Anda di halaman 1dari 4

PEMIKIRAN EKONOMI INSTITUSIONALISME

Oleh : Ginanjar Yogi Septiawan (143140075)


Kelas : Ep x

Latar Belakang Munculnya Pemikiran Institusionalisme


secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu ekonomi yang berisi
pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior) seseorang atau suatu pihak sangat
dipengaruhi oleh institusi tertentu.Institusi sendiri dalam hal ini memiliki arti yang cukup luas
dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan main” dalam suatu kelompok
masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal, yang sengaja disusun untuk
membatasi atau mengatur hubungan antar manusia yang ada dalam kelompok masyarakat
tersebut. Institusi formal dapat berupa peraturan, regulasi, hukum perundangan dll; sementara
institusi informal dapat berupa konvensi, tren, budaya, dsb.Dengan demikian institusi di sini
tidak sama dengan organisasi.
Mazhab Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap pandangan
atau mazhab ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi seseorang adalah
semata-mata didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan keuntungan
(maximizing profit behaviour).
Istilah “ekonomi institusional” (institutional economics) pertama kali
diperkenalkanoleh Walton Hamilton pada tahun 1919. Namun tokoh-tokoh awal yang secara
konvensional dianggap sebagai pendiri mazhab institusional dalam ekonomi diantaranya
adalah Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R. Commons (Rutherford, 2001).
Pandangan tokoh-tokoh awal mazhab institusional tersebut menekankan beberapa isu antara
lain: perubahan teknologi (technological change), aspek psikologi dan aspek hokum adalah
aspek-aspek yang harus di ikut sertakan dalam analisis ekonomi.
Pada awalnya pandangan ini cukup berkembang karena dianggap lebih
merepresentasikan dunia nyata (karena memiliki bukti empiris).Namun dalam perjalanannya,
perkembangan mazhab ini mengalami kemandekan (stagnation) bahkan cenderung
ditinggalkan karena tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari para pendukung mazhab ini
yang pada akhirnya mampu membentuk dan memberikan landasan teori yang kuat.Disamping
itu, perkembangan mazhab neo-klassik yang secara luas mulai mengembangkan alat
ekonometrik dalam analisisnya serta perkembangan mazhab ekonomi kesejahteraan (Welfare
Economics) yang diusung oleh J.M. Keynes, membuat mazhab institusional menjadi semakin
tertinggal karena dengan alat-alat analisis tersebut mazhab neo-klassik menjadi dianggap
mampu untuk memberikan penjelasan secara empirik.
Inti/Pokok Pemikiran Institusionalisme
Meski demikian, semenjak tahun 1970-an, mazhab ekonomi institusional mengalami
kebangkitan lagi.Namun mazhab ekonomi institusional yang bangkit belakangan tersebut tidak
sepenuhnya sama dengan mazhab ekonomi institusional yang dibawa oleh Veblen dkk.
Hal ini menyebabkan mazhab institusional yang muncul belakangan tersebut sering
dinamakan sebagai mazhab institusional baru (New Institutional Economics) sementara
pandangan Veblen dkk selanjutnya sering disebut sebagai mazhab institusional lama (Old
institutional economics).
Mazhab ekonomi institusional baru ini pada umumnya membahas perilaku ekonomi
dengan menggunakan alat analisis yang dikembangkan dengan dukungan dari empat teori yang
juga dapat digunakan sebagai alat analisis.
Empat teori tersebut meliputi:
(1) teori biaya transaksi (transaction cost theory),
(2) teory hak kepemilikan (property rights theory),
(3) teori pilihan public (public choice theory), dan
(4) teori permainan (game theory).
Perbedaan mendasar lainnya antara mazhab institusional lama dan baru adalah bahwa
mazhab institusional baru menggunakan dua dasar asumsi yaitu bahwa manusia berperilaku
rasional (rational individual behavior) dan adanya fungsi preferensi individu yang jelas
(individual preferences function); dimana kedua asumsi tersebut juga merupakan asumsi dasar
yang sangat penting bagi mazhab neo-klassik. Oleh karena itu, mazhab institusional baru sering
kali tidak diposisikan sebagai sanggahan terhadap mazhab ekonomi neo-klassik (sebagaimana
mazhab institusional lama) tetapi sebagai bentuk pengembangan (extension) dari mazhab neo-
klassik. Tokoh-tokoh yang mengembangkan mazhab institusional di antara nya adalah Wesley
Clair Mitchel , Gunnar Karl Myrdal , Joseph A. Schumpeter , Douglas NorthMazhab Austria
TOKOH-TOKOH ALIRAN INSTIITUSIONAL
1. Thorstein Bunde Veblen (1857-1929)
Dari buku-buku yang ditulis telah membuat Veblen sangat terkenal. Beberapa buku
yang ditulis nya antara lain: The Theory of Leisure Class (1899), The Theory of
Business Enterprise (1904), The Instict of Workmanship and the state of the Industrial
Art (terbit tahun 1914, dan tahun 1920 dipublikasikan kembali dengan judul: The
Vested Interests and the Comman Man); The Enggeneer and The Price system (1921);
Absentee Ownership in Recent Time; The Cese of America (1923). Selain buku-buku
yang disebutkan di atas masih banyak buku-buku lain yang ditulisnya menyangkut
masalah social, politik, bahkan juga tentang pertahanan keamanan, dunia pendidikan
dan sebagainya.
