FILSAFAT BAHASA
Karya: Abdul Chaer
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa
kesempatan dan pengetahuan sehingga laporan ini bisa selesai pada waktunya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Noveri Amal Jaya Harefa,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Bahasa, yang telah memberikan bimbingan serta
masukan dalam proses pembuatan laporan bacaan buku. Rasa terimakasih juga penulis mengucapkan
kepada rekan-rekan yang telah ikut membantu, sehingga laporan bacaan ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap semoga laporan bacaan ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa laporan bacaan ini masih banyak kekurangan atau
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
laporan bacaan ini kedepan dan bermanfaat bagi kita semua.
Ester Telaumbanua
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 3
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 12
B. Saran.................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Book Report sangatlah penting, karena bukan hanya sekedar laporan atau tulisan tentang
isi sebuah buku atau artikel, tetapi juga mengevaluasi dan menganalisis mengenai keunggulan dan
kelemahan buku serta apa yang menarik dari buku tersebut, bagaimana isi buku tersebut yang bisa
mempengaruhi cara berpikir dan menambah pemahaman terhadap suatu kajian tersebut dan lebih
kritis menanggapinya. Dengan kata lain dengan Critical Book Report akan menguji pikiran penulis
berdasarkan sudut pandang, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Filsafat bahasa sangat penting bagi pengembangan ilmu bahasa karena filsafat bahasa itu adalah
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat bahasa, sebab, akal dan hukum
bahasa. Oleh karena itu buku Filsafat Bahasa Karya Abdul Chaer ini merupakan salah satu buku yang
membahasnya. Maka untuk mengujinya saya sebagai mahasiswa menulis laporan critical book
sebagai hasil membaca dan menganalisa buku tersebut. Laporan ini diharapkan menjadi sumber
pengetahuan yang didalamnya berisi keunggulan dan kelemahan buku.
Laporan ini bukan hanyalah laporan yang bertujuan untuk mengetahui isi buku, tetapi lebih
menitikberatkan pada penjelasan dan analisis kita mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa
yang menarik dari buku tersebut dan bagaimana isi buku tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir
kita dan menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tertentu.
B. Tujuan
1. Penyelesaian tugas critical book report yang diberikan dosen mata kuliah Filsafat Bahasa.
2. Mendapat pengetahuan tentang buku yang dikritik.
3. Menganalisis isi buku yang dikritik.
4. Menganalisis kelemahan dan kelebihan buku.
C. Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas Critical Book Review Mata Filsafat Bahasa.
2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap buku yang dikritik
3. Mengetahui isi buku yang dikritik.
4. Mengetahui bahwa ada kekurangan dan kelebihan dari buku yang dikritik.
D. Identitas Buku
1. Buku Utama
Edisi : Kedua
ISBN : 978-979-217-518-1
2. Buku Pembanding
Edisi : Pertama
Bab 1
Di bab pendahuluan ini membahas hakikat filsafat. Pertama-tama menjelaskan tentang sejarah
awal mula filsafat. Dijelaskan bahwa filsafat bermula pada abad ke- 6 SM di pesisir pantai
Mediterania. Defenisi filsafat dikemukakan oleh beberapa ahli atau filsuf, kesimpulannya yaitu
filsafat adalah adanya kegiatan yang berupa mencari kebijaksanaan atau kebenaran mengenai segala
yang ada. Dengan defenisi tersebut maka objek kajian filsafat adalah segala sesuatu yang ada disekitar
manusia.
Penulis juga memaparkan adanya hubungan dan perbedaan antara filsafat, ilmu dan agama serta
bagaimana cara seorang filsuf harus berpikir. Bidang atau cabang filsafat tergantung pada objek yang
menjadi pemiikiran filsafat itu. Sejauh ini yang menjadi perhatian para filsuf ada enam persoalan
yaitu; persoalan tentang ada, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan. Tiap persoalan tersebut
melahirkan cabang filsafat termasuk filsafat bahasa. Lingkup pembicaraan filsafat bahasa adalah;
pertama, membahas filsafat analitik bahas, baik mengenai perkembangannya maupun konsep dari
para tokohnya. Kedua, membahas teori makna. Ketiga, membahas penggunaan dan fungsi bahasa
dalam hubungannya dengan tindakan manusia. Keempat, membahas tentang hakikat bahasa sebagai
objek material filsafat.
Bab 2
Bab ini membahas tentang bahasa sebagai alat interaksi. Karena bahasa merupakan sesuatu yang
“ada” (being), maka bahasa juga menjadi salah satu objek kajian filsafat dan juga alat berfilsafat.
