0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
351 tayangan4 halaman
Mazhab ekonomi institusionalisme berpendapat bahwa perilaku ekonomi seseorang dipengaruhi oleh institusi formal maupun informal. Mazhab ini muncul untuk menentang pandangan neo-klasik bahwa perilaku ekonomi didasarkan pada keuntungan maksimum. Tokoh pendirinya antara lain Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R. Commons. Mazhab ini kemudian mengalami kebangkitan kembali dengan pendekatan baru yang menggunakan teori biaya transaksi,
Mazhab ekonomi institusionalisme berpendapat bahwa perilaku ekonomi seseorang dipengaruhi oleh institusi formal maupun informal. Mazhab ini muncul untuk menentang pandangan neo-klasik bahwa perilaku ekonomi didasarkan pada keuntungan maksimum. Tokoh pendirinya antara lain Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R. Commons. Mazhab ini kemudian mengalami kebangkitan kembali dengan pendekatan baru yang menggunakan teori biaya transaksi,
Mazhab ekonomi institusionalisme berpendapat bahwa perilaku ekonomi seseorang dipengaruhi oleh institusi formal maupun informal. Mazhab ini muncul untuk menentang pandangan neo-klasik bahwa perilaku ekonomi didasarkan pada keuntungan maksimum. Tokoh pendirinya antara lain Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R. Commons. Mazhab ini kemudian mengalami kebangkitan kembali dengan pendekatan baru yang menggunakan teori biaya transaksi,
Latar Belakang Munculnya Pemikiran Institusionalisme
secara umum adalah sebuah mazhab pemikiran dalam ilmu ekonomi yang berisi pandangan bahwa perilaku ekonomi (economic behavior) seseorang atau suatu pihak sangat dipengaruhi oleh institusi tertentu.Institusi sendiri dalam hal ini memiliki arti yang cukup luas dan secara singkat dapat didefinisikan sebagai “aturan main” dalam suatu kelompok masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal, yang sengaja disusun untuk membatasi atau mengatur hubungan antar manusia yang ada dalam kelompok masyarakat tersebut. Institusi formal dapat berupa peraturan, regulasi, hukum perundangan dll; sementara institusi informal dapat berupa konvensi, tren, budaya, dsb.Dengan demikian institusi di sini tidak sama dengan organisasi. Mazhab Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap pandangan atau mazhab ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi seseorang adalah semata-mata didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan keuntungan (maximizing profit behaviour). Istilah “ekonomi institusional” (institutional economics) pertama kali diperkenalkanoleh Walton Hamilton pada tahun 1919. Namun tokoh-tokoh awal yang secara konvensional dianggap sebagai pendiri mazhab institusional dalam ekonomi diantaranya adalah Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R. Commons (Rutherford, 2001). Pandangan tokoh-tokoh awal mazhab institusional tersebut menekankan beberapa isu antara lain: perubahan teknologi (technological change), aspek psikologi dan aspek hokum adalah aspek-aspek yang harus di ikut sertakan dalam analisis ekonomi. Pada awalnya pandangan ini cukup berkembang karena dianggap lebih merepresentasikan dunia nyata (karena memiliki bukti empiris).Namun dalam perjalanannya, perkembangan mazhab ini mengalami kemandekan (stagnation) bahkan cenderung ditinggalkan karena tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari para pendukung mazhab ini yang pada akhirnya mampu membentuk dan memberikan landasan teori yang kuat.Disamping itu, perkembangan mazhab neo-klassik yang secara luas mulai mengembangkan alat ekonometrik dalam analisisnya serta perkembangan mazhab ekonomi kesejahteraan (Welfare Economics) yang diusung oleh J.M. Keynes, membuat mazhab institusional menjadi semakin tertinggal karena dengan alat-alat analisis tersebut mazhab neo-klassik menjadi dianggap mampu untuk memberikan penjelasan secara empirik. Inti/Pokok Pemikiran Institusionalisme Meski demikian, semenjak tahun 1970-an, mazhab ekonomi institusional mengalami kebangkitan lagi.Namun mazhab ekonomi institusional yang bangkit belakangan tersebut tidak sepenuhnya sama dengan mazhab ekonomi institusional yang dibawa oleh Veblen dkk. Hal ini menyebabkan mazhab institusional yang muncul belakangan tersebut sering dinamakan sebagai mazhab institusional baru (New Institutional Economics) sementara pandangan Veblen dkk selanjutnya sering disebut sebagai mazhab institusional lama (Old institutional economics). Mazhab ekonomi institusional baru ini pada umumnya membahas perilaku ekonomi dengan menggunakan alat analisis yang dikembangkan dengan dukungan dari empat teori yang juga dapat digunakan sebagai alat analisis. Empat teori tersebut meliputi: (1) teori biaya transaksi (transaction cost theory), (2) teory hak kepemilikan (property rights theory), (3) teori pilihan public (public choice theory), dan (4) teori permainan (game theory). Perbedaan mendasar lainnya antara mazhab institusional lama dan baru adalah bahwa mazhab institusional baru menggunakan dua dasar asumsi yaitu bahwa manusia berperilaku rasional (rational individual behavior) dan adanya fungsi preferensi individu yang jelas (individual preferences function); dimana kedua asumsi tersebut juga merupakan asumsi dasar yang sangat penting bagi mazhab neo-klassik. Oleh karena itu, mazhab institusional baru sering kali tidak diposisikan sebagai sanggahan terhadap mazhab ekonomi neo-klassik (sebagaimana mazhab institusional lama) tetapi sebagai bentuk pengembangan (extension) dari mazhab neo- klassik. Tokoh-tokoh yang mengembangkan mazhab institusional di antara nya adalah Wesley Clair Mitchel , Gunnar Karl Myrdal , Joseph A. Schumpeter , Douglas NorthMazhab Austria TOKOH-TOKOH ALIRAN INSTIITUSIONAL 1. Thorstein Bunde Veblen (1857-1929) Dari buku-buku yang ditulis telah membuat Veblen sangat terkenal. Beberapa buku yang ditulis nya antara lain: The Theory of Leisure Class (1899), The Theory of Business Enterprise (1904), The Instict of Workmanship and the state of the Industrial Art (terbit tahun 1914, dan tahun 1920 dipublikasikan kembali dengan judul: The Vested Interests and the Comman Man); The Enggeneer and The Price system (1921); Absentee Ownership in Recent Time; The Cese of America (1923). Selain buku-buku yang disebutkan di atas masih banyak buku-buku lain yang ditulisnya menyangkut masalah social, politik, bahkan juga tentang pertahanan keamanan, dunia pendidikan dan sebagainya. 2. Wesley Clair Mitchel Wesley clair mitchel adalah murid, teman dan pengagum Veblen. la berjasa dalam mengembangkan metode-metode kuantitatif dan menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonomi. Salah satu karyanya yang sudah menjadi klasik adalah : Business Cycles and Their Causes. Sesudah PD2, Mitchel mengorganisasi sebuah badan penelitian “National Bureau of Economic Research”. Dari penelitian ini memungkinkan lebih dikembangkannya penelitian penelitian tentang pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi atau Business cycles, perubahan produktivitas, analisis harga. 3. Gunnar Karl Myrdal Gunnar karl myrdal banyak menulis buku, antara lain: An American Dilema, Value in Social Theory, Challenge to Affluence, dan Asian Drama: An Inquiry into The Poverty of Nations. Salah satu pesan Myrdal pada ahli-ahli ekonomi ialah agar ikut membuat value judgement. Jika itu tidak dilakukan struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi akan menjadi tidak realistis. Myrdal percaya bahwa pemikiran Institusional sangat diperlukan dalam melaksanakan pembangunan di Negara berkembang. Myrdal meraih nobel dibidang Ekonomi pada tahun 1974 bersama F.A Hayek atas jasa-jasanya dalam menyumbang pemikiran ekonomi, terutama bagi pembangunan Negara berkembang. 4. Joseph A. Schumpeter Joseph A. Schumpeter di masukkan ke dalam aliran institusional karena ia mengatakan bahwa sumber utama kemakmuran bukan terletak dalam ekonomi itu sendiri, melainkan berada di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi masyarakat. Sumber kemakmuran terletak dalam jiwa kewiraswastaan para pelaku ekonomi yang mengarsiteki pembangunan. Motivasi Konsumen Menurut pandangan Veblen, orang yang membeli suatu barang yang melebihi proporsi yang wajar, jelas tidak rasional. Namun, lebih bersifat emosional. Dan lebih parah lagi, kadang kadang tingkah laku konsumsi mereka seperti orang “norak”. Hal seperti ini sering terjadi pada golongan nouve riche, atau di Indonesia sering dikenal dengan istila Orang Kaya Baru (OKB). Golongan ini umumnya berasal dari orang miskin yang kemudian berhasil meningkatkan status finansialnya. Karena kurang terbiasa dengan pola hidup orang kaya, perilaku konsumsinya tersebut menjadi tidak wajar. Veblen melihat bahwa perilaku conspicuous consumtion, dan pecuniary emulation semakin menggejala dalam masyarakat kapitalis finansial liberal amerika. Perilaku seperti ini sangat dibenci dan ditentangnya karena dari hasil pengamatanya ia menyaksikan bahwa orang amerika cenderung semakin manja. Banyak dari mereka yang hanya menghambur hamburkan waktu, tenaga, dan sumber daya. Jika kecenderungan seperti ini tidak dicegah maka, demikian peringatan Veblen, bangsa amerika suatu saat akan tertinggal dengan bangsa lain yang lebih diperhitungkan dalam membelanjakan pendapatan mereka. Perilaku Pengusaha Vablen melihat pada masa sekarang semakin banyak jumlah jenis pengusaha yang memperoleh keuntungan dari berbagai macam cara tanpa mempedulikan nasip orang lain.Vablen melihat dalam masyarakat amerika yang tumbuh begitu pesat telah melahirkan suatu golongan yang di sebut absentee ownership. Golongan absentee ownership adalah para pengusaha yang memiliki modal besar dan menguasai sejumlah perusahaan,tapi tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan operasional di serahkan pada professional dan kariawan kepercayaan. Dan golongan ini dalam kenyataan memperoleh keuntungan paling besar. Vablen melihat bahwa para pengusaha yang hanya mementingkan laba tanpa memperhatikan laba tanpa memperhatikan cara yang iya jalani. Mereka mendapat kemudahan dan hak istimewa, misalnya dalam menguasai bahan mentah dan menguasai daerah pemasaran. Ia juga mampu mengatur pejabat kehakiman untuk tidak mempersoalkan kependudukan monopolinya atau agar tidak mangganggu manipulasi pajak dan keuangan yang di lakukannya. Di beberapa Negara berkembang yang masih belum mempunyai aturan permainan atau rule of law yang jelas, sering dijumpai adanya kerja sama antara pengusaha dengan militer demi mengamankan bisnis monopolinya. Artinya, kalau ada pengusaha lain yang ikut dalam bisnis yang di monopolinya, ia akan berurusan dengan militer. Untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, ada pengusaha absentee ownership tidak segan-segan mematikan usaha pengusaha sungguhan yang memperoleh keuntungan dengan kerja keras. Salah satu cara nya adalah dengan melakukan akuisasi. Cara lain untuk mematikan pesaing ialah dengan membanting harga, sehingga produk dari perusahaan pesaing tidak laku. Setelah pesaing mati dan keluar pasar, biasanya mereka kembali menaikkan harga dan memperoleh laba sangat besar. Dengan monopoli power yang ada ditangan, mereka juga sering mengurangi pasok barang-barang, sehingga harga melambung.lagi-Iagi, pengusaha menerima keuntungan melebihi kewajaran. Dengan singkat, uang atau modal ditangan pengusaha pemangsa lebih sebagai alat pengeksploitasi keuntungan sebesar-besarnya dari pada sebagai asset yang dikelola dengan efisien untuk memuaskan kebutuhan konsumen sebagaimana yang terjadi dalam perusahaan sungguhan.