Anda di halaman 1dari 8

OLEH:

1. Andre c silaban
2. Nia tambunan
3. Johansen purba
4. Cristhoper sibarani
5. Angel sipahutar
6. Ruth lumbangaol
7. Erick tarigan
ANCAMAN DI BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Pengertian Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman bisa
berbentuk tindakan fisik atau nonfisik, baik secara terang-terangan (menifest) atau secara tertutup (latent). Ancaman
bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari dalam negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi
kehidupan.
Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah sebuah negaradan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Sedang, Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat dimengerti sebagai
suasana "bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan".
Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin perlindungan dari satu unit yang sensitif dan
jika sumber daya ini jelas, misalnya tentang cara-cara membela diri sesuai dengan spesialisasi mereka, pertahanan
udara , pertahanan rudal, dll.Tindakan,taktik, operasi atau strategi pertahanan adalah untuk menentang atau
membalas serangan dari dalam maupun luar negara dengan dukungan alutsista yang semakin canggih dan modern.

Jenis pertahanan

– Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan


– Pertahanan nonmiliter/nirmiliter untuk menghadapi ancaman nonmiliter/nirmilit

Ciri-ciri ketahanan nasional adaalah sebagai berikut :

a. Merupakan kepentingan atau prasyaratan utama bagi negara.

b. Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupan

c. Ketahanan Nasional tidak hanya diwujudkan dalam daya tahan dan keuletan bangsa,tetapi juga sebagai kondisi
dinamika yang berisi keuletan dan ketangguhan bangsa untuk mengembangkan kekuatan.

d. Didasarkan pada ajaran ASTRAGATRA,delapan gatra kehidupan nasional

e. Wawasan nasional mengarahkan ketahanan nasional.


Ancaman di Bidang Pertahanan dan keamananAncaman di bidang pertahanan dan keamanan adalah
ancaman yang mencantum terhadap integrasi bangsa yang perlu kita waspadai yang mengancam segala usaha
untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negaradan keselamatan segenap
bangsa dapat berasal dari luar maupun dalam negeri

Ancaman dari dalam negeri yang dihadapi saat ini, kata Luhut adalah terorisme, narkoba, gerombolan separatis
bersenjata, konflik komunal, dan disintegrasi bangsa. “Sementata dari luar negeri berupa konflik
perbatasan, spionase, cyber war, proxy war, terorisme, dan kejahatan lintas negara,” kata Luhut dalam kuliah
umum di Balai Sidang Universitas Indonesia, Rabu (20/4). Selain itu, ujar Luhut, Indonesia juga menghadapi
ancaman lain seperti perubahan iklim, bencana alam, dan epidemi.
Mengatasi ancaman ini, Luhut menuturkan berbagai upaya juga dilakukan seperti mendorong kemajuan
ekonomi dan pendekatan budaya. Selanjutnya Luhut menyebut belanja militer Indonesia masih inefisien atau tidak
tepat. “Masih banyak belanja pegawai dan barang, sementara alutsista masih kecil,” kata Luhut.
Menurut Luhut, alat utama sistem pertahanan atau alutsista harus semakin canggih guna mendukung
pertahanan dan keamanan nasional. Pembelian alutsista, menurut Luhut akan memberikan banyak keuntungan.
“Misalnya, Indonesia bisa terbebas dari penangkapan ikan ilegal,” ujar Luhut. Untuk itu, dia terus mengupayakan
untuk meningkatkan pembelian alutsista melalui anggaran yang akan dinaikkan secara bertahap.
Anggaran pertahanan, saat ini sebesar 0,8 persen, hingga 2019 Luhut berencana akan menaikkannya hingga
mencapai di atas satu persen. Luhut juga membandingkan anggaran pertahanan Indonesia dengan negara
tetangga. Indonesia masih tertinggal dari negara-negara di ASEAN. “Kalau dengan Amerika jelas sudah terlalu jauh.
Dengan Singapura yang seluas Jakarta hampir 10 miliar dollar AS, Indonesia hanya 8 miliar dollar AS,” ucap Luhut.
Selain alutsista, teknologi juga dianggap penting dalam menjaga pertahanan dan keamanan Indonesia. Luhut
menilai, pertahanan sudah tidak lagi bergantung pada manusia, melainkan teknologi.