Menurut Chaer, bahasa adalah sebuah system lambang yang menghubungkan dunia makna dengan
dunia bunyi serta terkait dengan dunia pragmatic. Dilihat dari defenisinya, dapat ditarik beberapa hal
yang merupakan ciri dari bahasa tersebut yaitu:
1. Bahasa adalah sebuah system
2. Bahasa adalah lambang bunyi
3. Bahasa itu arbriter dan konvensional
4. Bahasa itu dinamis
5. Bahasa itu produktif
6. Bahasa itu bervariasi
7. Bahasa itu manusiawi
Seperti yang dikatakan di awal bab ini, menjadi alat komunikasi adalah fungsi utama dari bahasa.
Fungsi utama bahasa kalau dijabarkan adalah bahasa sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu,
sebagai alat penutur, alat mengajukan perintah, permohonan, harapan permintaan; alat untuk
menyampaikan rasa. Dalam subbab selanjutnya, akan dibicarakan kelebihan bahasa dari alat
komunikasi lain yang dibuat manusia denagn membandingkannya dengan alat komunikasi hewan.
Sesungguhnya variasi/ragam bahasa itu banyak, tetapi dibuku ini secara singkat hanya akan
dibicararakan ragam bahasa sehari-hari, ragam bahasa baku dan bahasa yang ideal.
Bab 3
Dalam bab 3 ini akan dibicarakan keadaan dan eksistensi bahasa dalam sejarah perkembangan
filasafat. Pembicaraan dimulai dengan mengenalkan para filsuf, kelompok, golongan, atau aliran lalu
apa dan bagaimana perlakuan mereka terhadap bahasa. Pembicaraan dimulai dari zaman Yunani
sampai zaman filsafat modern.
Bahasa dalam sejarah filsafat di zaman Yunani dimulai dari masa pra-Sokrates, Sokrates, Plato,
Aristoteles, dan kaum Stoik. Pada zaman Romawi, pemikiran mereka terhadap bahasa sangat
dipengaruhi oleh filsuf Yunani. Pemikiran tentang bahasa di Romawi ditokohi oleh filsuf bernama
Crates. Selain itu, di zaman Romawi ada pula tokoh lain yaitu Varro dan Priscia. Di abad pertengahan
ciri utama zaman tersebut adalah zaman keemasan filsafat kristiani terutama kaum Patristik dan kaum
Skolastik, sehingga wacana filosofi juga akrab dengan teologi. Selanjutnya, perkembangan filsafat
pada abad modern ditandai dengan banyak kemunculan pemikir pengembang ilmu pengetahuan.
Salah satunya Rene Descartes yang disebut “bapak filsafat modern”
Bab 4
Dalam bab ini, penulis membahas tentang filsafat atomisme logis dan positivisme logis. Dua
aliran ini merupakan jenis aliran dari filsafat analitika bahasa. Analitika bahasa adalah suatu metode
dalam filsafat untuk menjelaskan, menguraikan dan menguji kebenaran ungakapan bahasa. Pada
subbab kedua, penulis menjelaskan tentang perkembangan filsafat analitika bahasa dan juga pendapat
para pakar mengenai istilah dari filsafat analitika itu sendiri. Selanjutnya dikatakan bahwa atomisme
logis adalah satu paham dalam analitika bahasa yang berpendapat bahwa bahasa dapat dianalis atau
dipecah menjadi proposisi elementer atau atomic melalui teknik analisis logis atau analisis bahasa
sedangkan aliran positivism logis adalah aliran yang beranggapan bahwa segala pengetahuan
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual dan yang positif.
Bab 5
Pembahasan di bab 5 ini yaitu membahas jenis aliran filsafat analitik bahasa selain atomisme logis
dan positivisme logis sebelumnya yaitu filsafat bahasa biasa (ordinary language). Di bab sebelumnya,
dijelaskan bahwa atomisme logis dan positivism logis berupaya menciptakan bahasa logika yang
sesuai dengan struktur logika fakta empiris karena mereka menganggap bahasa filsafat penuh dengan
kelemahan dan kekaburan. Sedangkan filsafat bahasa biasa justru menganggap bahasa biasa dapat
digunakan untuk berfilsafat.
Dalam bab ini akan dibicarakan pendapat dan pandangan dari pakar atau filsuf dari aliran filsafat
bahasa biasa ini. Pertama-tama yaitu filsuf Wittgenstein dalam bukunya philosophical investigation.
Pernyataannya membuka cakrawala berfilsafat yaitu tidak berdasar pada bahasa yang memiliki
struktur logika yang ketat, tidak lagi atas dasar logika formal dan matematika melainkan berdasar atas
bahasa yang digunakan sehari-hari (ordinary language). Filsuf selanjutnya yaitu Peter Frederick
Strawson yang memberi perhatian pada matafisika dan paham ordinary language.
Filsuf analitika bahasa biasa yang dibicarakan terakhir adalah John Langshaw Austin. Bagi Austin
yang dimaksud dengan bahasa biasa adalah bahasa yang digunakan dalam pergaulan kehidupan
sehari-hari. Dua hal yang dibicarakan secara luas berkenaan dengan aliran ini adalah mengenai
perbedaan antara ujaran atau kalimat konstatif. Kedua, mengenai tindak tutur ( speech acts).
Bab 6
Bab 6 membahas bahasa dalam Hermeneutika. Dijelaskan bahwa Hermeneutika adalah ilmu atau
seni menafsir atau menginterpretasi yang berperan untuk menjelaskan seperti apa yang diinginkan
penulis teks. Jadi, hermeneutika mengharuskan adanya tiga komponen, yaitu teks, penafsir, dan
penyampaian kepada pendengar/pembaca. Objek material filsafat hermeneutika mendasarkan
filsafatnya pada bahasa biasa. Para filsufnya berupaya memahami realitas kehidupan manusia malalui
bahasa biasa dan melihat bahasa sebagai cara kita memahami kenyataan. Berkaitan dengan upaya
penelusuran kearah realitas makna kehidupan manusia melalui ungkapan bahasa itulah para filsuf
hermeneutika tampil dengan berbagai konsepnya. Mereka antara lain, Schleimacher, Dilthey,
Heidegger, Gadamer, Habermas, Ricoeur, dan Derrida.
Bab 7
Dalam bab ini, penulis membahas tentang bahasa dalam filsafat Postmodernisme. Sepertiyang
dijelaskan di bab pendahuluan, fase logosentris yaaitu fase pemikiran filsafat yang menjadikan bahasa
sebagai objek dan wacana filsafat. Hal ini berkembang setelah zaman modern sampai sekarang ini,
yang lazim disebut pasca modern atau postmodern. kajian berhaluan postmodernisme dalam bidang
filsafat pada galibnya merupakan kritik atau filsafat modern. Tokoh penting mengenai filsafat ini
yaitu Francois Lyotard (1924-1998).
Bab 8
Bab 8 ini membahas pengaruh filsafat bahasa terhadap linguistic. Munculnya linguistic modern
bersamaan dengan munculnya filsafat analitik bahasa yaitu pada awal abad ke -20 Masehi. Tokoh
dalam linguistic modern yaitu Ferdinand de Saussure (1957-1913). Dikatakan bahwa objek lingistik
modern adalah bahasa sebagai bahasa yang terlepas dari konteks kehidupan manusia. Munculnya
linguistik modern berkaitan dengan terbitnya buku Course de Linguistigue Generale (1916) karya
Ferdinand de Saussure (1957. 1913) yang dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern. Buku tersebut
disusun oleh Charlei Bally dan Albert Sechehay, bekas murid de Saussure berdasarkan catatan kuliah
selama de Saussure memberi kuliah di Universitas Jenewa tahun 1906-1911.
Filsafat Bahasa Biasa dan Pragmatik Pemikiran Wittgenstein periode II (lebih lanjut disebut
Wittgenstein I) yang termuat dalam bukunya Philosophical Investigation mengenai pengembangan
teori language game merupakan sumber teori bagi perkembangan filsafat berikutnya yang disebut
filsafat bahasa biasa.
Bab 9
Bab ini membahas tentang bahasa dan logika. Istilah logika pertama kali digunakan oleh Cicero
(abad pertama SM) dalam arti 'seni berdebat'. Namun, sebagai istilah dalam arti 'ilmu yang
menyelidiki tingkat kelurusan pemikiran manusia' digunakan oleh filsuf Alexander Aprhodisias (awal
abad ke-3 M). Maka pada prinsipnya logika menjadi asas yang menentukan pemikiran yang lurus,
tepat, dan sehat. Untuk dapat berpikir dengan benar, tepat, dan teratur, maka logika menyelidiki,
merumuskan, dan menerapkan kaidah-kaidah yang mengikat. Dengan menerapkan kaidah-kaidan
pemikiran yang lurus kita masuk ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan atau
kemampuan. Untuk dapat memahami masalah logika dengan baik, ada tiga hal yang harus dipahami
yaitu, pengertian, proposisi, dan penalaran.
