Anda di halaman 1dari 19

KUPANG - Ancaman merupakan faktor yang mendasari penyusunan sistem

pertahanan negara Indonesia. Untuk itu, perlu ada analisa strategis untuk
mengantisipasi berbagai jenis ancaman yang terjadi.

Hal ini dikatakan Direktur Kebijakan Strategi Kementerian Pertahanan


(Kemenhan) RI, Brigjen TNI. Muhammad Nakir saat membawakan materi
tentang kebijakan pertahanan negara di Kupang, pekan kemarin.

Nakir merupakan salah satu pemateri dalam rapat koordinasi mengenai


penyelenggaraan pertahanan dan rencana tata ruang serta penataan wilayah
pertahanan di daerah.

Menurut Nakir, ada tiga jenis ancaman yang diprediksi bisa saja terjadi. Yakni,
ancaman militer, ancaman non militer dan hibrida. Ancaman militer, jelas nakir,
merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan senjata dan terorganisasi oleh
negara lain untuk melakukan aksi pendudukan.

“Ancaman militer sangat mengancam kedaulatan negara, keutuhan NKRI dan


keselamatan segenap bangsa,” ujarnya.

Nakir menambahkan, ancaman yang terjadi di Indonesia saat ini bukan ancaman
militer. Sebab yang mengancam kedaulatan kedaulatan negara, keutuhan NKRI
dan keselamatan segenap bangsa adalah ancaman nonmiliter.

Dia menyebutkan, ada beberapa dimensi ancaman nonmiliter. Di antaranya,


ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, keselamatan umum, teknologi dan
legislasi.

“Sekarang mucul radikalisme dan separatisme, tingginya angka pengangguran,


ketergantungan asing, kemiskinan, kebodohan, bencana alam, kejahatan siber,
serta rendahnya moralitas aparat penegak hukum. Inilah ancaman yang sedang
terjadi,” jelasnya seperti dilansir Timor Express (JPNN Group).

Direktur Kebijakan Strategi Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Brigjen


TNI. Muhammad Nakir (kiri depan podium) saat membawakan materi tentang
kebijakan pertahanan negara pada kegiatan Rapat Koordinasi Kementerian
Pertahanan di Kupang. FOTO: Timor Express/JPNN.com
Sedangkan ancaman hibrida, lanjut Nakir, adalah perpaduan antara ancaman
militer dan nonmiliter. Misalnya, perang informasi, perang siber, terorisme, dan
lain sebagainya.

Untuk itu, dalam rangka mengantisipasi segala bentuk ancaman, harus ada
upaya dari seluruh warga negara untuk menciptakan NKRI yang kuat dan
berdayasaing.

“Jalankan politik yang bermartabat. Membangun ekonomi yang kuat dan


merata. Bangsa harus solid dan militansi dalam bela negara. Karena sistem
pertahanan negara kita adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta,”
katanya.

Selain Nakir, jalannya diskusi yang dipandu Pakar Hukum Tata Negara, John
Tuba Helan itu juga menghadirkan dua pemateri lainnya. Yakni Kepala Kantor
Pertahanan Daerah NTT, Kolonel Laut (P) Aris Purwanto dan Direktur Wilayah
Pertahanan Kemenhan RI, Laksamana Pertama R. M. Harahap.

Aris Purwanto pada kesempatan itu memberikan penjelasan seputar organisasi


dan program kerja Perwakilan Kantor Pertahanan Provinsi NTT. Kantor ini
bertugas untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintah di bidang pertahanan
di daerah serta membantu Menhan dalam mengintegrasikan sumber daya untuk
kepentingan pertahanan secara sistematis dan berlanjut. Selanjutnya, R.M.
Harahap membawakan materi tentang penataan ruang wilayah pertahanan.

Untuk diketahui, kegiatan ini diselenggarakan Kemenhan RI dan difasilitasi


oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) NTT.

Sejumlah pejabat yang hadir pada kesempatan itu, di antaranya Kakanwil


Hukum dan HAM Provinsi NTT, Rochadi Iman Santoso, Kepala Kesbangpol
NTT, Sisilia Sona, anggota DPRD NTT, Gabriel Beri Bina dan Kepala BLHD
NTT, Benyamin Lola. Rakor ini juga dihadiri utusan dari berbagai instansi
terkait serta aktivis LSM dan mahasiswa.(JPGr2/aln/fri)
JAKARTA – Tentara Nasional Indonesia (TNI) di zaman ini tidak lagi
menghadapi ancaman militeristik. Malah ancaman nonmiliter menjadi ancaman
serius yang sedang dihadapi di Tanah Air.

Pengamat Militer dan Pertahanan Khairul Fahmi menyebut, ancaman secara


militeristik kini dianggap tidak terlalu konkret. Malah potensi ancaman di
Indonesia adalah nonmiliter, seperti ancaman ekonomi dan politik.

“Potensi ancaman kita lebih ke nonmiliter, seperti ekonomi, politik dan budaya.
Selain ancaman dalam negeri, gangguan juga terjadi dalam penegakan hukum,”
kata Khairul Fahmi melalui live by phone dalam dalam Diskusi Redbons ‘HUT
ke 72, Refleksi Perjuanga TNI’ di Kantor Redaksi Okezone, Gedung MNC
News, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (5/10/2017).

Sayangnya, Khairul tidak menjelaskan secara rinci ancaman yang disebutkan


itu. Meski menurut dia di militer menurun, namun ancaman terhadap
persenjataan yang belakangan diungkap oleh Panglima TNI tetap ada.

“Kita butuh TNI yang kuat, bisa menegakkan kedaulatan dan lebih berwibawa.
Saya pikir ancaman lebih banyak dari luar,” ujarnya.

Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta mengatakan, ancaman yang berkembang


saat ini di kawasan semakin bervariatif, baik ancaman Korea Utara, Amerika
maupun dari Laut Cina Selatan. “Kemudian ancaman separatisme seperti di
Papua masih ada. Yang paling penting ancaman baru, perang asimetris, semua
butuh TNI yang makin profesional,” ujar Sukamta melalui live by phonedalam
diskusi itu. 
Sistem Pertahanan dari Ancaman Nonmiliter ?

Berbagai ancaman yang terus terjadi di nusantara kita ini, semakin hari semakin


kompleks dan beraneka macam. Mengapa ? Menurut saya, ini terjadi karena
manusia semakin kritis dan kreatif. Kritis dalam bereaksi terhadap sesuatu yang
mereka anggap tidak sesuai dengan pemikiran (kepentingan pada tahap
berikutnya), dan kreatif dalam melakukan aksi dari apa yang mereka anggap
tidak sesuai tersebut. Aksi tersebut dapat berupa usaha dan kegiatan, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri, yang dapat membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Menurut UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, secara garis besar


ancaman dibagi menjadi dua. Ancaman militer dan ancaman nonmiliter. Mari
kita singkirkan dulu ancaman militer yang ikhwal kita ketahui, dan beranjak ke
ancaman nonmiliter. Mengapa ancaman nonmiliter ? Karena ancaman
nonmiliter lah yang cenderung selalu berkembang karena sifat kritis dan kreatif
manusia tadi. Ancaman nonmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan
ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti
ancaman militer, karena ancaman ini berasal dari dimensi ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan informasi

Yang dapat di klasifikasikan dalam ancaman non militer, yang terjadi dalam
beberapa bulan terakhir (current issue) seperti masalah teror dari kelompok
Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) yang berdimensi ideologi. Isu tersebut
terus berkembang di Indonesia setelah terjadi aksi teror di Paris, Prancis. Hal
tersebut juga dihubungkan dengan beredarnya video ancaman yang diduga
merupakan suara gembong teroris Santoso Abu Wardah AsySyarqi
Hafidzahullah yang mengancam menyerang sejumlah instansi pemerintah, serta
ancaman akan mengibarkan panji hitam (Bendera ISIS) di Istana Merdeka,
Jakarta.