Faktor Penyebab Ancaman di Bidang Pertahanan dan Keamanan


1. Kurangnya penerapan dan penegakkan hukum dan HAM
2. Kurangnya penerapan keadlian
3. Adanya suatu kelompok yang bertujuan untuk memecahkan bangsa Indonesia
4. Kurangnya kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah
5. Lambatnya pemulihan ekonomi
6. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing
7. Kemerosotan wibawa para penegak hukum
8. Ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan
keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan)

Faktor Internal dan Eksternal Ancaman Pertahanan dan Keamanan Negara


2.4.1 Faktor Internal

 Aksi Teror, misalnya kejadian teror BOM di Sarinah yang dilakukan oleh warga Indonesia sendiri
 Konflik Horisontal, yaitu konflik yang terjadi antara individu atau kelompok organisasi yang memiliki kedudukan
yang sama atau setara. Contohnya tawuran antara mahasiswa fakultas teknik dengan mahasiswa fakultas hukum
 Sabotase, yaitu tindakan pengrusakan terencana terhadap kelengkapan negara.
 Aksi Kekerasan yang berbau SARA, biasanya terjadi karena adanya egositas seseorang atau sekelompok orang
yang dilakukan dengan jalan kekerasan
 Gerakan Separatis, yaitu gerakan yang bertujuan untuk memisahkan diri atau mendirikan Negara sendiri. Misalnya
usaha pelepasan Timor-timur dulu , waktu pemerintahan Pak Habbie
 Pemberontak bersenjata, misalnya Pemberontakan G-30-S/PKI
 Pengrusakan lingkungan
2.4.2 Faktor Eksternal
 Agresi, yaitu penyerangan militer terhadap suatu negara
 Pelanggaran wilayah oleh negara lain
 Spionase atau mencari dan mendapat rahasia militer dari negara lain
 Sabotas, yaitu tindakan pengrusakan terencana terhadap kelengkapan negara
 Aksi Teror dari jaringan Internasional , yaitu teror yang dilakukan oleh orang atau kelompok luar negeri kepada
suatu negara

Cara Mengatasi Ancaman


Ancaman Dari Dalam
 Perang antar suku
- Melakukan mediasi terhadap pihak yang bertikai dengan mempertemukan perwakilan setiap pihak yang bertikai
- Melakukan sosialisasi tentang pentingnya perdamaian dan kerugian adanya pertikaian
- Pemerataan pembangunan agar tidak terjadi kecemburuan antar suku.

 Korupsi
- Menanamkan jiwa anti korupsi diikuti dengan peningkatan iman dan takwa
- Menciptakan pemerintah bersih dan berwibawa serta bebas KKN
- Melakukan pengawasan yang ketat pada jalannya pemerintah terutama bidang keuangan

 Terorisme
- Meningkatkan rasa nasionalisme
- Penarikan peredaran persenjataan yang dimiliki masyarakat sipil
- Melaporkan warga yang diduga teroris

 Pemberontakan
- Mengakui persamaan derajat dan HAM
- Meningkatkan rasa nasionalisme dengan mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarah Perjuangan
Indonesia dalam merebut NKRI
- Meningkatkan keamanan dari pusat hingga satuan terkecil daerah sesuai prinsip

Ancaman Dari Luar


 Agresi militer
- Menjalin hubungan persahabatan antar Negara
- Meningkatkan peralatan, pertahanan militer, dan pertahanan nasional diiringi dengan peningkatan dari kualitas
TNI sebagai inti dari sistem HANKAMRATA
- Selalu waspada terhadap segala yang dapat membahayakan keutuhan NKRI

 Penorobosan wilayah
- Mengadakan patroli secara rutin pada daerah rawan penerobosan
- Membangun pos-pos pertahanan dan memperjelas tapal batas yang lebih kuat
- Mensejahterakan penduduk di wilayah perbatasan agar tidak bergantung pada Negara lain

