Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan, maka semakin besar


pula tuntutan masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan tersebut. Banyak
lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan
persaingan. Oleh karena itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis
yang memenuhi syarat dalam etika bisnis manajerial, baik secara moral
maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan
dapat memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.

            Ide mengenai Tanggung jawab Sosial atau yang dikenal


dengan Corporate Social Responbility (CSR) kini semakin diterima secara luas.
Kelompok yang mendukung wacana tanggung jawab sosial berpendapat bahwa
perusahaan tidak dapat dipisahkan dari para individu yang terlibat didalamnya,
yakni pemilik dan karyawannya. Namun mereka tidak boleh hanya memikirkan
keuntungan finansialnya saja, melainkan pula harus memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap publik.

Dengan penerapan CSR sebagai sebuah program yang wajib sebagai


bentuk rasa terima kasih perusahaan kepada masyarakat dan juga sebagai
bentuk perhatian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Di samping itu
CSR juga memiliki peranan penting bagi perusahaan yang menjalankannya,dan
juga manfaat yang dapat dirasakan perusahaan bila menjalankan CSR yaitu
diantaranya : Meningkatkan Citra Perusahaan, Mengembangkan Kerja Sama
dengan Para Pemangku Kepentingan, dan Membuka Akses untuk
Investasi. Dari sisi masyarakat, CSR akan sangat membantu meningkatkan
kesejahteraan dan kebaikan untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan.

1
B.  Rumusan Masalah

1. Apakah tanggung jawab sosial itu ?

2.  Tanggung jawab sosial dari organisasi ?

3.  Konsep dasar etika manajemen ?

4. Bagaimana mengukur etika manajemen ?

5.  Mendorong pelaksanaan etika dalam manajemen ?

6.  Mengelola etika dan tanggung jawab sosial perusahaan ?

C.  Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami pengertian tanggung jawab sosial dan pengertian dari


beberapa para ahli

2.  Untuk memahami tanggung jawab sosial dari organisasi serta pro kontra
tanggung jawab sosial

3.  Untuk memahami konsep dasar dan teori etika, nilai-nilai didalam etika


manajemen, konflik nilai, dan isu seputar etika

4.  Untuk memahami criteria menilai atau mengukur etika

5.  Untuk memahami cara perusahaan mendorong pelaksanaan etika didalam


manajemen

6. Untuk memahami kode etik, struktur etis, pelatihan etika, whistle-blowing,


dan kasus bisnis tentang etika dan tanggung jawab sosial

  

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.  Tanggung jawab sosial

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social


Responsibility (CSR) adalah suatu konsep organisasi perusahaan memiliki
berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya,
yang diantaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan 
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan
"pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan,
dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata
berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan
atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka
yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai
kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara
manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak
positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.

Untuk keperdulian terhadap lingkungan eksternal perusahaan atau


pemerintahan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penjagaan, lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan sosial
lainnya. CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan
taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya.

Secara keseluruhan tanggung jawab sosial mencerminkan etika perorangan


yang diterapkan oleh perusahaan terutama manajemen puncaknya walau tidak
menutup kemungkinan tanggung jawab sosial dapat didorong oleh lembaga
pemerintahan, konsumen, investor, dan oleh perilaku perusahaan

3
lain/pesaing. Namun demikian, banyak perusahaan yang bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya terhadap stakeholder-nya
(individu atau kelompok sangat terkait langsung terhadap kinerja perusahaan).

·  Konsumen. Bisnis bertanggung jawab pada konsumennya dengan menjaga


kejujuran dan keterbukaannya. Mereka juga mencoba menetapkan harga yang
wajar, garansi, memenuhi komitmen, dan menjaga kualitas produk yang mereka
jual.

·    Karyawan. Bisnis bertanggung jawab sosial di dalam kesepakatan mereka


dengan mempekerjakan karyawan dengan wajar, membuat karyawan menjadi
bagian dari tim, dan menghargai martabat dan kebutuhan manusiawinya.

·   Investor. Untuk menjaga tanggung jawab sosial terhadap investor, manajer


harus mengikuti prosedur akuntansi yang benar, menyediakan informasi yang
tepat pada pemegang saham mengenai kinerja keuangan, dan mengelola
organisasi untuk melindungi hak pemegang saham dan investasi.

