Indonesia yang dipersatukan oleh Pancasila. Visi dan misi kita sama yaitu
membangun dan mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Dengan adanya pedoman dan rambu-rambu tersebut, masyarakat Indonesia dapat
menyikapi kemajuan jaman dengan baik dan mempertahankan kesatuan serta persatuan
bangsa.
Adanya Pancasila membuat kita dapat mengambil pengaruh baik dari globalisasi
dan menghindari pengaruh buruknya. Sehingga Indonesia siap menghadapi kemajuan
jaman tanpa adanya perpecahbelahan masyarakat.
Pancasila mempersatukan keberagaman di Indonesia dengan memberikan
pandangan hidup, nilai-nilai luhur, pedoman hidup, norma, hukum, aturan dalam
berperilaku yang sama.

1
Sehingga keberagaman tersebut bukanlah perbedaan yang membatasi kita,
melainkan hal yang saling melengkapi dalam persatuan, kesatuan, dan kemajuan Bangsa
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tersebut, Adapun yang menjadi fokus permasalahan
yang akan dibahas dalam makalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Kearifan Lokal?
2. Apakah hubungan Kearifan Lokal dan Pancasila?
3. Apakah budaya jimpitan cocok dengan nilai-nilai pancasila

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Kearifan Lokal
2. Untuk mengetahui hubungan Kearifan Lokal dan Pancasila
3. Untuk mengetahui kecocokan budaya jimpitan dengan nilai-nilai Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kearifan Lokal

Strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat


Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Maka keberagaman yang multikultural(keragaman) dan pluralistic(demokrasi)
yang menampung berbagai perbedaan budaya, etnis, agama, dan ideologi. Karena itu,
prinsip bernegara yang kita kenal adalah bhineka tunggal ika, ‘berbeda-beda namun
satu’. Sejalan dengan perkembangan zaman, banyak hal mengalami perubahan,
termasuk nilai-nilai sosialkultural, persepsi politis ideologis, dan sebagainya. Di sisi
lain, warisan kultural dari nenek moyang berupa nilai dan akar tradisi, termasuk
kearifan lokal, mengalami pelunturan dan penggerusan. Bagaimana posisi kearifan
lokal di tengah perubahan yang berlangsung secara eksternal dan internal.
Mengacu pada kondisi Indonesia saat ini, dapat dikatakan ada dua faktor yang
memengaruhi perubahan nilai sosialkultural, yakni faktor eksternal dan internal yang
(mungkin) bergerak secara simultan. Faktor eksternal, antara lain, dipengaruhi oleh
globalisasi, deideologisasi politik di tingkat global, perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi, neokapitalisme dan neoliberalisme yang makin memacu gaya hidup
pragmatis, konsumtif, dan individual. Faktor internal dipengaruhi melunturnya nilai-
nilai tradisi dan nilai- nilai lokal (termasuk di dalamnya kearifan lokal) yang mungkin
juga terjadi karena faktor eksternal. Karena diasumsikan telah terjadi pelunturan nilai-
nilai tradisi, upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk merevitalisasi kearifan lokal di
tengah globalisasi dan perubahan nilai sosialkultural sehingga kearifan lokal tetap
menjadi identitas bangsa sekaligus memberikan kontribusi dalam membangun Indonesia
yang multikultural dan pluralistik sekaligus madani. Revitalisasi kearifan lokal juga
diharapkan mampu merespons dan memberikan solusi atas tantangan dan problematika
Indonesia kini, seperti bagaimana mengatasi korupsi, kemiskinan, dan perusakan
ekosistem alam.
Kemudian bagaimana sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian
Keuangan bersikap? Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan
budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang

3
mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup. Itulah cara kita bersikap secara
kearifan lokal sebagai upaya penguatan identitas keindonesiaan (Revitalisasi Kearifan
Lokal). Hal ini dapat dipahami karena nilai-nilai Pancasila sesungguhnya adalah
kristalisasi dari kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat berbagai daerah.1

Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengelola kebudayaan yang
berasal dari luar atau bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri.
Kearifan lokal juga merupakan ciri khas etika dan nilai budaya dalam masyarakat
lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi di indonesia. Kesadaran akan kearifan
lokal mulai tumbuh subur pasca jatuhnya rezim presiden Soeharto pada tahun 1998.
Lebih lanjut kearifan lokal juga didefinisikan sebagai kemampuan
beradaptasi,menata, menumbuhkan pengaruh alam serta budaya lain yang menjadi
motor pengerak transformasi dan penciptaan keanekaragaman budaya indonesia yang
luar biasa
Ini juga bisa menjadi suatu bentuk pengetahuan,kepercayaan,pemahaman atau
presepsi beserta kebiasaan atau etika adat yang menjadi pedoman perilaku manusia.
Nilai-nilai yang mengakar dalam suatu budaya jelas bukan objek material yang
konkret,tetapi cenderung menjadi semacam pedoman bagi perilaku manusia. Dalam
pengertian itu, untuk mempelajarinya kita harus memperhatikan bagaimana manusia
bertindak dalam konteks lokal. Dalam keadaan normal, perilaku orang terungkap dalam
batas batas norma, etiket, dan hukum yang terkait dengan wilayah tertentu
Struktur dan nilai sosial serta tata krama, norma dan hukum setempat akan
berubah sesuai dengan kebutuhan situasi sosial. Tantangan dalam suatu budaya dapat
terjadi. Tanggapan dan tantangan adalah cara normal untuk melihat bagaimana
perubahan terjadi dalam budaya.
Hal ini menandakan sedang berlangsungnya autopoesis yang menandakan bahwa
suatu sistem sosial dalam suatu budaya mengatur dirinya sendiri, suatu tanda bahwa
suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang hidup. Dalam menghadapi

1
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palu/baca-artikel/13057/Memaknai-Kembali-Kearifan-Lokal-
Dalam-Kehidupan-Sehari-hari.html

4
perubahan inilah kearifan lokal memainkan peran dan fungsinya. Berikut paparan
mengenai fungsi, karakteristik, dan ciri ciri dari kearifan lokal
Fungsi kearifan lokal :
• Untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam
• Untuk pengembangan sumber daya manusia
• Untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
• Sebagai petuah,kepercayaan,sastra dan pantangan
• Bermakna sosial , misalnyan upacara integrasi komunal atau kekerabatan
dan pada upacara pertanian
• Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan
selametan roh
• Bermakna politik atau hubungan kekuasaan patro-client
Karakteristik kearifan lokal :
• Harus menggabungkan pengetahuan kebajikan yang mengajarkan orang
tentang etika dan nilai-nilai moral
• Kearifan lokal harus mengajarkan orang untuk mencintai alam, bukan
untuk menghancurkannya
• Kearifan lokal harus berasal dari anggota komunitas yang lebih tua
• Kearifan lokal dapat berbentuk nilai,norma,etika,kepercayaan,adat-
istiadat,hukum,adat,aturan-aturan khusus

Ciri ciri kearifan lokal :


• Mampu bertahan ditengah gempuran budaya luar yang semakin masif
• Memiliki kemampuan menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
unsur-unsur dari budaya luar
• Mempunyai kemampuan penggabungan atau pembaruan terhadap unsur
budaya luar kedalam budaya asli
• Mempunyai kemampuab mengendalikan, memberi arah pada
perkembangan budaya.2

2
https://tirto.id/pengertian-kearifan-lokal-fungsi-karakteristik-dan-ciri-cirinya-f9mi

5
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan, serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Secara etimologi,
kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal
(local). Sebutan lain untuk kearifan lokal di antaranya adalah kebijakan setempat (local
wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local
genious). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kearifan berarti kebijaksanaan,
kecendekiaan sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam berinteraksi. Kata "lokal", yang
berarti "tempat" atau "pada suatu tempat", terdapat hidup sesuatu yang mungkin
berbeda dengan tempat lain, atau terdapat di suatu tempat yang bernilai yang mungkin
berlaku setempat atau mungkin juga berlaku universal.

