Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

SEKOLAH PASCA SARJANA PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN S3


MAKALAH KELOMPOK

“SOCRATES, PLATO, ARISTOTELES”


MATAKULIAH : FILSAFAT MANAJEMEN PENDIDIKAN
TANGGAL : 06 November 2021
DOSEN : Prof. Dr Eri Sarimanah, M.Pd
NAMA MAHASISWA : 1. Anindita Dyah Sekarpuri - 07321005
2. Peni Saptorini - 073121007

0
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis
kesehatan dalam proses penyusunan sehingga kami sebagai tim penulis dapat menyelesaikan
makalah ini, dalam penyusunan makalah ini penulis berharap dapat memberikan kontrubusi
positif untuk nusa dan bangsa. Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan pada Semester 1 Manajemen Pendidikan S3
Sekolah Pascasarjanan Universitas Pakuan Tahun Akademik 2021/2022. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penyusunan makalah ini
selesai sebagai berikut :

1. Ibunda kami Prof. Dr Eri Sarimanah, M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Filsafat
Manajemen Pendidikan dan juga motivator kami dalam perkuliahan di Universitas
Pakuan.
2. Rekan-Rekan mahasiswa S3 Manajemen Pendidikan MP21RW yang menjadi teman
diskusi dan telah memberi masukan yang berharga serta menjadi penyemangat dalam
menyusun makalah Filsafat ini.
3. Keluarga yang selalu memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan.

Tiada gading yang tak retak dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Tim Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karenanya kritik dan
saran yang membangun terkait makalah ini akan selalu diterima dengan lapang dada dan
ucapan terima kasih. Teriring salam dan doa terbaik untuk ibunda Prof Eri Sarimanah dan para
pembaca makalah ini.

Bogor, 8 November 2021


Tim Penulis

Anindita Dyah Sekarpuri & Peni Saptorini

Nama Lengkap & Gelar


NIP. ……………………

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 3
1.2 Permasalahan .................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4
1.4 Kegunaan .......................................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORITIS................................................................................................... 5
2.1 Socrates ........................................................................................................................................ 5
2.2 Plato .............................................................................................................................................. 6
2.3 Aristoteles ..................................................................................................................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 9
3.1 Metodologi ................................................................................................................................... 9
3.2 Hasil ............................................................................................................................................ 10
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 11
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 11
4.2 Rekomendasi............................................................................................................................. 11
REFERENSI ............................................................................................................................................. 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah pencarian akan jawaban atas sejumlah pertanyaan yang sudah semenjak
zaman Yunani dalam hal-hal pokok yang tetap sama saja. Pertanyaan-pertanyaan
mengenai apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita dapat mengetahuinya; hal-hal
apa yang ada dan bagaimana hubungannya satu sama lain. Selanjutnya
mempermasalahkan pendapat-pendapat yang telah diterima, mencari ukuran-ukuran dan
menguji nilainya; apakah asumsi-asumsi dari pemikiran ini dan selanjutnya memeriksa
apakah hal-hal itu berlaku. Hal ini menjadi basis mata kuliah Filsafat Manajemen
Pendidikan dalam memperkenalkan inti permasalahan dalam filsafat ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang manajemen pendidikan.

Topik yang dibahas di dalam Filsafat Manajemen Pendidikan adalah tentang hakikat
metode ilmiah, teori kebenaran, teori justifikasi, demarkasi sains dan pengetahuan,
rasionalitas perubahan teori, dan realisme ilmiah. Socrates, Plato dan Aristoteles adalah
tiga pemikir utama dalam filsafat ilmu pengetahuan yang relevan dengan manajemen
pendidikan. Topik khusus akan mencakup bagaimana para filosof dan ilmuwan
terkemuka pada zamannya menghasilkan pengetahuan melalui observasi, eksperimen, dan
simulasi; logika dan fallacy dalam objektivitas ilmiah; sifat komunitas ilmiah yang
mengoreksi diri; evolusi sejarah manajemen; hubungan antara pendidikan dan
perkembangan kemanusiaan; dan peran etika dalam komunitas ilmiah dan pendidikan.

