Anda di halaman 1dari 38

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah

Vol 3 No 2 Tahun 2021, p 88-100

Article
Implementasi Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup Dalam
Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri di PT.
Perkebunan Nusantara VI

Ridwan 1*, Sukma Delima2

1 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Muara Bungo, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi
2 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas

Muara Bungo, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi


* Correspondence Author: iwan09ukm@gmail.com
Abstract: This study aims to determine how the implementation of the
Environmental Service's supervision of palm oil industrial waste and its management.
This study uses a qualitative method. The data collection techniques are interviews,
observation, and documentation. The subjects of this study were the Head of the
Environmental Service, Staff of the Environmental Service, Public Relations of PTPN
VI (Persero), RT Desaa Tirta Kencana, RT Desa Sapta Mulya, and the community
around the PTPN VI (Persero) Factory. The supervision carried out by the
Environmental Service in overcoming environmental pollution in the palm oil
industrial area, Rimbo Ilir District, Tebo Regency has not been effective. This is
because PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Rimbo Bujang still disposes of liquid
waste through ditches and tributaries that empties into the Alay River, causing
pollution. Several obstacles to the supervision of the Environmental Service on the
management of waste water from the palm oil industry, Rimbo Ilir District, Tebo
Regency, including the weather factor and the limited human resources (Human
This article is an open Resources) factor.
access article distributed
under the terms and Keywords: Environmental Pollution, Monitoring, Pollution.
conditions of the Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
Creative Commons pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap limbah industri kelapa sawit dan
Attribution-ShareAlike pengelolaannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan
4.0 International (CC BY
datanya adalah, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah
SA ) License
(https://creativecommo Kadis Dinas Lingkungan Hidup, Staf Pegawai Dinas Lingkungan Hidup, Humas PTPN
ns.org/licenses/by- VI (Persero), RT Desaa Tirta Kencana, RT Desa Sapta Mulya, dan Masyarakat sekitar
sa/4.0/). Pabrik PTPN VI (Persero). Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
dalam mengatasi pencemaran lingkungan pada kawasan industri minyak kelapa sawit
Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo belum efektif. Hal ini dikarenakan PT.
Jurnal Politik dan Perkebunan Nusantara VI (Persero) Rimbo Bujang masih membuang limbah cair
Pemerintahan Daerah
melalui parit dan anak sungai yang bermuara ke Sungai Alay sehingga menyebabkan
ISSN 2686-2271
Fakultas Ilmu Sosial dan pencemaran. Beberapa hambatan pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap
Ilmu Politik, Universitas pengelolaan air limbah industri minyak kelapa sawit Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten
Muara Bungo Tebo, diantaranya adalah Faktor cuaca dan Faktor terbatasnya SDM (Sumber Daya
Jl. Diponegoro No. 27, Manusia).
Muara Bungo-Jambi,
Kata Kunci: Pencemaran Lingkungan, Pengawasan, Pencemaran.
(0747) 323310

