Anda di halaman 1dari 14

A.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL

 Perbedaan antara Kewajiban Sosial, Responsivitas Sosial, dan Tanggung Jawab Sosial
 Kewajiban Sosial
Kewajiban sosial adalah keterlibatan perusahaan dalam aksi sosial karena
kewajibannya untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi dan legal tertentu.
Hal itu mencerminkan pandangan klasik dari tanggung jawab sosial, yang menyatakan
bahwa tanggung jawab sosial manajemen hanyalah maksimalisasi keuntungan. Organisasi
melakukan apa yang wajib dilakukan dan tidak lebih. Milton Friedman seorang ekonom
serta peraih Nobel berpendapat bahwa, tanggung jawab utama manajer adalah
mengoperasikan bisnis demi kepentingan terbaik pemegang saham dan yang menjadi
perhatian utamanya adalah keuangan.
 Responsivitas Sosial
Responsivitas sosial adalah keterlibatan perusahaan dalam aksi sosial sebagai
respons terhadap kebutuhan sosial yang popular.
Dimana tanggung jawab manajer bukan hanya sekedar menghasilkan keuntungan,
tetapi juga termasuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Hal itu
mencerminkan pandangan sosio-ekonomi.
 Tanggung Jawab Sosial
Tanggung jawab sosial adalah sebuah intensi bisnis, melampaui kewajiban legal
dan ekonomi, untuk melakukan hal yang benar dan bertindak dengan cara yang baik
bagi masyarakat.
Hal tersebut diasumsikan bahwa sebuah bisnis yang mematuhi hukum dan
memperhatikan pemegang sahamnya, menambahkan kebutuhan etis untuk melakukan hal-
hal yang membuat masyarakat lebih baik dan tidak melakukan hal yang membuat
masyarakat menjadi lebih buruk. Sama halnya dengan responsivitas sosial, tanggung
jawab sosial juga mencerminkan pandangan sosio-ekonomi.
Berikut tabel perbedaan Tanggung Jawab Sosial dan Responsivitas Sosial
Tanggung Jawab Sosial Responsivitas
Sosial

Pertimbangan utama Etika Pragmatis

Fokus Akhir Tujuan Tujuan

Penekanan Kewajiban Respons

Kerangka Kerja Keputusan Jangka Panjang Jangka Menengah


dan Pendek

Bagi banyak bisnis, tindakan sosial lebih bagus dipandang sebagai responsi secara
sosial daripada bertanggung jawab secara sosial. Bertanggung jawab secara sosial berarti
meningkatkan hidup melalui pendidikan, entah mengembangkan produk yang mendukung

1
pencapaian mereka yang berhasil berinvestasi dalam proyek yang meningkatkan
kehidupan di sekeliling dunia.
 Peranan Organisasi dalam Keterlibatan Sosial
Menentukan apakah organisasi harus terllibat secara sosial dapat dilakukan dengan
melihat argumen yang mendukung dan menentangnya. Cara lainnya adalah dengan
menilai dampak dari keterlibatan sosial pada kinerja ekonomi perusahaan dan
mengevaluasi dari dana SRI versus dana non-SRI.