Perkembangan pandangan Sokrates, Plato dan Aristoteles mampu menjelaskan mengapa


teori-teori ilmiah berubah dari waktu ke waktu sehingga dapat tergambar sketsa
perkembangan ilmu pengetahuan dari filsafat abad ke abad dan ilmu pengetahuan
bukanlah upaya yang terisolasi, tetapi terletak dalam konteks sosial dan budaya yang
lebih luas dan membawa pencerahan pengetahuan yang bijaksana.

1.2 Permasalahan
a. Siapakah sosok Sokrates dan apa peranan Sokrates dalam filsafat?
b. Siapakah Plato dan apa kontribusi Plato dalam dunia Pendidikan?
c. Siapakah Aristoteles dan seberapa besar pengaruh Aristoteles dalam ilmu pengetahuan?

3
1.3 Tujuan

Makalah ini ditulis dengan tujuan dapat menjelaskan tiga tokoh filsafat pada jaman
keemasan Filosofi Yunani yaitu:
a. Sokrates dan peranannya dalam ilmu filsafat
b. Plato dan kontribusi Plato dalam dunia Pendidikan
c. Aristoteles dan seberapa besar pengaruh Aristoteles dalam ilmu pengetahuan

1.4 Kegunaan
Kegunaan dari makalah ini yaitu dapat mengenal lebih mendalam tiga tokoh filsafat pada
jaman keemasan Filosofi Yunani yaitu Sokrates dan peranannya dalam ilmu filsafat, Plato
dan kontribusi Plato dalam dunia Pendidikan serta Aristoteles dan seberapa besar
pengaruh Aristoteles dalam ilmu pengetahuan. Melalui studi literatur yang dilaksanakan
oleh tim penulis, didapatkan berbagai referensi ilmiah yang dirangkum di dalam makalah ini
guna mempermudah pembaca dalam memahami ilmu Filsafat dalam pandangan ketiga
filosof besar tersebut.

4
BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Sokrates

Alisjahbana (1984) dalam bukunya “Pembimbing ke Filsatat Metafisika” mengatakan bahwa


Sokrates (470 SM-399 SM) dianggap sebagai lalat yang mengganggu masyarakat Athena pada
pertengahan abad 5 SM. Sokrates tidak pernah meninggalkan catatan namun banyak orang
yang terkesan dengan penampilan dan metode Sokrates. Tiga metode utama yang ditulis salah
satunya tulisan Plato yang merupakan murid Sokrates. Sokrates mempunyai penampilan fisik
yang tidak layak untuk masyarakat pada umumnya dan tidak peduli dengan kekayaan.

Menurut Mahfud (2019), Sokrates dijuluki sebagai filosof gejala sosial karena sangat meminati
mempelajari dan selalu mengejar pemahaman mengenai perilaku manusia, pengertian apa yang
dipahami manusia seperti etika, norma dan bagi Sokrates “kehidupan yang tidak diuji tidak
layak untuk dijalani”. Sokrates menggunakan metode “dialog (DIA-LOGOS)” atau metode tanya
jawab dengan siapapun mengenai hal-hal yang penting yaitu keberanian, cinta, kehormatan dan
keadaan jiwa mereka secara umum (Soelaiman, 2019). Sokrates dijuluki sebagai lalat Athena,
dan senang menggunakan dialog yang berasal dari kata “Dia” yang artinya “melintasi atau
menyeberangi” dan “logos” yang berarti “kata atau nalar”. Sokrates percaya bahwa dialog harus
menelanjangi jiwa dan mengajak orang agar memahami tentang dirinya.

