Anda di halaman 1dari 16

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJERIAL

Makalah Ini Disusun Untuk Melengkapi Tugas

Mata Kuliah Pengantar Manajemen Semester Genap 2019

Tim : 4 (empat)

Mata Kuliah : Pengantar Manajemen

Tanggal : 21 Februari 2019

Dosen : Drs. John Edwar, MM.

Jurusan DIII Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Andalas

Padang

2019
Statement of Authorship

Kami yang bertanda dibawah ini menyatakan bahwa makalah terlampir adalah murni
hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini belum pernah disajikan sebagai bahan untuk makalah pada mata ajaran lain,
kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

1. Ghina Salsabila (1800522007) 1.


2. Muhammad Rifqi (1800522023) 2.
3. Dharmawan Arya Maulana (1800522041) 3.
4. Tasya Febri Afdhal (1800522075) 4.
5. Fadilla Amara Martias (1800522077) 5.
6. Tania Tasya (1800522079) 6.
7. Muhammad Alhadi (1800522099) 7.

Judul : Tanggung Jawab Sosial dan Etika Manajerial


Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mendiskusikan dan menjelaskan apa itu tanggung jawab sosial dan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi keputusan tersebut.
2. Menjelaskan apa itu manajemen “menghijau” dan bagaimana cara organisasi
menjadi “hijau”.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis dan tidak etis.
4. Menjelaskan peran manajemen dalam meningkatkan perilaku etis.
5. Menjelaskan permasalahan yang biasa terjadi terkait etika bisnis.
PEMBAHASAN
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJERIAL

A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial


Tanggung jawab sosial adalah sebagai kewajiban suatu perusahaan bisnis, diluar
kewajiban yang dituntut oleh hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk mengejar berbagai
sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat. Menurut pandangan klasik, pengertian
tanggung jawab sosial merupakan satu-satunya tanggung jawab sosial manajemen adalah
memaksimalkan laba. Ahli ekonomi, Nobel Milton Friedman berpendapat bahwa tanggung
jawab utama manajer adalah menjalankan bisnis sesuai dengan kepentingan terbesar
pemegang saham (pemilik perusahaan yang sesungguhnya). Sedangkan menurut pandangan
sosial ekonomi adalah pandangan yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial
manajemen bukan sekedar menghasilkan laba tetapi juga mencakup melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan sosial.
Pandangan Mengenai Tanggung Jawab Sosial
Terdapat dua pandangan mengenai tanggung jawab social perusahaan, yaitu pandangan
tradisional dan pandangan social ekonomi.
a. PandanganTradisional
Pertemuan Yohannesburg tahun 2002 yang dihadiri para pemimpin dunia memunculkan
konsep social responsibility, yang mengiringi dua konsep sebelumnya yaitu economic
danenvironment sustainability. Ketiga konsep ini menjadi dasar bagi perusahaan dalam
melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Corporate Social Responsibility). Pertemuan
penting UN Global Compact di Jenewa, Swiss, Kamis, 7 Juli 2007 yang dibuka Sekjen PBB
mendapat perhatian media dari berbagai penjuru dunia. Pertemuan itu bertujuan meminta
perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab dan perilaku bisnis yang sehat yang dikenal
dengan corporate social responsibility. Sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah
dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun
kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-
program pengembangan masyarakat sekitarnya.
Pandangan ini sekaligus juga menyiratkan bahwa jika upaya perusahaan motifnya bukan
ekonomi (misalnya untuk kesejahteraan masyarakat sekitar), suatu saat perusahaan bisa
memiliki kemungkinan merugi karena meningkatnya biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan. Kalau biaya meningkat, perusahaan akan meningkatkan harga-harga menjadi
mahal. Apalagi persaingan yang dihadapi perusahaan juga tidak mudah. Jadi, ketimbang
mengeluarkan uang banyak untuk layanan sosial, lebih baik perusahaan menggunakannya
untuk pengembangan produk dan sejenisnya. Sementara itu, masyarakat pada dasarnya bisa
berpartisipasi, menikmati keuntungan atas operasi perusahaan dengan mekanisme “go
public” dari perusahaan. Bagi pendukung pandangan seperti ini, untuk urusan sosial dan
lingkungan seharusnya hanya menjadi urusan pemerintah.
b. Pandangan Sosial Ekonomi
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa kalangan bisnis selayaknya memiliki tanggung
jawab yang lebih. Pandangan ini disebut sebagai sosio-economics view. Ada empat pokok
pikiran dari pandangan ini, yaitu :
1. Tanggung jawab perusahaan lebih dari sekedar menciptakan laba, yaitu perusahaan
juga terlibat untuk urusan menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.
2. Perusahaan pada dasarnya bukan pihak independen yang hanya bertanggung jawab
kepada pemegang sahamnya.
3. Perusahaan seharusnya memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat yang
lebih luas, baik untuk urusan sosial, hukum, dan berbagai masalah perpolitikan.
4. Perusahaan haruslah melakukan hal-hal yang “baik dan benar” dan bermanfaat bagi
masyarakat dalam menjalankan usahanya.

Salah satu pihak yang menjadi pengusung pandangan sosio-economics view ini adalah
Archie Carrol yang mengaitkan tanggung jawab sosial perusahaan dan tanggung jawab
perusahaan terdiri dari empat level, yaitu:
1. Tanggung Jawab Ekonomi
Menghasilkan barang dan jasa yang bernilai bagi masyarakat sehingga perusahaan
dapat membayar pada pemegang saham dan kreditornya.

1. Tanggung Jawab Legal


Ditentukan pemerintah melalui produk hukum dan dipatuhi oleh perusahaan. Di
tingkat ini perusahaan bagaimanapun harus mematuhi apapun peraturan
perusahaan terkait dengan operasinya. Perusahaan dianjurkan untuk peraturan ini
akan membawa manfaat sendiri bagi perusahaan. Misalnya, sebuah perusahaan
yang menggunakan bahan-bahan kimia, saat mengelola limbahnya, dianjurkan
untuk mematuhi aturan pemerintah tentang ambang batas.

2. Tanggung Jawab Etika


Mengikuti kepercayaan yang berlaku tentang perilaku tertentu di masayarakat. Di
sinilah urutan selanjutnya berada, di mana perilaku perusahaan sangat ditentukan
oleh perlakuan utama dari mahasiswanya.

3. Tanggung Jawab Diskresi


Sesuatu yang secara murni dan sukarela tapi perusahaan memperlakukannya
sebagai suatu yang wajib.

Bagi Carrol, dua tanggung jawab yang terakhir inilah yang disebut tanggung jawab
sosial. Dan keempat tanggung jawab ini menurut Carrol harus berlangsung berurutan. Sebuah
perusahaan baru bisa menjalankann diskresi, kalau ia sudah mampu menjalankan tanggung
jawab yang ada sebelumnnya.
Ada dua konsep awal yang sejak dulu menjadi landasan-landasan perusahaan-perusahaan
dalam menjalankan praktik tanggung jawab sosial. Di satu sisi, ada pihak yang mengatakan
bahwa urusan bisnis adalah menjalankan bisnis saja. Pandangan seperti ini dipopulerkan oleh
Milton Friedman. Menurut Friedman, hanya ada satu tanggung jawab sosial perusahaan,
yaitu menggunakan sumber daya dengan aktivitas-aktivitas yang bisa mendapatkan dan
meningkatkan laba perusahaan, sepanjang semuanya sesuai aturan yang ada, terbuka, dan
bersaing bebas tanpa kecurangan. Pemerintah dapat mengatur berbagai aturan main tentang
cara operasi yang tidak merusak lingkungan dan mengganggu masyarakat, tentang
perpajakan, tentang penggunaan tenaga kerja, dan lain-lain. Perusahaan tinggal
mengikutinya. Jadi, pandangan mendirikan dan menjalankan bisnis seperti ini motifnya
sungguh-sungguh untuk motif ekonomi semata.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial
a. Harapan-harapan masyarakat
Opini publik sekarang mendukung pengusaha yang mengejar sasaran ekonomi dan
sosial.
b. Laba jangka panjang
Perusahaan-perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab itu cenderung memiliki
laba jangka panjang yang lebih terjamin.
c. Kewajiban etis
Dunia bisnis seharusnya bertanggung jawab secara sosial karena tindakan yang
bertanggung jawab itu merupakan tindakan yang tepat untuk dilakukan.
d. Citra masyarakat
Dunia bisnis dapat menciptakan citra masyarakat yang menguntungkan dengan
mengejar sasaran-sasaran sosial.
e. Lingkungan yang lebih baik
Keterlibatan dunia bisnis dapat menolong memecahkan masalah-masalah yang sulit.

f. Menghambat peraturan pemerintah lebih lanjut


Dengan menjadi bertanggung jawab secara sosia, dunia bisnis dapat mengharapkan
berkurangnya peraturan pemerintah.
g. Keseimbangan tanggung jawab dengan kekuasaan
Dunia bisnis memiliki banyak kekuasaan dalam masyarakat. Dibutuhkan jumlah
tanggung jawab yang sama besar untuk mengimbanginya.
h. Kepentingan-kepentingan pemegang saham
Tanggung jawab sosial akan memperbaiki harga saham perusahaan dalam jangka
panjang.
i. Kepemilikan sumber daya
Dunia bisnis memiliki sumber daya dalam rangka mendukung proyek publik dan
proyek amal yang memerlukan bantuan.

C. Manajemen “Menghijau” Dan Cara Organisasi Mencapai “Hijau”


Green Management System sendiri merupakan seperangkat proses standar dan
praktik yang membantu perusahaan untuk meningkatkan keberlanjutannya dengan
merencanakan, melakukan, mengevaluasi dan mengatur kebijakan lingkungan.
Terdapat tiga level dalam penerapan sistem Green Management oleh sebuah
perusahaan, yaitu pengembangan aturan lingkungan, perencanaan sistem untuk penerapan
aturan, dan penerapannya dalam praktek. Aturan harus berisi tentang komitmen
perusahaan untuk fokus pada lingkungan. Pada level kedua, rencanakan sistem pada
perusahaan. Dan ketiga, adalah penerapannya.
Manajemen “menghijau” adalah kesadaran suatu organisasi akan eratnya
keputusan dan kegiatan organisasi dengan dampaknya terhadap lingkungan alam.
Pengembangan Green Management sendiri bukan barang baru di dunia
Internasional. Beberapa Negara telah menerapkan Green Management sebagai rencana
jangka panjang mereka concern terhadap lingkungan. Di Tiongkok telah menerapkan
konsep Green Management dan menetapkan sebagai salah satu isi dari rencana panjang
dua puluh lima tahun untuk pembangunan ekonomi dan Sosial. Malaysia juga
membentuk green growth (istilah untuk menggambarkan jalur pertumbuhan ekonomi
yang menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan) sebagai paradigma
fundamental pembangunan ekonomi 2020. Robbins dan Coulter (Tj.1999) Menurut
Cronin et.al dalam Sugiarto dan Dewi (2016) salah satu konsep yang berhubungan
dengan upaya penyelamatan lingkungan adalah konsep ramah lingkungan. Konsep ramah
lingkungan banyak diterapkan sebagai strategi bisnis, baik dalam bidang produksi,
pemasaran, bidang sumber daya manusia serta bidang lainnya. Menurut perusahaan
Samsung dalam Triastity (2011) the greening of management, pada aspek ini pihak
manajemen membuat kebijakan, menentukan target jangka menengah/panjang atau target
spesifik dibidang masing-masing dan menentukan visi perusahaan secara keseluruhan.
Perusahaan dapat pula mengadopsi praktik-praktik etis yang berkaitan dengan
lingkungan, yang dapat membantu pembuatan program perusahaan agar dapat terus
menerus berkembang. Dalam struktur organisasi dapat pula dibentuk environment
committee atau individu/spesialis yang bertanggung jawab. Menurut Triastity (2011)
salah satu model pendekatan untuk mengevaluasi komitmen suatu perusahaan terhadap
tanggung jawab lingkungan adalah Model Nuansa Hijau (shades of green). Perusahaan
yang menggunakan pendekatan ini dapat dilihat komitmennya dengan berbagai tingkatan
kedalaman aktivitas yang dilakukannya. Pendekatan nuansa hijau dari Freeman dalam
Triastity (2011) membagi menjadi empat tingkatan .

Nuansa Hijau Perusahaan

pendekat
an
pendekatan
aktivis
stakeholder

pendekatan pasar

pendekatan legal

Hirarki pendekatan nuansa hijau :


1. Pendekatan legal : Perusahaan cukup melakukan apa yang diperlukan untuk
memenuhi ketentuan hukum
2. Pendekatan pasar : Perusahaan menyediakan produk yang bersahabat dengan
lingkungan karena pelanggan menginginkan produk
semacam itu, bukan karena komitmen manajemen yang
kuat terhadap lingkungan.
3. Pendekatan stakeholder : Perusahaan berupaya merespons persoalan
lingkungan yang diajukan stakeholder.
4. Pendekatan aktivitis : Perusahaan secara aktif mencari cara untuk melakukan
konservasi sumber daya di bumi.

Pendekatan the greening of management menurut Robbins dan Coulter (Tj.1999)


adalah : 1. Pendekatan Legal : Menurut pendekatan ini, organisasi
memperlihatkan sedikit kepekaan lingkungan. Mereka akan mematuhi undang-
undang, peraturan-peraturan, dan kaidah.
Cara memulai penerapan sistem manajemen lingkungan :
1. Mendefinisikan sasaran
2. Komitmen dari manajemen puncak
3. Gambaran yang baik mengenai proses dan sistem yang ada dan relevan terhadap
dampak lingkungan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis dan tidak etis seorang manajer
terbagi atas:

1. Tahap-tahap perkembangan moral

Tingkatan Deskripsi Tahap


Pra-konvensional a. Menaati peraturan untuk menghindari hukuman fisik.
b. Menaati peraturan hanya ketika berbuat seperti itu merupakan
kepentingan anda langsung.
Konvensional a. Menghayati apa yang diharapkan oleh orang-orang yang dekat dengan
anda.
b. Mempertahankan tatanan konvensional dengan memenuhi berbagai
kewajiban yang telah anda sepakati.
Prinsip a. Menghargai hak-hak orang lain dan mempertahankan nilai-nilai dan hak-
hak mutlak tanpa mempedulikan pendapat mayoritas.
b. Mengikuti prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri walaupun prinsip-prinsip
itu melanggar hukum.
Adanya tingkatan perkembangan moral, masing-masing terdiri dari dua tahap, yakni:

a. Pra-konvensional

Pada tingkatan ini, pilihan orang atas benar atau salah didasarkan
pada akibat-akibat pribadi yang terkait, seperti hukuman badan, imbalan,
atau pertukaran keuntungan.

b. Konvensional
Menunjukan bahwa nilai-nilai moral terletak dalam mempertahankan
tatanan konvensional dan memenuhi harapan orang lain.
c. Prinsip
Individu melakukan upaya yang jelas untuk mendefinisikan prinsip-
prinsip moral terlepas dari wewenang kelompok yang menaungi mereka atau
masyarakat pada umumnya.

2. Karakteristik individu

Setiap orang memasuki suatu organisasi dengan serangkaian nilai yang relatif
telah tertanam. Dengan demikian, para manajer di organisasi sering memiliki nilai
pribadi yang sangat berbeda. Ada dua variabel kepribadian yang mempengaruhi
tindakan individu menurut keyakinannya tentang apa yang benar atau salah, yaitu:
kekuatan ego dan tempat kendali.

 Kekuatan ego (ego strength)


Ukuran kepribadian tentang kekuatan keyakinan seseorang. Orang yang memiliki
ego yany tinggi cenderung akan bersikap tidak etis dan sebaliknya cenderung megikuti
keyakinan mereka.
 Tempat kendali (locus of control)
Sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai berapa orang yakin bahwa mereka
mampu mengendalikan nasib mereka sendiri. Setiap orang memiliki keyakinan yang
berbeda-beda, yakni internal yang yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidup
berasal dari dirinua sendiri, sedangkan eksternal yang yakin bahwa apapun yang
terjadi dalam hidup berasal dari keberuntungan. Orang internal cenderung memikul
tanggung jawab atas berbagai akibat, sementara orang eksternal cenderung kurang
memikul tanggung jawab pribadi atas berbagai akibat.

3. Variabel-variabel struktural

Struktur desain organisasi mampu memberikan bimbingan yang kuat


dibandingkan struktur lainnya yang hanya menciptakan ketidakpastian bagi para
manajer. Peraturan dan tatanan resmi akan mampu mempengaruhi para manajer
mengurangi ketidakjelasan. Jika seorang manajer hanya dinilai berdasarkan hasil
kinerja, maka akan ada peningkatan tekanan untuk melakukan apa saja yang perlu
dilakukan agar variabel-variabel yang telah ditentukan memperoleh hasil yang baik
dan barang kali melanggar pedoman etis mereka.
4. Budaya organisasi

Ada macam-macam budaya organisasi yang cenderung mendorong standar etika


yang tinggi. Yaitu budaya yang tinggi dalam mentolerir risiko, tinggi
pengendaliannya, dan tinggi toleransi konfliknya. Budaya yang kuat akan lebih banyak
mempengaruhi para manajer daripada budaya yang lemah. Dan para manajer didorong
untuk bersifat agresif dan inovatif.

5. Intensitas masalah

Konsensus
tentang
kesalahan

Besarnya Kemungkinan
Kerusakan Kerugian

Intensitas
Masalah

Konsentrasi Kecepatan
Akibat Akibatnya

Kedekatan
dengan
Korban

Ada enam karakteristik dalam menentukan intensitas masalah, yaitu besarnya


kerugian, konsensus tentang kesalahan, kemungkinan kerugian, kecepatan akibatnya,
jarak terhadap korban, dan konsentrasi akibat. Jika kita mengikuti pedoman ini, maka
semakin besar jumlah orang yanh dirugikan, semakin besar kesepakatan bahwa
perbuatan itu jahat. Ketika masalah etika penting yaitu, semakim besar masalah itu,
semakin besar kita akan berharap para manajer berlaku etis.

E. Peran manajemen dalam meningkatkan perilaku etis.


1. Proses seleksi untuk membawa karyawan baru ke dalam organisasi harus
dipandang sebagai kesempatan untuk belajar tentang tingkat individu tentang
pengembangan moral yang, nilai-nilai pribadi, kekuatan ego, dan lokus kontrol.
2. Sebuah kode etik adalah pernyataan formal dari nilai-nilai utama organisasi dan
aturan-aturan etika mengharapkan karyawannya untuk mengikuti. Juga, keputusan
aturan dapat dikembangkan untuk memandu manajer dalam menangani dilema
etis dalam pengambilan keputusan.
3. Kepemimpinan manajemen puncak dan komitmen untuk perilaku etis sangat
penting.
4. Tujuan pekerjaan karyawan harus nyata dan realistis.
5. Etika pelatihan harus digunakan untuk membantu mengajar pemecahan masalah
etika dan hadir simulasi situasi etika yang mungkin timbul.
6. Penilaian kinerja harus komprehensif dan tidak hanya fokus pada ekonomi hasil.
7. Audit independen yang mengevaluasi keputusan dan praktek manajemen dalam
hal kode etik organisasi dapat digunakan untuk mencegah tidak etis perilaku.
8. Akhirnya, organisasi dapat menyediakan mekanisme formal sehingga karyawan
dengan dilema etika dapat melakukan sesuatu tentang mereka tanpa takut
pembalasan.

F. Permasalahan yang biasa terjadi terkait tanggung jawab sosial dan etika dalam
sistem manajemen.
A. Masalah Etika Dalam Bisnis
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: Suap
(Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft), Diskriminasi
tidak jelas (Unfair discrimination), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima atau
meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang
pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk
memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat
dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun
pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah
dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah
dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah(gift) tidak selalu dapat
disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh
pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan
menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman untuk
mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap
seorang individu.
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja
dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan
hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya.
Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil atau
penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
kelamin,kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan
semua orangdengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara mereka
yang 'disukai' dan tidak.

SIMPULAN

Tanggung jawab sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu
konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan memiliki berbagai bentuk
tanggungjawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaan perusahaan di sebuah lingkungan
masyarakat mendorong perusahaan untuk lebih proaktif dalam mengambil inisiatif dalam hal
tanggungjawab sosial. Pada dasarnya tanggungjawab sosial akan memberikan manfaat dalam
jangka panjang bagi semua pihak.
Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka.
Sedangkan menurut Vonder Embsedan Wagley, etika didefinisikan sebagai konsensus mengenai
suatu standar perilaku yang diterima untuk suatu pekerjaan dan perdagangan, atau profesi.
Sumber
https://shankar9119.files.wordpress.com/2013/07/management-11th-edn-by-stephen-p-robbins-
mary-coulter-pdf-qwerty80.pdf
https://togarsilaban.wordpress.com/2008/11/05/manajemen-hijau-diterapkan/

Anda mungkin juga menyukai