Anda di halaman 1dari 11

KEPEMIMPINAN KONTINGENSI

Disusun oleh :

Melinia Nur Azizah

1834021048

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
dan manusia diciptakan untuk menjadi seorang pemimpin didunia.
Didalam kehidupan nyata, manusia harus selalu berinteraksi dan
beradaptasi dengan sesama maupun dengan lingkungan.Karena manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirisehingga
manusia harus hidup berkelompok, baik dalam kelompok besar maupun
dalam kelompok kecil. Hal itu ditujukan agar manusia dapat
bersosisalisasi dengan sesamanya manupun lingkungannya.
Oleh sebab itu diantara para anggota kelompok tentulah
membutuhkan seseorang  yang bisa memimpin kelompok itu, sebab jika
tidak ada pemimpin maka akan terpecah belah lah kelompok tersebut.
Untuk mengelolanya, diperlukan pemimpin yang mempunyai jiwa
kepemimpinan yang baik serta dapat menjadi panutan untuk anggota
kelompoknya.
Pemimpin adalah  figur seseorang yang bijaksana, berani
mengambil keputusan dan yang paling penting berwibawa dan bisa
memimpin untuk mencapai tujuan bersama. Sekarang  ini, sudah sangat
sedikit orang yang mempunyai ciri-ciri seorang pemimpin yang baik
didalam organisasi maupun badan-bandan usaha, bisnis, dan
pemerintahan. Untuk itu maka sangat penting bagi para remaja-remaja
mulai membiasakan diri untuk belajar menjadi seorang pemimpin yang
berani dan bisa memberikan arahan yang baik  didalam organisasi. Salah
satunya memberikan pendidikan atau pembelajaran tentang pentingnya
kepemimpinan didalam organisasi.
B. PERSOALAN
1. Apa itu Kepemimpinan Kontingensi?
2. Bagaimana Model Kepemimpinan Kontingensi?
3. Mengapa Pendekatan Kontingensi Penting bagi Manajemen?

C. MOTIVASI PENULISAN PAPER


Paper ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan, dengan harapan agar para pembaca dapat memiliki
manfaat dari pengetahuan mengenai topic yang dibahas, yakni mengenai
“Kepemimpinan Kontingensi”.
BAB II

PEMBAHASAN

KEPEMIMPINAN KONTINGENSI

Contingency leadership atau kepemimpinan kontingensi adalah


kepemimpinan mengedepankan pada situasi kerja dan budaya organisasi. Teori
kepemimpinan ini dikemukakan oleh Frederick E. Fiedler, yang mendalilkan
bahwa gaya kepemimpinan yang sukses paling baik ditentukan oleh determinan
situasional. Teori ini dikenal dengan teori kontingensi kepemimpinan
(contingency theories of leadership).

IDE DASAR KEPEMIMPINAN KONGTINGENSI

Kinerja dan kesuksesan pemimpin tidak hanya bergantung pada kualitas


atau metodenya, tetapi juga pada situasi dimana gaya kepemimpinan itu bekerja.
Ada argumen bahwa setiap jenis kepemimpinan diperlukan pada masanya.
Artinya, gaya kepemimpinan tertentu diperlukan pada situasi tertentu dan tidak
cocok pada situasi yang lain. 

Tidak ada satu gaya kepemimpinan terbaik. Pemimpin akan paling efektif
ketika gaya kepemimpinannya paling sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam
sebuah perusahaan situasi tersebut bisa terkait dengan karakteristik kelompok
seperti tingkat pengalaman bawahan dan sifat tugas kelompok misalnya apakah
terstruktur dengan jelas atau tidak. 

CARA KERJA TEORI KONGTINGENSI KEPEMIMPINAN

Teori kontingensi tidak berkaitan dengan membuat pemimpin beradaptasi


dengan suatu situasi, melainkan tujuannya adalah untuk mencocokkan gaya
pemimpin dengan situasi yang sesuai. Untuk memanfaatkan teori ini sebaik
mungkin, penting untuk menemukan gaya apa yang dimiliki seorang pemimpin.
Ini dilakukan melalui Least Preferred Coworker Scale (LPC).
LPC adalah daftar pertanyaan yang dirancang untuk mencari tahu
karyawan seperti apa yang paling ingin diajak bekerja sama dengan seorang
pemimpin, dan pada gilirannya menunjukkan gaya kepemimpinan. Total skor
menentukan gaya kepemimpinan yang diperlukan.