Sokrates meletakkan dasar pada ilmu andragogi karena percaya bahwa setiap orang telah
memiliki basis-basis pengetahuan. Permasalahan yang terjadi adalah tidak semua orang
mampu mencapai dan mengkomunikasikan pengetahuan tertentu kepada orang lain. Perilaku
Sokrates diimitasi oleh para murid-muridnya, namun Sokrates menolak perbandingan dirinya
dengan guru karena Sokrates membantu orang mengenali dirinya baik dari kacamata dirinya
sendiri maupun orang lain. Sokrates tidak pernah meminta bayaran sepeserpun meski
dianggap sebagai orang paling bijaksana di jamannya.

Sokrates melakukan revolusi di bidang negara karena pada saat tersebut Athena menggunakan
sistem demokrasi dan dikritiknya karena pendapat seorang akademisi yang bijaksana dianggap
setara/sama dengan pendapat masyarakat umum bahkan penjahat. Di bagian moral, Sokrates
tidak percaya pada dewa Athena karena dia mempercayai bahwa para dewa tidak suka
bertengkar dan tidak jahat. Sokrates lalu memperkenalkan dewa-dewa baru dan dianggap
sebagai suatu hal yang melenceng pada jamannya.

Seorang penyair muda Bernama Miletus menuliskan bahwa Sokrates melakukan sebuah
kejahatan besar ketidaksopanan (asebeia) yaitu sebuah kegagalan untuk menunjukkan

5
kesalehan terhadap para dewa Athena. Sokrates kemudian diseret ke pengadilan karena
dianggap sudah meyimpang. Pada tahun 399 SM Sokrates diadili dengan tuduhan makar dan
menghancurkan moral anak muda. Hasil voting membuat Sokrates dihukum meminum racun
sebagai hukuman.

2.2 Plato

Pada tahun 399 SM ketika Socrates dihukum mati, membuat Plato sebagai salah satu murid
yang sangat mendalam. Plato berusia 29 tahun ketika Socrates dihukum dan membuatnya
berang kepada rezim Athena. Plato memilih tidak menikah dan mengabdikan diri pada
kebenaran. Plato melanjutkan perjuangan Socrates untuk dapat membuktikan bahwa
perbuatan pemerintah Athena zalim dan semena-mena.

Dewantara (2017) menyampaikan bahwa Plato merupakan salah satu filosof yang sangat sadar
bagaimana filsafat dipahami dan dapat diterapkan. Salah satu doktrin sentral Plato adalah
dunia ide. Dunia yang terlihat adalah dunia yang penuh kesalahan, dan ada dunia Ide yang
penuh kesempurnaan. Dunia Ide adalah dunia yang abadi dan Dunia fisik adalah bayangan dari
dunia ide. Ide atau gagasan pemikiran manusia berasal dari Dunia Ide tersebut.

Perumpamaan yang terkenal dari Plato untuk menguatkan pandangan mengenai dunia Ide
adalah perumpamaan/allegori manusia yang dimasukkan ke dalam penjara di dalam gua sejak
lahir. Seumur hidup manusia yang tinggal di dalam gua tersebut hanya diberikan tayangan
bayang-bayang hewan dan aneka kehidupan. Suatu saat salah satu tawanan manusia tersebut
dilepaskan ke dunia nyata dan setelah mengalami rasa sakit yang luar biasa karena melihat
matahari secara langsung akhirnya tawanan manusia yang telah dibebaskan tersebut bisa
melihat kenyataan dari yang selama ini dianggap nyata adanya. Pengetahuan dapat berubah
karena adanya kenyataan yang lebih tinggi dan membuat seseorang menjadi dianggap
aneh/menyimpang bahkan bodoh dari lingkungan umumnya. Hal ini merupakan analogi
seorang filosof yang dianggap berbeda padahal sudah dapat melihat kebenaran melampaui
masanya.

