Anda di halaman 1dari 11

Kualitas Informasi

Di dalam pengolahan sebuah sistem pada akhirnya akan menghasilkan sebuah


informasi. Untuk itu kualitas suatu informasi sangat diperlukan untuk menunjang
berhasilnya pengembangan sistem yang akan dirancang. Penjelasan mengenai
kualitas informasi tersebut telah dipaparkan oleh beberapa ahli sebagai berikut :

Menurut Lippeveld, Sauborn dan Bodart di dalam buku Bambang Hartono


(2013:17) :

 Relevansi : Informasi disediakan atau disajikan untuk digunakan. Oleh karena


itu, informasi yang bernilai tinggi adalah yang relevan dengan kebutuhan, yaitu
untuk apa informasi itu akan digunakan
 Kelengkapan dan Keluasan : Informasi akan bernilai semakin tinggi jika
tersaji secara lengkap dalam cakupan yang luas. Informasi yang sepotong-
sepotong, apalagi tidak tersusun sistematis, tentu tidak akan banyak artinya.
Demikian pun bila informasi itu hanya mencakup area yang sempit dari suatu
permasalahan
 Kebenaran : Kebenaran informasi ditentukan oleh validitas atau dapatnya
dibuktikan. Informmasi berasal dari data, dan data fakta. Informasi yang
bernilai tinggi adalah informasi yang benar-benar berasal dari fakta, bukan
opini atau ilusi
 Terukur : Informasi berasal dari data atau hasil pengukuran dan pencacatan
terhadap fakta. Jadi, informasi yang bernilai tinggi adalah informasi yang jika
dilacak kembali kepada datanya, data tersebut dapat diukur sesuai dengan
faktanya
 Keakuratan : Informasi berasal dari data atau hasil pengukuran dan
pencacatan terhadap fakta. Oleh karena itu kecermatan dalam mengukur dan
mencatat fakta akan menentukan keakuratan data dan nilai dari informasi yang
dihasilkan
 Kejelasan : Informasi dapat disajikan dalam berbagai bentuk teks, tabel,
grafik, chart, dan lain-lain. Namun, apa pun bentuk yang dipilih, yang penting
adalah menjadikan pemakai mudah memahami maknanya. Oleh sebab itu,
selain bentuk penyajiannya harus benar, juga harus diperhatikan kemampuan
pemakai dalam memahaminya.
 Keluwesan : Informasi yang baik adalah yang mudah diubah-ubah bentuk
penyajiannya sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi.
 Ketepatan Waktu : Informasi yang baik adalah informasi yang disajikan tepat
pada saat dibutuhkan. Informasi yang terlambat datang menjadi informasi basi
yang tidak ada lagi nilainya (misalnya untuk pengambilan keputusan)
Sedangkan menurut Tata Sutabri (2012:33) pada buku Analisis Sistem Informasi,
kualitas dari suatu Informasi tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus akurat
(accurate), tepat waktu (time lines) dan relevan (relevance).

 Akurat (Accurate) : Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak


menyesatkan. Akurat juga berarti bahwa informasi harus jelas mencerminkan
maksudnya
 Tepat Waktu (Time Lines) : Informasi yang datang kepada penerima tidak
boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak mempunyai nilai lagi,
karena infromasi merupakan suatu landasan dalam mengambil sebuah
keputusan dimana bila pengambilan keputusan terlambat maka akan berakibat
fatal untuk organisasi
 Relevan (Relevance) : Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk
pemakainya. Relevansi informasi untuk setiap orang berbeda. Menyampaikan
informasi tentang penyebab kerusakan mesin produksi kepada akuntan
perusahaan tentunya kurang relevan. Akan lebih relevan bila ditujukan kepada
ahli teknik perusahaan., begitu pula sebaliknya.
Menurut McLeod dalam buku Azhar Susanto (2013:38) mengatakan bahwa suatu
informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Akurat artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya.


Pengujian akurasi dilakukan oleh dua orang atau lebih, apabila pengujian
tersebut menghasilkan hasil yang sama maka data tersebut dianggap akurat
 Tepat waktu artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat
informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi
 Relevan artinya informasi yang diberikn harus sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh individu yang ada diberbagai tingkatan dan bagian dalam
organisasi
 Lengkap artinya informasi harus diberikan secara lengkap

Berikut ini adalah beberapa jenis informasi yang sudah dikelompokkan berdasarkan
sifatnya, antara lain:

 Informasi Faktual
Merupakan informasi yang berupa fakta, bisa dibuktikan atau merupakan peristiwa
nyata. Informasi faktual dapat dibedakan lagi menjadi fakta umum dan fakta khusus.
Fakta umum merupakan informasi yang berisi fakta yang masih umum, belum
menguraikan detail khusus seperti pelaku, nama tempat, objek peristiwa, dkk.
Sedangkan fakta khusus merupakan informasi yang telah menyampaikan detail
peristiwa secara terperinci. (baca juga: Model Komunikasi Linear)

Contoh fakta umum misalnya: “Terjadi peledakan bom di Jakarta”. Sedangkan


contoh fakta khusus misalnya: “Terjadi peledakan 2 bom rakitan berdaya ledak
rendah, di halte trans Kampung Melayu Jakarta dan toilet yang berjarak sekitar 8 km
dari halte tersebut pada tanggal 24 Mei 2017 malam” (baca juga: prinsip – prinsip
komunikasi).