 Skor LPC tinggi: pemimpin dengan keterampilan pribadi yang baik dan
mengandalkan hubungan dengan orang lain untuk menyelesaikan tugas.
Ini adalah tipe pemimpin yang berorientasi pada orang (people-oriented
leader). Mereka melakukan yang terbaik ketika tingkat hubungan antara
mereka dan para pengikut berada pada puncaknya.

 Skor LPC rendah: pemimpin yang mencapai tujuan melalui fokus pada
tugas dan kekuatan posisi. Gaya kepemimpinan ini berorientasi pada tugas
(task-oriented leadership). Tipe ini paling efektif ketika kekuatan
posisinya tinggi, serta struktur tugas yang telah baik. 

Teori ini penting karena memberi pemilik bisnis wawasan untuk


mengkombinasikan berbagai tipe kepemimpinan dengan situasi yang dibutuhkan.
Di situasi tertentu, pemilik butuh manajer yang mau membengkokkan kebijakan
jika keadaan menuntutnya. Di situasi yang lain, pemilih membutuhkan manajer
yang patuh dan sangat ketat dalam menerapkan kebijakan perusahaan. 

MODEL KEPEMIMPINAN KONTINGENSI

Model kontingensi Fiedler meruapakan teori kepemimpinan yang


mendapat pengakuan dari kalangan para ahli mengingat teori kontingensi itu
sangat luas dan komprehensif dalam penjelasannya pada tahun 1967 (Northouse,
2013) Fiedler adalah orang yang pertama kai yang memberikan pengembangan
terhadap model kontingensi secara komprehensif dalam kajian kepemimpinan.
Menurut pandangan teori kontingensi menjelaskan bahwa pemimpin bisa efektif
bilamana ada kesesuaian antara gaya pemimpin dengan sistuasi tertentu (Robbins
& Judge, 2015). Teori kontingensi beranggapan bahwa kepemimpinan itu adalah
sebuah proses ketika ingin menjalankan sebuah pengaruhnya sangat berkaitan
dengan keadaan dimensi tugas yang dikerjakan oleh suatu kelompok (group task
situation).

Ada tiga variabel yang sangat menetukan adanya situasi yang paling utama
yang sangat menentukan apakah suatu situasi tertentu bisa memberikan
keuntungan tersendiri bagi seorang pemimpin (Blanchard et al., 2006). Fred
Edwar Fiedler membagi tiga variabel adalah sebagai berikut : 1). The leader
member relationship, 2). The degree of taks structure, dan 3). The leaders
positions power (Chemers & Skrzypek, 1972).

Keterangan: 1. Terdapat beberapa situasi yang menguntungkan bagi


pemimpin Apabila keberadaan seorang pemimpin secara umum bisa diterima
dengan senang hati oleh pengikutnya (follower), dan juga dihormati oleh
pengikutnya (dimensi tertinggi pertama). Apabila tugas yang diberikan oleh
pemimpin terhadap pengikutnya sudah tersistematis dan terstruktur dengan jelas
(dimensi kedua tertinggi). Apabila otoritas dan wewenang yang diberikan oleh
pemimpin secara formal dihubungkan dengan kedudukan pemimpin dimana
pemimpinan itu berada (dimensi ketiga tertinggi). Dengan demikian, Apabila tiga
dimensi yaitu dimensi hubungan, struktur tugas dan otoritas dalam pisisi rendah,
maka situasi yang terjadi sangat tidaka menguntungkan bagi pemimpin.

2. Terdapat dua relevansi kedudukan (situasi) dan gaya kepemimpinan


Fiedler memberikan penjelasan terkait dimana seuatu situasi bisa memberikan
keuntungan tersendiri bagi seorang pemimpin yaitu bisa dilihat (oktan 1,2 dan 3)
dan tentu hal itu memberikan keuntungan (oktan 7 dan 8) tentu hal itu menjadikan
gaya kepemimpinan yang lebih menekankan terhadap tugas adalah yang sangat
efektif. Ketika situasi cendrung ke arah dimensi diantara memuaskan dan juga
sangat tidak memuaskan bisa dilihat (oktan 4,5, dan 6) dengan demikan, yatit
pemimpin menerapakn gaya kepemimpinan yang berorientasi terhadap hubungan
akan yang sangat efektif.