Plato menggagas kebaikan manusia dalam kaitannya dengan sang Kebaikan tertinggi
(Idea/Forma), dan hal ini menjadi basis adanya pembahasan mengenai agama yang terlepas
dari dewa-dewa yang selama ini dipercaya oleh masyarakat Yunani kuno di Athena. Eksistensi
penipuan konstan dan adanya akses untuk ke kebenaran merupakan alegori besar dari Plato
dengan memahami hal tersebut artinya dapat memahami keagungan teori Plato.

6
Plato menulis 36 buku dengan bentuk dialog, yang merupakan sebuah diskusi filosofis sebuah
lawan bicara yang dapat diidentifikasi sebagai tokoh nyata. Banyak kontroversi yang muncul
dari karya Plato karena tidak ada kepastian, tidak sistematis dan lebih eksploratif dalam karya
Plato tersebut. Ide kunci yang diberikan oleh Plato dan serangkaian saran merupakan suatu
bentuk pembaca dialog Platonis yang nantinya akan menjadi rasa filosofi sebagai subyek yang
hidup dan dapat dimaknai dalam berbagai hal. Pada 348 SM Plato meninggal ketika sedang
menulis dan melalui tulisan ,pemikiran Plato menjadi abadi.

2.3 Aristoteles

Aristoteles lahir di Stagira, Yunani (384 SM-322 SM) dan menulis berbagai hal aliran ilmu. Pada
usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato dan menjadi guru selama 20 tahun di perguruan
Plato tersebut. Aristoteles dengan bantuan Alexander mendirikan akademi sendiri Bernama
Likhem di Athena. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Al-Gazali (2015) mengatakan bahwa Aristoteles menolak semua ajaran para tokoh sebelumnya,
hingga gurunya sendiri yang disebut Plato Ilahi (Alatun al-IIahi). Kemudian ia memberi
klariikasi atas perbedaannya dengan sang guru dengan mengatakan: “Plato benar, dan
kebenarannya juga benar. Tapi kebenaran lebih benar daripadanya”.

Suaedi (2016) menyebutkan bahwa Aristoteles menulis 6 buku dengan berbagai aliran
keilmuan dan salah satu warisan keilmuan Aristoteles di bidang ilmu alam merupakan orang
pertama yang mengklasifikasikan spesies dan keseimbangan hukum alam. Berlawanan dengan
Plato yang menyatakan tidak ada bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi
tidak mungkin tanpa bentuk karena dia ada. Benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya dan
kembali pada penggerak pertama yang merupakan pandangan teologis, yang saat ini dianggap
sebagai Tuhan.

Aristoteles meletakkan pandangan deduktif (deductive reasoning) dan juga menekankan


pentingnya observasi, eksperimen dan berfikir induktif. Aristoteles juga meletakkan dasar
mengenai silogisme yaitu menarik kesimpulan yang baru dari dua hal yang dianggap sahih
kebenarannya. Di bidang politik. Aristoteles percaya bahwa kondisi politik yang ideal adalah
gabungan antara demokrasi dan monarki. Berbagai karya yang menekankan empirisme yang
berdasar pada hal yang nyata dan dapat diamati. Sebuah karya seni menurut Aristoteles adalah
sebuah perwujudan katarsis yang merupakan wujud dari kenyataan tersebut.

Sejarah menurut Aristoteles adalah catatan dari berbagai hal yang penting. Banyak teori
Aristoteles dianggap masuk akal dan dianggap dapat dipakai meskipun pada akhirnya beberapa

7
dipatahkan karena adanya bukti baru. Aristoteles dianggap sebagai sumber utama dari
metafisika dan ilmu pengetahuan. Pernyataan Aristoteles yang terkenal adalah “Cogito Ergo
Sum” yaitu Saya berfikir maka saya ada. Hal inilah yang memicu berbagai pemikiran kritis
lainnya di dalam perkembangan ilmu pengetahuan ke depannya. Semakin kita tahu, maka
semakin banyak pula yang sebenarnya kita tidak pahami (Qomaruzzaman, 2020).