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


89 of 136

Pendahuluan
Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan untuk menuju ke arah yang
lebih baik dalam rangka menjamin kelangsungan hidup masyarakat banyak.
Pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Peningkatan pelaksanaan pembangunan dapat dilihat dari pembangunan yang
terus dilakukan secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan
proses pembangunan dengan prinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Salah satu masalah
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki keseimbangan lingkungan yang terganggu atau
mengalami kerusakan. Tujuan dasar dari Pembangunan Berkelanjutan adalah
untuk mengakomodir segala perubahan yang terjadi setelah berakhirnya era
pembangunan millennium dengan memasukkan beberapa tujuan
baru(Setianingtias et al., 2019).
Dalam pandangan umum, bahwa pembangunan industri di Indonesia
bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil
dan merata dengan memanfaatkan dana, Pembangunan akan dinilai berkualitas
bila memperhatikan lingkungan sekitar(Rosana, 2018) .Sumber daya alam,
dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan
kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
bertahap, mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik, maju, sehat
dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan
lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai
tambah bagi pertumbuhan industri khususnya, meningkatkan keikutsertaan
masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar
berperan secara aktif dalam pembangunan industri.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam melimpah,
terdiri dari bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Potensi
tersebut merupakan karunia dan amanat Tuhan Yang Maha Esa, yang harus
dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan kemakmuran rakyat,
sebagai amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalan pasal 28 Ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa negara
berkewajiban melindungi hak warga negara untuk medapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Pengelolaan kekayaan alam yang bijak mesti harus mengkaji
permasalahan lingkungan agar dapat menjamin tercapainya hak warga negara
untuk dapat menikmati lingkungan yang sehat bahkan sampai kepada generasi
selanjutnya.
Pengelolaan lingkungan hidup perlu diikuti dengan tindakan berupa
pelestarian sumber daya alam dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Salah satunya upaya
pemerintah untuk menjamin terjaganya lingkungan hidup adalah dengan
melahirkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).
Perkembangan industri ini memberikan dampak positif antara lain berupa
kenaikan devisi Negara, transfer teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun
demikian, selain memberikan dampak yang positif ternyata perkembangan
perkembangan disektor industri juga memberikan dampak yang negatif, yaitu
berupa limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik dan benar akan
mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga yang pembangunan
berwawasan tidak dapat tercapai. Karena itu, perlu adanya program penataan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan maupun persyaratan
perizinan yang berkaitan dengan masalah lingkungan.

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


90 of 136

Pada dasarnya penataan ruang seperti perencana tata ruang, pemanfaatan


ruang, dan pengenalian pemanfaatan ruang terhadap ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan sukarela pada
para penanggung jawab pabrik, namun kenyataan masih banyak yang belum taat,
untuk itu perlu ada dorongan melalui program-program penataan, bahkan
adakalanya harus dilakukan upaya paksa dalam bentuk program penegakan
hukum.
Pencemaran yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi menjadi tiga jenis
pencemaran, yaitu pencemaran ke tanah, pencemaran udara, dan pencemaran air.
Perubahan keadaan bahan kimia yang terbesar dalam tiga medium fisik
lingkungan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh
terhadap kesejahteraan hidup manusia dan mahkhluk hidup lainnya. Pengaruh
dari pencemaran ini dapat terjadi dalam penggunaan air untuk keperluan minum,
masak dan lain-lain.
Berdasarkan dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan maka
pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tebo
mengantisipasi sedini mungkin agar tidak terjadi pencemaran sehingga
pemerintah harus menekankan pada penggunaan teknologi yang bersih
lingkungan karena perhatian terhadap lingkungan tidak hanya kepada
masyarakat semata tetapi untuk perusahaan itu sendiri. Terkait dengan peran
pemerintah sebagai regulator dalam pencemaran lingkungan, pemerintah dalam
hal ini diwakili oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Tebo telah membuat program
untuk mendukung penanganan tersebut diantaranya:
Terselenggaranya pengawasan dalam sebuah institusi yakni untuk menilai
kinerja suatu institusi dan memperbaiki kinerja sebuah institusi. Oleh karena itu
disetiap perusahaan harus rutin adanya sistem pengawasan. Dengan demikian
pengawasan merupakan instrumen pengendalian yang melekat pada setiap tahap
oprasional perusahaan. Fungsi pengawasan dalam dilakukan setiap saat, baik
selama proses manajemen atau administrasi berlangsung maupun setelah
berakhir untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi atau kerja.
Fungsi pengawasan dilakukan terhadap perencanaan dan kegiatan
pelaksanaannya.
Kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya menciptakan segala sesuatu yang
indah dan berisi saja, tetapi ada kewajiban dari setiap manusia untuk
menghormati dan menghargai hak orang lain serta kehidupan sekitarnya.
Sehingga kita jumpai tindakan orang atau bahkan sekelompok orang yang
menjalankan suatu kegiatan industri hanya mengejar kepentingan dan
kemajuannya sendiri tanpa menghiraukan hak orang lain dan lingkungan dimana
industri itu berdiri. Kelalaian dari industri tersebut juga dapat menyebabkan
kerusakan dan pencemaran pada lingkungan, yang nantinya akan merugikan
orang disekitar industri tersebut.
Pencemaran lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 Pasal 1 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan”.
Pengendalian pencemaran yang dijelaskan pada Pasal 13 Ayat (1) :
“Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Ayat (2) : “Pengendalian
pencemaran dan/atau tidak kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi : a. pencegahan; b. penanggulangan; dan c. pemulihan.”
Berdasarkan observasi peneliti, bahwa pencemaran udara disebabkan oleh
setiap perusahaan merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari kegiatan