Berikut Argumen yang Mendukung dan Menentang Tanggung Jawab Sosial

Mendukung Menentang

Ekspektasi publik Pelanggaran terhadap


Opini publik sekarang mendukung bisnis yang maksimalisasi keuntungan
mengejar tujuan ekonomi dan sosial. Bisnis bertanggung  jawab
secara sosial hanya bila bisnis
Profit jangka panjang
mengejar  kepentingan
Perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial
ekonominya.
cenderung mempunyai profit jangka panjang yang
lebih pasti
Pengaburan tujuan
Kewajiban etis Mengejar  tujuan sosial
Bisnis harus mempunyai tanggung jawab sosial mengaburkan tujuan  utama
karena tindakan yang bertanggung jawab bisnis—produktivitas ekonomi.
merupakan hal yang benar untuk dilakukan.
Citra publik Biaya
Bisnis dapat menciptakan citra publik yang baik Banyak tindakan tanggung jawab
dengan mengejar tujuan sosial. sosial tidak dapat menutupi
biayanya dan seseorang harus
Lingkungan yang lebih baik membayar biaya tersebut.
Keterlibatan bisnis dapat membantu pemecahan
masalah sosial yang sulit. Terlalu banyak kekuatan
Pelonggaran peraturan pemerintah Bisnis sudah mempunyai
Dengan bertanggung jawab secara sosial, bisnis kekuatan yang besar dan bila
dapat mengharapkan berkurangnya peraturan bisnis itu mengejar sasaran
pemerintah. sosial, maka mereka akan
mempunyai kekuatan yang lebih
Penyeimbang tanggung jawab dan kekuasaan besar lagi.
Bisnis mempunyai banyak kekuasaan dan tanggung
jawab yang sama besarnya diperlukan untuk Kekurangan keahlian
menandingi kekuasaan tersebut. Pemimpin bisnis kurang
Kepentingan pemegang saham mempunyai kemampuan untuk
Tanggung jawab sosial akan meningkatkan harga mengatasi masalah sosial.
saham dalam jangka panjang.
Kurangnya akuntabilitas
Penguasaan sumber daya Tidak ada hubungan langsung
Bisnis mempunyai sumber daya untuk mendukung untuk akuntabilitas bagi tindakan
proyek publik dan proyek amal yang membutuhkan sosial.
bantuan.
Mengutamakan pencegahan daripada
perbaikan
Bisnis seharusnya mengatasi masalah sosial

2
sebelum mereka menjadi lebih serius dan makin
mahal untuk diperbaiki.

B. MANAJEMEN HIJAU (GREEN MANAGEMENT)


 Definisi Manajemen Hijau
Manajemen hijau adalah manajemen dimana seorang manajer dapat
mempertimbangkan dampak organisasi/perusahaan mereka terhadap lingkungan alam
sekitar. Jika manajemen hijau diterapkan dalam sebuah perusahaan maka dapat
mencegah efek negatif dalam lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitar,namun tetap
dapat menguntungkan perusahaan.
Contoh kasus yang berhubungan dengan manajemen hijau adalah :
Dulu, di Amerika Serikat 110 Milyar tas plastik untuk belanja digunakan
pertahun dan hanya sekitar 2% (2,2 Milyar) yang didaur ulang. Tas plastik ini dapat
bertahan hingga 1000 tahun lamanya. Hingga akhir tahun 1960 hanya sedikit perusahaan
yang memperhatikan dampak terhadap lingkungan dari pilihan dan tindakan perusahaan
mereka. Walaupun ada beberapa grup yang memperhatikan pelestarian lingkungan ini,
satu-satunya referensi untuk penyelamatan lingkungan yang dilakukan adalah hanya
dengan anjuran “Jangan Membuang Sampah Sembarangan”. Namun, sejumlah bencana
lingkungan membawa mereka untuk mencintai lingkungan. Kini, semakin banyak
manajer yang memperhatikan dampak keputusan mereka terhadap lingkungan yang kita
sebut dengan manajemen hijau. Dan berita baiknya adalah sekarang tindakan “Go
Green” sedang gencar digalangkan dan dilakukan. Contoh kegiatan “Go Green” adalah :
1. Beberapa negara sudah melarang penggunaan bahan plastik. Contoh negara tersebut
adalah Irlandia dan Jerman.
2. Indonesia juga mulai menerapkan pengurangan penggunaan bahan plastik ini dan
disiasati dengan berbagai inovasi untuk menggantikan bahan plastik.
3. Di kafetaria Marriot Hotel, mereka menganti tempat plastik dan kertts dengan piring
asli dan wadah yang dapat dihancurkan yang terbuat dari tepung kentang yang
disebut Spudware.
 Bagaimana Organisasi Menjadi Organisasi Hijau (Green Management)
Apa yang perlu diketahui para manajer mengenai menjadi organisasi yang hijau ?.
ada 4 pendekatan yang bisa dilakukan perusahan/organisasi untuk menjadi manajemen
hijau. Yaitu, pendekatan hukum/hijau muda, pendekatan pasar, pendekatan pemangku
kepentingan (stakeholder) dan pendekatan aktivis/hijau tua.
1. Pendekatan hukum/hijau muda
Pendekatan ini cukup mengikuti apa yang diperintahkan hukum. Organisasi ini
hanya sedikit menunjukkan sensitivitas terhadap lingkungan. Contoh : kewajiban
sosial.
2. Pendekatan pasar
Pendekatan ini menyediakan produk yang ramah lingkungan karena konsumen
menginginkan produk semacam, bukan karena manajemen yang kuat terhadap
lingkungan. Contoh : PT duPont mengembangkan herbisida jenis baru yang