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Metodologi

Makalah ini ditulis dengan menggunakan studi literatur dan dengan kajian yang dilaksanakan
pada saat kuliah Filsafat Manajemen Pendidikan pada tanggal 5 November 2021. Hasil kajian
tersebut disarikan dan menjadi makalah filsafat manajemen Pendidikan ini.

3.2 Hasil

Socrates percaya akan adanya aturan-aturan yang abadi dan mutlak tentang apa yang benar dan
salah. Dengan menggunakan akal sehat (melalui dialog) kita semua dapat sampai pada norma-
norma abadi. Hal ini sangat penting dalam memahami kebenaran di dalam ilmu pengetahuan
agar tidak terjadi logical fallacies atau kesalahpahaman dalam melakukan logika manusia. Perlu
adanya pemahaman diri yang mendalam dan menghargai manusia dalam proses belajar
mengajar karena Sokrates mempercayai bahwa setiap orang punya pengalaman dan dapat
memberikan ilmu nya kepada orang lain. Sokrates membangun pendekatan ke individu dan
mengabaikan pentingnya kesatuan/interrelasi alam. Pandangan Sokrates bahwa hidup dan
kemanusiaan terkoneksi pada koneksi yg tidak signifikan ditunjukkan dengan adanya
kemungkinan-kemungkinan (misal : matematika, atom) tidak konsisten. Socrates akan
menggeser perhatian dari pencarian rasional terhadap alam semesta ke seluk beluk hidup
manusia. Socrates menggagas pengertian hakiki hidup manusia, hidup bersamanya, dan tujuan
hidup manusia. Wilayah-wilayah politik, etika, retorika, sastra, tata negara, bahkan Tuhan
dengan demikian menjadi bidang pergelutan filsafat sejauh bisa didekati oleh akal budi. Semua
ini dimulai dari keheranan. Artinya, keheranan adalah awal dari segala kebijaksanaan.

Di sisi lain, Plato sebagai murid Sokrates adalah manusia dengan pikiran yang dipenuhi dengan
rasa ingin tahu, terbuka pada pengaruh baru, siap merenungkan kembali keberadaannya, serta
membangun kembali pandangan teoritis sementara yang telah disusunnya. Dia mempunyai cita
rasa yang baik terhadap argumentasi. Posisi kebaikan (the good) dalam filsafat Plato sangat
istimewa. Ilmu pengetahuan dan kebenaran, ujarnya, adalah seperti kebaikan, namun kebaikan
lebih tinggi kedudukannya. "kebaikan bukan esensi, namun jauh melebihi esensi dalam hal
derajat dan dayanya. Manusia sempurna lebih mencintai kebijaksanaan dari pada yang lain,
Pengetahuan dan kebijaksanaan adalah milik kebenaran dan ide dan bukan miliki sesuatu yang
dapat diindera, fenomena formal, dan semuanya itu berada dalam naungannya. Melalui
pengetahuan ini, kebenaran yang sesungguhnya itu terbebas dari segala sesuatu yang dapat

9
mempengaruhinya dengan bergantinya berbagai generasi dan perusakan. Manusia sempurna,
menurut pendapat ini, dapat meliputi esensi jiwanya dan pada akhirnya akan mencapai
kedekatan dan menempati Eksistensi yang sebenarnya. Plato mempercayai bahwa di dalam
dunia Pendidikan, seorang anak jangan dipaksa untuk mempelajari semua hal namun perlu
memilih hal yang benar-benar disukai jiwa anak tersebut maka akan menemukan sisi jenius
dari seorang anak dan ke depannya akan membentuk jiwa manusia pembelajar yang tangguh.