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


91 of 136

produk yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dikarenakan kegiatan produksi


tersebut akan menghasilkan asap buang
Kabupaten Tebo merupakan salah satu pusat produksi minyak sawit mentah
(Crude Palm Oil CPO), terdapat industri pengelolaan CPO di Kabupaten Tebo.
Khususnya pengelolaan CPO yang berada di kawasan Desa Karang Dadi
Kecamatan Rimbo Ilir yang di kelola oleh PT Perkebunan Nusantara VI (Persero).
PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) adalah salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahan kelapa sawit
yang berdomisili di Desa Karang Dadi Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo ,
dalam pengelolahan kelapa sawit tentu adanya dampak dari pabrik tersebut.
Dampak dari pabrik tersebut yaitu limbah. Limbah dari pabrik sawit tersebut
terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Dimana pembuangan akhir dari limbah
cair industri perusahaan tersebut ada yang dibuang ke Sungai Alay jalan Sapta
Desa Tirta Kencana. Sedangkan sungai tersebut masih digunakan oleh masyarakat
untuk keperluan sehari-hari.
Pembuangan kubikan limbah berwarna hitam pekat dan bau tersebut dibuang
melalui sebuah parit melewati parit jalan Camar desa Sapta Mulia dan limbah
tersebut mengalir ke sungai Alay. Dibuangnya limbah PKS PTPN VI rimdu ini,
mengakibatkan Sungai Alay tercemar dan mengancam ekosistem didalamnya.
Sekitar 102 penduduk masyarakat yang menggunakan air Sungai Alay untuk
keperluan sehari-sehari pun menjadi terganggu.
Pihak PTPN VI Rimdu terkadang tidak terlalu serius menanggapi persoalan,
karena tidak ada ikan yang mati di Sungai Alay, PTPN VI mengklaim kalau limbah
tersebut tidak berbahaya, itu tidak benar. Timbah itu tetap berbahaya terhadap
kelangsungan ekosistem Sungai Alay. Dengan persoalan ini masyarakat mendesak
agar pihak dinas terkait dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tebo
jangan tutup mata. Segera turun kelapangan dan jangan hanya selesai dengan
pertemuan-pertemuan formal.
Efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah maupun
masyarakat sangat berperan penting dalam mengawal peraturan perundang-
undangan tersebut demi terjaganya kelestarian lingkungan. Instalasi pemerintah
daerah yang berwenang dalam mengawasi suatu usaha/kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungan hidup di tingkat daerah adalah Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Tebo.
Laporan warga juga mengatakan bahwa setiap musim penghujan seperti ini,
limbah sengaja dibuang ke Sungai Alay karena kolam limbah PKS tidak mampu
lagi menampung limbah. Masyarakat menegaskan bahwa pihak PTPN VI Unit
Rimbu harus segera menghentikan aksi buang limbah ke Sungai Alay karena dari
berubahnya warna air Sungai Alay ke warna hitam, ini sudah pencemaran
lingkungan.
Dari wawancara beberapa warga yang dekat tempat tinggalnya di pabrik
kelapa sawit PTPN VI Rimdu, pabrik tersebut menimbulkan pencemaran
lingkungan salah satunya sumur yang berpengaruh. Semenjak dari tahun 2005
sampai dengan sekarang masyarakat salau mengeluhkan dampak dari pabrik
tersebut. Masyarakat tidak pernah demo, tetapi sering awak media yang datang
untuk menanyakan hal tersebut.
Masyarakat yang terkena pencemaran lingkungan dari pabrik kelapa sawit
PTPN VI Rimdu ada 30 KK di Jl. Rimdu Unit 6 Desa Tirta Kencana dan 30 KK di Jl.
Camar Unit 7 Desa Sapta Mulya. Pihak manajemen PTPN VI Rimdu selalu
mengadakan sosialisasi dengan masyarakat sekitar. Solusi yang di lakukan pihak
PTPN VI dalam membantu masyarakat, dalam bentuk memeperbaiki jalan,
bangunan sekolah, seperti memberikan fasilitas sekolah.