 Opini atau Konsep

Informasi yang bersifat opini merupakan informasi yang berupa pendapat, atau
pemikiran seseorang. Sedangkan informasi yang bersifat konsep merupakan
informasi berupa ide atau pengertian yang diperoleh dengan mengabstrakkan suatu
peristiwa. (baca juga: Analisis Wacana Kritis)

Contoh informasi yang bersifat opini misalnya sinetron berdampak buruk bagi para
remaja di Indonesia: membuat mereka tidak memiliki sopan santun dan lebay.
Contoh informasi yang bersifak konsep misalnya: rumah dinas adalah bangunan
tempat tinggal para pegawai negri sipil. (baca juga: Pengantar Ilmu Komunikasi)

 Deskripsi

Merupakan informasi yang bersifat uraian khusus untuk menjelaskan sesuatu.


Perincian uraian tersebut bisa dilakukan secara vertikal (baca juga: komunikasi
vertikal) atau horizontal, bergantung kebutuhan. Contoh informasi yang bersifat
deskripsi misalnya:

Hal yang perlu diperhatikan saat mengerjakan soal ujian adalah sebagai berikut:

 Siapkan alat tulis yang diperlukan.


 Segera isi identitas anda di lembar jawaban yang tersedia dengan lengkap,
lalu periksa kembali untuk menghindari kesalahan pengisian. (baca
juga: Perkembangan Pers di Indonesia)
 Baca dan pahami soal dengan baik. (baca juga:  Teori Pers)
 Pilih jawaban a, b,c, atau d yang paling benar. (baca juga: Literasi Media)
 Sebaiknya kerjakan soal yang lebih mudah terlebih dahulu. (baca
juga: Fotografi Jurnalistik)
 Periksa kembali lembar jawaban anda, pastikan tidak ada kesalahan
pengisian.
Teori Pariwisata
Agar lebih mudah untuk memahami isi web kami, alangkah
baiknya kami memperkenalkan beberapa istilah yang
berhubungan dengan pariwisata

1.    Wisata
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata–kata yang
berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut:

 Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut


dengan “Travel”.
 Pariwisata : Perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke
tempat lain, dalam bahasa Inggris disebut dengan “Tour”.
 Wisatawan : Orang yang melakukan perjalanan, dalam bahasa
Inggris disebut dengan“Travelers”.
 Kepariwisatan : Hal–hal yang berhubungan dengan pariwisata
dan dalam bahasa Inggris disebut dengan “Tourisme”.
2.    Pariwisata

Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan


kata “travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai
perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat
lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini
pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang
dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat
lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan
(Sinaga, 2010:12).

Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu yang


berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan
atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.

Pengertian tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan


dengan perjalanan wisata, sebelum dan selama dalam perjalanan
dan kembali ke tempat asal, pengusahaan daya tarik atau atraksi
wisata (pemandangan alam, taman rekreasi, peninggalan sejarah,
pagelaran seni budaya). Usaha dan sarana wisata berupa: usaha
jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan
usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain:


1. Oka A . Yoeti (Irawan, 2010:11), menjelaskan bahwa kata
pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yatu “…pari yang
berarti banyak, berkali–kali, berputar–putar, keliling, dan
wisata yang berarti perjalanan atau bepergian”.
2. E. Guyer Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan pengertian
pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut : “…
Pariwisata dalam arti modern adalah
merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan
atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa,
penilaian yang sadar dan menumbuhakan cinta terhadap
keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh
bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas manusia
sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, serta
penyempurnaan dari alat–alat pengangkutan ”.
3.    Wisatawan

Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia


pariwisata. Wisatawan sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya,
asing-nusantara, semuanya mempunyai keinginan dan juga harapan
yang berbeda.

Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari


kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti
kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari
bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama
atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris.
Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka
wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam
bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran
“wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya,
keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan,
2010:12).

Adapun pengertian wisatawan antara lain:

1)    Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan


bahwa wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau
sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk
mendapatkan sesuatu yang lain.
2)    Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi
wisatawan kedalam tiga bagian yaitu:

a)    Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu


Negara lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan
melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang
dikunjunginya.

b)    Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu


Negara tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung
kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24
jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

1. Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan,


pendidikan, keagamaan dan olahraga.
2. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.
c)    Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara
yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi,
termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar.

d)    Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan,


2010:12), “…wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau
lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat
kediamannya yang biasa.”

e)    U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963


(dalam Irawan, 2010:12), menggunakan istilah pengunjung (visitor)
untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan
tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain
melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan
meliputi 2 kategori :

1. Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara


yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan
untuk bersenang–senang, berlibur, kesehatan, belajar,
keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan
pertemuan.
2. Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di
negara yang dikunjunginya tanpa bermalam.
f)    Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for
Touring (dalam Irawan, 2010:12), “…setiap orang yang datang ke
suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan
yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama– lamanya 6
bulan dalam tahun yang sama”.

g)    Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam


Irawan, 2010:13) dijelaskan bahwa “…wisatawan ialah setiap orang
yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain
dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar


ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran
dan benar-benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan
sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang
yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh
dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor
(Kusumaningrum, 2009: 17).

Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):

1. Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh


minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara
individual.
2. Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan
Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok.
3. Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat
pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan
sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu
tercampur oleh arus modernisasi.
4. Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan
konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan
keamanan.
4.    Kepariwisataan
Beberapa pendapat ahli kepariwisataan mengenai pengertian
kepariwisataan adalah sebagai berikut:

1. Prof. Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) memberikan


batasan pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “…
kepariwisataan adalah keseluruhan jaringan dan gejala-gejala
yang berkaitan dengan tinggalnyaorang asing di suatu tempat,
dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal ditempat itu untuk
melakukan pekerjaan yang penting yang memberi keuntungan
yang bersifat permanen maupun sementara”.
2. Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11)
kepariwisatan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah
suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu
bekerja serta mempunyai modal untuk melihat daerah lain
(pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata luar
negri).
Host and Guest (1989) dalam Kusumanegara (2009:3)
mengklasifikasikan jenis pariwisata sebagai berikut:

1. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk


mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup
masyarakat yang menarik.
2. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk
meresapi atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang
dari ingatan manusia.
3. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan
pariwisata yang berkisar pada olahraga, menghilangkan
ketegangan dan melakukan kontak social dengan suasana
santai.
4. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu
tempat yang relative masih asli atau belum tercemar, dengan
tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati
pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta perwujudan
budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.
5. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu
kota untuk menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang
liar serta perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di
tempat tersebut.
6. Rersort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai
tumpuan kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana
wisata yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan dan
persediaan tamasya lainnya.
7. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural
Tourism atau Farm Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk
meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan,
peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan mengajak
wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.
8. 2.    Unsur-unsur pariwisata
5.    Unsur-unsur Pariwisata

Unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal


sebagai berikut (Pendit, 1994):

1. Akomodasi, tempat seseorang untuk tinggal sementara.


2. Jasa Boga dan Restoran, industri jasa di bidang
penyelenggaraan makanan dan minuman yang dikelola secara
komersial.
3. Transportasi dan Jasa Angkutan, industri usaha jasa yang
bergerak di bidang angkutan darat, laut dan udara.
4. Atraksi Wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian
wisatawan atau pengunjung.
5. Cinderamata (Souvenir), benda yang dijadikan kenang-
kenangan untuk dibawa oleh wistawan pada saat kembali ke
tempat asal.
6. Biro Perjalanan, badan usaha pelayanan semua proses
perjalanan dari berangkat hingga kembali.

Wisata Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab 1 Pasal 1
dinyatakan bahwa wisata adalah : “Kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”. Jadi,
pengertian wisata megandung empat unsur, yaitu kegiatan perjalanan; dilakukan secara sukarela;
bersifat sementara; perjalanan itu seleruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata. Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu: a. Wisata
Alam, yang terdiri dari: 1. Wisata pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang
oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk
sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum. 2. Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan
perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap
menarik. 3. Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan
kegemaran akan keindahan alam, Kesegaran hawa di pegunungan, keajaiban hidup binatang
(margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain. 4.
Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negri-negri yang memang memiliki daerah atau hutan
tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro
perjalanan. 5. Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-
proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan
kunjungan 12 Baginda Syah Ali, 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN FASILITAS GUNA MENINGKATKAN
DAYA TARIK MINAT WISATAWAN DI DARAJAT PASS (WATERPARK) KECAMATAN PASIRWANGI
KABUPATEN GARUT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya. b. Wisata Sosial-
Budaya, yang terdiri dari: 1. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk
golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan,
serta tempat-tempat bersejarah lainnya seperti bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya
tarik wisata utama di banyak negara. 2. Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang
berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum
dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya, anatara lain museum arkeologi, sejarah, entologi,
sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun dengan tema
khusus lainnya.

Anda mungkin juga menyukai