Mungkin di bidang lain, seperti teknologi, sekarang terjadi cyber crime;


pembajakan hak cipta; penyebaran opini negatif melalui jejaring sosial (hate
speech); dan juga perlu diwaspadai CBRN mencangkup bioterorisme. Selain
itu, ancaman nonmiliter di bidang ekonomi seperti pencucian uang; penguasaan
sumber daya alam oleh pihak asing atau kelompok kepentingan tertentu;
kegiatan ilegal di bidang ekonomi; KKN; inflasi tinggi; kesenjangan ekonomi;
krisis energi dan pangan.

Muncul pertanyaan dari warga negara yang merasa terganggu dengan ancaman
dan potensi ancaman non militer (red : saya). Apakah Indonesia sudah memiliki
suatu sistem pertahanan nonmiliter yang terintegrasi dan dapat mendeteksi serta
mananggulangi ancaman non militer dan menjamin keamanan rakyat
Indonesia ? Setelah saya membaca berbagai regulasi mengenai pertahanan
negara, saya simpulkan bahwa Indonesia masih belum memiliki sistem
pertahanan nonmiliter yang teregulasi secara detail.

UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 7 ayat (3) : Sistem
pertahanan negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai
dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-
unsur lain dari kekuatan bangsa.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2015 tentang


Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019, menyebutkan dalam
rangka pemberdayaan pertahanan nirmiliter akan dilakukan peningkatan
kapasitas, sinergi, dan peran kementerian/lembaga sebagai unsur utama dalam
menghadapi ancaman nonmiliter didukung kementerian/lembaga lainnya sesuai
tugas dan fungsinya serta unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Serta, TNI
dipersiapkan sebagai unsur lain kekuatan bangsa secara terpadu untuk
mendukung kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah dalam pertahanan
nirmiliter.

Dari dua nomenklatur yang saya cuplik tersebut, belum nampak siapakah atau
stake holder yang mana, yang bertanggung jawab bila terjadi suatu ancaman
nonmiliter dari dimensi tertentu. Untuk lebih jelasnya, saya berikan contoh.
Salah satu kelompok kepentingan melakukan serangan dengan menggunakan
agensia biologis tertentu dengan sasaran tanaman pangan dan hewan ternak di
Indonesia. Serangan tersebut menyebabkan pasokan tanaman pangan dan hewan
ternak di Indonesia berkurang drastis. Hal tersebut berdampak pada mahalnya
harga makanan pokok dan harga daging. Dalam kondisi ini, siapa yang perlu
bertanggung jawab dan melakukan penanganan ?

Untuk itu perlu disusun “unsur utama”diluar bidang pertahanan (TNI) yang
disebutkan dalam dua nomenklatur tersebut, melalui suatu peraturan
perundangan yang secara rinci mengatur tentang sistem pertahanan nonmiliter
di Indonesia. Sehingga bila terjadi suatu potensi ancaman atau aksi nonmiliter di
suatu bidang, unsur utama yang menangani bidang tersebut dapat bertanggung
jawab secara penuh. Hal ini juga menghindari over laping (tumpang tindi)
kewajiban masing-masing lembaga pemerintahan.

Saya berikan contoh kembali, dalam penanganan ancaman nonmiliter bidang


teknologi mencangkup cyber crime; pembajakan hak cipta; penyebaran opini
negatif melalui jejaring sosial (hate speech); dan CBRN mencangkup
bioterorisme dan radio aktif. Sebagai koordinator pemerintah dapat menunjuk
Badan Intelijen Negara, dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi. Dengan “unsur lain dari kekuatan bangsa” (unsur pembantu) dapat
dilibatkan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Balai Besar
Penelitian Veteriner (Balitvet), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN), serta Badan Pengkajian, Penerapan Teknologi (BPPT),dan
Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis. Unsur utama tersebut harus diupdate
secara periodik dan diberikan skala priorits berdasarkan ancaman dan potensi
ancaman yang sedang terjadi di Indonesia.
Ancaman Militer

Ancaman militer berkaitan ancaman di bidang pertahanan dan keamanan.


Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata dan
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer
dapat berupa agresi/invasi, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata,
sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, dan ancaman keamanan laut dan udara.

Contoh Ancaman Militer

1. Agresi Militer

Pengertian, Tujuan Dan Syarat Terbentuknya Negara

Prinsip - Prinsip Demokrasi Menurut Pancasila

Kesadaran Bela Negara Dalam Konteks Sistem Pertahanan Dan Keamanan


Negara Indonesia

Agresi suatu negara yang dikategorikan mengancam kedaulatan negara,


keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa Indonesia mempunyai
bentukbentuk mulai dari yang berskala paling besar sampai dengan yang
terendah.
Invasi merupakan bentuk agresi yang berskala paling besar dengan
menggunakan kekuatan militer bersenjata yang dikerahkan untuk menyerang
dan menduduki wilayah Indonesia. Bangsa Indonesia pernah merasakan
pahitnya diinvasi atau diserang oleh Belanda yang ingin kembali menjajah
Indonesia sebanyak dua kali, yaitu 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.
2. Pelanggaran Wilayah Negara
Bentuk lain dari ancaman militer yang peluang terjadinya cukup tinggi adalah
tindakan pelanggaran wilayah (wilayah laut, ruang udara dan daratan) Indonesia
oleh negara lain. Konsekuensi Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat
luas dan terbuka berpotensi terjadinya pelanggaran wilayah.

3. Pemberontakan Bersenjata
Ancaman militer dapat pula terjadi dalam bentuk pemberontakan bersenjata.
Pemberontakan tersebut pada dasarnya merupakan ancaman yang timbul dan
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di dalam negeri, tetapi pemberontakan
bersenjata tidak jarang disokong oleh kekuatan asing, baik secara terbuka
maupun secara tertutup. 
Pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia yang sah merupakan
bentuk ancaman militer yang dapat merongrong kewibawaan negara dan
jalannya roda pemerintahan. Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia pernah
mengalami sejumlah aksi pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh
gerakan radikal, seperti DI/TII, PRRI, Permesta, Pemberontakan PKI
Madiun,serta G-30-S/PKI. Beberapa sejumlah aksi pemberontakan bersenjata
tersebut tidak hanya mengancam pemerintahan yang sah, tetapi juga
mengancam tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Sabotase
Fungsi pertahanan negara ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap
objek-objek vital nasional dan instalasi strategis dari setiap kemungkinan aksi
sabotase dengan mempertinggi kewaspadaan yang didukung oleh teknologi
yang mampu mendeteksi dan mencegah secara dini.

5. Spionase
Kegiatan spionase dilakukan secara tertutup dengan menggunakan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak mudah dideteksi. Kegiatan
tersebut merupakan bentuk ancaman militer yang memerlukan penanganan
secara khusus untuk melindungi kepentingan pertahanan dari kebocoran yang
akan dimanfaatkan oleh pihak lawan.

6. Aksi Terrorisme
Aksi teror bersenjata merupakan bentuk kegiatan terorisme yang mengancam
keselamatan bangsa dengan menebarkan rasa ketakutan yang mendalam serta
menimbulkan korban tanpa mengenal rasa perikemanusiaan. Sasaran aksi teror
bersenjata dapat menimpa siapa saja, sehingga sulit diprediksi dan ditangani
dengan cara-cara biasa. Perkembangan aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh
teroris pada dekade terakhir meningkat cukup pesat dengan mengikuti
perkembangan politik, lingkungan strategis, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Ancaman Non-Militer

Ancaman non-militer pada hakikatnya ancaman yang menggunakan


faktorfaktor non-militer dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, kepribadian bangsa, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman ini salah satunya disebabkan oleh
pengaruh negatif dari globalisasi.
Globalisasi yang menghilangkan sekat atau batas pergaulan antar bangsa secara
disadari ataupun tidak telah memberikan dampak negatif yang kemudian
menjadi ancaman bagi keutuhan sebuah negara, termasuk Indonesia.
Ancaman non-militer diantaranya dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi
dan sosial budaya.