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


92 of 136

Tabel 1. Data Masyarakat yang Terkena Pencemaran Lingkungan


No Desa Jumlah KK
1 Desa Karang Dadi 37 KK
2 Desa Tirta Kencana 43 KK
3 Desa Sapta Mulya 43 KK
Berdasakan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana
pengawasan Dadan Lingkungan Hidup terhadap pengelolahan limbah industri
minyak sawit di Kabupaten Tebo dan mengetahui pengelolaan limbah dari salah
satu industri minyak sawit PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) sehingga dalam
penelitian ini penulis memilih judul “Implementasi Pengawasan Dinas Lingkungan
Hidup Dalam Mengatasi Pencemaran Lingkungan Pada Kawasan Industri Di PT.
Perkebunan Nusantara VI”.
Pembahasan
Implementasi Pengawasan Dinas Lingkungan Hidup dalam Mengatasi
Pencemaran lingkungan pada Kawasan Industri di Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo
Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pendukung pelaksana tugas
pemerintah daerah dalam perumusan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
pengelolaan lingkungan hidup yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah. Dinas Lingkungan Hidup mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati. Ditingkat daerah yaitu di
Kabupaten Tebo, lembaga yang mengurus dan mengawasi masalah lingkungan
hidup adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan dan Perhubungan
Kabupaten Tebo.
Mengenai kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Tebo dalam hal ini
adalah Dinas Lingkungan Hidup diatur dalam Peraturan Bupati Tebo Nomor 94
Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata
Kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan, dalam Pasal 12 ayat (3)
menyebutkan bahwa: “Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan mempunyai
fungsi mempunyai tugas penyusunan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang
pelayanan kebersihan dan pengelolaan sampah, limbah cair dan limbah B3 serta
pengelolaan ruang terbuka hijau dan pemakaman.” Serta dalam hal pengawasan
diatur dalam Pasal 12 huruf e menyebutkan bahwa : “pelaksanaan pemantauan,
analisa, evaluasi, dan pelaporan dibidang pelayanan kebersihan dan pengelolaan
sampah, limbah cair dan limbah B3 serta pengelolaan ruang terbuka hijau dan
pemakaman”
Dinas Lingkungan Hidup dalam hal pengawasan dijalankan oleh Bidang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup yang diatur dalam
Pasal 18 Peraturan Bupati ini. Selanjutnya Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Hidup ini membawahi Sub Bidang Pengawasan Dampak
Lingkungan yang mempunyai tugas diatur dalam Pasal 20 huruf g, yaitu :
“Pelaksanaan pengawasan terhadap penerima izin lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan.”
Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Lingkungan Hidup dan
Perhubungan secara berangsur-angsur memperlihatkan kinerjanya. Setiap ada
laporan mengenai pencemaran limbah cair pabrik kelapa sawit selalu tanggap dan
turun langsung kelapangan. Dengan adanya laporan terkait limbah cair yang
dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan oleh PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero). Pihak Dinas Lingkungan Hidup membenarkan jika PT. Perkebunan

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


93 of 136

Nusantara VI (Persero) masih belum optimal dalam pengolahan limbah cairnya.