Model Kontingensi Hersey dan Blanchard Harsey dan Blanchard


menjelaskan tentang teori kepemimpinan situasional (situasional leadership)
kepemimpinan yang efektif dan berhasil tentu sangat ditentukan oleh adanya
situasi yang menyenangkan dari kesiapan para pengikut dan bisa menyelesaikan
tugas yang menjadi tanggungjwabnya dengan baik (Hersey & Blanchard, 1998).
Fokus dari kepemimpinan situasional itu bagaimana bisa memahami terhadap
suatu situasi yang terjadi dimana kepemimpinan itu dilaksnakan. Pandangan ini
mengklaim untuk menjadi pemimpin yang efektif tentu yang paling menentukan
adalah bagaiaman adanya penyesuaian anatara gaya kepemimpinan denga situasi
yang terjadi (PG Northouse, 2013). Model kepemimpinan pendekatan situasional
ini awalnya dikembangkan pada tahun 1969 oleh Hersey dan Blachard akan tetpi
beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1985 telah mengalami
perkembangan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh Blanchard. Dengan
demian, kepemimpinan pendekatan sostuasional ini diesbut dengan
kepemimpinan situasional II.
PENDEKATAN KONTINGENSI PENTING BAGI MANAJEMEN

Pendekatan kontingensi ini dimaksudkan untuk menjembatani jurang


perbedaan yang ada antara teori dan praktek.
Pendekatan kontingensi memasukkan variabel-variabel lingkungan dalam
analisanya, karena perbedaan kondisi lingkungan dan memerlukan aplikasi konsep
dan teknik manajemen yang berbeda pula.
BAB III

PENUTUP

Contingency leadership atau kepemimpinan kontingensi adalah


kepemimpinan mengedepankan pada situasi kerja dan budaya organisasi. Teori
kepemimpinan ini dikemukakan oleh Frederick E. Fiedler, yang mendalilkan
bahwa gaya kepemimpinan yang sukses paling baik ditentukan oleh determinan
situasional. Teori ini dikenal dengan teori kontingensi kepemimpinan
(contingency theories of leadership).

Model kontingensi Fiedler meruapakan teori kepemimpinan yang


mendapat pengakuan dari kalangan para ahli mengingat teori kontingensi itu
sangat luas dan komprehensif dalam penjelasannya pada tahun 1967 (Northouse,
2013) Fiedler adalah orang yang pertama kai yang memberikan pengembangan
terhadap model kontingensi secara komprehensif dalam kajian kepemimpinan.
Menurut pandangan teori kontingensi menjelaskan bahwa pemimpin bisa efektif
bilamana ada kesesuaian antara gaya pemimpin dengan sistuasi tertentu (Robbins
& Judge, 2015). Teori kontingensi beranggapan bahwa kepemimpinan itu adalah
sebuah proses ketika ingin menjalankan sebuah pengaruhnya sangat berkaitan
dengan keadaan dimensi tugas yang dikerjakan oleh suatu kelompok (group task
situation).

Model Kontingensi Hersey dan Blanchard Harsey dan Blanchard


menjelaskan tentang teori kepemimpinan situasional (situasional leadership)
kepemimpinan yang efektif dan berhasil tentu sangat ditentukan oleh adanya
situasi yang menyenangkan dari kesiapan para pengikut dan bisa menyelesaikan
tugas yang menjadi tanggungjwabnya dengan baik (Hersey & Blanchard, 1998).

Pendekatan kontingensi ini dimaksudkan untuk menjembatani jurang


perbedaan yang ada antara teori dan praktek.
Pendekatan kontingensi memasukkan variabel-variabel lingkungan dalam
analisanya, karena perbedaan kondisi lingkungan dan memerlukan aplikasi konsep
dan teknik manajemen yang berbeda pula.
DAFTAR PUSTAKA

Blanchard, K., Fowler, S., & Laurence Hawkins. (2006). Self Leadership and the
One Minute Manager “Increasing Effectiveness Through Situasional
Self Leadership.” In Harper Collins eBooks.

Chemers, M., & Skrzypek, G. (1972). Experimental Test of The Contingency


Model of Leadership Effectiveness. Journal of Personality and Social.
https://psycnet.apa.org/record/1973- 04393-001

French, J. R. P., & Raven, B. (1968). The bases of social power. Group Dynamics.

Hersey, P., & Blanchard, K. (1998). Manajemen Perilaku Organisasi. Salemba


Empat.

Kartono, K. (2006). Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo Persada.

Litterer, J. A., & Etzioni, A. (1964). A Comparative Analysis of Complex


Organizations: on Power, Involvement, and Their Correlates. American
Sociological Review. https://doi.org/10.2307/2091214

Muhadjir, N. (2007). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial (Edisi IV). Rake
Sarasin.

Muhaimin. (2012). Pemikiran dan Pendidikan. Rajawali Press

PG Northouse. (2013). Kepemimpinan: Teori dan praktik. Indeks.

Robbins, S., & Judge, T. (2015). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior


16th edition). McGraw Hill dan Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai