1.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
2.
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat oleh Tentara Nasional Indonesiadan Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai
kekuatan pendukung.
3.
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
4.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat, dan bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
5.
Susunan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syaratsyarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
diatur oleh undang-undang.
Macam Pertahanan
Pertahanan Militer
Komponen Pertahanan
Komponen utama dalam sistem pertahanan di Indonesia adalah Tentara Nasional
Indonesia. Komponen utama dibantu dengan kompnen cadangan dan komponen
pendukung untuk menghadapi ancaman non militer.
Komponen utama merupakan Tentara Nasional Indonesia yang bertugas
menghadapi ancaman militer dan melaksanakan tugas pertahanan lainnya.
Komponen cadangan merupakan sumber daya yang dimiliki negara yang telah
dipersiapkan untuk memperkuat dan memperbesar kemampuan dan kekuatan
TNI sebagai komponen utama.
Komponen pendukung berfungsi untuk memperkuat dan meningkatkan
kemampuan kedua komponen sebelumnya. Komponen ini terdiri dari sumber
daya nasional yang tidak ditujukan untuuk pertahanan fisik.
Sub pendukung komponen :
Paramiliter
Polisi
Satpol PP
Satpam
Menwa
Satgas Partai
Organisasi kepemudaan
Tenaga Ahli
Industri
Sumber
Peredaran obatobatan
Terorisme
Pembajakan
Kerusuhan
Senjata nuklir
Kejahatan trans
nasional (pendanaan
teroris, pembajakan
dan penyelundupan
senjata
Separatis
Peredaran senjata
Mafia
Perebutan sumber
daya, energi dan
bahan baku
Space war
Peperangan cyber
Hampir semua ancaman potensial yang terdapat pada tabel 1 telah terjadi di
Indonesia, misalnya peredaran obat-obatan. Indonesia disebut sebagai Surga
Narkoba Dunia karena jumlah pengguna narkoba di Indonesia sekitar 3,8 juta
orang (Statistik BNN, 201) atau sekitar 1,5 persen dari total jumlah
penduduk. Ancaman lainnya berupa gerakan separatis seperti lepasnya Timor
Leste dari Indonesia, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), upaya disintegrasi Papua,
dan penguasaan Pulau Sipidan dan Ligitan oleh Malaysia.
Kekuatan ekonomi disini diukur menggunakan pendekatan (proxy) anggaran
pertahanan. Anggaran bersifat sangat penting karena akan menentukan kinerja
sektor pertahanan. Sesuai dengan teori ekonomi, insentive system akan
mempengaruhi performance. Namun hal tersebut sebenernya tidak
akan sufficient tanpa asumsi adanya rasa kebangsaan dan nasionalisme yang
tinggi.
Tabel 4. Rasio Personil Pertahanan per Total Populasi 2011 (Selected country)
Berdasarkan data pada tabel 4, dapat diketahui bahwa skor rasio ARMY/POP
hampir sama untuk tiap negara yang dijadikan observasi. Namun untuk skor
rasio ARMY/REG, Italia dan Inggris memiliki skor rasio tertinggi karena kuantitas
personil pertahanan mereka miliki hampir sama dengan luas wilayah negaranya.
Dalam ekonomi, kuantitas SDM yang banyak diperlukan, akan tetapi
produktivitas tenaga kerja juga merupakan salah satu aspek penting untuk
diukur untuk menilai kinerja. Dalam militer salah satu aspek yang harus
mendapat perhatian adalah kuantitas tentara, tanpa mengesampingkan kualitas
tentara. Kualitas atau skil ltentara harus ditingkatkan seiring dengan upaya
peningkatan kesejahteraannya.
Poin yang dapat dikaji dari tabel 4 yaitu ketersediaan personil pertahanan tidak
perlu terlalu banyak, namun jumlahnya harus optimal dalam memenuhi
kebutuhan. Perlu kajian lebih lanjut mengenai berapa jumlah TNI yang ideal
harus tersedia untuk tiap luas wilayah dan jumlah penduduk. Untuk membantu
personil pertahanan, rakyat (bagian dari total populasi) harus dapat berperan
aktif dalam menjaga pertahanan negara, terutama dalam menghadapi perang
non-militer.
mana setiap orang dapat menikmatinya tanpa harus berkompetisi dengan orang
lain. Dan tidak ada satupun orang yang dapat melarang orang lain menggunakan
jalan raya.
Lawan dari barang publik adalah barang pribadi yang dapat dipilah-pilah dan
dijual di pasar melalui sistem kompetisi. Jika mekanisme pasar memungkinkan
barang pribadi diproduksi secara efisien, hal ini tidak berlaku bagi barang publik.
Barang publik sulit diproduksi demi kepentingan profit karena besarnya
externalitas. Karena itu, dibutuhkan intervensi pemerintah dalam produksi
barang publik yang biayanya di ambil dari belanja negara. Dan pada banyak
negara maju, produksi barang publik tersebut dibiayai oleh pajak.
Pada satu sisi, teknologi dapat dikategorikan sebagai barang publik dan pada sisi
yang lain, dia juga dapat berfungsi sebagai barang pribadi. Pertanyaannya, di
manakah batas antara teknologi sebagai barang publik dan sebagai barang
pribadi ? Hal ini tergantung pada jenis teknologi dan dampaknya bagi
masyarakat luas. Jika suatu jenis teknologi memiliki dampak sosial dan ekonomi
yang mau tidak mau akan dinikmati banyak orang, maka teknologi tersebut
adalah barang publik. Oleh karena itu, adalah kewajiban pemerintah untuk
mengeluarkan biaya bagi pengembangan dan pengadaannya. Jenis teknologi ini
meliputi transportasi massal, kesehatan, enerji, pendidikan, infrastruktur, dan
komunikasi.
Sebaliknya, jika suatu jenis teknologi memiliki dampak sosial dan ekonomi hanya
bagi individu, kelompok, maupun organisasi bisnis tertentu, maka teknologi
tersebut adalah barang pribadi. Karenanya, pengembangan dan produksi
teknologi tersebut sebaiknya dilakukan melalui mekanisme pasar di mana lebih
dari satu kelompok saling berkompetisi untuk menghasilkan teknologi yang
paling optimal secara ekonomis.
Walaupun kategorisasi di atas masih terlalu sederhana, setidaknya dapat
dijadikan pegangan awal untuk menguji kepantasan dari strategi kebijakan
pengembangan teknologi di Indonesia.
Jika selama ini pemerintah Indonesia menyediakan anggaran bagi kegiatan
pengembangan teknologi, walaupun itu tidak banyak, kita bisa menilai apakah
teknologi yang dikembangkan tersebut memenuhi kaidah-kaidah sebagai barang
publik. Jika iya, maka seharusnya publik dilibatkan dalam penentuan jenis,
produksi, dan distribusinya. Jika tidak, dalam arti teknologi yang dikembangkan
cenderung bersifat barang pribadi, maka sebaiknya pengembangan teknologi
tersebut dilakukan melalui mekanisme pasar di mana industri bertanggung
jawab penuh dalam pendanaan. Dengan demikian, dana publik dapat
dikonsentrasikan hanya bagi pengembangan teknologi yang bersifat barang
publik.