 Spionase
- Meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme
- Meningkatkan keimanan para pemimpin dan pejabat Negara
- Tetap waspada terhadap segala ancaman yang mungkin terjadi
Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang dilakukan secara
konsepsional melalui tindak kriminal dan politis. UUD NRI Tahun 1945 Pasal 30 Ayat 1 mengamanatkan bahwa
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Pasal tesebut
menyatakan dengan jelas bahwa pertahanan kemananan negara merupakan kewajiban warga negara yang
merupakan kehormatan yang harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab untuk mengatasi
berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam.
Persoalan siapa yang harus bertanggung jawab untuk menjawab ancaman keamanan tertentu menjadi rumit dan
politikal: rumit, karena perkembangan konsep dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan politikal,
karena landasan konstitusional, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk membangun pola
pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah perlunya ketentuan yang mengatur level of
engagement dan instrumen yang boleh digunakan dalam setiap bagian dari spektrum ancaman terhadap keamanan
nasional.
Di dalam pertahanan negara seluruh elemen masyarakat, mahasiswa dan laainnya juga sangat berperan penting
dalam rangka atau ikut serta dalam mempertahankan pertahanan dan keamanan negara agar tetap terjaga dari
ancaman luar supaya kehidupan di suatu negara itu menjadi lebih tentram,sejahtera dan damai

. Komponen Pertahanan Negara


Di Indonesia, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional
Indonesia sebagai “komponen utama” dengan didukung oleh “komponen cadangan” dan “komponen pendukung”.
Sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang
pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh
unsur unsur lain dari kekuatan bangsa.
1. Komponen utama
“Komponen utama” adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas tugas
pertahanan,untuk melindungi dan menjaga pertahaanan negaara serta wilayah perbatasan negara yang sudah di
tentukan agar tidak adanya warga atau orang asing yang masuk ke wilayah suatu negara tanpa izin.
2. Komponen cadangan
“Komponen cadangan” (Komcad) adalah “sumber daya nasional” yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama untuk melengkapi
keamanan negara.
3. Komponen pendukung
“Komponen pendukung” adalah “sumber daya nasional” yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata
untuk perlawanan fisik.
“Sumber daya nasional” terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan. Sumber
daya nasional yang dapat dimobilisasi dan didemobilisasi terdiri dari sumber daya alam, sumber daya buatan, serta
sarana dan prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil strategis, faktor geografi dan lingkungan,
sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara dengan segenap unsur perlengkapannya dengan atau
tanpa modifikasi.
Komponen pendukung terdiri dari beberapa segmen :
 Polisi (Brimob) – (lihat pula Polri)
 Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
 Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih dikenal dengan sebutan pertahanan sipil (Hansip)
 Satuan pengamanan (Satpam)
 Resimen Mahasiswa (Menwa)
 Organisasi kepemudaan
 Organisasi bela diri
 Satuan tugas (Satgas) parta

. Tujuan dan Sasaran


Sasaran pembangunan bidang pertahanan dan keamanan yang diharapkan adalah peningkatan
kemampuan pertahanan negara dan kondisi keamanan dalam negeri yang kondusif, sehingga aktivitas
masyarakat dan dunia usaha dapat berlangsung dengan aman dan nyaman. Untuk mencapai sasaran
tersebut, pembangunan bidang pertahanan dan keamanan diprioritaskan pada : (a) Peningkatan
kemampuan pertahanan menuju minimum essential force; (b) Pemberdayaan industri pertahanan
nasional; (c) Pencegahan dan penanggulangan gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut
(illegal fishing dan illegal logging); (d) Peningkatan rasa aman dan ketertiban masyarakat; (e)
Modernisasi deteksi dini keamanan nasional; dan (f) Peningkatan kualitas kebijakan keamanan nasional.

Terlaksananya keenam prioritas tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya penggentar sistem
pertahanan Indonesia, meningkatkan kemandirian alutsista TNI dan alat utama Polri, meningkatkan
kekayaan negara, masyarakat dan dunia usaha dapat beraktivitas secara aman dan nyaman,
meningkatkan keamanan dalam negeri, dan meningkatkan efektivitas pengelolaan keamanan nasional.

Kondisi keamanan nasional saat ini relatif aman dan dinamis. Ancaman keamanan nasional yang
mengarah pada terganggunya pertahanan negara tidak sampai membahayakan kewibawaan dan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pandangan negatif internasional terhadap kasus
pelanggaran HAM oleh oknum TNI/Polri dapat diredam dengan baik seiring dengan pemberian sanksi
yang tegas bagi pelakunya. Dari aspek penciptaan keamanan dan ketertiban masyarakat, berbagai
keberhasilan menangani aksi-aksi terorisme, aksi-aksi perampokan, aksi-aksi premanisme, dan aksi-aksi
kriminal lainnya semakin memberikan rasa aman di masyarakat, terutama dunia investasi. Hal ini
dibuktikan realisasi investasi baik PMA maupun PMDN cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang pertahanan dan keamanan relatif hampir
sama dari tahun ke tahun, meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Di samping permasalahan
yang sifatnya sistemik dalam arti sangat mendasar serta memerlukan waktu dan sumber daya yang
sangat besar untuk memecahkannya, terdapat juga permasalahan yang sifatnya insidental yang relatif
dapat segera diatasi. Beberapa permasalahan yang berhasil dirumuskan diantaranya adalah :

a. Belum Selarasnya Landasan Hukum Strategi Hankam


Makin variatifnya potensi ancaman keamanan, maka menuntut diperlukannya pengelolaan keamanan
nasional secara lebih integratif, efektif, dan efisien, diantaranya dengan peningkatan kemampuan dan
peran lembaga-lembaga keamanan. Belum tuntas dan masih terbatasnya kerja sama antar institusi
menjadikan pentingnya sebuah kerangka kebijakan yang mampu mengintegrasikan berbagai kebijakan
pertahanan dan keamanan nasional yang sudah ada. Kerangka kebijakan tersebut bersifat memayungi
berbagai kebijakan pertahanan dan keamanan yang telah ada sebelumnya dan tidak bertentangan
dengan perundang-undangan diatasnya.

b. Terbatasnya Sumber Daya Pertahanan dan Keamanan


Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan bidang pertahanan dan keamanan relatif hampir
sama dari tahun ke tahun, meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Di samping permasalahan
yang sifatnya sistemik dalam arti sangat mendasar serta memerlukan waktu dan sumber daya yang
sangat besar untuk memecahkannya, terdapat juga permasalahan yang sifatnya insidental yang relatif
dapat segera diatasi.

Beberapa permasalahan yang berhasil dirumuskan diantaranya adalah kesenjangan postur dan
pertahanan negara; penurunan efek penggentar pertahanan yang diakibatkan ketertinggalan teknologi
dan usia teknis yang tua; wilayah perbatasan dan pulau terdepan (terluar) yang masih rawan dan
berpotensi untuk terjadinya pelanggaran batas wilayah dan gangguan keamanan; sumbangan industri
pertahanan yang belum optimal; gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di wilayah yurisdiksi
NKRI; keamanan dan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan ALKI; terorisme yang masih
memerlukan kewaspadaan yang tinggi; intensitas kejahatan yang tetap tinggi dan semakin bervariasi;
tren kejahatan serius (serious crime) yang semakin meningkat dan bersifat seperti gunung es;
keselamatan masyarakat yang semakin menuntut perhatian; penanganan dan penyelesaian perkara
yang belum menyeluruh; kesenjangan kepercayaan masyarakat terhadap polisi; penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba; keamanan informasi negara yang masih lemah; deteksi dini yang masih belum
memadai; serta kesenjangan kapasitas lembaga penyusun kebijakan pertahanan dan keamanan negara.

Efek penggentar (detterent effect) yang salah satu ukurannya adalah kepemilikan alutsista, baik secara
kuantitas maupun kualitas (teknologi), merupakan permasalahan yang dihadapi oleh TNI yang tidak
kunjung terselesaikan. Efek penggentar TNI AD yang dicerminkan dari munisi dan kendaraan tempur,
helikopter, dan alat angkut air jumlahnya terbatas dengan usia teknis relatif tua dengan rata-rata
kesiapan 60—65 persen. Efek penggentar TNI AL yang dicerminkan oleh kapal Republik Indonesia (KRI),
pesawat patroli, dan kendaraan tempur marinir, selain jumlahnya yang terbatas dan usia pakai yang
relatif tua dengan kesiapan antara 33–65 persen akan menghadapi kesulitan penggantian dan
pengembangan alutsistanya.
Sementara itu, efek penggentar TNI AU yang dicerminkan oleh pesawat tempur, pesawat angkut,
pesawat heli, pesawat latih, dan radar, selain dihadapkan pada rendahnya tingkat kesiapan terbang
(bukan kesiapan tempur) yang hanya 38,15–75 persen, juga dihadapkan pada jumlah pesawat
kedaluwarsa yang jumlahnya cukup signifikan. Apabila dibandingkan dengan alutsista negaranegara
kawasan Asia Tenggara, alutsista TNI relatif masih lebih banyak jumlahnya. Namun, rendahnya
kemampuan melakukan upaya modernisasi dibandingkan dengan negara seperti Malaysia dan Singapura,
menyebabkan alutsista TNI dalam beberapa hal kurang menimbulkan efek penggentar bagi militer
asing.

Belum tercapainya postur pertahanan pada skala minimum essential force berpengaruh secara
signifikan terhadap pertahanan negara. Kesiapan kekuatan ketiga matra yang rata-rata baru mencapai
64,68 persen dari yang dibutuhkan pada saat ini merupakan risiko bagi upaya pertahanan negara yang
sampai saat ini masih sering menghadapi berbagai tantangan, terutama pelanggaran wilayah
perbatasan darat, penerbangan gelap pesawat militer atau pesawat nonmiliter asing, atau upaya-upaya
penguasaan pulau-pulau kecil terluar oleh negara lain.

c. Masih Rendahnya Partisipasi Masyarakat dalam Sistem Hankam


Pelaksanaan fungsi pertahanan negara merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa dan
negara. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komponen utama yang didukung oleh komponen
cadangan dan komponen pendukung. Komponen cadangan adalah warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional. Sedangkan dalam pelaksanaan fungsi
keamanan, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pencegahan tindak kejahatan dan pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat.
Adapun arah kebijakan pembangunan pertahanan dan keamanan adalah :

a. Meneruskan upaya modernisasi alutsista serta penggantian alutsista yang umur teknisnya sudah tua,
bahkan sudah tidak dapat dioperasionalkan lagi, dan membahayakan keselamatan prajurit;
b. Melanjutkan peningkatan profesionalisme prajurit, yang diiringi dengan peningkatan kesejahteraan
prajurit, diantaranya melalui pemberian insentif kepemilikan rumah, tunjangan khusus operasi;
c. Menuntaskan payung hukum percepatan pembentukan komponen bela negara;
d. Melanjutkan peningkatan kualitas dan kuantitas pos pertahanan dan keamanan di wilayah perbatasan
dan pulau terdepan (terluar) beserta penggelaran personilnya;
e. Melanjutkan upaya pendayagunaan industri pertahanan nasional bagi kemandirian pertahanan,
melalui penyusunan cetak biru beserta road map, peningkatan penelitian dan pengembangan, serta
dukungan pendanaannya;
f. Intensifikasi dan ekstensifikasi patroli keamanan laut dengan pembentukan Badan Keamanan Laut
(Bakamla) atau Indonesian Coast Guard, yang didukung oleh efektifitas komando dan pengendalian;

Daftar Pustaka
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-
8#q=makalah+pertahanan+dan+keamanan+NKRIhttp://pertahanandankeamanannegara.blogspot.co.id/2010/03/perta
hanan-dan-keamanan-negara.htmlhttp://sule-epol.blogspot.co.id/2016/10/makalah-pertahanan-dan-keamanan-
nkri.htmlhttps://history1978.wordpress.com/2011/09/13/pemberontakan-yang-pernah-terjadi-di-
indonesia/http://www.kompasiana.com/bagus_anwar_h/keamanan-nasional-indonesia_552b0af3f17e614e65d62409

Anda mungkin juga menyukai