3
membantu para petani yang ingin mengurangi penggunaan bahan kimia, dengan
mengembangkan produk ini berarti perusahaan menjawab permintaan konsumen.

3. Pendekatan Pemangku Kepentingan(Stakeholder)


Pendekatan ini dilakukan dimana sebuah organisasi bekerja untuk memenuhi
tuntutan dari berbagai pemangku kepentingan, seperti karyawan, pemasok, atau
komunitas.
Contoh kasusnya adalah : Hewlett-Packard mempunyai beberapa program
lingkungan untuk para pemasok, desain produk dan daur ulang produk(konsumen
dan masyarakat), dan operasi kerja (karyawan dan komunitas)

4. Pendekatan Hijau Tua/Pendekatan Aktivis


Pendekatan ini dimana sebuah organisasi mencari cara untuk menghargai dan
melindungi bumi dan sumber daya alamnya, yang dapat dilihat sebagai tanggung
jawab sosial.
Contoh : perusahaan dari Belgia yaitu Ecover. Menghasilkan produk pembersih
yang ramah lingkungan dalam pabrik yang tidak menghasilkan emisi sama sekali.
Pabrik ini menjadi pabrik ramah lingkungan pertama didunia). Pabrik ini juga
memakai atap dari rumput yang memberikan efek dingin pada musim panas dan efek
hangat pada musim dingin, serta memiliki sistem pengelolaan air yang dibangkitkan
dari energi angin dan matahari.

Kesimpulan dari contoh diatas adalah bahwa perusahaan memilih membangun


fasilitas ini karena komitmennya untuk peduli terhadap lingkungan .

 Mengevaluasi Tindakan Manajemen Hijau


Seiring dengan “semakin hijau” nya suatu organisasi/perusahaan biasanya mereka
akan memberikan laporan lengkap mengenai performa kinerja mereka terhadap
lingkungan. Sekitar 1500 perusahaan secara sukarela melaporkan usaha mereka dalam
rangka mempromosikan kegiatan melestarikan lingkungan. Laporan mereka bisa kita
lihat disitus GRI(www.globalreporting.org), disitus ini menampilkan banyak “green
action” yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
Cara lain yang digunakan perusahaan untuk menunjukkan komitmen mereka
untuk menjadi manajemen hijau “green action” adalah dengan mengejar standar dari
ISO(International Standarized Organization). Standar yang paling terkenal adalah standar

4
ISO 14000 (manajemen lingkungan) sebuah perusahaan yang ingin memenuhi standar
ISO 14000 ini harus mengembangkan manajemen total untuk memenuhi standar
lingkungan. Standar yang terbaru ada standar ISO 26000, standar yang mengatur tentang
tanggung jawab sosial.
Cara terakhir untuk mengevaluasi “green action” adalah menggunakan daftar
global 100 (www.global100.org) . Untuk masuk dalam daftar ini, sebuah perusahaan
harus menunjukkan kemampuan mereka untuk secara efektif mengatur faktor lingkungan
dan sosial. Pada tahun 2008, Inggris memimpin dengan 23 perusahaan yang tercantum
dalam daftar itu, diikuti oleh Amerika Serikat dengan 19 perusahaan dan Jepang dengan
13 Perusahaan. Beberapa perusahaan yang ada ada didaftar adalah Diago PLC (Inggris),
Mitsubishi(Jepang), dan Nike (Amerika Serikat).

5
C. MANAJER DAN PERILAKU ETIS
 Definisi Etika
Etika didefinisikan sebagai prinsip, nilai dan kepercayaan yang mendefinisikan
keputusan dan tindakan yang benar dan yang salah. Banyak keputusan yang dibuat
seorang manajer menuntut mereka untuk mempertimbangkan baik proses maupun siapa
yang akan terkena dampak oleh keputusan itu.
 Faktor yang Menentukan Tindakan Beretika dan Tidak Beretika
Bagaimana seseorang bertindak secara beretika atau tidak beretika saat
berhadapan dengan suatu permasalahan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
 Tindakan Perkembangan Moral
Berdasarkan riset yang telah dibenarkan, ada tiga level perkembangan moral,
masing-masing mempunyai dua tingktkan. Pada setiap tingkatan tersebut,
penilaian moral seseorang semakin tidak tergantung kepada pengaruh dari luar
dan lebih terinternalisasi.
Pada level pertama, level prakonvensional, pilihan seseorang antara benar dan
salah didasarkan pada konsekuensi personal dari sumber luar, seperti hukuman
fisik, hadiah atau pertukaran kebutuhan. Pada level kedua, level konvensional,
keputusan etika bergantung pada penjagaan standar yang diharapakan dan
memenuhi ekspektasi dari orang lain. Pada level prinsipal, individu
mendefinisikan nilai moral terpisah dari otoritas kelompok tempat mereka
bergabung atau masyarakat umum.
Tiga level ini dan enam tingkatan digambarkan pada Peraga 5-6.
Level Deskrpsi Tingkatan
Prinsipal 6. Mematuhi prinsip etika yang
dipilih sendiri walaupun melanggar
hukum.
5. Menghargai hak orang lain dan
menjunjung nilai dan hak absolut
tanpa mempedulikan opini
mayoritas.
Konvensional
4. Menjaga tatanan konvensional
dengan memenuhi kewajiban yang
telah Anda setujui.
3. Hidup sesuai dengan espektasi
orang-orang di sekitar Anda.
Prakonvensional
2. Mengikuti peraturan hanya bila
sesuai dengan kepetingan pribadi.
1. Mengikuti peraturan unt

6
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan beberapa poin mengenai
perkembangan moral. Pertama, manusia berproses melalui enam tingkatan secara
berurutan. Kedua, tidak ada jaminan dari perkembangan moral secara terus
menerus. Ketiga, mayoritas orang dewasa berada pada tingkat 4 : Mereka
menuruti secara terbatas peraturan dan akan bertindak secara etis, walaupun
untuk alasan yang berbeda. Seorang manajer pada tahap 3 lebih mungkin
membuat keputusan berdasarkan persetujuan sejawatnya; seorang manajer pada
tingkat 4 akan mencoba “ menjadi anggota masyarakat yang baik” dengan
membuat keputusan yang menghormati peraturan dan prosedur organisasi: dan
seorang manajer pada tingkat 5 mungkin menantang praktek organisasi yang ia
rasaka salah.

 Karakteristik Individual
Ada dua karakteristik individual, yaitu nilai dan kepribadian. Dua hal ini
menentukan apakah seseorang berperilaku sesuai etika. Nilai pribadi
mengapresiasikan keyakinan dasar tentang apa yang benar dan apa yang salah.
Nilai-nilai itu berkembang sejak kita masih muda. Berdasarkan apa yang kita lihat
dan dengar dari orang tua, guru, teman-teman, dan orang lain.
Ada dua variabel kepribadian yang mempengaruhi tindakan seseorang
menurut keyakinannya tentang apa yang benar dan salah: kekuatan ego dan
kemampuan mengendalikan. Kekuatan ego mengukur kekuatan keyakinan
seseorang. Orang yang memiliki kekuatan ego tinggi sering menolak rangsangan
untuk bertindak secara tidak etis dan tidak mengikuti keyakinan mereka.
Kemampuan mengendalikan adalah tingkat sampai di mana orang yakin
mereka dapat mengendalikan nasibnya sendiri. Mereka lebih suka bertanggung
jawab terhadap konsekuensi dan bertanggung pada standar internal mereka
sendiri tentang baik atau buruk untuk memandu perilaku mereka. Orang yang
memiliki pengendalian eksternal yakin bahwa apa yang terjadi pada mereka
adalah akibat keberuntungan atau peluang. Mereka tidak suka mengemban
tanggung jawab pribadi atas konsekuensi perilaku mereka dan lebih sering
bergantung pada kekuatan eksternal.

 Variabel Struktural
Struktur organisasi dapat mempengaruhi perilaku etis karyawan. Struktur
tersebut dapat meminimalkan ambiguitas dan ketidakpastian dengan aturan dan
regulasi formal dan terus mengingatkan karyawan tentang etika yang lebih
mendorong perilaku etis. Variabel struktural lain yang mempengaruhi pilihan
etika meliputi tujuan, sistem penilaian kerja, dan prosedur alokasi penghargaan.
Meski banyak organisasi menggunakan tujuan untuk memandu dan
memotivasi karyawan, tapi dapat menciptakan beberapa masalah yang tidak
terduga. Salah satu studi menemukan bahwa orang yang tidak mencapai tujuan
yang ditetapkan lebih mungkin terlibat dalam perilaku tidak etis. Penelitipun
menyimpulkan bahwa “penentu tujuan dapat menyebabkan perilaku tidak etis”
Sistem penilaian kinerja organisasi juga dapat mempengaruhi perilaku etis.
Beberapa sistem hanya memfokuskan diri pada hasil, sementara sistem lain

7
mengevaluasi sarana dan lain. Peneliti meyimpulkan bahwa “keberhasilan
mungkin tercapai dari perilaku tidak etis”
Prosedur alokasi penghargaan berhubungan erat dengan sistem penilaian
organisasi. Banyaknya penghargaan atau hukuman itu bergantung pada hasil
tujuan tertentu, semakin besar tekanan terhadap karyawan untuk melakukan
apapun yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan ini, mungkin sampai
pada titik mengkompromikan standar etika mereka.

 Budaya Organisasi
Nilai-nilai yang ada pada budaya organisasi mencerminkan tujuan
organisasi dan apa yang diyakininya, dan nilai-nilai ini menciptakan lingkungan
yang mempengaruhi perilaku karyawan secara etis maupun tidak etis.
Berdasarkan riset, perilaku manajer paling mempengaruhi keputusan seseorang
untuk bertindak secara etis atau tidak etis. Orang melihat apa yang dilakukan
otoritas dan menggunakannya sebagai acuan untuk praktek dan ekspektasi yang
dapat diterima.

 Intensitas Masalah
Intensitas masalah juga berpengaruh pada perilaku etika. Ada enam
karakteristik yang menentukan intensitas masalah atau seberapa penting suatu
masalah etika bagi seseorang; besarnya kerusakan yang ditimbulkan, konsensus
kesalahan, probabilitas kerusakan, ketepatan konsekuensi, kedekatan terhadap
korban, dan konsentrasi pengaruh.

 Etika dalam Konteks Internasional


Meski ada beberapa keyakinan moral yang umum, perbedaan budaya dan sosial
antarnegara merupakan faktor yang penting yang menentukan perilaku etis dan tidak etis.
Penting bagi manajer untuk mengetahui apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan
secara legal menurut hukum di negaranya. Penting juga bagi manajer untuk mengenali
pengaruh sosial, budaya, dan politik/hukum tentang perilaku apa yang benar dan apa
yang dapat diterima. Bisnis internasional harus mengklarifikasi panduan etika mereka
sehingga mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka ketika mereka bekerja di tempat
asing, yang menambah dimensi lain dalam penilaian etika.
Panduan lain untuk berperilaku etis dalam bisnis internasional adalah Global
Compact, yaitu dokumen yang diciptakan oleh PBB yang merupakan garis besar prinsip
pelaksanaan bisnis secara global di bidang hak asasi manusia, buruh, serta lingkungan
dan anti korupsi.

 Hak Asasi Manusia


Prinsip 1. : Mendukung dan menghargai perlindungan HAM di dalam
lingkungan pengaruh mereka.
Prinsip 2. : Memastikan kosporasi bisnis bersih dari pelanggaran HAM.

 Standar Buruh
Prinsip 3. : Kebebasan asosiasi dan pengakuan efektif hak terhadap penawaran kolektif.
Prinsip 4. : Eliminasi semua bentuk tenaga kerja paksa dan wajib.

8
Prinsip 5. : Abolisi efektif buruh anak.
Prinsip 6. : Eliminasi diskriminasi yang berkaitan dengan tenaga kerja dan
pekerjaan.

 Lingkungan
Prinsip 7. : Mendukung pendekatan berhati-hati terhadap tantangan lingkungan.
Prinsip 8. : Mengambil inisiatif untuk mempromosikan tanggung jawab
lingkungan yang besar.
Prinsip 9. : Mendorong perkembangan dan difusi teknologi yang ramah
lingkungan.
Prinsip 10: Bisnis harus bekerja melawan korupsi dalam segala bentuk,
termasuk meminta uang dan penyuapan.

9
D. Mendorong Perilaku Etis
Manajer dapat melakukan banyak hal untuk mendorong perilaku etis, menerima
karyawan dengan standar etika tinggi, membuat kode etik, serta memimpin dengan
memberi teladan. Program etika yang diajarkan oleh manajer secara komprehensif
berpotensi meningkatkan suasana etika di organisasi.
Beberapa kiat spesifik dimana manajer dapat mendorog perilaku etis dan menciptakan
program etika yang komprehensif :
 Pemilihan Karyawan
Proses seleksi (wawancara, tes, pengecekan latar belakang dan yang lainnya)
dipandang sebagai kesempatan untuk mempelajari tingkat pengembangan moral,
nilai personal, kekuatan ego, dan kemampuan mengontrolseorang individu.
 Kode Etik dan Peraturan Keputusan
George David, mantan CEO dan komisaris dari United Technologies
Corporation (UTC) meyakini kekuatan kode etik. Karena itu UTC mempunyai satu
yang cukup eksplisit dan rinci. Karyawan mengetahui ekspektasi perilaku, terutama
bila berhubungan dengan etika. Namun, tidak semua organisasi seperti itu.
Ketidakpastian mengenai apa yang etis dan apa yang tidak, dapat menjadi
problem bagi karyawan. Kode etik, pernyataan yang formal dari nilai organisasi dan
peraturan etika yang diharapkan dipatuhi oleh karyawan, serta pilihan yang populer
untuk mengurangi ketidakjelasan. Riset yang dilakukan oleh Institute of Global
Ethics bahwa nilai – nilai seperti kejujuran, keadilan, menghormati, tanggungjawab,
dan mengayomi lebih diterima secara universal didunia.
Bagaimana kode etik seharusnya terlihat? Kode etik harus cukup spesifik untuk
menunjukkan kepada karyawan tentang semangat bahwa mereka harus melakukan
hal yang benar namun cukup longgar untuk memungkinkan kebebasan penilaian.

10
Isi kode etik dapat dibagimenjadi tiga kategori, yaitu :

Kelompok 1. Menjadi Masyarakat Organisasi yang dapat Diandalkan


1. Memenuhi peraturan keselamatan, kesehatan dan keamanan.
2. Meunjukkan kesopana, penghormatan, kejujuran dan keadilan.
3. Obat – obat terlarang kesopanan ditengkan ditempat kerja.
4. Mengatur dengan baik dan keuangan pribadi.
5. Menunjukkan kehadiran dan ketetapan yang baik.
6. Mengikuti arahan penyelia.
7. Tidak menggunakan kata – kata kasar.
8. Berpakaian yang layak.
9. Senjata api dilarang ditempat kerja.

Kelompok 2. Jangan Melakukan Hal yang Melanggar Hukum atau Tidak


Layak yang Akan Membahayakan Organisasi
1. Melakukan bisnis yang memenuhi semua hukum.
2. Melarang pembayaran untuk tujuan yang melanggar hukum.
3. Melarang penyuapan.
4. Menghindari aktivitas dari luar yang menyebabkan pekerjaan tidak terlaksana
dengan baik.
5. Menjaga kerahasiaan catatan.
6. Memenuhi semua peraturan antitrust dan perdagangan.
7. Memenuhi semua aturan dan kontrol akunting.
8. Jangan menggunakan barang kantor untuk kepentingan pribadi.
9. Karyawan bertanggung jawab secara pribadi atas dan perusahaan.
10. Tidak menggombar – gemborkan informasi salah atau palsu.
11. Membuat keputusan tanpa menghiraukan kepentigan pribadi.
Kelompok 3. Berperilaku Baiklah Kepada Pelanggan
1. Berikan klain yang benar pada iklan produ.
2. Melakukan tugas dengan baik sesuai dengan kemampuan.
3. Menyediaan produk dan layanan pada kualitas tertinggi.

Namun sayangnya kode etik terlihat tidak berjalan dengan baik. Menurut sebuah
survei bagi karyawan perusahaan di AS menemukan bahwa 56% dari para mereka
yang disurvei mengetahui pelanggaran etika atau hukum dalam 12 bulan terakhir,
termasuk didalamnya konflik kepentingan, perilaku dasar atau mengintimidasi, dan
berbohong pada karyawan. Lalu, apakah ini berarti bahwa kode etik tidak
seharusnya dikembangkan? TIDAK. Karena dalam perjalanannya, para manajer
harus menggunakan saran – saran berikut ini :
1. Pemimpin organisasi harus memberi contoh yang baik tentang perilaku dan
memberi imbalan kepada mereka yang bertindak etis.
2. Semua manajer harus senantiasa meneguhkan pentingnya kode etik dan secara
konsisten mendisiplinkan mereka yang melanggar.
3. Para pemangku kepentingan perusahaan (karyawan, pelanggan dan yang lain)
harus turut dipertimbangkan pada saat kode etik dikembangkan atau
ditingkatkan.

11
4. Para manajer harus mengkomunikasikan dan menegakkan kode etik secara
teratur.
5. Manajer harus menggunakan pedndekatan 12 pertanyaan untuk memandu
karyawan pada saat menghadapi dilema etika.

12 pertanyaan tersebut dintaranya, ialah :

1. Apakah anda telah mendefinisikan masalah secara akurat ?


2. Bagaimana anda mendefinisikan masalah bila anda berada pada posisi yang
berseberangan ?
3. Bagaimana situasi ini pada awalnya dapat terjadi?
4. Kepada siapa dan kepada apa Anda dapat memberika loyalitas Anda sebagai
seorang manusia dan sebagai anggota perusahaan?
5. Apakah maksud Anda membuat keputusan ini?
6. Bagaimana maksud ini dibandingkan dengan kemungkinan hasilnya?
7. Siapakah yang dapat terluka akibat keputusan atau tindakan Anda?
8. Dapatkah Anda mendiskusikan masalah ini dengan pihak yang terpengaruh
sebelum Anda membuat keputusan?
9. Apakah Anda yakin bahwa posisi Anda akan tetap dalam jangka panjang seperti
yang terlihat sekarang?
10. Dapatkah Anda menjelaskan tanpa meragukan keputusan atu tindakan Anda
kepada atasan Anda, CEO Anda, keluarga Anda, masyarakat luas?
11. Apakah potensi simbolik dari tindakan Anda bila dipahami? Bagaimana bila
salah dipahami?
12. Dalam kondisi apa Anda akan memperbolehkan pengecualian terhadap
pendirian Anda?

 Kepemimpinan Manajemen Tingkat Atas


Mengapa melakukan bisnis secara beretika (etis) membutuhkan komitmen dari
para manajer tingkat atas? Karena merekalah yang berdiri menyangga nilai – nilai
bersama dan memberikan nuansa budaya. Para manajer adalah tokoh panutan dalam
hal kata – kata dan tingkah laku, walaupun apa yang mereka buat jauh lebi penting
daripada apa yang mereka katakan.

 Tujuan Pekerjaan dan Penilaian Kerja


Bekerja dibawah tekanan serta tujuan yang tidak realistis, membuat para
karyawan yang seharusnya mempunyai etika mungkin merasa bahwa mereka tidak
mempunyai pilihan kecuali melakukan apa yang diperlukan untuk memenui tujuan
tersebut.pencapaian tujuan merupakan kunci dalam penilaian kerja. Bila penilaian
kerja hanya berfokus pada tujuan ekonomis tujuan akhir akan memulai
membenarkan caranya.

 Pelatihan Etika
Sekarang ini banyak organisasi yang mengadakan seminar, lokakarya, dan
program pelatihan semacam itu bukannya tanpa kontroversi, kekhawatiran utamanya
adalah apakah etika dapat diajarkan. Para kritikus menekankan bahwa usaha ini

12
tidak ada tujuannya karena masyarakat karena masyarakat menentuka sistem ini
perorangan atau mereka sendiri.

 Audit Sosial Independen


Ketakutan akan ditangkap dapat dijadikan pencegah utama perilaku tidak etis.
Audit sosial independen, yang mengevaluasi keputusan dan praktek manajemen
berdasarkan kode etik organisasi. Audit semacam itu bisa menjadi evaluasi berkala,
atau dapat diadakan secara acak, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Program etika
yang efektif mungkin memerlukan keduanya untuk mempertahankan integritas.

 Mekanisme Protektif
Karyawan yang menghadapi dilema etika memerlukan mekanisme protektif agar
mereka dapat melakukan apa yang benar tanpa takut mendapat peringatan. Sebuah
organisasi dapat menugaskan konselor/penasehat etika bagi karyawan yang
menhadapi dilema etika. Konselor/penasehat ini juga dapat menyarankan alternatif
yang dianggap “benar” secara moral.

13
E. TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN MASALAH ETIKA DI DUNIA MASA
KINI

 Cara Manajer Mengelola Lunturnya Etika dan Tanggung Jawab Sosial


Manajer dapat mencegah runtuhnya etika dan ketidakbertanggungjawaban
sosial dengan menjadi pemimpin yang menjalankan etika yang kuat dan
melindungi karyawan yang mengangkat isu etika. Teladan yang diberikan oleh
manajer mempunyai pengaruh yang kuat pada bagaimana karyawan berperilaku
etis. Pemimpin beretika juga jujur, berbagi nilai mereka, menekankan nilai bersama
yang penting, dan menggunakan sistem penghargaan yang sesuai. Manajer dapat
melindungi whistle blower (pegawai yang mengangkat isu atau kekwatiran etika)
dengan mendorong mereka untuk maju ke depan, dengan membuat sambungan
langsung bebas pulsa, dan membuat budaya di mana karyawan dapat mengeluh,
dan didengar tanpa ketakutan akan ditindak.

 Peran Entrepreneur Sosial


Entrepreneur sosial memainkan peran penting dalam memecahkan masalah
sosial dengan mencari kesempatan untuk memajukan masyarakat lewat pendekatan
praktis, inovatif, dan berkelanjutan. Entrepreneur sosial hendak membuat dunia
menjadi lebih baik dan mempunyai dorongan keinginan untuk membuatnya terjadi.

 Mempromosikan Perubahan Sosial Positif Melalui Bisnis


Bisnis dapat mempromosikan perubahan sosial melalui filantropi perusahaan
(korporat) dan usaha suka rela karyawan. Filantropi perusahaan dapat menjadi
jalan yang efektif bagi perusahaan untuk menghadapi masalah masyarakat.
Misalnya, kampanye “merah muda” dan kampanye merah AIDS global.
Sukarelawan karyawan adalah jalan yang populer bagi bisnis untuk terlibat dalam
promosi perubahan sosial. Banyak bisnis yang mendapati bahwa hal tersebut tidak
hanya menguntungkan komunitas, tetapi juga meningkatkan usaha kerja dan
motivasi karyawan.

14

Anda mungkin juga menyukai