Ancaman-ancaman Non-Militer

1. Ancaman di Bidang Ideologi


Secara umum Indonesia menolak dengan tegas paham komunis dan zionis.
Akibat dari penolakan tersebut, tentu saja pengaruh dari negara-negara komunis
dapat dikatakan tidak dirasakan oleh bangsa Indonesia, kalaupun ada pengaruh
tersebut sangat kecil ukurannya. Akan tetapi, meskipun demikian bukan berarti
bangsa Indonesia terbebas dari pengaruh paham lainnya, misalnya pengaruh
liberalisme.

2. Ancaman di Bidang Politik


Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam
negeri. Dari luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara
dengan melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi,
atau blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik
yang sering kali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.

3. Ancaman di Bidang Ekonomi


Pada saat ini ekonomi suatu negara tidak bisa berdiri sendiri. Hal tersebut
merupakan bukti nyata dari pengaruh globalisasi. Dapat dikatakan, saat ini tidak
ada lagi negara yang mempunyai kebijakan ekonomi yang tertutup dari
pengaruh negara lainnya. 

Ekonomi kerakyatan sangat menghindari:


• Sistem Free Fight Liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi
kerakyatan. 
• Sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur negara bersifat dominan
dan mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara. 
• Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli
yang merugikan masyarakat dan bertantangan dengan cita-cita keadilan sosial.

4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari
dalam, dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut
menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti separatisme, terorisme,
kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu tersebut akan
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme.

Ancaman dari luar timbul sebagai akibat dari pengaruh negatif globalisasi

 1. Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-barang


dari luar negeri.
2. Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu
nilai hidup tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk
mencapai kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus
melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Seperti mabukmabukan,
pergaulan bebas, foya-foya dan sebagainya.
3. Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri
serta memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini
dapat menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu
menghardik pengemis, pengamen dan sebagainya.
4. Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi
kepada budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model
pakain yang biasa dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan
dengan nilai dan norma-norma yang berlaku misalnya memakai rok mini, lelaki
memakai anting-anting dan sebagainya.
5. Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan
kesetiakawanan sosial. 
6. Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan

Penegrtian Ancaman Militer – Ancaman yaitu usaha yang bersifat mengubah


kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional (terencana dan terarah) baik
melalui tindak kriminal maupun politis. Selain itu ancaman juga datang dari luar
yang dinilai dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu
negara, serta juga dapat berbahaya bagi keselamatan bangsa dan warga negara.
Sedangkan Ancaman Militer merupakan ancaman yang menggunakan kekuatan
bersenjata terorganisasi dan dinilai memiliki kemampuan yang berbahaya
terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamtan segenap
bangsa.

Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa ancaman militer dalah suatu
ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi dan dinilai
mempunyai kemampuan yang dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan
wilayah suatu negara, serta membahayakan dapat membahayakan keselamatan
warga negara dan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berasal dari dalam
maupun luar negeri.

Berikut beberapa macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan


negara dari dalam maupun luar negeri, yaitu :

1. Ancaman militer dari dalam negeri:

Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis beradasarkan


sebuah sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidak puasan daerah
terhadap kebijakan pemerintahan pusat.

Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak


asasi manusia yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu kerusuhan
masal.

Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain ekstrem atau
tidak sesuai dengan kebiasan dari masyarakat indonesia.

Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional.

2. Ancamam militer dari luar negeri:

Pelanggaram batas negara yang dilakukan oleh negara lain.

pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.

Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.


Selain itu ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan suatu negara juga
terbagi menjadi dua, yaitu Ancaman  Militer (bentuk ancaman terhadap negara
yang bersifat tradisional) dan Ancaman Non Militer (bentuk Ancaman terhadap
negara yang bersifat non tradisional)

1. Ancaman militer (bentuk ancaman terhadap negara yang bersifat tradisional)

Ancaman militer merupakan ancaman dengan menggunakan kekuatan


bersenjata yang dinilai mampu membahayakan negara ( baik itu keutuhan
negara, kedaulatan negara dan keselamatan segenap bangsa).

Berikut ini beberapa contoh dari ancaman militer terhadap negara:

Agresi, pengertian dari agresi adalah ancaman militer yang menggunakan


kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara yang dapat
membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara tersebut, dan juga
membahayakan keselamatan segenap bangsa tersebut.

Invasi, cara.bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang pertama
adalah invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan bersenjata
negara lain terhadap wilayah NKRI

Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang


kedua adalah bombardemen yang mempunyai pengertian suatu penggunaan
senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap
NKRI

Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terhakshir adalah blokade,


yang dilakukan di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NKRI yang
dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain, dan lain-lain.

Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara yang
kegiatannya berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain yang bertujuan
untuk mencari dan mendapatkan dokumen rahasia militer suatu negara.

Sabotase, adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang
kegiatannya mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital
nasional. Tentunya sabotase ini dapat membahayakan keselamatan suatu
bangsa.

Ancaman militer yang berupa aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh suatu
jaringan terorisme yang luas (internasional) atau ancaman yang dilakukan oleh
teroris internasional yang bekerjasama dengan terorisme lokal (dalam negeri).

Ancaman militer terhadap suatu negara dapat juga berbentuk suatu


pemberontakan yang mana pemberontakan tersebut juga menggunakan
senjata.Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan
senjata juga termasuk ancaman militer.

Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan senjata


juga termasuk ancaman militer.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komponen utama yang


dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, yang dilaksanakan melalui
tugas Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang
(OMSP).

2. Ancaman non militer (bentuk ancaman terhadap negara yang bersifat non
tradisional)

Pengertian dari ancaman non militer adalah suatu ancaman yang tidak
menggunakan kekuatan senjata, namun jika dibiarkan akan membahayakan
kedaulatan dan keutuhan wilayah suatu negara, selain itu juga dapat
membahayakan keselamatan segenap bangsa.

Komponen utama untuk menghadapi ancaman non militer ini adalah lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman
yang dihadapi, dengan di dukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.
Contoh lembaga pemerintah yang menghadapi ancaman non militer yaitu :
Polisi, KPK, DPR, Satpol PP dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer:

Perdagangan dan penyalahgunaan Narkoba (Narkotika dan obat-obatan


terlarang)

Kegiatan imigrasi gelap/ilegal

Penangkapan ikan di laut secara ilegar

Banyaknya tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

Berbagai penyelundupan, baik ke dalam maupun ke luar negeri

Kemiskinan, kebodohan dan lain sebagainya.

Selain beberapa contoh ancaman militer dan ancaman non militer tersebut, ada
beberapa contoh ancaman dan gangguan terhadap pertahanan NKRI di masa
yang akan datang, yaitu:

Terorisme internasional yang memiliki jaringan lintas negara

Gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI

Konfik horisontal antar suku, agama, ras, dan antar golongan (sara)

Kejahatan lintas negara, misalnya penyelundupan barang, perdagangan


manusia, narkoba, dsb,

Tindakan yang merusakan lingkungan hidup, seperti pembakaran hutan,


pembuangan limbah industri ke sungai dan lain sebagainya.

Aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang anarkhis, arogan, dan radikal atau amuk
masa

Wabah penyakit menular yang cepat dan meluas

Dan lain-lain
Ancaman Militer dan Nirmiliter

Hakikatnya pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat


semestayang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan
kewajiban warga negara serta keyakinan kekuatan sendiri.

Sistem pertahanan negara bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara,


wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut
untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman. Struktur kekuatan sistem ini dibangun
berdasarkan sifat ancaman yang dihadapi seperti ancaman militer dan ancaman
nirmiliter.

Ancaman militer.
Ancaman militer dapat berupa ancaman yang dilakukan oleh militer suatu
Negara atau ancaman bersenjata yang datangnya dari gerakan kekuatan
bersenjata, yang dinilai mengancam atau membahayakan kedaulatan Negara,
keutuhan wilayah Negara, dan keselamatan segenap bangsa dapat berupa agresi,
pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan
bersenjata, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut atau udara, serta
perang saudara atau konflik komunal yang sewaktu-waktu dapat timbul.

Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan


TNI sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan
komponen pendukung. Kekuatan pertahanan yang dimiliki didayagunakan
untuk mengatasi situasi negara yang terancam oleh suatu serang militer dari
negara lain atau gerakan kekuatan bersenjata.Sedangkan strategi pertahanan
dalam menghadapi ancaman militer disesuaikan dengan jenis ancaman dan
besarnya resiko yang dihadapi. Dengan berdasarkan jenis ancaman dan
besarnya resiko yang dihadapi, pemilihan strategi pertahanan disusun dalam
strategi pertahanan untuk menghadapi ancaman militer berupa agresi militer
dari negara lain melalui OMP serta strategi pertahananuntuk menghadapi
ancaman militer yang bentuknya bukan agresi militer melalui OMSP.

Ancaman nirmiliter.

Ancaman nirmiliter pada hakekatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor


yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan Negara,
keutuhan wilayah Negara, dan keselamatan segenap bangsa.Ancaman nirmiliter
dapat berasal dari luar negeri atau dapat pula bersumber dari dalam
negeri.Kondisi masyarakat Indonesia yang berada dalam kategori miskin,
berpendidikan rendah, dan terbelakang dengan jumlah cukup besar membawa
dampak terhadap keamanan yang cukup besar dan bersifat multidimensi. Oleh
karena itu, ancaman nirmiliter digolongkan dalam ancaman yang berdimensi
ideologi, politik, ekonomi, social, informasi dan teknologi serta keselamatan
umum.

Dalam kondisi negara menghadapi ancaman aktual berupa ancaman nirmiliter,


sistem pertahanan Negara disusun dalam lapis pertahanan nirmiliter sebagai
unsur utama untuk mengambil langkah-langkah penanganan dengan pendekatan
nirmiliter dengan memberdayakan instrument ideologi, politik, ekonomi,
psikologi, sosial budaya, informasi dan teknologi serta hukum dan HAM.Inti
pertahanan nirmiliter adalah pertahanan secara nonfisik yang tidak
menggunakan senjata, tetapi pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik,
ekonomi, psikologi, sosial budaya, dan teknologi melalui profesi, pengetahuan
dan keahlian serta kecerdasan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan. Sehingga dalam menghadapi ancaman nirmiliter menempatkan
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai
dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-
unsur lain dari kekuatan bangsa.

Dengan struktur kekuatan sistem di atas, maka pembangunan kekuatan


komponen cadangan dan komponen pendukung memerlukan kebijakan
strategis, guna dapat memperbesar dan memperkuat komponen utama.

DAFTAR PUSTAKA

https://ilmubelanegara.files.wordpress.com/2015/02/wpid-2a7c640c8f3b0a7a7f8fa89de3e008ef.jpg

https://news.okezone.com/read/2017/10/05/337/1789581/hut-ke-72-tni-pengamat-sebut-tni-tak-
lagi-hadapi-ancaman-militeristik-kok-bisa

https://m.jpnn.com/news/waspada-negara-dihantui-ancaman-nonmiliter

https://www.terpintar.web.id/ancaman-militer-dan-non-militer-pengertian-bentuk-dan-contoh/

https://www.kompasiana.com/daris/5508e9a6a33311da5b2e3fc9/ancaman-militer-dan-nirmiliter

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ancaman_militer
https://forum.teropong.id/2017/07/19/pengertian-ancaman-militer-non-militer-serta-bentuk-dan-
contohnya/

https://masapelajar.blogspot.com/2017/09/pengertian-dan-bentuk-ancaman-militer.html?m=1

https://www.kompasiana.com/andikaeling/565d3477ec9673a9165f0471/sistem-pertahanan-dari-
ancaman-nonmiliter

Anda mungkin juga menyukai