2. Wesley Clair Mitchel
Wesley clair mitchel adalah murid, teman dan pengagum Veblen. la berjasa dalam
mengembangkan metode-metode kuantitatif dan menjelaskan peristiwa-peristiwa
ekonomi. Salah satu karyanya yang sudah menjadi klasik adalah : Business Cycles and
Their Causes. Sesudah PD2, Mitchel mengorganisasi sebuah badan penelitian
“National Bureau of Economic Research”. Dari penelitian ini memungkinkan lebih
dikembangkannya penelitian penelitian tentang pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi
atau Business cycles, perubahan produktivitas, analisis harga.
3. Gunnar Karl Myrdal
Gunnar karl myrdal banyak menulis buku, antara lain: An American Dilema, Value in
Social Theory, Challenge to Affluence, dan Asian Drama: An Inquiry into The Poverty
of Nations. Salah satu pesan Myrdal pada ahli-ahli ekonomi ialah agar ikut membuat
value judgement. Jika itu tidak dilakukan struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi akan
menjadi tidak realistis. Myrdal percaya bahwa pemikiran Institusional sangat
diperlukan dalam melaksanakan pembangunan di Negara berkembang. Myrdal meraih
nobel dibidang Ekonomi pada tahun 1974 bersama F.A Hayek atas jasa-jasanya dalam
menyumbang pemikiran ekonomi, terutama bagi pembangunan Negara berkembang.
4. Joseph A. Schumpeter
Joseph A. Schumpeter di masukkan ke dalam aliran institusional karena ia mengatakan
bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak dalam ekonomi itu sendiri,
melainkan berada di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Sumber
kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan para pelaku ekonomi yang
mengarsiteki pembangunan.
Motivasi Konsumen
Menurut pandangan Veblen, orang yang membeli suatu barang yang melebihi proporsi
yang wajar, jelas tidak rasional. Namun, lebih bersifat emosional. Dan lebih parah lagi, kadang
kadang tingkah laku konsumsi mereka seperti orang “norak”. Hal seperti ini sering terjadi pada
golongan nouve riche, atau di Indonesia sering dikenal dengan istila Orang Kaya Baru (OKB).
Golongan ini umumnya berasal dari orang miskin yang kemudian berhasil meningkatkan status
finansialnya. Karena kurang terbiasa dengan pola hidup orang kaya, perilaku konsumsinya
tersebut menjadi tidak wajar.
Veblen melihat bahwa perilaku conspicuous consumtion, dan pecuniary emulation
semakin menggejala dalam masyarakat kapitalis finansial liberal amerika. Perilaku seperti ini
sangat dibenci dan ditentangnya karena dari hasil pengamatanya ia menyaksikan bahwa orang
amerika cenderung semakin manja. Banyak dari mereka yang hanya menghambur hamburkan
waktu, tenaga, dan sumber daya. Jika kecenderungan seperti ini tidak dicegah maka, demikian
peringatan Veblen, bangsa amerika suatu saat akan tertinggal dengan bangsa lain yang lebih
diperhitungkan dalam membelanjakan pendapatan mereka.
Perilaku Pengusaha
Vablen melihat pada masa sekarang semakin banyak jumlah jenis pengusaha yang
memperoleh keuntungan dari berbagai macam cara tanpa mempedulikan nasip orang
lain.Vablen melihat dalam masyarakat amerika yang tumbuh begitu pesat telah melahirkan
suatu golongan yang di sebut absentee ownership. Golongan absentee ownership adalah para
pengusaha yang memiliki modal besar dan menguasai sejumlah perusahaan,tapi tidak ikut
terjun langsung dalam kegiatan operasional di serahkan pada professional dan kariawan
kepercayaan. Dan golongan ini dalam kenyataan memperoleh keuntungan paling besar.
Vablen melihat bahwa para pengusaha yang hanya mementingkan laba tanpa
memperhatikan laba tanpa memperhatikan cara yang iya jalani. Mereka mendapat kemudahan
dan hak istimewa, misalnya dalam menguasai bahan mentah dan menguasai daerah pemasaran.
Ia juga mampu mengatur pejabat kehakiman untuk tidak mempersoalkan kependudukan
monopolinya atau agar tidak mangganggu manipulasi pajak dan keuangan yang di lakukannya.
Di beberapa Negara berkembang yang masih belum mempunyai aturan permainan atau rule of
law yang jelas, sering dijumpai adanya kerja sama antara pengusaha dengan militer demi
mengamankan bisnis monopolinya. Artinya, kalau ada pengusaha lain yang ikut dalam bisnis
yang di monopolinya, ia akan berurusan dengan militer.
Untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, ada pengusaha absentee ownership
tidak segan-segan mematikan usaha pengusaha sungguhan yang memperoleh keuntungan
dengan kerja keras. Salah satu cara nya adalah dengan melakukan akuisasi. Cara lain untuk
mematikan pesaing ialah dengan membanting harga, sehingga produk dari perusahaan pesaing
tidak laku. Setelah pesaing mati dan keluar pasar, biasanya mereka kembali menaikkan harga
dan memperoleh laba sangat besar.
Dengan monopoli power yang ada ditangan, mereka juga sering mengurangi pasok
barang-barang, sehingga harga melambung.lagi-Iagi, pengusaha menerima keuntungan
melebihi kewajaran. Dengan singkat, uang atau modal ditangan pengusaha pemangsa lebih
sebagai alat pengeksploitasi keuntungan sebesar-besarnya dari pada sebagai asset yang dikelola
dengan efisien untuk memuaskan kebutuhan konsumen sebagaimana yang terjadi dalam
perusahaan sungguhan.

Anda mungkin juga menyukai