Anda di halaman 1dari 19

“MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN”

“AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN”

DOSEN PENGAMPU :

SONDANG AIDA SILALAHI, SE, M.SI


TUTI SRIWEDARI SE., M.SI., AK., CA

DISUSUN OLEH :

KElOMPOK VI

CICIH KURNIA WATI TONDANG (7203142019)


WULAN RAMADANIA (7202442006)
YULI ANASTASYA BR SINUHAJI (7203342012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia Nya
kami dapat menyelesaikkan Tugas Makalah mata kuliah mengenai “AKUNTANSI
MANAJEMEN LINGKUNGAN”.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu “
AKUNTANSI MANAJEMEN ” dengan Ibu Dosen SONDANG AIDA SILALAHI, SE,
M.SI dan Ibu Dosen TUTI SRIWEDARI SE., M.SI., AK., CA
Di dalam makalah ini kami memaparkan mengenai “ AKUNTANSI MANAJEMEN ” dari
berbagai sumber dan media yang berhubungan dengan materi tersebut.
Dalam penyelasaian makalah ini, tidak terlepas dari kerja sama Tim Kelompok kami yang
menuangkan pikiran serta dari beberapa buku refrensi, Dalam pembuatan makalah kami
menyadari atas keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Makalah ini masih
banyak kekurangan nya. Oleh karena itu kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca
agar makalah ini dapat disusun lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan kepada
pembaca serta bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih .

Medan, November 2022

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. AKUNTANSI MANJEMEN LINGKUNGAN ................................................................... 3
B. MANFAAT DAN FUNGSI AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN .................. 4
C. PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA LINGKUNGAN
(ENVIROMENTAL COST) ................................................................................................ 7
D. LAPORAN BIAYA LINGKUNGAN ................................................................................. 9
E. KERANGKA AKUNTANSI (TRIPLE BOTTOM ACCOUNTING) .............................. 10
F. CONTOH KASUS ............................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 15
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 15
B. SARAN .............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Isu lingkungan bukan lagi merupakan suatu isu yang baru. Persoalan lingkungan semakin
menarik untuk dikaji seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi global dunia. Secara
perlahan terjadi perubahan yang mendasar dalam pola hidup bermasyarakat yang secara langsung atau
tidak memberikan pengaruh pada lingkungan hidup. Indonesia sebagai negara sedang berkembang
tidak terlepas pula dari persoalan lingkungan yang semakin hari semakin terasa dampaknya. Era
industrialisasi disatu pihak menitik beratkan pada pengunaan teknologi seefisen mungkin sehingga
terkadang mengabaikan aspek-aspek lingkungan.
Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya mempedulikan sumber daya di bumi untuk
kepentingan generasi mendatang, melahirkan kepedulian akan pentingnya menjaga kelestarian dan
ketersediaan sumber daya. Kepedulian pada lingkungan yang meliputi kualitas udara, air dan bahan
beracun yang dapat merusak alam juga berpengaruh terhadap bisnis perusahaan yang dituntut agar
perusahaan berbisnis dengan ramah lingkungan ramah lingkungan.
Hal ini menyebabkan perusahaan harus berusaha memenuhi tuntutan ini dengan melakukan
bisnis yang ramah lingkungan. Perusahaan harus menyiapkan anggaran yang terkait dengan aktivitas
untuk memastikan bahwa mereka tidak menghasilkan/ harus mengolah limbah yang berbahaya bagi
lingkungan. Hal ini pada akhirnya akan menjadi biaya bagi perusahaan. perusahaan. Perusahaan
Perusahaan harus memikirkan memikirkan bagaimana bagaimana agar dapat meminimalkan atau
bahkan menghilangkan biaya yang terkait dampak lingkungan. kait dampak lingkungan.
Salah satu pendekatan manajemen terkait biaya lingkungan Adalah Environment Cost. Makalah
ini akan membahas mengenai biaya lingkungan, bagaimana meminimalkan biaya lingkungan dan
bahkan menggunakan biaya lingkungan yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan tambahan
dari peningkatan-peningkatan yang dilakukan. Selain itu makalah ini akan membahas mengenai Triple
Bottom Line yang merupakan pendekatan yang memperhatikan tidak hanya profit, tetapi juga aspek
sosial dan lingkungan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yakni :
1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Manajemen Lingkungan?
2. Apa Manfaat dan Fungsi dari Akuntansi Manajemen Lingkungan?
3. Bagaimana Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan (Enviromental Cost)?
4. Bagaimana Laporan Biaya Lingkungan?
5. Bagaimana Kerangka Akuntansi (Triple Bottom Accounting)?
6. Bagaimana Cara Penyelesaian Studi Kasus Laporan Biaya Lingkungan?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Akuntansi Manjemen Lingkungan.
2. Untuk mengetahui Manfaat dan Fungsi dari Akuntansi Manajemen Lingkungan.
3. Untuk mengetahui Pengelolaan dan Pengendalian Biaya Lingkungan (Enviromental Cost).
4. Untuk mengetahui Laporan Biaya Lingkungan.
5. Untuk mengetahui Kerangka Akuntansi (Triple Bottom Accounting).
6. Untuk mengetahui Cara Penyelesaian Studi Kasus Laporan Biaya Lingkungan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI MANJEMEN LINGKUNGAN


Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting atau EA) merupakan istilah yang berkaitan
dengan dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental Cost) ke dalam praktek akuntansi
perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan
mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas
lingkungan.
Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan untuk
meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri
dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi
pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya
(Environmental Cost) dan manfaat atau efek (Economic Benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan
oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak
perlindungan lingkungan (Environmental Protection).
Akuntansi manajemen lingkungan (Environmental Management Accounting) merupakan salah
satu bidang disiplin ilmu akuntansi yang aktivitasnya bertujuan memberikan informasi pada
manajemen atas pengelolaan lingkungan dan dampaknya terhadap biaya produksi. Akuntansi
manajemen lingkungan diharapkan akan menjadi salah satu rangkaian sistem yang bertujuan untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Sehingga tercapai model pengukuran kinerja yang seimbang
antara ukuran financial profit dengan kinerja pengelolaan lingkungan. Penggunaan konsep akuntansi
lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan
lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan
akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan
melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat
atau efek (economic benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk
menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan
(Environmental Protection).
The International Federation of Accountants (1998) dalam Ikhsan (2009) mendefinisikan
akuntansi manajemen lingkungan sebagai: "Pengembangan manajemen lingkungan dan kinerja
ekonomi seluruhnya serta implementasi dari lingkungan yang tepat hubungan sistem akuntansi dan
praktik. Ketika ini mencakup pelaporan dan audit dalam beberapa perusahaan, akuntansi manajemen
lingkungan khususnya melibatkan siklus hidup biaya, akuntasni biaya penuh, penilaian keuntungan
dan perencanaan strategic untuk manajemen lingkungan".
3
Menurut IFAC (2005), Akuntansi Manajemen Lingkungan (Environmental Management
Accounting) merupakan pengelolaan lingkungan sekaligus kinerja ekonomi organisasi melalui
pengembangan dan implementasi sistem dan praktek akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi tersebut.
Pada dasarnya terdapat tiga hal utama dalam akuntansi manajemen, yaitu:
a) Kepatuhan (Compliance) dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan harus dapat
memberikan informasi mengenai kepatuhan perusahaan terhadap peraturan-peraturan
yang terkait dengan lingkungan, baik yang dibuat sendiri oleh perusahaan maupun
yang dibuat oleh pemerintah.
b) Efisien Lingkungan (Eco-effisien) dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan
harus dapat melakukan pengawasan terhadap efisiensi penggunaan SDA dan sumber
energi lain, dampak terhadap lingkungan, dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
c) Posisi Strategis (Strategic Positioning) dalam hal ini perusahaan harus membuat
program-program yang terkait dengan lingkungan untuk mencapai tujuan jangka
panjang perusahaan. Akuntansi manajemen lingkungan harus dapat mengawasi
apakah biaya biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan tersebut.

B. MANFAAT DAN FUNGSI AKUNTANSI MANAJEMEN LINGKUNGAN


Manfaat Akuntansi Manajemen Lingkungan
a) Dapat memperkirakan yang lebih baik dari seluruh biaya pada perusahaan untuk
memproduksi produk atau jasa.
b) Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk proses, sistem atau fasilitas dan
menjabarkan biaya-biaya tersebutpada tanggung jawab manajer.
c) Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi pengurangan biaya dan
perbaikan dalam ukuran lingkungan dan kualitas
d) Membantu dengan penanganan keefektifan biaya lingkungan atau ukuran perbaikan
kualitas
e) Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatifuntuk mengurangi biaya biaya
lingkungan
f) Mendorong perubahan dalam proses untuk mengurangi penggunaan sumber daya dan
mengurangi, mendaur ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi limbah
g) Peningkatan kepedulian staf terhadap isu-isu lingkungan, koschata, dan keselamatan
kerja.
4
h) Meningkatkan penerimaan konsumen pada produk atau jasa perusahaan dan sekaligus
meningkatkan daya kompetitif.
Fungsi Akuntansi Manajemen Lingkungan
Konsep akuntansi yang digabungkan dengan prinsip lingkungan hidup tentu memiliki fungsi
pada aktivitas perusahaan dan masyarakat di sekitarnya. Fungsi dari akuntansi berbasis lingkungan
terbagi menjadi dua yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Berikut Penjelasannya:
1. Fungsi Internal, Adapun fungsi internal dari Environmental Accounting adalah fungsi
pihak internal perusahaan terhadap pelaksanaan manajemen lingkungan hidup di sekitarnya.
Tentu, pelaksanaan manajemen lingkungan hidup sangat berkaitan erat dengan konsep dan
prinsip akuntansi lingkungan.
Akuntansi berbasis lingkungan berfungsi sebagai patokan untuk mengukur biaya apa saja
yang dibutuhkan perusahaan terkait lingkungan hidup. Mulai dari biaya pengelolaan limbah
dan konservasi alam di lingkungan sekitar. Serta, akuntansi berbasis lingkungan ini akan
berperan penting analisa biaya dari dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas
perusahaan. Sehingga, hasil dari analisa biaya ini dapat digunakan sebagai alat penentu
dalam pembuatan kebijakan bagi para stakeholders di perusahaan. Berdasarkan pedoman
akuntansi lingkungan yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang pada tahun
2005.
Akuntansi berbasis lingkungan menjadi sistem yang terintegrasi dengan lingkungan oleh
perusahaan. Dua pihak yang berperan penting adalah perusahaan dan masyarakat di sekitar
lingkungan tersebut. Jika bagi perusahaan, akuntansi berbasis lingkungan sebagai alat untuk
mengatur dan memiliki fungsi kontrol di perusahaan. Sehingga, perusahaan dapat
mengemukakan dan menerapkan kebijakan barunya pada masing-masing bagian di
perusahaannya.
Kemudian, kebijakan-kebijakan tersebut ditujukan bagi karyawan yang tinggal di sekitar
area tersebut. Kemudian, bagi masyarakat di sekitar area lingkungan tersebut. Akuntansi
berbasis lingkungan sebagai media untuk berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar area
tersebut. Harapannya, informasi yang disampaikan oleh perusahaan bisa terdengar dan
sampai pada stakeholders di area tersebut.
2. Fungsi Eksternal, Fungsi eksternal dari Environmental Accounting adalah fungsi yang
ditujukan bagi pihak-pihak di luar perusahaan. Biasanya bagi pihak eksternal perusahaan
akan membutuhkan pelaporan keuangan sebagai tolak ukur keadaan perusahaan secara
keseluruhan.

5
Karena, dari laporan keuangan perusahaan tercermin secara aktual keadaan perusahaan yang
sebenarnya berdasarkan angka-angka yang tertera pada laporan tersebut.
Tentu, bagi pihak eksternal hal ini menjadi dasar untuk pengambilan keputusan dalam
berinvestasi. Karena di dalam laporan keuangan tercantum rincian aktivitas perusahaan
terkait dengan usaha konservasi lingkungan berkelanjutan berupa angka-angka dan rincian
biaya.
Di dalamnya juga tercatat siapa saja pemilik perusahaan, bagaimana perusahaan
menjalankan usahanya, siapakah yang menjadi pemodal, dan masih banyak lagi informasi
yang bisa ditemukan dalam sebuah laporan keuangan.
Sehingga, hal ini akan berimbas pada keputusan para stakeholders terkait tentang
keberlanjutan perusahaan di masa mendatang.
Terlebih, saat ini perusahaan dituntut agar lebih transparan terhadap apa yang dilakukannya
terhadap lingkungan. Tentu, hal ini menjadi tugas utama bagi perusahaan untuk tetap
menjalankan tugasnya sebagai perusahaan yang menghasilkan profit juga mengupayakan
konservasi alam di sekitarnya.

6
C. PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA LINGKUNGAN (ENVIROMENTAL
COST)
Perusahaan dapat menghitung biaya limbah sebagai biaya pengolahan ditambah biaya pembelian
bahan baku. Sehingga biaya limbah yang dikeluarkan lebih besar (sebenarnya) daripada biaya yang
selama ini diperhitungkan. Dan dapat meminimalisirkan pemakaian bahan tidak terbuang percuma dan
akhirnya menjadi limbah. Biaya lingkungan dalam agar perusahaan sangat perlu di perhatikan untuk
meminimalisirkan permasalahan lingkungan yang berakibat juga terhadap perusahaan. Biaya
lingkungan dapat disebut juga sebagai biaya kualitas lingkungan. Dalam arti yang sama dengan biaya
kualitas, biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan karena kualitas lingkungan yang buruk ada
atau mungkin ada. Dengan demikian, biaya lingkungan berkaitan dengan penciptaan, deteksi,
perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan. Pengelolaan dan pengendalian biaya lingkungan
dapat dilakukan dengan membagi biaya yang terkait dengan biaya lingkungan menjadi empat bagian,
yaitu:
1) Biaya Lingkungan Yang Bersifat Pencegahan (Prevention Cost), Merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk mencegah kualitas yang buruk dari barang atau jasa yang
dihasilkan atau diberikan kepada pelanggan. Biaya ini antara lain dapat berupa:
a) Biaya seleksi dan evaluasi pemasok, sehingga didapatkan pemasok yang ramah
lingkungan.
b) Biaya perancangan proses produksi yang ramah lingkungan.
c) Biaya sertifikasi eksternal seperti 150 14001 tentang Environmental Management. ISO
50001 tentang Energy Management, maupun OHSAS 18001 tentang Occupational
Health and Safety Management.
d) Biaya perancangan produk yang ramah lingkungan.
2. Biaya Lingkungan Yang Bersifat Pemeriksaan (Appraisal Cost), Merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk memastikan kesesuaian barang atau jasa yang dihasilkan atau
diberikan dengan peraturan pemerintah maupun peraturan internal perusahaan. Biaya ini
antara lain dapat berupa:
a) Biaya pemeriksaan (audit) terhadap aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan.
b) Biaya inspeksi terhadap proses yang dilakukan maupun produk yang dihasilkan.
c) Biaya pengembangan tolok ukur (benchmark) yang berkaitan dengan lingkungan.
d) Biaya percobaan untuk menguji tingkat kontaminasi suatu zat.
3) Biaya lingkungan karena kegagalan internal (Internal Failure Cost), Merupakan biaya
yang muncul karena perusahaan menghasilkan elemen- elemen yang dapat merusak

7
lingkungan namun dapat dikendalikan oleh perusahaan sehingga tidak mencemari
lingkungan. Biaya ini antara lain dapat berupa:
a) Biaya pengamanan dan pengolahan limbah produksi yang tidak ramah lingkungan.
b) Biaya operasional dan pemeliharaan peralatan yang berkaitan dengan pengolahan
limbah atau polusi.
4) Biaya Lingkungan Karena Kegagalan Eksternal (External Failure Cost), Biaya ini
dibagi 2, yaitu:
a) Realized External Failure Cost, yaitu biaya yang benar benar dikeluarkan perusahaan,
karena adanya kontaminasi atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan operasional
perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah:
• Biaya pembersihan danau atau sungai yang tercemar.
• Biaya ganti rugi kepada para penduduk atau pihak ketiga karena kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan.
• Biaya untuk membersihkan minyak yang tertumpah di laut karena bocor atau
karamnya kapal tanker pengangkut minyak.
b) Unrealized External Failure (Societal) Cost, dalam kasus ini kerusakan lingkungan
memang berasal dari kegiatan operasi perusahaan, namun biaya yang timbul tidak
ditanggung oleh perusahaan, tapi ditanggung pihak lain diluar perusahaan. Contoh dari
biaya ini adalah:
• Kesehatan penduduk yang menurun karena sungai terkontaminasi.
• Mata pencaharian nelayan yang hilang karena laut terkontaminasi.

8
D. LAPORAN BIAYA LINGKUNGAN

PT Kacau Balau
Laporan Biaya Lingkungan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20x3
Biaya Pencegahan Lingkungan
Biaya untuk Melakukan Sertifikasi ISO 14001 Rp. 300.000.000
Biaya untuk Melakukan Pemilihan Pemasok 100.000.000
5.95%
Rp. 400.000.000
9
Biaya Pemeriksa Lingkungan
Biaya untuk Mengukur tingkat Kontaminasi Rp. 125.000.000
Biaya untuk Melakukan Pemeriksaan terhadap
Proses Produksi 200.000.000
Rp. 325.000.000 4.83%
Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan
Internal
Biaya untuk Membuang "Waste" dari Produksi Rp. 800.000.000
Biaya untuk Mengoperasikan Peralatan untuk
Mengendalikan Produksi 200.000.000

Rp. 1.000.000.000 14.87%


Biaya Lingkungan karena adanya Kegagalan
Eksternal
Biaya untuk membersihkan sungai yang terkena
polusi Rp. 1.800.000.000
Biaya untuk membayar ganti rugi pada penduduk
yang terkena dampak polusi 3.200.000.000

Rp. 6.000.000.000 74.35%


Total Biaya Lingkungan
Rp. 6.725.000.000 100%
Pada dasarnya prinsip pengelolaan biaya lingkungan sama dengan prinsip pengelolaan biaya
kualitas. Biaya lingkungan terbesar yang dihadapi oleh perusahaan adalah biaya lingkungan karena
adanya kegagalan eksternal. Biaya ini memang tidak sering muncul namun jika biaya tersebut muncul
maka akan dapat membebani perusahaan dengan biaya yang amat besar, bahkan dalam kasus yang
ekstrim dapat menimbulkan kebangkrutan perusahaan. Contohnya adalah kasus lumpur lapindo.
Karena itu untuk mengelola atau mengurangi biaya yang terkait dengan lingkungan maka perusahaan
harus memperbanyak proporsi biaya yang bersifat pencegahan dan pemeriksaan. Contoh dari laporan
yang berkaitan dengan pengelolaan biaya lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Pada tabel ini terlihat bahwa perusahan belum menerapkan pengelolaan biaya lingkungan dengan
baik, hal ini dicerminkan dari tingginya biaya kegagalan dari pihak internal maupun eksternal
perusahaan serta rendahnya biaya pencegahan dan pemeriksaannya. Bisa saja, perusahaan baru saja
mau memulai memberikan perhatian yang lebih pada lingkungan dan hal tersebut mencerminkan dari
adanya biaya untuk memperoleh sertifikasi ISO 14001.
E. KERANGKA AKUNTANSI (TRIPLE BOTTOM ACCOUNTING)

Triple-bottom accounting merupakan kerangka akuntansi yang melihat dari tiga sisi yaitu people
(orang), planct (lingkungan) dan profit. Dalam pelaporan keuangan secara tradisional biasanya
perusahaan hanya melaporkan profit atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Namun demikian,
apa yang terjadi apabila profit tersebut diperoleh dengan kegiatan merusak lingkungan ataupun dengan
melakukan outsourching pada perusahaan perusahaan yang mempekerjakan pekerja dibawah umur.

10
Collin dan Porras (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang
memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham biasayanya tidak akan
bertahan hidup dalam waktu yang lama. Menurut penelitian tersebut, perusahaan yang dapat bertahan
dan sukses dalam waktu yang lama adalah perusahaan-perusahaan yang berusaha untuk mencapai
beberapa tujuan (cluster of objectives) dimana memaksimalkan kekayaan pemegang saham hanya
merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dan biasanya bukan merupakan tujuan yang utama.
Planet, People, and Profit atau yang di Ilmu Akuntansi lazim disebut dengan Triple Bottom Line
merupakan pemikiran yang sudah berkembang cukup lama di Eropa. Pemikiran tentang bisnis yang
berkelanjutan (sustainable business) yang mengedepankan kelestarian alam (planet) sebagai sumber
dari semua sumber daya, kesejahteraan masyarakat atau manusia (people), dan memperoleh laba
(profit) yang memadai untuk kelangsungan hidup perusahaan. Elkington (1997) dalam Wibisono
(2007) menjelaskan konsep Triple Bottom Line digunakan sebagai landasan prinsipal dalam aplikasi
program Corporate Social Responsibility pada sebuah perusahaan. Tiga kepentingan yang menjadi satu
ini merupakan garis besar dan tujuan utama tanggung jawab sosial sebuah perusahaan, yakni:
a) Profit (Keuntungan), Keuntungan merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama
dari setiap kegiatan usaha. Keuntungan sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan
pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
b) People (Masyarakat), Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah
satu stakeholder penting bagi perusahaan karena dukungan masyarakat sekitar sangat
diperlukan untuk keberadaan, kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan.
Perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat. Selain itu, operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada
masyarakat sekitar. Tanggung jawab sosial perusahaan didasarkan pada keputusan
perusahaan tersebut tidak bersifat paksaan atau tuntutan masyarakat sekitar. Untuk
memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial diperlukan pandangan menganai
Corporate Social Responsibility. Melalui kegiatan sosial perusahaan maka itu dapat
dikatakan melakukan investasi masa depan dan timbal baliknya masyarakat juga akan ikut
serta menjaga eksistensi perusahaan.
c) Planet (Lingkungan), Lingkungan merupakan sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan perusahaan. Hubungan perusahaan dan lingkungan adalah hubungan sebab
akibat yaitu jika perusahaan merawat lingkungan maka lingkungan akan bermanfaat bagi
perusahaan. Sebaliknya jika perusahaan merusak lingkungan maka lingkungan juga akan
tidak memberikan manfaat kepada perusahaan. Dengan demikian, penerapan konsep Triple
Bottom Accounting yakni profit, people, dan planet sangat diperlukan sebuah perusahaan

11
dalam menjalankan operasinya. Sebuah perusahaan tidak hanya keuntungan saja yang
dicari melainkan juga memperdulikan masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.

12
F. CONTOH KASUS

PT. ABC yang bergerak dibidang kelapa sawit yang terletak di Kota Baru, mengungkapkan biaya
yang terkait dengan Akuntansi Manajemen Lingkungan.

Laporan Biaya Lingkungan PT ABC


Presentase
Presentase
Aktivitas Biaya Berdasarkan
Per Kategori
Biaya Produksi
Biaya Pencegahan

Biaya Jamsostek 184,239,200.00

Biaya keselamatan karyawan 45,000,000.00


Biaya sewa eskafator
(Mengevaluasi dan memilih alat
untuk mengendalikan
150,000,000.00
Polusi/mengeruk limbah padat di
dasar kolam)
Biaya beton lahan (Untuk mendaur
ulang produk/ mengolah tandan
kosong untuk pupuk organik) 700,000,000.00

Baya perbaikan jalan 100,000,000.00

Total Biaya Pencegahan 1,179,239,200.00 81% 0.25%

Biaya Pendeteksian

Sewa tenaga ahli eskafator (Untuk


24,000,000.00
memeriksa produk dan proses)
Biaya menguji kelayakan limbah
6,000,000.00
cair
Biaya pemeriksaan pengukuran
6,000,000.00
udara

Total Biaya Pendeteksian 36,000,000.00 2% 0.01%

Biaya Kegagalan Internal -

Total Biaya Kegagalan Internal -

Biaya Kegagalan Eksternal


Pertanggungjawaban pencemaran
lingkungan (Biaya kebocoran 250,000,000.00 17% 0.05%
limbah cair)
13
Total Biaya Kegagalan Eksternal 250,000,000.00

Total Biaya Lingkungan 1,465,239,200.00 100% 0.31%

Kesimpulan Kasus pada PT ABC: Pada PT ABC ini terdapat biaya-biaya pengelolaan dan
pengendalian biaya-biaya lingkunganiaya dan biaya terbesarnya terletak pada biaya pencegahan yaitu
sebesar 81%, sedangkan untuk biaya pendeteksian sebesar 2% dan biaya kegagalan eksternal sebesar
17%. Dari persentase diatas dapat disimpulkan bahwa PT ABC ini terdapat biaya lingkungan sebesar
0,31% dari keseluruhan biaya operasional perusahaan PT ABC ini, hal ini berarti bahwa perusahaan
PT ABC ini memiliki cukup kepedulian dan juga telah berkontribusi dengan baik terhadap
lingkungannya. Akan tetapi disini perusahaan mengalami masalah pada kegagalan eksternal yaitu
terdapat pencemaran lingkungan dalam bentuk kebocoran limbah cair yang menyebabkan perusahaan
harus membayar ganti rugi sebesar Rp. 250.000.000.00 Namun secara keseluruhan kinerja lingkungan
perusahaan PT ABC sudah cukup baik dengan adanya presentase biaya pencegahan yang lebih besar,
memiliki tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar perusahaan PT ABC jika
terdapat hal-hal yang tidak bisa diprediksi oleh perusahaan yang dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting atau EA) merupakan istilah yang berkaitan
dengan dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental Cost) ke dalam praktek akuntansi
perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan
mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas
lingkungan. Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong kemampuan untuk
meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri
dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi
pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya
(Environmental Cost) dan manfaat atau efek (Economic Benefit). Akuntansi lingkungan diterapkan
oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak
perlindungan lingkungan (Environmental Protection).
Akuntansi manajemen lingkungan (Environmental Management Accounting) merupakan
salah satu bidang disiplin ilmu akuntansi yang aktivitasnya bertujuan memberikan informasi pada
manajemen atas pengelolaan lingkungan dan dampaknya terhadap biaya produksi. Akuntansi
manajemen lingkungan diharapkan akan menjadi salah satu rangkaian sistem yang bertujuan untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Sehingga tercapai model pengukuran kinerja yang seimbang
antara ukuran financial profit dengan kinerja pengelolaan lingkungan.

B. SARAN
Dalam makalah yang kami (Kelompok VI) dibutuhkan masih perlu perbaikan dan dibutuhkan
referensi lain untuk mendukung materi materi yang di bahas di dalamnya.Adapun saran dan kritik
dapat di ajukan dipersilahkan dan juga demi perkembangan makalahke depan.Terimakasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia (2015), Modul Chartered Accountant (Akuntansi Manajemen Lanjutan).
Jakarta

Boer, G., Curtin, M., & Hoyt, L. (1998). Manajemen biaya lingkungan. Akuntansi, 80(3), 28-38.

Hansen, DR, Mowen, MM, & Guan, L. (2009). Manajemen Biaya. Akuntansi & Kontrol (edisi ke-
6), Mason: Pembelajaran Cengage Barat Daya.

Nugroho, Adi Karya. 2013. Skripsi: Efek Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan, Dan Tata
Kelola Perusahaan yang Terhadap Pengungkapan tiga kali lipat Intinya Di Indonesia. Undip.
Semarang

http://swa.co.id/2010/10/triple-bottom-line-lebih-dari-sekadar-profit

16

Anda mungkin juga menyukai