Definisi Menurut Para Ahli


1. F.X. Rahyono Rahyono dalam Kearifan Budaya dalam Kata (2009)
mendefinisikan kearifan lokal sebagai kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok
etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal
disini adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu
dialami oleh masyarakat yang lain.
2. Yudie Apriyanto Menurut Yudie Apriyanto, kearifan lokal adalah berbagai nilai
yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi
pedoman hidup mereka, pedoman ini bisa tergolong dalam jenis kaidah sosial, baik
secara tertulis ataupun tidak tertulis. Akan tetapi yang pasti setiap masyarakat akan
mencoba mentaatinya.
3. Robert Sibrani Pengertian kearifan lokal antropologlinguistik Robert Sibarani
adalah suatu bentuk pengetahuan asli dalam masyarakat yang berasal dari nilai luhur
budaya masyarakat setempat, untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat atau
dikatakan bahwa kearifan lokal. 4. Tjahjono dan kawan-kawan Pengertian kearifan lokal
menurut P.E. Tjahjojo dkk. dalam penelitiannya berjudul Pola Pelestarian
Keanekaragaman Hayati Berdasarkan Kearifan Lokal Masyarakat Sekitar Kawasan
TNKS di Propinsi Bengkulu (2000) adalah suatu sistem nilai dan norma yang disusun,
dianut, dipahami dan diaplikasikan masyarakat lokal berdasarkan pemahaman dan
pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan.

6
5. Sonny Keraf Pengertian kearifan lokal menurut Keraf adalah mencapuk semua
bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, wawasan, serta adat kebiasaan atau etika
yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupannya didalam komunitas ekologis.
Dari pengertian kearifan lokal menurut para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan setempat. Jadi, kearifan lokal dapat
dipahami sebagai gagasan dan pengetahuan setempat yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik dan berbudi luhur, yang dimilki, dipedoman dan dilaksanakan
oleh seluruh anggota masyarakat.3

B. Hubungan Kearifan Lokal dan Pancasila


Indonesia mempunyai sejarah sebagai bangsa yang disegani dan dikagumi oleh
bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai luhur rakyatnya dan kearifan lokal
masyarakatnya mampu menyatukan keanekaragaman budaya, tradisi, dan adat-istiadat
dalam ikatan kebersamaan yang saling menghormati dan menghargai.
Tak heran jika ada dua kerajaan besar yang pernah memiliki wilayah seluruh Asia
Tenggara, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Lantas, apakah modal demografi bangsa
Indonesia tersebut?
Nilai asli Indonesia terbukti mampu mengakomodir semua kepentingan kelompok
menjadi perpaduan yang serasi dan harmonis. Nilai-nilai kearifan lokal yang dapat
membawa Indonesia ke puncak kejayaan, di antaranya semangat gotong royong, tolong-
menolong, kemajemukan, dan budi pekerti.
Semangat gotong royong merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia yang ada
sejak nenek moyang kita. Sebagai contoh, apabila di suatu masyarakat di daerah
pegunungan terjadi kerawan tanah longsor atau banjir, maka seluruh warga akan bekerja
bersama-sama membuat terasering untuk menanggulangi bencana tersebut tanpa
berharap upah atau imbalan.
Semangat tolong-menolong dimunculkan ketika salah satu warga yang memiliki
hajat. Seluruh warga tanpa dikomandoi akan menyumbangkan tenaga dan material guna
menyelesaikan hajat orang tersebut.
Jiwa kemajemukan sangat terlihat dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika
dihadapkan pada pekerjaan bersama, tak seorang pun warga akan memandang latar

3
https://tirto.id/pengertian-kearifan-lokal-menurut-para-ahli-dan-fungsinya-gjsF

