Anda di halaman 1dari 4

TUGAS REVIEW ARTIKEL LINGKUNGAN

Judul : Pencemaran Lingkungan Akibat Pembuangan Limbah Yang Dilakukan Oleh PT.
Medco Di Kabupaten Aceh Timur Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Penulis : Radhali dan Wahyu Ramadhani

Tahun terbit : 2021

Permasalahan pencemaran lingkungan merupakan masalah yang tidak dapat dianggap


remeh, karena memiliki dampak yang meluas dan membuat kerugian yang tidak sedikit.
Permasalahan pencemaran lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab satu individu saja,
melainkan juga melibatkan banyak pihak yang saling berkesinambungan. Permasalahan
pencemaran lingkungan dapat berasal dari berbagai sumber, salah satu contohnya adalah
bersumber dari pabrik atau suatu industry. Pencemaran lingkungan dapat memberikan dampak
buruk tidak hanya kepada lingkungan yang terdampak saja seperti lingkungan tanah, air, dan
udara, namun juga dapat menyebabkan dampak buruk terhadap makhluk hidup yang tinggal di
lingkungan tersebut, contohnya adalah manusia. Manusia dapat terdampak oleh bahaya
pencemaran lingkungan hidup jika tinggal di daerah sekitar pencemaran tersebut terjadi,
utamanya yang disebabkan oleh industry.

Pada artikel ini dibahas mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi akibat
pembuangan limbah yang dilakukan oleh PT. Medco di Kabupaten Aceh Timur. PT. Medco
E&P Malaka (Blok A) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan minyak dan gas
dari Blok A di Kabupaten Aceh Timur. Pencemaran terjadi karena PT. Medco E&P Malaka
merilis limbah ke lingkungan yang menyebabkan lingkungan menjadi bau tidak sedap. Limbah
yang dibuang oleh PT. Medco adalah limbah minyak yang mengandung senyawa ammonia
(NH3), dimana ammonia merupakan limbah yang termasuk ke dalam kategori limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Senyawa ammonia ini lah yang menyebabkan timbulnya bau tidak
sedap di lingkungan sekitar industry tersebut.

Selain timbulnya bau tidak sedap, banyak dampak lainnya yang muncul akibat
pencemaran yang terjadi. Dampak pencemaran tersebut adalah air bersih menjadi susah,
persawahan masyarakat mengalami kekeringan dan gagal panen, serta dampak kesehatan yang
diderita oleh masyarakat sekitar yang bersumber dari bau tersebut. Bau tersebut diduga berasal
dari ammonia hasil pembuangan limbah. Ammonia atau senyawa NH3 merupakan senyawa
berbentuk gas dengan bau yang tidak sedap, dan jika manusia sering terkena paparan dari gas
ammonia maka akan menimbulkan dampak buruk pada kesehatan seperti reaktivitas bronchial,
inflamasi, batuk-batuk, susah bernafas, sesak nafas, dan juga berkurangnya fungsi paru (Perdana,
2015). Oleh karena itu rilisnya ammonia ke dalam lingkungan sangat berbahaya sehingga
regulasinya pada proses industry harus ditindak tegas agar tidak terjadi pencemaran yang
membahayakan lingkungan dan warga sekitar.
Kasus pencemaran yang dilakukan oleh PT. Medco seharusnya menjadi tanggungjawab
pemerintah dan pihak PT. Medco karena PT. Medco dapat dikatakan telah melanggar Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT.
Medco telah melanggar Pasal 69 pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan hidup, karena dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa dilarang untuk
membuang limbah B3 ke media lingkungan. Dengan adanya pelanggaran yang telah dilakukan
oleh PT. Medco, pemerintah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Aceh Timur harus
memberikan tindakan tegas atau sanksi kepada PT. Medco, karena selain melanggar undang-
undang, dampak yang ditimbulkan juga tidak sedikit sehingga memberikan kerugian pada
lingkungan dan masyarakat sekitar. Namun pada kenyataannya, pemerintah menemukan
beberapa kendala dalam menangani kasus ini. Beberapa kendala yang disebutkan dalam artikel
ini adalah kendala administratif, kendala teknologis, dan kendala edukatif.

Kendala secara administratif yang terjadi pada pemerintah daerah Aceh Timur adalah
dihiraukannya peringatan tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada PT. Medco. Menurut
UU No. 23 Tahun 2009, teguran tertulis merupakan salah satu bentuk dari sanksi administrative
yang dapat ditempuh oleh pemerintah. Sanksi administrative lainnya adalah paksaan pemerintah,
pembekuan izin lingkungan, dan juga pencabutan izin lingkungan.

Dalam hal ini pemerintah daerah Aceh Timur telah beberapa kali mengirimkan teguran
tertulis kepada PT. Medco, namun hal tersebut dihiraukan oleh PT. Medco sehingga proses
pemberian sanksi lebih lanjut menjadi tidak berjalan dengan efektif. Tidak adanya tindak lanjut
terhadap sanksi yang diberikan juga dapat berasal dari ulah oknum-oknum yang diduga
meloloskan kasus pencemaran lingkungan ini, dimana oknum-oknum tersebut bekerja sama agar
sanksi tidak dilanjutkan untuk PT. Medco, sehingga tidak ada tindak lanjut yang tegas dari
pemerintah kepada PT. Medco agar perusahaan tersebut dapat menangani masalah pencemaran
ini.

Penegakan sanksi belum dilakukan dengan baik terhadap kasus pencemaran lingkungan
yang dilakukan oleh PT. Medco. Dalam UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 80 Ayat (2) telah
disebutkan mengenai penegakan sanksi yang harus dilakukan apabila terjadi kasus pencemaran
lingkungan. Penegakan sanksi harus dilakukan apabila terjadi aspek-aspek berikut ini yaitu (a)
Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup; (b) Dampak yang lebih besar
dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau (c)
Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencemaran
dan/atau perusakannya.

Dilansir dari portal berita Kompas.com, PT. Medco melakukan pembantahan atas
tuduhan terjadinya pencemaran yang dilakukan oleh pihaknya. Perusahaan tersebut mengatakan
bahwa sudah dilakukan uji parameter SO2 dan H2S yang memberikan hasil 0 ppm di udara, yang
menandakan bahwa angka tersebut normal dan tidak disebut sebagai pencemaran. Perusahaan
tersebut juga melakukan evakuasi dan observasi terhadap warga sekitar yang terkena dampak
keracunan gas. Pihak PT. Medco juga melakukan diskusi terbuka dengan berbagai perangkat
yang terlibat seperti pihak warga dan pihak pemerintah daerah dalam membahas masalah
pencemaran ini dan bagaimana upaya penyelesaiannya. Oleh karena itu, PT. Medco telah
melakukan beberapa upaya dalam mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan tersebut,
meskipun belum dilakukan secara maksimal.

Kendala berikutnya adalah kendala secara teknologis. Kendala teknologis yang ditemui
adalah sulitnya dilakukan pengujian laboratorium oleh pemerintah daerah Aceh Timur, sehingga
kekurangan ini menyebabkan tidak dapat diukurnya limbah dari PT. Medco secara efektif. Tidak
adanya uji laboratorium juga mengurangi bukti pencemaran yang dilakukan oleh PT. Medco
sehingga tidak dapat diberikan sanksi lebih lanjut seperti yang telah dibahas pada bagian sanksi
administratif. Pengujian laboratorium untuk menangani masalah pencemaran limbah dapat
dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut yaitu 1) Mendeteksi kapasitas instalasi air limbah; 2)
Mendeteksi pencampuran air limbah dengan komponen air lain; 3) Kerusakan yang terjadi akibat
limbah perusahaan; 4) Penggunaan alat ukur debit limbah (flow meter); dan 5) Pengambiln data
analisis pencemaran limbah lingkungan hasil self monitoring.

Selain itu, tidak ada upaya yang serius baik dari pihak PT. Medco maupun pihak
pemerintah kabupaten Aceh Timur dalam menanggulangi cemaran yang sudah menyebar di
lingkungan. Jika terjadi pencemaran lingkungan, langkah yang dapat diambil sebagai tindak
lanjut adalah melakukan remediasi atau bioremediasi, yaitu perbaikan lingkungan yang telah
tercemar. Nuryana (2017) melakukan kajian mengenai metode bioremediasi dari pencemaran
minyak bumi, dari penelitian ini didapatkan bahwa setiap metode bioremediasi memiliki
kelebihan, kekurangan dan efektifitas degradai masing-masing, namun terdapat beberapa metode
yang menghasilkan penurunan TPH (total petroleum hydrocarbon) cukup tinggi yaitu dengan
menambahkan biosurfaktan, bahan organik, bulking agent, serta konsorsium mikroba sehingga
mikroorganisme dapat bekerja dengan optimal.

Kendala lainnya yang ditemukan pada kasus ini adalah kendala edukatif. Kantor
lingkungan hidup Kabupaten Aceh Timur terdapat kendala secara edukatif yang dalam hal
penyuluhan kepada perusahaan maupun masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan tidak
berjalan secara efektif. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Timur belum mampu memberikan
edukasi yang cukup kepada perusahaan dan juga masyarakat, sehingga kejadian pencemaran ini
tidak dapat terelakkan dan akhirnya menimbulkan kerugian utamanya bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar.

Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Timur seharusnya lebih memerhatikan lagi edukasi
yang diberikan kepada perusahaan dan warga sekitar terhadap kegiatan industry yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan. Edukasi dapat
dilakukan mengenai hukum yang mengatur tentang pencemaran lingkungan seperti UU No. 32
Tahun 2009 agar perusahaan dan masyarakat sama-sama mengetahui payung hukum dalam
masalah pencemara lingkungan. Edukasi lainnya yang dapat diberikan adalah mengenai
pencemaran lingkungan, misal bagaimana ciri-ciri lingkungan yang tercemar, bahan pencemar
yang mungkin terpapar di lingkungan sekitar, dampak kesehatan yang ditimbulkan apabila
terkena pencemaran lingkungan, langkah-langkah pencegahan terjadinya pencemaran
lingkungan, dan juga langkah-langkah yang dapat dilakukan apabila terjadi pencemaran
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Masriadi, Gabrilin,A. (2021). Medco Bantah Keracunan Warga akibat Kebocoran Gas di Aceh
Timur. Diakses pada 26 Oktober 2022
https://regional.kompas.com/read/2021/06/29/120322478/medco-bantah-keracunan-warga-
akibat-kebocoran-gas-di-aceh-timur?page=all

Nuryana, D. (2017). Review: Bioremediasi Pencemaran Minyak Bumi. Journal of Earth Energy
Engineering, 6(2), 9–13. https://doi.org/10.22549/jeee.v6i2.941

Perdana, C. (2015). Gambaran Asupan Amonia (NH3) Pada Masyarakat Dewasa di Kawasan
Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015.

Radhali, & Wahyu Ramadhani. (2021). Pencemaran Lingkungan Akibat Pembuangan Limbah
Yang Dilakukan Oleh Pt. Medco Di Kabupaten Aceh Timur Menurut Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal
Hukum Samudra Keadilan, 16(1), 86–97. https://doi.org/10.33059/jhsk.v16i1.3198

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG


PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

Anda mungkin juga menyukai