Bab 10
Bab terakhir ini membahas tentang makna dan interpretasi. Makna berkenaan dengan pengertian
yang terdapat baik secar internal maupun eksternal, pada suatu tanda atau system syarat seperti dalam
satuan bahasa dan lain-lain. Sedangkan interpretasi adalah suatu kegiatan atau proses menafsirkan
suatu satuan bahasa terutama yang tersaji dalam bentuk tulisab atau teks, meskipun tidak tertutup
kemungkinan yang tersaji dalam bentuk lisan. Makna sebuah satuan dapat digali secara leksikal,
gramatikal atau konteks pragmatiknya. Sedangkan interpretasi terhadap satuan bahasa harus
melibatkan berbagai pengetahuan lain.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan, maka perlu menggunakan satu buku bandingan,
khususnya buku yang membahas tentang filsafat bahasa yaitu:
Sesuai dengan judulnya, keseluruhan isi buku ini benar-benar membahas tentang konsep filsafat
bahasa. Buku ini wajib dimiliki oleh pembelajar bahasa pada umumnya, dan mereka yang hendak
meneliti tentang aspek bahasa sebagai salah satu cabang ilmu filsafat. Sebab buku ini dapat dijadikan
acuan terutama yang berhubungan dengan konsep sintaksis.
Buku ini akan menerangkan tentang bagaimana hakikat bahasa menurut para filsuf yang
menjaidikan bahasa sebagai objek kajiaannya. Dijelaskan bahwa para filsuf mencari hakikat bahasa
berdasarkan pemikiran dan akal budi mereka. Buku ini disusun bedasarkan buku-buku filsafat dan
filsafat yang pernah ada. Seperti tercantum dalam daftar pustaka pembahasan dilakukan dengan
menampilkan filsuf-filsuf yang bersangkutan agar bisa disimak persamaan, perbedaan, perbandingan
pemikiran mereka tentang bahasa dan hakikat bahasa.
Bagi pembaca umum atau orang-orang yang bekerja di bidang kebahasaan, buku ini sangat
bermanfaat untuk memperdalam wawasan mengenai hakikat bahasa, sejarah, hakikat filsafat, aliran
filsafat bahasa menurut banyak tokoh, hubungan bahasa dengan linguistik dan lain sebagainya. Pada
tiap bab, pembaca juga akan menemukan penjelasan secara rinci mengenai contoh beserta analisisnya
serta bagaimana pandangan para tokoh, sehingga akan memudahkan pembaca dalam memahami
pembahasan yang dijabarkan.
Buku filsafat bahasa karya Abdul Chaer telah memberikan penjelasan yang sangat bermanfaat
bagi pembaca. Buku ini bisa dibutuhkan oleh umum ataupun orang ingin mempelajari dan dan
mengetahui tentang hakikat bahasa dan filsafat bahasa itu sendiri.
Setelah mereview buku ini, maka nampak bahwa buku ini juga memiliki kelebihan maupun
kekurangannya. Yang dapat saya nilai dari buku ini antara lain :
a. Cukup lengkap untuk dijadikan referensi buku mahasiswa khususnya pada mata kuliah filsafat
bahasa. Namun tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat umum.
b. Bagus untuk pemula karena pada buku ini pembahasan cukup rinci. Kemudian di awal bab
diperkenalkan terlebih dahulu menengenai filsafat baik dari pengertian maupun sejarahnya.
c. Pengertian suatu istilah dijelaskan secara terperinci sehingga memudahkan pembaca untuk
mengerti apa maksud dari istilah tersebut.
d. Materi-materi dari bab satu hingga bab sepuluh disajikan dengan perbandingan pendapat dari
beberapa ahli. Hal ini tentunya membuat pembaca memahami sebuah materi lebih dari satu sisi.
e. Terdapat beberapa ilustrasi maupun contoh yang dapat mempermudah pemahaman pembaca
terhadap suatu materi.
f. Sedikit kekurangannya yaitu pembahasan terlalu banyak sehingga pembaca kadang bosan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengkritik buku utama yang dibandingkan dengan buku pembanding (buku kedua),
masing-masing buku tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan dalam materi yang disajikan. Sesuai
dengan judulnya, keseluruhan isi buku ini benar-benar mengupas tentang konsep hakikat bahasa dan
filsafat bahasa. Buku ini wajib dimiliki oleh pembelajar bahasa pada umumnya, dan mereka yang
hendak meneliti tentang aspek kebahasaan pada khususnya. Sebab buku ini dapat dijadikan acuan atau
dasar pijakan
B. Saran
Buku ini memiliki nilai tersendiri seperti kita lihat dari penyajian dan penjelasan yang diberikan.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelemahan atau kekurangan yang tedapat
dalam buku ini, bukan berarti mengurangi substansi dari pesan yang ingin disampaikan penulis dalam
buku ini. Oleh karena itu, buku ini sangat cocok digunakan bagi mahasiswa maupun umum yang ingin
mempelajari dan memahami tentang hakikat filsafat bahasa.
Daftar pustaka
Tarigan, Henry Guntur. 2017. Filsafat Pembelajaran Bahasa (Perspektif Strukturalisme dan
Pragmatisme). Yogyakarta: Naila Pustaka