7
belakang, suku, agama, ras atau golongan. Mereka meleburkan diri untuk memelihara
keharmonisan umum.
Sedangkan budi pekerti merupakan ajaran hidup yang diturunkan oleh nenek
moyang bangsa Indonesia agar selalu menghormati dan menghargai orang lain, serta
memperlakukan orang lain seperti diri sendiri. Pelajaran budi pekerti yang dulu
diajarkan sekolah telah hilang. Jika dulu kenaikan kelas mensyaratkan nilai pelajaran
pendididkan moral Pancasila di atas angka 7, saat ini tidak demikian.
Nilai-nilai kearifan lokal merupakan sifat asli bangsa kita, namun telah diracuni
dan dikaburkan oleh kekuatan asing. Budaya kebersamaan luntur oleh budaya pragmatis
transaksional. Kerja bakti lingkungan yang dimaksudkan sebagai media komunikasi
antar warga dan menimbulkan rasa ikut memiliki fasum/fasos, dianggap sebagai
kegiatan formalitas yang dapat ditinggalkan dengan cara membayar sejumlah uang.
Ruang publik sebagai tempat berkumpulnya warga tidak dijadikan prioritas dalam
program pembangunan. Saling sapa antar warga menjadi hal yang aneh, bahkan antar
tetangga pun tidak kenal satu dengan lainnya. Semangat kebersamaan luntur menjadi
sikap individualistis dan apatis.
Beberapa tahun yang lalu, Hossein Askari dan Scheherazade Rehman membuat
penelitian tentang negara yang paling Islami di dunia. Hasil penelitian mereka sangat
mengejutkan dan menimbulkan banyak kontroversi karena urutan teratas negara paling
Islami bukanlah berasal dari negara Islam atau negara dengan penduduk mayoritas
beragama Islam. Peringkat pertama diraih oleh Irlandia, diikuti Denmark dan
Luxemburg. Sedangkan Indonesia menempati urutan 104.
Lantas, apa saja kriteria negara Islami menurut penelitian tersebut? Menurut
Askari, kriteria negara Islami ialah negara yang menjalankan nilai-nilai universal Islam,
antara lain penegakan hukum yang kuat, persamaan hak dan kewajiban setiap warga
negara serta persamaan kedudukan di muka hukum.
Selain itu, kriteria lainnya adalah penghargaan terhadap perbedaan dan minoritas
tingkat kejujuran dan kepercayaan antar warga masyarakat, kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan, mengedepankan dialog dan rekonsiliasi, serta adanya pemerataan
kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Penegakan hukum yang kuat dapat dilihat dari tidak adanya praktik-praktik
korupsi dan pungutan liar dalam kegiatan perekonomian, kepercayaan diri dan rasa

8
aman yang tinggi pada setiap individu di luar rumah, dan tingkat kepercayaan yang
tinggi terhadap pemerintah.
Persamaan hak dan kewajiban setiap warga negara serta persamaan kedudukan di
muka hukum terlihat dari adanya kebebasan untuk berekspresi dan berwira usaha untuk
mendapatkan kehidupan yang layak. Masyarakat pun memiliki ketaatan yang tinggi
dalam membayar pajak dan pemanfaatan fasilitas umum yang dibangun oleh
pemerintah.
Penghargaan terhadap perbedaan dan minoritas terlihat dari tingginya jumlah
wisatawan luar negeri dan volume perdagangan dengan negara lain. Masyarakat sangat
terbuka terhadap pendatang sepanjang mereka tidak melakukan hal-hal yang melanggar
hukum dan norma sosial bermasyarakat.
Tingkat kejujuran dan kepercayaan antar warga masyarakat ditunjukkan dengan
rendahnya angka kriminalitas. Pencurian dan kehilangan barang pribadi sangat jarang
terjadi. Bahkan orang tidak takut untuk meletakkan barang pribadinya di tempat umum.
Dr. Otto Scharmer, seorang dosen di Massachusetts Institute of Technology (MIT)
Amerika Serikat dan pendiri Presencing Institute, mengatakan bahwa demokrasi baru
yang lebih berdaya tahan dan tangguh adalah demokrasi yang mengedepankan 4 hal,
yaitu dialogis, partisipasi langsung masyarakat, turun ke bawah, dan digital.
Keputusan yang diambil dalam sistem demokrasi ini berasal dari kesepakatan
seluruh perwakilan masyarakat, dan bukan berasal dari satu kelompok. Di masa yang
akan datang, lanjut Scharmer, dunia, negara, provinsi, kabupaten/kota, komunitas, dan
lembaga akan bersama-sama membentuk global forum dalam semangat dan komitmen
memilih tanpa harus menghakimi, menentukan tanpa harus menyalahkan.
Juga, semangat memutuskan tanpa harus merendahkan, menonjolkan tanpa harus
meniadakan, unity in diversity (Bhinneka Tunggal Ika), dan semangat gotong royong
karena semangat inilah yang dibutuhkan masyarakat dunia untuk menuju peradaban
yang kuat dan madani penuh kehangatan dan kebersamaan.
Demikian pula sila-sila dalam dasar negara Pancasila yang merupakan pedoman
ampuh yang tak lekang oleh waktu dan zaman. Jika kita semua meyakini bahwa
Pancasila merupakan nilai luhur bangsa yang mampu mengantar kita menuju kemajuan
bangsa dan nasional, maka secara konsisten kita harus mengamalkan seluruh sila
Pancasila.

9
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan pedoman dalam cara kita
beragama. Semua orang boleh tinggal di Indonesia dan mendapat perlindungan hukum
sepanjang ia memeluk agama.
Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, merupakan pedoman dalam
berinteraksi dengan sesama manusia, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia.
Semua warga melekat hak dan kewajiban pada dirinya sehingga harus memperlakukan
secara adil dan beradab pada orang lain.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, merupakan pedoman cara kita bernegara.
Kekuatan kita dalam bernegara adalah persatuan bangsa, yakni semua orang yang
tinggal di Indonesia harus berpikir untuk kepentingan negara bukan mengedepankan
kepentingan individu dan kelompok.
Sedangkan sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, merupakan pedoman dalam berdemokrasi serta
menyelesaikan konflik dan perselisihan. Walaupun dialog dan bermusyawarah
memerlukan waktu yang panjang dan melelahkan, namun penyelesaian masalah melalui
cara ini harus kita yakini sebagai jalan terbaik.4

C. Budaya Jimpitan dengan nilai-nilai pancasila


Berbicara mengenai Indonesia, tidak akan terlepas dari keanekaragaman budaya,
suku yang tersebar di seluruh penjuru daerah. Masing-masing daerah membawa cerita
dan keanekaragaman budayanya sendiri. Salah satunya adalah kearifan lokal atau tradisi
Jimpitan yang berasal dari daerah Jawa. Jimpitan sudah dilangsungkan dari generasi ke
generasi.
Jimpitan adalah tradisi iuran sukarela dalam masyarakat Jawa berupa uang atau
beras yang dikumpulkan melalui petugas yang ditunjuk warga. Iuran jimpitan biasanya
diletakkan dalam wadah kecil di depan rumah yang nantinya akan diambil oleh petugas
yang berkeliling. Pemungutan jimpitan ini umumnya pada malam hari bersamaan
dengan kegiatan ronda. Jimpitan berasal dari kata bahasa Jawa jimpit yang artinya
mengambil dengan ujung-ujung jari.5

4
https://www.qureta.com/post/kearifan-lokal-dan-pancasila
5
https://id.wikipedia.org/wiki/Jimpitan

10
Jimpitan sendiri dapat kita temui di berbagai daerah Jawa terutama daerah Jawa
Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Kata jimpitan sendiri sebenarnya diambil dari
kata jumputan yang dapat diartikan sebagai kegiatan pengambilan barang yang kecil
dengan ibu jari dan ujung jari telunjuk.

Tata Cara Melaksanakan Tradisi Jimpitan

Pada mulanya, jimpitan diidentikan dengan pengumpulan beras dari satu ke rumah
ke rumah lainnya. Seiring waktu berjalan, budaya ini berubah di mana masyarakat
mengumpulkan uang untuk menggantikan peran beras dalam tradisi ini.

Uang dikumpulkan dengan menggunakan gelas atau kaleng yang diletakkan di


gerbang rumah masing-masing warga dengan nominal seikhlasnya. Nantinya, warga
yang bertugas pada hari itu untuk melakukan ronda malam, akan mengumpulkan uang
tersebut yang kemudian dapat digunakan sebagai sumber pendanaan kegiatan kampung
secara mandiri. Selain itu, jimpitan juga digunakan untuk biaya pembangunan dan
perawatan daerah.
Pelaksanaan jimpitan sendiri dilakukan secara berkelanjutan. Di mana penentuan
petugas yang akan mengumpulkan uang ditentukan dari hasil demokrasi. Orang yang
mendapat tanggung jawab tersebut harus dapat melaporkan uang jimpitan yang ia
kumpulkan kepada warga setempat.
Skema pelaporan itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa tahapan seperti dari
awal pelaksanaan jimpitan, yang dilakukan secara rutin baik itu per minggu, bulan dan
hingga akhirnya dibuat laporan akhir.
Hasil yang didapatkan dari pengumpulan tersebut sebelum digunakan harus
dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan sesama warga sebelum digunakan. Misalnya
dapat digunakan untuk perayaan acara peringatan HUT RI, juga bisa digunakan sebagai
simpan pinjam oleh warga.

Manfaat Jimpitan menurut Para Ahli dan Peneliti.


Terdapat berbagai manfaat dari kearifan lokal jimpitan ini. Salah satunya
disebutkan oleh Prapto Yuwono, seorang ahli kebudayaan Jawa, di mana menurut

11
beliau, tradisi ini dapat mendorong solidaritas warga dalam menghadapi kesulitan dalam
hal perekonomian.
Berikutnya, Achmad Charris Zubair yang adalah dosen Fakultas jurusan Filsafat
dari Universitas Gadjah Mada. Ia menuturkan bahwa budaya ini mendorong gotong
royong yang memang merupakan landasan nilai yang bertumbuh di masyarakat, yang
diimplementasikan dalam kearifan lokal ini.

Selain itu, berdasarkan pemaparan penelitian yang dilakukan oleh Henni Catur
Ariati dengan rekannya, ditemukan pula bahwa dari pelaksanaan jimpitan ini jadi
semakin menumbuhkan partisipasi dan kemandirian warga, di mana budaya jimpitan ini
juga dapat menjadi kontributor besar akan swadaya masyarakat terkait penanganan isu
publik karena nilai-nilai tersebut ditumbuhkan dengan pelaksanaan proses tradisi
jimpitan.
Nilai Pancasila yang terkandung dalam Kearifan Lokal Jimpitan
Dari pelaksanaan budaya jimpitan, dapat juga terlihat adanya perwujudan dari
nilai-nilai Pancasila. Dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, terimplementasi
dengan dilakukannya prosesi doa pada saat ingin memilih petugas yang berwenang
untuk memulai dan mengakhiri pertemuan jimpitan, agar diberikan kelancaran oleh
Tuhan. Selain itu mengingat dalam pelaksanaan jimpitan ini, masyarakat tidak
membedakan agama dan kepercayaan antara satu dengan lainnya, namun justru
masyarakat saling bersikap rukun dan harmonis terlepas dari adanya perbedaan yang
ada.
Implementasi dari sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, dapat dilihat
dari keadilan pada saat pemilihan petugas. Pemilihan ditentukan secara adil oleh
masyarakat, juga hasil dari jimpitan dibagikan secara adil. Semua juga harus
berkontribusi tanpa memandang status, latar belakang satu individu dengan yang
lainnya. Selain itu perwujudan sila kedua juga tercermin dengan diwujudkannya nilai
toleransi. Sebab walaupun adanya perbedaan antar masyarakat, semua masyarakat
toleransi dan tidak membedakan. Namun, mereka justru bekerjasama dalam
mensukseskan jimpitan ini dan juga jika ada warga yang tidak bisa mengumpulkan,
masyarakat lainnya toleransi untuk menunggu pada hari lainnya. Ini jelas mewujudkan
nilai budaya kemanusiaan yang adil dan beradab yang dalam hal ini juga bertoleransi.

12
Pengaplikasian sila ketiga, Persatuan Indonesia, bisa kita lihat dengan adanya
partisipasi aktif dari masyarakat yang bekerjasama dan bersatu untuk sama-sama
menyukseskan kegiatan jimpitan ini, baik dengan menjadi petugas, memberikan donasi
uang, dan lainnya.
Sila keempat Pancasila, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, teraplikasikan ketika masyarakat secara
bermusyawarah menentukan petugas kegiatan jimpitan dengan menghargai hak satu
orang dengan yang lainnya, dan masyarakat juga menghargai pendapat berbicara
terutama dalam mencari solusi atas penyelesaian masalah yang timbul pada saat
menyelenggarakan jimpitan.
Terkait sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, diwujudkan
dengan pembagian hak dan kewajiban secara adil kepada seluruh masyarakat tanpa
terkecuali. Hak pada jimpitan ditemui pada saat setiap masyarakat secara adil diberikan
kesempatan untuk memilih pimpinan jimpitan, sedangkan kewajibannya untuk secara
adil ikut serta dalam kearifan lokal jimpitan.

Nilai Umum yang Tumbuh di Masyarakat dalam Budaya Jimpitan


Tidak hanya nilai Pancasila saja yang teraplikasi dalam jimpitan, namun banyak
nilai lain yang bertumbuh di masyarakat, yang diaplikasikan melalui pelaksanaan
jimpitan ini. Termasuk di dalamnya nilai ikhlas. Hal itu terlihat ketika masyarakat harus
secara ikhlas membagikan sedikit dari apa yang mereka miliki untuk berkontribusi
dalam acara jimpitan.
Tidak hanya itu, individu yang bertugas untuk menjadi pemimpin dan
mengumpulkan hasil jimpitan harus mengikhlaskan waktunya yang tidak diberi gaji
untuk mengambil satu persatu hasil jimpitan tersebut.
Nilai kejujuran dan tanggung jawab juga diuji dalam pelaksanaan jimpitan ini.
Sebab petugas harus secara jujur dan bertanggung jawab untuk tidak menggunakan hasil
pengumpulan uang jimpitan di luar dari yang telah diputuskan warga. Petugas atau
pemimpin juga bertanggung jawab membuat laporan secara rutin sebagai bentuk
pertanggungjawaban yang kemudian dilaporkan kepada warga.
Terakhir, nilai gotong royong teraplikasi ketika semua masyarakat saling
bergotong royong untuk mencari solusi ketika permasalahan muncul dalam pelaksanaan

13
jimpitan, juga apabila dana yang dikumpulkan tidak cukup untuk menyelenggarakan
kegiatan. Masyarakat nantinya bekerja sama untuk mencari dana dalam menyukseskan
kegiatan yang ingin diselenggarakan.
Dengan demikian, dapat terlihat banyaknya keunggulan dari pelaksanaan kearifan
lokal jimpitan yang harus terus diselenggarakan, mengingat teknologi yang terus
berkembang dan berpotensi membuat masyarakat lupa akan tradisi ini.
Sebab kegiatan pengumpulan uang semacam ini kini dimudahkan dengan adanya
digitalisasi, walaupun hasil yang didapat tentunya berbeda dari melakukan jimpitan
secara langsung. Oleh sebab itu, budaya dan tradisi ini harus terus dilestarikan dari satu
generasi ke generasi lainnya agar nilai-nilai yang bertumbuh di masyarakat akan terus
teraplikasikan.6

6
https://yoursay.suara.com/kolom/2021/07/06/074854/jimpitan-kearifan-lokal-pendorong-solidaritas-
masyarakat-indonesia

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pancasila sebagai landasan ideologi dan pandangan hidup warga negara, sejatinya
banyak memberikan inspirasi bagi para pengambil kebijakan terhadap proses dalam
menentukan pembangunan di Indonesia. Namun acapkali saripati dari Pancasila itu
sendiri tidak membumi, karena internalisasi nilai Pancasila itu di kalangan para
pengambil kebijakan maupun masyarakat masih lemah. Akibatnya pembangunan di
daerah lebih bertitik tolak pada pertumbuhan ekonomi belaka tanpa adanya dan
pemberdayaan masyarakat.
2. Kearifan Lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam
mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai
bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke
generasi.Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita,
legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan hokum setempat.
Kearifan Lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya kebersamaan.
3. Berbicara mengenai Indonesia, tidak akan terlepas dari keanekaragaman budaya,
suku yang tersebar di seluruh penjuru daerah. Masing-masing daerah membawa cerita
dan keanekaragaman budayanya sendiri. Salah satunya adalah kearifan lokal atau tradisi
Jimpitan yang berasal dari daerah Jawa. Jimpitan sudah dilangsungkan dari generasi ke
generasi

B. Saran
Dari kesimpulan yang ada bahwa masih banyak kekurangan" yang harus di sadari
oleh masyarakat yang sadar bahwa kearifan lokal itu sangat berperan penting terhadap
Pancasila khususnya dalam hal beragama.
Setiap manusia harus memiliki agama dan harus bisa saling menghargai terhadap
masing-masing kepercayaan yang mereka yakini. Yang kedua kemanusiaan yang adil
dan beradab ,kita tau bahwa masih banyak orang yang tidak peduli akan peri
kemanusiaan atau acuh tak acuh terhadap apa yang mereka liat.

15
Bhineka tunggal Ika yaitu berbeda-beda suku tetapi tetap satu jua yang terdapat di
sila ketiga yg berbunyi persatuan Indonesia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang artinya masih banyak
pemimpin-pemimpin yang haus akan kekuasaan yang memikirkan kepentingan pribadi
nya dibandingkan kepentingan rakyatnya yang mana seharusnya pemimpin itu
menjadikan rakyat sebagai pondasi sebuah bangunan jika tidak ada rakyat maka tidak
akan ada yang nama nya pemimpin. Yang kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, yang mana masih sedikit orang yg merasakan kesejahteraan itu karena
pada dasarnya yang sejahtera lebih ke para pemimpin dan pejabat lain nya tidak dengan
Rakyatnya
Maka dari itu marilah kita tingkatkan kesadaran diri dalam hati kita, kita terus
doakan para pemimpin kita dan tidak lupa selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya

16
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.wikipedia.org/wiki/Jimpitan
 https://tirto.id/pengertian-kearifan-lokal-fungsi-karakteristik-dan-ciri-
cirinya-f9mi
 https://tirto.id/pengertian-kearifan-lokal-menurut-para-ahli-dan-fungsinya-
gjsF
 https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palu/baca-
artikel/13057/Memaknai-Kembali-Kearifan-Lokal-Dalam-Kehidupan-
Sehari-hari.html
 https://www.qureta.com/post/kearifan-lokal-dan-pancasila
 https://yoursay.suara.com/kolom/2021/07/06/074854/jimpitan-kearifan-
lokal-pendorong-solidaritas-masyarakat-indonesia

17
LAMPIRAN-LAMPIRAN

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai