Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENGELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA


Pengantar Manajemen

Dosen Pengajar
Syaharuddin Y, S.E.,M.M

Oleh:
Ivan Firdaus
(2201026168)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Syaharuddin Y, S.E.,M.M sebagai
dosen pengajar mata kuliah Pengantar Manajemen yang telah membantu kami dalam
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Samarinda,28 September 2022

Ivan Firdaus

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………

BAB I: PENDAHULUAN
1.Latar Belakang …………………………………………………………. 4
2.Rumusan Masalah ……………………………………………………… 5
3.Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 5
4.Manfaat Penulisan………………………………………………….........
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian tanggung jawab sosial
B. Al-Quran sebagai sumber nilai
C. Fungsi dan peran Al-Quran
D. Kandungan dan keistimewaan Al-Quran
E. Penafsiran al-Quran
F. Pengertian As-Sunnah/hadist
G. Hubungan persamaan dan perbedaan antara Al-Quran dan hadits
H. Macam-macam hadist

BAB III: PENUTUP


1.Kesimpulan……………………………………………………………...
2.Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… iii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengelola tanggung jawab sosial dan etika merupakan salah satu hal penting yang
harus diketahui oleh para manajer agar dapat mengelola organisasi dengan lebih baik dan
terorganisir. Semakin besar oraganisasi, semakin besar pula tuntutan masyarakat
terhadapnya. Oleh karena itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang
memenuhi syarat sesuai etika manajerial. Ide mengenai tanggung jawab sosial atau
dikenal dengan Corporate social responbility (CSR) kini semakin diterima secara luas.
Mereka yang mendukung wacana tanggung jawab sosial berpendapat bahwa perusahaan
tidak dapat dipisahkan dari individu yang terlibat didalamnya baik pemilik maupun
karyawan.

Dengan mengelola tanggung jawab sosial dan etika sebagai bentuk rasa tanggung
jawab perusahaan kepada masyarakat,karyawan, dan juga sebagai bentuk perhatian
perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Di samping itu, mengelola tanggung jawab
sosial dan etika juga memiliki peranan penting bagi perusahaan yang menjalankannya,
dan juga manfaat yang dapat dirasakan perusahaan bila menjalankannya yaitu
diantaranya: Meningkatkan citra perusahaan, mengembangkan kerja sama manajer
dengan para karyawan, dan membawa kenyamanan bagi para karyawan.

4
1.2 Rumusan masalah
A. Apa itu tanggung jawab social?
B. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Ramah Lingkungan dan Keberlanjutan?
C. Apa yang dimaksud dengan Etika Manajerial?
D. Bagaimana cara mendorong Perilaku Etis?
E. Seperti apa Tanggung Jawab Sosial dan Masalah Etik di Dunia saat ini ?

1.1 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah sekaligus agar kita
para mahasiswa/i FEB mengetahui lebih banyak tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Etika.
1.2 Manfaat Penulisan
Semoga Makalah ini mampu menambah pengetahuan para mahasiswa/i mengenai
Tanggung Jawab Sosial dan Etika.

5
BAB II

PEMBAHASAN
1. TANGGUNG JAWAB SOSIAL
A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial
Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) adalah kewajiban perusahaan yang
melampaui kewajiban yang ditetapkan oleh hukum dan ekonomi guna mencapai tujuan
jangka panjang yang baik/berguna untuk masyarakat. Perusahaan bertindak sebagai agen
moral yang yang melakukan tindakan sosial bukan karena tindakan tersebut sesuai dengan
peraturan/hukum atau karena sesuai dengan tujuan ekonomi melainkan karena tindakan
sosial tersebut adalah hal yang benar/etis untuk dilakukan.

I. Dari Kewajiban Responsif ke Tanggung Jawab


Kewajiban sosial adalah ketika sebuah perusahaan terlibat dalam tindakan sosial
karena kewajibannya untuk memenuhi lingkungan tertentu. Kewajiban Sosial (Social
Obligation) adalah kewajiban perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab ekonomi
dan hukum.

Dua konsep lainnya yaitu kepekaan sosial dan tanggung jawab social mencerminkan
pandangan sosial ekonomi yang mengatakan bahwa tanggung jawab sosial manajer
adalah membuat keuntungan untuk mencakup melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pandangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa korporasi
bukan entitas independen yang bertanggung jawab hanya sebagai pemegang saham,
tetapi memiliki kewajiban untuk masyarakat yang lebih besar.
Kepekaan sosial adalah ketika sebuah perusahaan terlibat dalam tindakan sosial
sebagai tanggapan untuk beberapa kebutuhan sosial populer. Kepekaan Sosial (Social
Responsiveness) juga adalah Kapasitas suatu perusahaan dalam beradaptasi dengan
kondisi masyarakat yang berubah.Perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
sosial yang sesuai dengan norma sosial yang berlaku.Manajer dipandu oleh norma
dan nilai sosial dan membuat keputusan yang praktis dan berorientasi pasar tentang
tindakan mereka.

6
II. Haruskah Organisasi Terlibat Secara Sosial?
Salah satu cara untuk melihat pertanyaan ini adalah dengan memeriksa argumen
untuk
dan menentang keterlibatan sosial. Jika sebuah studi menunjukkan bahwa keterlibatan
sosial dan kinerja ekonomi berhubungan positif.
Berikut ini yang mendukung dan menentang Tanggung jawab social:
Argumen-argumen yang mendukung tanggung jawab sosial:
1. Memenuhi ekspektasi publik
2. Untuk mengamankan laba jangka panjang
3. Tanggung jawab sosial merupakan kewajiban etis.
4. Untuk menciptakan kesan publik yang baik.
5. Untuk membantu menyelesaikan masalah- masalah sosial yang pelik.
6. Untuk mengurangi jumlah peraturan pemerintah yang perlu diberlakukan.
7. Untuk mengimbangi besarnya kekuasaan yang dimiliki perusahaan
8. Untuk meningkatkan harga saham dalam jangka panjang.
9. Karena perusahaan memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu
masyarakat dan program-program sosial.
10. Untuk mengatasi masalah sosial sebelum masalah tersebut menjadi terlalu sulit dan
mahal untuk diselesaikan.
Argumen-argumen yang menentang tanggung jawab sosial:
1. Karena merupakan pelanggaran terhadap tujuan berupa maksimalisasi profit.
2. Karena merupakan dilusi terhadap tujuan utama perusahaan yakni produktivitas
ekonomis.
3. Mahal.
4. Kekuasaan yang dimiliki perusahaan akan terlalu besar jika perusahaan juga berusaha
mencapai tujuan sosial.
5. Kurangnya keahlian untuk mengatasi masalah sosial.
6. Kurangnya akuntabilitas yang dimiliki perusahaan terhadap tindakan sosial.

korelasi ini tidak selalu berarti bahwa keterlibatan sosial menyebabkan kinerja

ekonomi yang lebih tinggi itu berarti bahwa laba yang tinggi memberikan

7
perusahaan"kemewahan" karena terlibat secara sosial .Kekhawatiran metodologis

semacam itu tidak dapat dianggap enteng. Bahkan, satu studi menemukan bahwa jika

analisis empiris terpesona dalam studi ini"dikoreksi,"tanggung jawab sosial memiliki

dampak netral pada kinerja keuangan perusahaan.

B. Manajemen Ramah Lingkungan dan Keberlanjutan


Merupakan Pengakuan terhadap eratnya kaitan antara keputusan dan tindakan
organisasi dengan dampaknya terhadap lingkungan alam.Greening of management
sangatlah penting, karena melalui bentuk manajemen demikian, perusahaan dapat
membantu menyelesaikan sebagian dari masalah lingkungan global.
I. Bagaimana Organisasi Menjadi Ramah Lingkungan
Shades of Green (Bayang Hijau) bertujuan untuk menjelaskan beragam pendekatan
yang dilakukan organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Semakin tinggi intensitas warna hijau menunjukkan semakin tinggi sensitivitas lingkungan
suatu perusahaan.
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan organisasi:
a. Pendekatan 1 (Hijau): Pendekatan Hukum
1. Perusahaan hanya berupaya mematuhi hukum dan peraturan
2. Sensitivitas terhadap lingkungan: kecil.
3. Merupakan salah satu bentuk dari social obligation.
b. Pendekatan 2: Pendekatan Pasar
1. Perusahaan menanggapi permintaan konsumen yang terkait dengan lingkungan.
2. Sensitivitas dan kesadaran terhadap lingkungan: meningkat.
3. Merupakan salah satu bentuk dari kepekaan sosial.
c. Pendekatan 3: Pendekatan Pemegang Kepentingan (Stakeholder Approach)
1. Perusahaan menanggapi permintaan dari beragam pemegang kepentingan.
2. Merupakan salah satu bentuk dari kepekaan sosial.

d. Pendekatan 4 (Hijau Gelap): Pendekatan Aktivis


1. Perusahaan secara aktif mencari cara-cara untuk menghargai dan melestarikan bumi
dan sumber daya alam yang ada.
8
2. Menunjukkan tingkatan sensitivitas terhadap lingkungan yang paling tinggi.
3. Merupakan salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial

II. Evaluasi Aksi Manajemen Ramah Lingkungan


Cara lain organisasi menunjukkan komitmen mereka untuk menjadi ramah
lingkungan adalah melalui mengejar standar yang dikembangkan oleh Organisasi

Internasional nonpemerintah untuk Standarisasi (ISO). Salah satu cara terakhir untuk
mengevaluasi tindakan ‘hijau’ perusahaan adalah dengan menggunakan daftar Global
100 dari perusahaan yang paling berkelanjutan di dunia

C. ETIKA MANAJERIAL
Etika merupakanaturan-aturan dan prinsip-prinsip yang membedakan antara kelakuan
yang benar dan yang salah.

I. Pandangan Mengenai Etika


1. Teori utilitas (utilitarian view of ethics).
a) Menganggap bahwa etis tidaknya suatu keputusan ditentukan hanya berdasarkan
hasil atau konsekuensinya
b) Menekankan pada efisiensi dan produktivitas serta maksimalisasi profit

Dampak: Alokasi sumber daya yang tidak tepat, terabaikannya hak sebagian
pemegang kepentingan.

2. Nonutiliter:
I. Hak (rights view of ethics).
a) Menekankan pada penghargaan dan perlindungan terhadap kebebasan dan
hak-hak individual.
b) Dampak positif: hak-hak asasi karyawan terlindungi.

Dampak negatif: menghambat tercapainya produktivitas dan efisiensi tinggi


karena iklim kerja lebih difokuskan kepada perlindungan hak individual daripada
penyelesaian pekerjaan.

II. Teori keadilan (theory of justice view of ethics).


a) Etika ditegakkan melalui pemberlakuan hukum secara adil dan tanpa pandang
bulu dan segala hukum dan peraturan dipatuhi.
b) Dampak positif: pemegang kepentingan yang lemah kedudukannya dapat
terlindungi.

9
c) Dampak negatif: mengurangi keberanian karyawan untuk mengambil risiko,
membuat inovasi, dan mengurangi produktivitas.

III. Teori kontrak sosial integratif (integrative social contract theory).


a) Keputusan dikatakan etis bila didasarkan pada kenyataan empiris dan kondisi
normatif (yang seharusnya terjadi).
b) Merupakan gabungan dari dua kontrak, yakni kontrak sosial yang bersifat
umum (general social contract), yakni kontrak yang dibuat dunia bisnis dalam
bentuk peraturan-peraturan untuk menjalankan usahanya, dan kontrak sosial
yang bersifat spesifik, yakni kontrak yang mengikat suatu komunitas yang
menentukan perilaku bagaimanakah yang dapat diterima.

II. Faktor Yang Menentukan Perilaku Etis dan Tidak Etis

Orang yang tidak memiliki rasa moral yang kuat kecil kemungkinannya untuk
melakukan hal yang salah jika mereka dibatasi oleh aturan atau pekerjaan organisasi
deskripsi yang tidak menyetujui perilaku tersebut. Sebaliknya, individu yang sangat
bermoral dapat dirusak oleh struktur organisasi yang mengizinkan atau mendorong tindakan
yang tidak etis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis/tak etis:

1. tingkat perkembangan moral


2. variabel-variabel pengubah,
3. karakteristik individu
4. desain struktur organisasi
5. intensitas masalah etika
 Tingkatan perkembangan moral:
1. Prakonvensional

Penegakan etika dilakukan berdasarkan konsekuensi pribadi yang muncul, misal


dalam bentuk hukuman fisik atau balas jasa.

2. Konvensional

Etika didasarkan pada nilai moral yang timbul ketika seseorang mematuhi standar
yang ditentukan dan ketika memenuhi harapan orang lain.

3. Berprinsip

10
Individu yang mencapai tingkatan ini secara aktif membuat definisi sendiri mengenai
prinsip moral, terlepas dari otoritas kelompok atau masyarakat dimana ia menjadi
anggota.

Semakin tinggi tahapan perkembangan moral seseorang, semakin kecil pengaruh


eksternal mempengaruhi penilaian moral yang ia lakukan.

 Karakteristik individual

Dua karakteristik individu, nilai dan kepribadian berperan dalam menentukan


apakah seseorang berperilaku etis. Setiap orang datang ke organisasi dengan
seperangkat nilai-nilai pribadi yang relatif mengakar, yang mewakili keyakinan dasar
tentang apa yang benar dan salah. Nilai-nilai berkembang dari usia muda berdasarkan
apa yang kita lihat dan dengar dari orang tua, guru, teman, dan lain-lain. Dengan
demikian, karyawan dalam organisasi yang sama seringkali memiliki nilai yang sangat
berbeda.Meskipun nilai dan tahap perkembangan moral mungkin tampak serupa,
sebenarnya tidak. Nilai luas dan mencakup berbagai masalah tahap perkembangan moral
yang merupakan ukuran kemandirian dari pengaruh luar.Ada 2 variabel kepribadian
yang mempengaruhi penilaian seseorang mengenai nilai.Nilai dsini adalah keyakinan
mendasar mengenai mana yang benar dan mana yang salah yakni:

1. Kekuatan ego

Semakin kuat ego seseorang maka semakin kuat kemampuannya untuk mengikuti
keyakinannya dan menolak dorongan untuk bertindak tak etis.

2. Locus of control (titik kontrol)

Orang dengan locus of control internal meyakini bahwa dirinyalah yang


bertanggung jawab atas tindakan dan nasibnya, sehingga ia akan berpegang pada
standar nilai yang ia miliki dalam berperilaku. Orang dengan locus of control
eksternal percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya merupakan
kebetulan atau keberuntungan, dan ia akan mengandalkan kekuatan dari luar dirinya
guna mengatur tata nilai bagi dirinya untuk berperilaku.

 Variabel Struktural

Adalah desain struktur organisasi yang dapat mendorong perilaku etis yakni
desain struktur organisasi yang meminimalkan bias dan ketidakpastian serta yang
dapat secara kontinyu mengingatkan manajer mengenai hal yang tergolong
etis.Desain demikian dapat terbentuk melalui adanya peraturan dan regulasi formal
yang jelas, deskripsi kerja dan kode etik tertulis dalam perusahaan, teladan yang

11
dicontohkan oleh karyawan atasan, dan sistem penilaian kinerja yang menekankan
pada hasil dan cara dan tidak banyak mengaitkan balas jasa dengan kinerja.

Kultur organisasi yang mendorong perilaku etis adalah:

1. Dari segi isi: Kultur organisasi yang memiliki toleransi risiko, kontrol, dan
toleransi terhadap konflik yang tinggi.
2. Dari segi kekuatan kultur: Kultur organisasi yang kuat.

I. Intensitas Masalah

karakteristik menentukan intensitas masalah atau seberapa penting masalah etika


bagi seorang individu: kebesaran bahaya, konsensus yang salah, kemungkinan
bahaya, kedekatan konsekuensi, kedekatan dengan korban, dan konsentrasi efek.

Intensitas mengenai etika dalam memandang suatu tindakan ditentukan oleh faktor:

1. Tingkat kesepakatan bahwa tindakan tersebut salah.


2. Besar kemungkinan tindakan tersebut menimbulkan dampak negatif.
3. Cepat tidaknya dampak negatif tersebut terasa.
4. Kedekatan pelaku tindakan dengan mereka yang potensial menjadi korban
dari tindakan tersebut.
5. Besar dampak tindakan terhadap korban.
6. Banyaknya orang yang terkena dampak negatif/Luas dampak negatif yang
ditimbulkan oleh tindakan tersebut.

III. Etika Dalam Konteks Internasional

apakah standar etika bersifat universal? Meskipun ada beberapa keyakinan moral
umum, sosial dan dierensi budaya antar negara adalah faktor penting yang
menentukan etika dan perilaku tidak etis.

Penting bagi manajer individu yang bekerja di budaya asing untuk mengenali
inuensi sosial, budaya, dan politik-hukum tentang apa yang pantas dan dapat diterima
perilaku. Standar etika tidak berlaku secara universal.

D. Mendorong Perilaku Etis


Anda harus bertanya-tanya apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh manajer perusahaan
sementara keputusan dan tindakan yang dipertanyakan secara etis seperti itu sedang terjadi,
ketika itu bisa mempertimbangkan kembali apakah target penjualan itu realistis.

12
Kultur organisasi yang mendorong perilaku etis adalah:
a. Dari segi isi: Kultur organisasi yang memiliki toleransi risiko, kontrol, dan
toleransi terhadap konflik yang tinggi.
b. Dari segi kekuatan kultur: Kultur organisasi yang kuat.
I. Seleksi Karyawan
Proses seleksi (wawancara, tes, pemeriksaan latar belakang, dan sebagainya)
harus dipandang sebagai kesempatan untuk belajar tentang tingkat perkembangan
moral individu, nilai-nilai pribadi, kekuatan ego, dan locus of control.Manajer
organisasi memang memainkan peran penting di sini. Mereka bertanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan yang mendorong karyawan untuk merangkul budaya
dan nilai-nilai yang diinginkan saat mereka melakukan pekerjaan mereka. budaya
yang kuat memberikan lebih banyak pengaruh pada karyawan daripada yang lemah.
Jika suatu budaya kuat dan mendukung etika yang tinggi standar, ia memiliki inuensi
yang kuat dan positif pada keputusan untuk bertindak secara etis atau secara tidak etis.

II. Kode Etik dan Aturan Keputusan


ketidakpastian tentang apa yang etis dan tidak etis dapat menjadi masalah bagi
karyawan. Sebuah kode etik adalah pernyataan formal tentang nilai-nilai organisasi
dan aturan etika itu mengharapkan karyawan untuk mengikutinya adalah pilihan
populer untuk mengurangi ambiguitas itu.
Sayangnya, kode etik mungkin tidak berfungsi sebaik yang kita kira seharusnya.
Apakah ini berarti bahwa kode etik tidak boleh dikembangkan? Tidak. Namun, dalam
melakukannya, manajer harus gunakan saran ini:
1. Pemimpin organisasi harus mencontoh perilaku yang tepat dan memberi
penghargaan kepada mereka yang bertindak secara etis.
2. Semua manajer harus terus menegaskan kembali pentingnya kode etik dan secara
konsisten mendisiplinkan mereka yang melanggarnya.
3. Pemangku kepentingan organisasi (karyawan, pelanggan, dan sebagainya) harus
dianggap sebagai kode etik dan dikembangkan atau ditingkatkan.
4. Manajer harus berkomunikasi dan memperkuat kode etik secara teratur.
5. Manajer harus menggunakan proses lima langkah untuk memandu karyawan
ketika dihadapkan dengan dilema etis

13
III. Kepemimpinan Tingkat Atas
Melakukan bisnis secara etis membutuhkan komitmen dari manajer di semua
tingkatan terutama tingkat atas. Mengapa? Karena merekalah yang menjunjung tinggi
nilai-nilai bersama dan menetapkan nada budaya. Mereka adalah panutan dalam hal
kata-kata dan tindakan, meskipun apa yang mereka lakukan jauh lebih penting
daripada apa yang mereka katakan. Manajer tingkat atas juga mengatur nada dengan
praktik pemberian hadiah dan hukuman .Pilihan tentang siapa dan apa yang dihargai
dengan kenaikan gaji dan promosi memberi sinyal yang kuat kepada karyawan.

IV. Tujuan Pekerjaan dan Penilaian Kinerja


Pencapaian tujuan biasanya merupakan masalah utama dalam penilaian kinerja.
Jika penilaian kinerja fokus hanya pada tujuan ekonomi, karyawan akan mulai
membenarkan cara apapun untuk mrncapai tujuan. Untuk mendorong perilaku etis,
kedua tujuan dan sarana harus dievaluasi

V. Pelatihan Etika
Fokus dari kursus singkat ini menampilkan departemen atau masalah khusus
pekerjaan. Di setiap departemen, tim karyawan meninjau dan mendiskusikan kasus
dan
kemudian terapkan "Pengukur Etika" untuk "menilai apakah keputusan kehidupan
nyata itu etis,tidak etis, atau di antara keduanya.

VI. Independent Social Audits


Audit Sosial Independen, yang mengevaluasi keputusan dan praktik manajemen
dalam hal kode etik organisasi, meningkatkan kemungkinan itu.Audit semacam itu
dapat berupa evaluasi rutin atau dapat terjadi secara acak tanpa pengumuman
sebelumnya. Program etika yang efektif mungkin membutuhkan keduanya. Untuk
menjaga integritas, auditor harus bertanggung jawab kepada dewan direksi
perusahaan dan mempresentasikan temuan mereka langsung kepada dewan.
Pengaturan ini memberi auditor pengaruh dan mengurangi kesempatan untuk
pembalasan dari mereka yang diaudit.
14
E. Tanggung Jawab Sosial dan masalah Etika di Dunia Saat Ini
I. Mengelola Penyimpangan Etika dan Ketidakbertanggungjawaban Sosial
Mengelola Penyimpangan Etika dan Tidak Bertanggung Jawab Sosial bahkan
setelah kemarahan publik atas kesalahan era Enron, praktik yang tidak bertanggung
jawab dan tidak etis oleh manajer di semua jenis organisasi belum hilang, seperti yang
sudah anda amati dengan beberapa perilaku dipertanyakan yang terjadi di perusahaan
jasa keuangan seperti Goldman Sachs dan Lehman Brothers.Beberapa penelitian
menarik terbaru menunjukkan bahwa pria lebih cenderung bertindak tidak etis
daripada wanita dalam situasi di mana kegagalan dapat membahayakan rasa
maskulinitas mereka.Para peneliti menyarankan bahwa alasannya adalah bahwa
mengalami kekalahan dalam "pertempuran, terutama dalam konteks yang sangat
kompetitif dan berorientasi pada laki-laki secara historis, menghadirkan ancaman bagi
kompetensi maskulin. Untuk memastikan kemenangan, manusia akan mengorbankan
standar moral jika melakukannya berarti menang. Sayangnya, bukan hanya di tempat
kerja kita melihat perilaku seperti itu.Perilaku buruk tersebut lazim di seluruh
masyarakat. Studi menunjukkan bahwa sebagian besar remaja berbohong kepada
orang tua mereka lebih dari 20 masalah.
apa yang bisa dilakukan manajer? Dua tindakan tampaknya sangat penting:
kepemimpinan etis dan melindungi mereka yang melaporkan kesalahan.
 Kepemimpinan Etis
Manajer harus memberikan kepemimpinan yang etis. Seperti yang kami katakan
sebelumnya, apa yang dilakukan manajer memiliki pengaruh kuat pada keputusan
karyawan apakah akan berperilaku etis. Ketika manajer menipu, berbohong, mencuri,
memanipulasi, memanfaatkan situasi atau orang, atau memperlakukan orang lain
secara tidak adil, contoh seperti apakah yang mereka kirim ke karyawan (atau
pemangku kepentingan lainnya)? Mungkin bukan yang ingin mereka kirim.
 Melindungi Mereka Yang Melaporkan Kesalahan
Apa yang akan Anda lakukan jika Anda melihat karyawan lain melakukan sesuatu
yang ilegal, tidak bermoral, atau tidak etis? Maukah Anda melangkah maju? Banyak
dari kita tidak akan melakukannya karena risiko yang dirasakan. Itulah mengapa
penting manajer untuk meyakinkan karyawan yang menyampaikan masalah atau
15
masalah etika bahwa mereka tidak akan menghadapi risiko pribadi atau karier. Orang-
orang ini, sering disebut whistle-blower, dapat menjadi bagian penting dari program
etika perusahaan mana pun. Sebuah perusahaan di Amerika Serikat melaporkan
bahwa "Whistle-blower sering menghadapi pilihan yang sulit antara memberi tahu
kebenaran dan risiko melakukan bunuh diri karier." Alasan lain termasuk ketakutan
bahwa itu akan membuatnya lebih sulit untuk bekerja dengan individu itu, takut
bahwa dia (whistle-blower) tidak akan dianggap serius, takut tidak memiliki cukup
bukti, berpikir orang lain akan melaporkannya, dan takut kehilangan pekerjaan atau
pembalasan lainnya.
Jadi, bagaimana karyawan bisa dilindungi? .ketika mereka bersedia untuk
melangkah jika mereka melihat hal-hal yang tidak etis atau ilegal terjadi?Salah satu
caranya adalah dengan membuat hotline etika bebas pulsa. Misalnya, perusahaan Dell
memiliki hotline etika bahwa karyawan dapat menelepon secara anonim untuk
melaporkan pelanggaran yang kemudian akan diselidiki oleh perusahaan. Selain itu,
manajer perlu menciptakan budaya di mana berita buruk dapat didengar dan ditindak
sebelum terlambat. Sayangnya, meskipun demikian perlindungan, kurang dari dua
dari setiap tiga karyawan merasa mereka akan dilindungi dari pembalasan, dan dengan
proporsi yang sama takut kehilangan pekerjaan jika mereka tidak bertemu target
kinerja. Saat ini, itu bukan solusi yang sempurna, tetapi ini adalah sebuah langkah ke
arah yang benar.

II. Kewirausahaan Sosial


Wirausaha sosial, adalah individu atau organisasi yang mencari peluang untuk
meningkatkan masyarakat dengan menggunakan pendekatan praktis, inovatif, dan
berkelanjutan. “Apa arti wirausahawan bisnis bagi ekonomi, wirausahawan sosial
bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial. Wirausahawan sosial ingin membuat
dunia menjadi tempat yang lebih baik dan memiliki mendorong semangat untuk
mewujudkannya.
Apa yang bisa kita pelajari dari wirausahawan sosial ini? Meskipun banyak
organisasi telah berkomitmen untuk melakukan bisnis secara etis dan bertanggung
jawab, mungkin masih ada lagi yang dapat mereka lakukan, seperti yang ditunjukkan
oleh wirausahawan sosial ini. Atau mungkin melibatkan individu-individu yang

16
terpelihara dengan penuh semangat dan sangat percaya bahwa mereka memiliki ide
yang dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik danhanya membutuhkan
dukungan organisasi untuk mengejarnya.

III. Bisnis Mempromosikan Perubahan Sosial Yang Positif


 Filantropi Perusahaan
Filantropi perusahaan dapat menjadi cara yang efektif bagi perusahaan untuk
mengatasi masalah sosial. Misalnya, kampanye kanker payudara "merah muda"
dan kampanye AIDS Merah global (dimulai oleh Bono) adalah cara-cara yang
dilakukan perusahaan untuk mendukung tujuan sosial. Banyak organisasi juga
menyumbangkan uang untuk berbagai tujuan yang dipedulikan oleh karyawan dan
pelanggan.

 Upaya Relawan Karyawan-Karyawan


Menjadi sukarelawan adalah cara lain yang populer bagi bisnis untuk menjadi
terlibat dalam mempromosikan perubahan sosial. Misal seperti Dow Corning
mengirim tim kecil karyawan ke pedesaan India membantu wanita “memeriksa
jahitan dan menghitung harga untuk pakaian yang akan dijual di pasar lokal.

17
18

Anda mungkin juga menyukai