Dengan adanya pencemaran tersebut sangat diperlukan pengawasan dari Badan
Ligkungan Hidup. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tebo melakukan
pengawasan terhadap mengatasi pencemaran lingkungan pada kawasan industri
di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa informan diketahui bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup, antara lain:
1. Pengawasan Langsung
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengawasan
langsung yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup yaitu
melakukan pengawasan terhadap perusahaan industri yang ada di
Kecamatan Rimbo Ilir khusunya terhadap perusahaan pabrik kelapa
sawit, karena limbah yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit jauh
lebih banyak jika dibandingkan oleh industri lain. Pengawasan rutin
yang dilakukan langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bungo ke PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero). Pengawasan rutin
ini dilakukan sekali enam bulan, pengawasan ini dilakukan dengan
cara mengambil sampel air limbah ke kolam IPAL dan diuji ke
laboratorium. Dinas Lingkungan Hidup melakukan pengawasan rutin
ini guna untuk melihat apakah hasil laporan yang diberikan sama
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Pasal 1 angka 29 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah menyebutkan bahwa :
“Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.” Sedangkan limbah cair industri adalah buangan hasil
proses atau sisa dari suatu kegiatan industri yang berwujud cair.
Limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit harus diolah
terlebih dahulu sehingga parameternya berada dibawah baku mutu air
limbah yang sudah ditetapkan baru bisa dibuang ke sumber air atau
sungai. Tujuan pengelolaan limbah cair PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan kualitas air limbah pabrik kelapa sawit
agar tetap di bawah baku mutu yang telah ditetapkan sebelum
di buang ke badan air sungai
2. Meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif terhadap lingkungan hidup.
Dari kegiatan pabrik akan dihasilkan limbah padat, cair, serta
gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit diolah di suatu kolam instalasi
yang disebut Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) karena limbah
cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit memiliki BOD
(biochemical oxygen demand) 25.000 ppm, perlu diolah sehingga BOD
yang dibuang ke badan air harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Tabel 2. Jenis limbah dan Penangannya
No Jenis Limbah Hasil Proses Penanganan
1 Limbah Cair 45-55%/Ton Di olah di IPAL
TBS
2 Limbah Padat
Tandan Kosong 18%/Ton TBS Digunakan sebagai
Cangkang 5-6%/Ton TBS pupuk
Fibre Abu/kerak 12%/Ton TBS Bahan bakar boiler
boiler 0,75%/Ton TBS dan dijual
Bahan bakar boiler

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


94 of 136

dan dijual
Dijual
3 Limbah Gas Partiker Dust collector
Sumber : PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero), 2020
Pengelolaan limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa
sawit ini diatur dalam Pasal 16 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah, sebagai berikut :
“Setiap usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
ayat (1) wajib:
a. melakukan pemantauan kualitas air limbah paling sedikit 1
(satu) kali setiap bulannya sesuai dengan parameter yang telah
ditetapkan dalam izin pembuangan air limbah;
b. melaporkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada
huruf a sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada
penerbit izin pembuangan air limbah, dengan tembusan
kepada Menteri dan gubernur sesuai dengan kewenangannya.
Hasil wawancaran dengan Bapak Edizal Amri selaku Humas
PTPN VI (Persero) diketahui bahwa pihak PTPN VI (Persero)
belum sepenuhnya melakukan pelaporan secara berkala atas
hasil pemantauan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan
Perhubungan Kabupaten Tebo dikarenakan keterbatasan
sumber daya manusia.
c. laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada
huruf b paling sedikit memuat:
1) catatan debit air limbah harian;
2) bahan baku dan/atau produksi senyatanya harian;
3) kadar parameter baku mutu limbah cair; dan
4) penghitungan beban air limbah.
d. laporan sebagaimana dimaksud pada huruf c disusun
berdasarkan format pelaporan sebagaimana Lampiran XLVIII
Peraturan Menteri.”
Setelah melihat bagaimana pengelolaan limbah cair pabrik kelapa
sawit yang diatur dalam peraturan perundangan-undangan, maka
selanjutnya akan penulis bandingkan dengan pengelolaan limbah cair
pabrik kelapa sawit yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) sendiri. Pengelolaan limbah cair pada PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) tidak dilakukan sekaligus namun ada beberapa
tahapan yang harus dilakukan. Adapun tahapan tersebut yakni:
a. Fat Pit
Limbah dari pabrik kelapa sawit dialirkan masuk ke dalam Fat
Pit. Pada fat pit ini terjadi pemanasan dengan menggunakan uap
dari BPV (back pressure vessel) atau yang disebut dengan alat
yang berperan dalam distribusi uap di pabrik kelapa sawit.
Pemanasan ini diperlukan untuk memudahkan pemisahan minyak
dengan lumpur, karena pada fat pit ini masih dimungkinkan untuk
melakukan pengutipan minyak. Limbah dari fat pit ini kemudian
dialirkan ke kolam cooling pond yang berguna untuk
mendinginkan limbah yang telah di panaskan.

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


95 of 136

b. Cooling Pond
Limbah yang masuk ke cooling pond akan mengendapkan
lumpur dan mendinginkan limbah. Setelah dari cooling pond I
limbah kemudian masuk ke cooling pond II untuk dilakukan proses
pendinginan yang sama dengan cooling pond I. Limbah dari
cooling pond II kemudian dialirkan ke kolam anaerobic I, II, III.
c. Acidification
Berfungsi sebagai proses pra-kondisi bagi limbah sebelum
masuk ke kolam anaerobic. Pada kolam ini limbah akan di rombak
menjadi VFA (volatile fatty acid) atau asam yang mudah menguap.
d. Anaerobic
Proses penguraian senyawa, senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana di anaerobic pond I dan II. Proses
ini ditandai dengan adanya gelembung, gelembung gas methane
dan CO2 sebagai hasil dari proses fermentasi secara anaerob. BOD
air limbah yang diharapkan setelah proses ini adalah 5000 ppm.
Keadaan kolam 3 atau yang disebut dengan kolam anaerobic I ini
hampir sama dengan kolam 2 yaitu lumpur hampir meluap hingga
keluar kolam. Dan juga penulis melihat banyak bekas lumpur yang
sudah mengendap di tepian kolam, yang berarti lumpur dari
permukaan kolam sering meluap hingga keluar. Keadaan ini
harusnya diperhatikan oleh pekerja PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero), agar pengolahan limbah cair dapat berjalan dengan
baik.
e. Fakultatif
Merupakan kolam stabilisasi setelah kolam anaerob. Dikolam
ini terjadi proses penguraian secara anaerobic di dasar kolam.
Pada proses ini terjadi dimana bahan anaerob diubah menjadi CO2,
H2O serta sel bakteri dan alga baru. Oksigen yang dihasilkan dari
fotosintesis alga dimanfaatkan oleh bakteri anaerob untuk
mendegradasi limbah anaerob selanjutnya. Dan penguraian secara
aerobic diatas permukaan kolam. Di kolam ini, organisme bakteri
akan mengurai material organik. Karakteristik limbah pada kolam
fakultatif yaitu Ph 7,6-7,8. BOD 600-800 ppm, COD 1250-1750
ppm. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada
permukaan kolam yang tidak dijumpai sampah dan cairan tampak
kehijau-hijauan.
Pada kolam ke 7 atau kolam fakultatif II ini adalah kolam yang
paling besar ukurannya diantara kolam-kolam yang lain. Keadaan
kolam yang penulis lihat secara langsung hanya tinggal air saja,
tetapi parameter limbah cair yang ada pada kolam ini masih diatas
baku mutu.
f. Aerobic
Kolam aerob dibuat relatif dangkal dengan tujuan agar cahaya
matahari memungkinkan untuk menembus hingga ke dasar kolam.
Supaya kolam terhindar dari kondisi anaerobic. Dikolam ini, terjadi
penguraian secara sempurna senyawa organik yang berasal dari
buangan dalam periode waktu yang relatif singkat.
Proses di kolam 8 dan 9 ini memerlukan oksigen melalui udara,
oksigen diperlukan untuk pertumbuhan maupun respirasi dengan
menggunakan aerator dan suplai oksigen yang cukup. Seharusnya