·  Pemasok. Hubungan dengan pemasok harus dikelola dengan baik. Banyak


perusahaan kini menyadari pentingnya kerja sama saling menguntungkan
dengan pemasok sehingga mereka melakukan kontrak pembelian dengan
negosiasi harga, jadwal.

·  Komunitas lokal. Hampir semua bisnis mencoba bertanggung jawab sosial


terhadap komunitas lokalnya. Mereka mungkin berkontribusi dalam program
lokal, seperti bakti sosial, beasiswa serta pengobatan gratis.

Adapula beberapa pendapat dari para ahli mengenai Tanggung jawab sosial


atau Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu  :

·  Konsep awal Corporate Social Responsibility (CSR) berawal dari HOWARD R.


BOWEN pada tahun 1953 dengan definisi yaitu suatu kewajiban atau tanggung
jawab sosial dari perusahaan berdasarkan kepada keselarasan dengan tujuan
objektif dan nilai-nilai velue dari suatu masyarakat.

4
·  FRADERICK ET AL mempunyai pemahaman Corporate Social Responsibility
(CSR) dapat diartikan sebagai prinsip yang menerangkan perusahaan harus dapat
bertanggung jawab terhadap efek dari setiap tindakan di dalam masyarakat
maupun lingkungan.

·   ISMAIL SOLOHIN menganggap jika Corporate Social Responsibility


(CSR)  adalah “salah satu dari bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
pemangku kepentingan (stakeholder).

·   MERRICK DODD menganggap bahwa adalah “suatu pengertian terhadap


buruh, konsumen, dan masyarakat pada umumnya di hormatio sebagai sikap
yang pantas untuk di adopsi oleh pelaku bisnis”.

·   SALEM SHEIKH berkata bahwa “Corporate Social Responsibility


(CSR) merupakan tanggung jawab perusahaan, apakah bersifat sukarela atau
berdasarkan undang-undang, dalam pelaksanaan kewajiban sosial ekonomi
dimasyarakat”.

2. Tanggung Jawab Sosial dari Organisasi

Organisasi bisnis akan berhadapan dengan lingkungan organisasinya, baik


lingkungan yang secara langsung memengaruhi dan dipengaruhi oleh kegiatan
organisasi bisnis, maupun lingkungan yang secara tak langsung terkait dengan
organisasi bisnis. Pada intinya, setiap organisasi atau perusahaan pada akhirnya
perlu menyadari bahwa apa pun yang dilakukannya merupakan reaksi atas
tuntutan dari lingkungan atau juga sebaliknya merupakan upaya untuk
memengaruhi lingkungannya. Sebagai bagian dari lingkungan masyarakat, maka
organisasi bisnisperlu memiliki tanggung jawab bahwa kegiatan yang dilakukan
nya membawa keSebagai contoh, perusahaan yang membuang limbah seenaknya
pada dasarnya kurang 'bertanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat.
Dengan demikian, sudah semestinya organisasi bisnis atau perusahaan perlu
menyadari bahwa dirinya memiliki apa yang dinamakan dengan tanggung jawab
sosial (corporate social responsibility). Tanggung jawab sosial ini dapat berupa
tanggung jawab terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan,

5
keadaan ekonomi masyarakat pada umumnya, partisipasi perusahaan dalam
pembangtm,ln lingkungannya, dan lain sebagainya. Pro dan Kontra Mengenai
Tanggung Jawab Sosial Beberapa Pandangan tentang Tanggung Jawab
Sosial Organisasi.

Terlepas dari pro dan kontra tersebut selayaknya suatu perusahaan


memiliki tanggung jawab sosial sebagai konsekuensi logis keberadaanya dalam
lingkungan dan masyarakat. Hanya saja tanggung jawab sosial yang harus
dipikul perusahaan ini semestinya diatur dengan lebih baik oleh pemerintah
sehingga porsinya tidak terlalu menjadi kekuatan yang dominan di masyarakat,
namun bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan
lingkungan ke arah yang lebih baik.