Aristoteles mau mengoreksi ajaran Plato mengenai dualism antara dunia ide dan dunia benda-
benda konkret. Aristoteles menganggap ajaran Plato tentang “dunia ide” tidaklah jelas . Kita
tahu “sesuatu” itu menurut Plato merupakan bentukan dari cetakan yang berasal dari dunia ide.
Jadi ada dualisme, antara “yang ada” di dunia ini, dengan “yang ada” di “dunia idea” sana. Bagi
Aristoteles, perubahan bisa terjadi “dari dalam” (misalnya benih menjadi pohon), “dari luar”
(misalnya perubahan sebagai hasil karya seniman) dan perubahan tempat (dari sini ke sana).

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

a. Socrates menekankan perlu adanya pemahaman diri yang mendalam dan menghargai
manusia dalam proses belajar mengajar karena Sokrates mempercayai bahwa setiap
orang punya pengalaman dan dapat memberikan ilmu nya kepada orang lain.
b. Plato sebagai murid Sokrates adalah manusia dengan pikiran yang dipenuhi dengan rasa
ingin tahu, terbuka pada pengaruh baru, siap merenungkan kembali keberadaannya,
serta membangun kembali pandangan teoritis sementara yang telah disusunnya.
c. Manusia sempurna lebih mencintai kebijaksanaan dari pada yang lain, Pengetahuan dan
kebijaksanaan adalah milik kebenaran dan ide dan bukan miliki sesuatu yang dapat
diindera, fenomena formal, dan semuanya itu berada dalam naungannya. Melalui
pengetahuan ini, kebenaran yang sesungguhnya itu terbebas dari segala sesuatu yang
dapat mempengaruhinya dengan bergantinya berbagai generasi dan perusakan.
d. Plato mempercayai bahwa di dalam dunia Pendidikan, seorang anak jangan dipaksa
untuk mempelajari semua hal namun perlu memilih hal yang benar-benar disukai jiwa
anak tersebut maka akan menemukan sisi jenius dari seorang anak dan ke depannya
akan membentuk jiwa manusia pembelajar yang tangguh.
e. Aristoteles menulis 6 buku dengan berbagai aliran keilmuan dan salah satu warisan
keilmuan Aristoteles di bidang ilmu alam merupakan orang pertama yang
mengklasifikasikan spesies dan keseimbangan hukum alam. Benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya dan kekuatan tersebut ada pada penggerak pertama yang
merupakan pandangan teologis, yang saat ini dianggap sebagai Tuhan.
f. Aristoteles juga meletakkan dasar mengenai silogisme yaitu menarik kesimpulan yang
baru dari dua hal yang dianggap sahih kebenarannya. Berbagai karya Aristoteles yang
lama menjadi pegangan masyarakat karena menekankan empirisme yang berdasar
pada hal yang nyata dan dapat diamati.

4.2 Saran

a. Perlu adanya diskusi yang terpisah antara Socrates, Plato dan Aristoteles karena
kurangnya waktu dalam pembahasan
b. Pelaksanaan perkuliahan filsafat manajemen Pendidikan sudah sangat menarik dan
dapat dipertahankan karena dapat memicu dialog antara mahasiswa dan menjadikan
sesi kuliah filsafat selalu ditunggu.

11
REFERENSI

Al-Gazali, Imam. 2015.Kerancuan Filsafat (Tahafut Al Falah). Yogyakarta : Forum

Alisjahbana, ST. 1984. Pembimbing ke Filsatat Metafisika. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat

Dewantara, AW. 2017. Filsafat Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia. Jakarta : Penerbit
Kanisius

Mahfud, Patsun. 2019. Mengenal Filsafat antara Metode Socrates, Plato dan Aristoteles. Jurnal
Studi Keislaman Cendikia, Volume 5, Nomor 1, Juni 2019; P-ISSN 2443-2741; E-ISSN
2579-5503

Qomaruzzaman. 2020. Filsafat Umum : Berfilsafat Itu Mudah. Bandung : Pustaka Aura Semesta

Suaedi. 2016. Pengantar Ilmu Filsafat. Bogor : Penerbit IPB Press

Soelaiman, DA. 2019. Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam. Aceh : Bandar
Publishing

12

Anda mungkin juga menyukai