3.   Konsep Dasar Etika Manajemen

Pengertian Etika Dalam bukunya Sonny Keraf “Etika Bisnis” dijelaskan mengenai
asal kata etika. Terdapat dua

pengertian etika:

1.        Etika    : Yunani “ethos”, berarti adat istiadat/kebiasaaan.

2.        Etika    : ilmu yang membahas nilai dan norma yang diberikan oleh
moralitas dan etika dalam pengertian pertama di atas mengenai adat istiadat atau
kebiasaan tersebut.

Pengertian Etika = Moralitas

“Pengertian harfiah dari etika dan moralitas, sama-sama berarti sistem


nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia yang telah
diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud
dalam pola perilaku yang ajek dan terulang dalam kurun waktu yang lama
sebagaimana laiknya sebuah kebiasaan” (Bertens,2000)

6
Etika merupakan suatu prinsip, nilai dan kepercayaan yang mendefinisikan
keputusan dan tindakan yang benar dan yang salah. Beretika berarti bertindak
terbuka dan jujur untuk menjaga keyakinan dan kepercayaan publik terhadap
perusahaan kita.

konsep dasar etika manajemen dapat dibagi menjadi beberapa kelompok


diantaranya:

a.  Dimensi Etika dalam Manajemen

Menurut Kreitner, Etika pada dasarnya adalah studi mengenai tanggung


jawab moral yang terkait dengan apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap
salah. Griffin secara ringkas menyatakan bahwa etika adalah keyakinan akan
sesuatu yang dianggap baik dan buruk. Namun Kreitner mengingatkan bahwa
etika manajemen lebih jauh lagi berbicara mengenai nilai-nilai yang dianut oleh
organisasi sehubungan dengankegiatan bisnis yang dijalankannya.

b. Nilai Personal sebagai Standar Etika

Nilai dan norma dalam personal merupakan suatu hal yang penting dalam
manajemen sebab hal itu memiliki peranan penting dalam hal pengambilan
keputusan dan etika manajemen. Hal ini memunculkan perlunya pengkajian
seputar nilai personal sebagai standart etika.

Nilai sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang mempengaruhi cara
pandang, cara berfikir, dan perilaku dari seseorang. Nilai personal pada dasarnya
merupakan cara pandang, cara berfikir dan keyakinan yang dipegang oleh
seseorang sehubungan dengan segala kegiatan yang dilakukannya.

c.  Nilai Terminal dan Nilai Instrumental

Menurut Kreitner nilai personal dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a)        Nilai Terminal

Merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang yang terwujud melalui


perilakunya, yang  di dorong oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu.

7
b)       Nilai Instrumental

Adalah pandangan dan cara berfikir seseorang yang berlaku untuk segala
keadaan dan diterima oleh semua pihak sebagai sesuatu yang memang harus
diperhatikan dan dijalankan.

Pandangan Empiris mengenai Nilai Personal

a.        Nilai Terminal

Nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh personal adalah kejujuran, tanggung


jawab, kapabilitas, ambisi, dan independensi.

b.        Nilai  Instrumental

Nilai-nilai yang mendominasi para pekerja antara lain adalah penghargaan


terhadap pribadi, keamanan dan kesejahteraan keluarga pekerja, kebebasan dan
kemerdekaan, dorongan untuh meraih sesuatu, dan kebahagiaan.

Konflik Nilai

Terdapat 3 jenis konflik nilai yang terdapat dalam perusahaan, yaitu :

a.        Konflik Intrapersonal

Pada umumnya terjdi pada individu dengan individu lainnya karena


memiliki pandangan dan cara berfikir yang berbeda.

b.        Konflik Individu-Organisasi

Merupakan konflik yang terjadi pada saat nilai yang dianut oleh individu
berbenturan dengan nilai yang harus ditanamkan oleh perusahaan. Individu yang
cenderung menginginkan kebebasan akan berbenturan dengan nilai yang dianut
organisasi yang menuntutnya untuk patuh berdasarkan aturan main yang mungkin
dirasakan sebagai sesuatu yang formal dan mengikat.

8
c.        Konflik antar budaya

Merupakan konflik antar individu maupun antar individu dengan


organisasi yang disebabkan oleh adanya perbedaan budaya di antara individu yang
bersangkutan atau juga organisasi yang bersangkutan.

Beberapa Isu Seputar Etika

Kreitner mengemukakan beberapa uraian tentang isu seputar etika di masa kini


yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, antara lain adalah :

1.        Penggunaan obat-obatan terlarang

2.        Pencurian oleh para  pekerja atau korupsi

3.        Konflik kepentingan

4.        Pengawasan kualitas atau quality control

5.        Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia

6.        Penyelewengan dalam pencatatan keuangan

7.        Penyalahgunaan penggunaan ase perusahaan

8.        Pemecatan tenaga kerja

9.        Polusi lingkungan

10.     Cara bersaing dari perusahaan yang dianggap tidak etis

11.     Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur

12.     Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan


pemegang kebijakan, dll.

9
4.   Mengukur Etika Manajemen

Ada 4 (empat)  kriteria etika untuk menilai suatu etika menurut Griffin,  yaitu :

1)          Dari sisi manfaat (benefits)

Semua pihak bisa merasakan manfaat dari prestasi yang dilakukan


pegawai. Perusahaan memperoleh manfaat dari hasil kerja karas pegawainya yang
berprestasi demikian juga bagi pegawainya. Insentif memberikan manfaat psikis
berupa penghargaan terhadap kerja kerasnya sekaligus manfaat fisik berupa
balasan yang seimbang dengan apa yang telah dilakukannya.

2)          Pemenuhan hak-hak (rights)

Memberikan insentif kepada pegawai yang berprestasi-jika memang telah


ditetapkan aturannya-memenuhi kriteria pemenuhan hak-hak dari seluruh pihak.
Bagi pegawai yang menerima insentif maka ia terpenuhi haknya setelah
memberikan prestasi kepada organisasi, bagi yang tidak berprestasi  maka dia
tidak memiliki hak untuk mendapatkan insentif hingga dia dapat menunjukkan
prestasinya.

3)          Prinsip keadilan (justice)

Tindakan pemberian insentif bagi pegawai yang berprestasi memenuhi


prinsip keadilan yaitu dengan memberikan perlakuan yang seimbang dengan apa
yang telah ditunjukkan pegawai dalam pekerjaanya.

4)          Pemeliharaan (caring)

Pemberian insentif akan mampu menjaga konsistensi produktivitas


kegiatan organisasi, dikarenakan jenis pemberian insentif dapat memacu pegawai
untuk bekerja lebih baik bagi organisasinya. Disisi lain juga tetap memeliara
motivasi pegawai yang telah menunjukkan prestasi yang baik melalui
penghargaan dengan pemberian insentif.

10
5.   Mendorong Pelaksanaan Etika dalam Manajemen

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa etika manajemen sebagai bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan perlu diwujudkan di masa-masa mendatang.
Ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh perusahaan sehubungan
dengan dorongan untuk melaksanakan etika dalam manajemen. Beberapa hal yang
mungkin dapat dilakukan, diantaranya adalah :

a)   Pelatihan Etika

Manusia pada dasarnya membutuhkan pembiasaan dalam melakukan


sesuatu. Sebuah organisasi dalam menjalankan kegiatan pada kenyataannya
memerlukan waktu dalam mewujudkannya. Dengan demikian etika dalam bisnis
maupun etika dalam manajemen perlu adanya pembiasaan-pembiasaan yang
diberlakukan kepada pelaku organisasi, dari mulai level tertinggi hingga terendah.

b)   Advokasi Etika

Adalah upaya perusahaan untuk menjalankan etika dalam kegiatannya


dengan cara menempatkan orang atau tim khusus dalam tim manajemen
perusahaan yang bertugas untuk mengontrol dan mengawasi segala kegiatan
perusahaan agar tetap memenuhi standar etika.

c)  Standar aturan mengenai etika perusahaan

Implementasi dari hal ini akan efektif jika memenuhi dua syarat yaitu :

1.  Perusahaan perlu menyatakan secara spesifik kepada publik mengenai code of


ethics yang mereka jalankan

2.  Agar code of ethics ini bisa berjalan secara efektif perlu adanya dukungan dari
tim manajemen puncak melalui sistem pengawasan tertentu seperti reward atau
punishment system.

d)   Keterlibatan masyarakat dalam mengontrol etika bisnis

Upaya untuk menjamin perusahaan akan menjalankan kegiatannya secara


lebih beretika adalah dengan melibatkan publik dalam setiap kegiatan perusahaan

11
yang dianggap tidak beretika. Upaya ini akan mendorong perusahaan agar benar-
benar memperhatikan kepentingan publik, dan mencoba mengingatkan
perusahaan bahwa jika kegiatan tidak etis dilakukan, maka perusahaan akan
menghadapi konsekuensi logis berupa penilaian buruk dari masyarakat.

6.   Mengelola etika dan tanggung jawab sosial

·    Kode Etik

Kode etik adalah pernyataan resmi dari nilai-nilai yang dianut oleh
perusahaan yang berkaitan dengan persoalan etika dan sosial.

·  Struktur etis 

Struktur etis  mewakili beragam sistem posisi dan program yang dapat
dilaksanakan oleh perusahaan untuk menerapkan perilaku beretika. Komite etika
adalah kelompok eksekutif yang ditunjuk untuk mengawasi perusahaan. Kepala
pegawai etika adalah eksekutif perusahaan yang mengawasi etika dan kepatuhan
hukum.

·  Pelatihan Etika
Pelatihan etika adalah program pelatihan untuk membantu para pegawai
dalam menghadapi pegawai dalam menghadapi persoaln etika dan nilai-nilai

·     Whistle-Blowing

Whistle-Blowing adalah penyingkapan yang dilakukan seorang pegawai


atas praktik-praktik ilegal,moral,atau tidak sah yang dilakukan organisasi.

·    Kasus Bisnis Tentang Etika dan Tanggung Jawab Sosial


Sebagian besar manajer sekarang menyadari bahwa memperhatikan etika
dan tanggung jawab sosial adalah sama pentingnya dengan memperhatikan
pengeluaran, keuntungan, dan pertumbuhan bisnis. Secara alami, hubungan antara
etika dan tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangannya
berkaitan dengan gelar manajer dan gelar sarjananya.

12
STUDI KASUS

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA MANAJEMEN


KANTOR NOTARIS SARTIKA DEWI, SH.,M.Kn

Notaris adalah sebuah sebutan profesi untuk seseorang yang telah


mendapatkan pendidikan hukum yang dilisensi oleh pemerintah untuk melakukan
hal-hal hukum, khususnya sebagai saksi penandatanganan pada dokumen. Bentuk
profesi notaris berbeda-beda tergantung pada sistem hukum. Pekerjaan notaris
dapat dilacak balik ke abad ke 2-3 pada masa roma kuno, di mana mereka dikenal
sebagai scribae, tabellius atau notarius. Pada masa itu, mereka adalah golongan
orang yang mencatat pidato. Istilah notaris diambil dari nama pengabdinya,
notarius, yang kemudian menjadi istilah/titel bagi golongan orang penulis cepat
atau stenografer. Notaris adalah salah satu cabang dari profesi hukum yang tertua
di dunia.

Jabatan notaris ini tidak ditempatkan di lembaga eksekutif, legislatif,


ataupun yudikatif. Notaris diharapkan memiliki posisi netral, sehingga apabila
ditempatkan di salah satu dari ketiga badan negara tersebut maka notaris tidak lagi
dapat dianggap netral. Dengan posisi netral tersebut, notaris diharapkan untuk
memberikan penyuluhan hukum untuk dan atas tindakan hukum yang dilakukan
notaris atas permintaan kliennya. Dalan hal melakukan tindakan hukum untuk
kliennya, notaris juga tidak boleh memihak kliennya, karena tugas notaris ialah
untuk mencegah terjadinya masalah.

1.         Manajemen Kantor Notaris

Kantor Notaris terikat pada UUJN dan Kode Etik, sehingga Kantor Notaris
ada keterbatasan-keterbatasan dalam menangani masalah, terutama adanya
pekerjaan-pekerjaan yang tidak boleh didelegasikan kepada orang lain. Para klien
semakin canggih dalam membeli jasa-jasa Notaris, sehingga menuntut para
Notaris agar lebih efisien dan efektif dalam pemberian jasa-jasa Notaris.

13
Manajemen yang lebih baik, bagi Kantor Notaris dapat digambarkan sebagai
berikut :

a.       Tugas dari klien dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.

b.      Jasa-jasa Notaris dalam hal-hal tertentu, memberikan nilai ekonomis bagi


klien dan Notaris.

c.       Notaris dan para asistennya dapat mengikuti perkembangan dengan cara


mengikuti pendidikan-pendidikan khusus yang secara tepat dapat dimanfaatkan.

d.      Terdapat pemerataan beban kerja bagi para asisten dan staf sehingga
masing-masing asisten/staf tersebut mempunyai kesempatan untuk memenuhi
tugas profesional.

e.       Para asisten yang baru, diharapkan dilatih dengan cara terencana dan
terkoordinasi, dididik dan diintegrasikan dalam organisasi.

f.       Tenaga penunjang yang terlatih baik, selalu tersedia dan diberi motivasi
yang memadai dan diawasi.

g.      Terdapat perencanaan organisasi dan perencanaan yang efektif, sehingga


dapat segera diketahui jika terdapat hal-hal yang merugikan dan ditanggulangi
secara efektif.

h.      Program imbalan atau pendapatan asisten, staf dan karyawan yang layak dan
memadai dapat memberikan semangat bekerja bagi kepentingan kantor.

2.                  Penataan Arsip Kantor Notaris

Arsip Kantor Notaris dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu :

1.   Arsip yang dikehendaki oleh Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan.

2.   Arsip pendukung, baik untuk mendukung arsip yang disebut dalam sub 1
tersebut maupun arsip-arsip untuk mendukung administrasi Kantor Notaris.

14
Arsip-arsip yang dimaksud dalam sub 1 adalah :

1.   Buku Repertorium.

2.   Buku Daftar Surat Di Bawah Tangan Yang Disahkan.

3.   Buku Daftar Surat Di Bawah Tangan Yang Dibukukan.

4.   Buku Daftar Protes.

5.   Buku Daftar Wasiat.

6.   Klapper Buku Daftar Akta.

7.   Klapper Buku Daftar Surat Di Bawah Tangan Yang Disahkan.

Sedangkan arsip-arsip pendukung, antara lain terdiri dari arsip-arsip PT, arsip
Bank/Lembaga Keuangan, Arsip Klien/Customer.

Arsip/file PT. dapat disusun berdasarkan nama badan hukum menurut urutan
abjad yang disusun pada tempat yang mudah terlihat dan mudah diambil sewaktu-
waktu.

Dalam file tersebut dapat berisi data-data yang berhubungan dengan PT. tersebut,
misalnya adalah anggaran dasar lengkap berikut semua perubahannya, file
transaksi baik mengenai saham-saham PT. tersebut maupun transaksi barang lain
dimana PT. tersebut sebagai salah satu subyeknya, dan lain-lain.

Arsip/file tembusan semua akta disusun berdasar nomor urut bulanan yang
tentunya juga tersimpan dalam bentuk softcopy.

File Softcopy tersebut dapat disimpan di harddisk, flashdisk, maupun cloud drive
(Google Drive, OneDrive, dll).

Oleh karena data juga tersimpan dalam bentuk file computer (softcopy), maka
bisa dikatakan bahwa file tersebut (fisik) merupakan arsip mati karena jarang
sekali diambil atau dipergunakan dan akhirnya praktis hanya memenuhi tempat
saja dan menghabiskan kertas doorslag.

15
Arsip-arsip lain yang juga ada pada kantor-kantor lain selain kantor Notaris,
misalnya arsip surat masuk, arsip surat keluar, administrasi kepegawaian, arsip
keuangan dan sebagainya, tidak di uraikan disini.

3.   Sistem Informasi Notaris

Berkaitan dengan masalah sistem informasi notarus dibagi menjadi beberapa


bagian :

A. Umum 
sistem informasi notaris ditujukan untuk mengontrol dan mengendalikan
pembuatan akta, jasa pengurusan lain, keuangan (pembayaran akta dan piutang
akta, kas masuk, kas keluar), dan sekaligus menyajikan berbagai informasi yang
dapat digunakan untuk:

a.  Meningkatkan pelayanan kepada klien.

b.  Sebagai bahan untuk pngambilan kebijaksanaan dalam meningktkan efektivitas


dan efisiensi kerja kantor. Ruang lingkup dari sistem informasi notaris ini adalah
mencakup semua kegiatan proses yang ada pada kantor notaris. Adapun proses
tersebut dimulai dari order masuk dari klien/customer sampai dengan order
tersebut selesai dan terjadi serah terima dengan cutomer/klien terebut serta yang
berhubungan dengan keuangan.

B. Prosedur

Supaya kegiatan pembuatan akta dapat dimonitor, maka pembuatan akta dibagi
atas beberapa tahap, yaitu :

1.         Penelitian data

2.         Konsep Minuta

3.         Pemeriksaan Konsep Minuta

4.         Perbaikan (jika terdapat revisi)

5.         Tanda Tangan Minuta

16
6.         Penomoran Akta

7.         Penomoran/Masuk      Repertorium

8.         Renvoi

9.         Editing

10.     Pencetakan

11.     Koreksi

12.     Perbaikan Koreksi

13.     Penjilidan

14.     Tanda Tangan Notaris

15. penyerahan akta

16.     Minuta ke Bendel

Untuk setiap akta yang akan dibuat/diproses, disediakan sebuah Map yang terlebih
dahulu telah diberi nomor. Pemantauan akta tersebut dilakukan berdasarkan Map
tersebut. Pertama sekali yang harus direkam adalah nomor Map, judul Akta,
jumlah akta, nama perusahaan pembuat akta, tanggal minuta, tanggal tanda
tangan, jumlah salinan akta dan status pembayaran.

Jika sebuah akta telah selesai melewati satu tahap, maka tanggal dan jam selesai
tahap tersebut berikut initial petugas yang bertanggung jawab atas tahap tersebut
disimpan ke komputer.

BAB III

17
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan


bahwa Tanggung jawab sosial dapat dikatakan sebagai kontribusi terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen berdampak kepada
seluruh pemangku kepentingannya antara lain konsumen, karyawan, investor,
pemasok dan lain sebagainnya. Tanggung jawab dari organisasi harus
membawa ke arah perbaikan di lingkungan masyarakat organisasi tersebut
sebagai konsekuensi logis keberadaanya dalam lingkungan tersebut.

Konsep dasar etika menejemen lebih berbicara mengenai nilai-nilai


yang dianut oleh organisasi sehubungan dengan bisnis yang dijalani organisasi
tersebut. Etika manajemen dapat di ukur melalui 4 (empat) cara yaitu   : dari
segi benefit (manfaat), pemenuhan hak-hak dari pemangku organisasi tersebut,
prinsip keadilan dan pemeliharaan organisasi yang bersangkutan. Mendorong
etika dalam manajemen dapat diperlakukan diantaranya pelatihan etika agar
pembiasaan kepada pelaku organisasi, harus memiliki standart aturan etika di
suatu perusahaan untuk keterlibatan masyarakat dalam mengontrol etika itu
sendiri. Tanggung jawab sosial perusahaan serta etika manajemen adalah dua
hal yang berbeda namun saling berhubungan, perbedaannya tak hanya  terdapat
pada kata, melainkan juga pada makna, Namun keduanya sangatlah
berhubungan erat dan merupakan pedoman bagi suatu perusahaan untuk
perkembangannya..

18
B.  SARAN

Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberi saran antara lain :

1. Alangkah baiknya apabila dipelajari maka diterapkan pula, demi kebaikan


internal maupun eksternal

2.    Pengolahan kode etik pun harus ada standart resmi dari nilai-nilai yang di
muat perusahaan terkait yang harus berstruktur etis guna mewakili berbagai
sistem posisi dapat dilaksanakan oleh perusahaan untuk menerapkan perilaku
beretika
. Serta harus didukung juga pelatihan etika yang berguna untuk membantu
pegawai dalam menghadapi etika & nilai perusahaan / organisai yang
bersangkutan.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan

http://febriantama96.blogspot.co.id/2016/03/mengelola-etika-dan-tanggung-

jawab.html#sthash.k9LaibCx.dpuf

https://widyaarirosita.wordpress.com/2014/11/03/etika-bisnis-dan-tanggung-

jawab-sosial/

https://www.scribd.com/doc/283155686/Modul-5-Etika-Manajemen-Dan-

Tanggungjawab-Sosial

20

Anda mungkin juga menyukai