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


96 of 136

pada kolam aeorob ini sudah memenuhi baku mutu sehingga boleh
dibuang langsung ke badan air, tetapi kenyataanya pada kolam
aeorob milik PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) ini masih
diatas baku mutu dan masih harus diolah di kolam selanjutnya
yaitu kolam sedimentasi.
g. Sedimentasi
Kolam ini bertujuan untuk mengendapkan partikel padat yang
mengalir secara langsung dari kolam aeorob sehingga limbah yang
keluar tidak menimbulkan kekeruhan pada saat dibuang ke badan
air.
h. Indikator
Kolam ini berfungsi sebagai tempat untuk proses stabilisasi
akhir dan untuk pencegahan-pencegahan darurat bila terjadi
kegagalan operasi pengendalian limbah cair. Di kolam ini lah
seharusnya parameter limbah yang akan dibuang ke badan air
berada dibawah baku mutu sehingga aman untuk dibuang.
Pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) dilakukan dengan bantuan kolam IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah). Kolam IPAL ini jumlahnya ada 11,
pada kolam terakhir yang disebut dengan Kolam Indikator inilah
seharusnya parameter limbah sudah berada dibawah baku mutu air
limbah yang telah ditetapkan di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, jika parameter
limbah dalam kolam ini sudah berada dibawah baku mutu, maka baru
bisa dibuang ke badan sungai sehingga tidak terjadi yang namanya
pencemaran.
Tetapi fakta yang ditemukan di lapangan berbeda, adanya laporan
bahwa banyak pabrik kelapa sawit di Kabupaten Tebo diduga
melakukan pembuangan limbah cair ke badan sungai tanpa melalui
pengolahan limbah, termasuk salah satunya adalah PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero). Hal ini sebagaimana dikeluhkan oleh warga
atas limbar cari yang berasal dari pengolahan buah sawit PKS yang
dibuang ke sungai Alay, Jalan Sapat Desa Tirtra Kecana. Tindakan yang
dilakukan oleh PTPN VI dengan membuang limbah ke Sungai Alay
telah diketahui secara umum dikarenakan kolam limbah yang terdapat
pada pabrik tersebut tidak mampu lagi menampung limbah, namun
kondisi tersebut memiliki dampak terhadap terhadap lingkungan,
khususnya ekosistem air dan bagi masyarakat sebagai pengguna.
Ada upaya yang dilakukan oleh pihak RT setempat yang
memberikan himbauan secara langsung kepada PTPN VI untuk
menghentikan kegiatan pembuangan limbah tersebut, hal ini didasari
kondisi air Sungai Alay yang sudah berubah warna, menandakan
adanya pencemaran lingkungan. Hanya saja pihak PTPN VI
mengabaikan permasalahan tersebut, padahal limbah tersebut tetap
berbahaya terhadap kelangsungan ekosistem Sungai Alay. Adanya
perbedaan pandangan antara masyarakat dengan pihak pemerintah,
dimana perusahaan menganggap cairan yang berwarna hitam tersebut
adalah air limpahan drainase air hujan di pabrik yang didalamnya
terdapat endapan debu dan tanah disaluran parit tersebut, bukanlah
limbah karena limbah itu dipergunakan untuk pupuk jadi tidak
mungkin dibuang. Limbah Pabrik Kelapa Sawit PTPN VI Rimbu dua
dipergunakan untuk pupuk Sawit. Karena Limbah tersebut bermanfaat

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


97 of 136

untuk pupuk Sawit. Namun dibutuh uji labor untuk membenarkan


pernyataan tersebut.
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) membuang limbah ke
Sungai Alay dengan keadaan parameter limbah tersebut berada diatas
baku mutu, seharusnya PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)
mempunyai standar khusus dalam pengolahan limbah, karena setiap
pabrik kelapa sawit pasti menghasilkan limbah dan pencemaran
lingkungan yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu adanya standar
khusus yang dibuat oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) agar
limbah yang dihasilkan tidak dibuang diatas baku mutu yang
menyebabkan pencemaran. Seharusnya pengawasan Dinas
Lingkungan Hidup untuk pabrik kelapa sawit yang menghasilkan
limbah dilakukan setiap bulannya agar meminimalisir adanya
pencemaran yang ditimbulkan yang menyebabkan terganggunya
kegiatan masyarakat setempat.
Selain memperhatikan pengolahan limbah cair agar berada
dibawah baku mutu, pembuangan limbah cair ke sungai yang
parameternya sudah berada dibawah baku mutu juga harus
diperhatikan waktunya. Tidak adanya waktu yang tetap untuk
membuang limbah tersebut ke sungai. Seharusnya pembuangan
limbah tersebut ditentukan kapan saja waktunya, agar pengolahan
limbah cair lebih terarah dan PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero)
memiliki standar khusus dalam pengolahan limbahnya.
Pengelolaan limbah cair yang diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah yang diatur dalam Pasal 16 dengan pengelolaan limbah cair
yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) terdapat
perbedaan. Dapat dilihat dari Pasal 16 huruf a, menyebutkan bahwa :
“setiap usaha dan/atau kegiatan industri wajib melakukan
pemantauan kualitas air limbah paling sedikit 1 (satu) kali setiap
bulannya sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan dalam izin
pembuangan air limbah.” Tetapi kenyataannya PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) melakukan pemantauan atau tes kualitas air
limbah sekali dalam tiga bulan. Padahal yang sekali tiga bulan itu
adalah waktu untuk melaporkan hasil pemantauan ke Dinas
Lingkungan Hidup seperti diatur dalam Pasal 16 huruf b, menyebutkan
bahwa :
“melaporkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf
a sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada penerbit izin
pembuangan air limbah, dengan tembusan kepada Menteri dan
gubernur sesuai dengan kewenangannya.”
Seharusnya PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) melakukan
pemantauan tes kualitas air limbah sekali sebulan agar air limbah
tersebut dapat di evaluasi secara maksimal dan melaporkan hasil
pemantauan kualitas air limbah ke Dinas Lingkungan Hidup setiap tiga
bulan.
Selain itu penulis juga melihat pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Lingkungan Hidup berbeda dengan yang dikatakan oleh pihak
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero). Tetapi kenyataannya
pengawasan yang dilakukan langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup
hanya sekali satu tahun. Dan jika ada laporan dari masyarakat baru
dilakukan pengawasan berkali-kali. Seharusnya Dinas Lingkungan

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


98 of 136

Hidup melakukan pengawasan secara rutin sekali enam bulan seperti


yang dikatakan. Atau lebih baik dilakukan sekali sebulan agar lebih
maksimal.
Selanjutnya menurut hemat penulis, baku mutu air limbah yang
dibuang oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) sampai saat ini
masih berada diatas baku mutu. Hal tersebut karena baik dari pihak
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) maupun dari pihak Dinas
Lingkungan Hidup sama-sama tidak mau memberikan hasil tes uji
laboratorium kualitas air limbah dari tahun 2018 keatas, mereka
menyebutkan karena ada alasan tertentu.
2. Pengawasan Tidak Langsung
a. Laporan Triwulan Pemantauan Limbah Cair
Untuk bidang pengawasan, pabrik kelapa sawit termasuk PT.
Perkebunan Nusantara VI (Persero) itu diwajibkan untuk
menyampaikan laporan ke Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan
sekali tiga bulan. Contohnya hasil pengujian bulan Januari, Februari,
dan Maret disampaikan pada bulan April, apakah laporan tersebut
memenuhi baku mutu atau tidak. Hasilnya nanti akan di evaluasi.
b. Sanksi Administratif
Ketika Dinas Lingkungan Hidup melakukan pengawasan
langsung yaitu pemeriksaan rutin sekali enam bulan ke pabrik kelapa
sawit dan menemukan hasil di lapangan yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Dinas Lingkungan
Hidup akan mengeluarkan sanksi administratif.
c. Pencabutan Izin Lingkungan
Didalam sanksi ini pabrik kelapa sawit dicabut izin
lingkungannya. Sudah tidak boleh beroperasi lagi. Selanjutnya jika
pabrik kelapa sawit melanggar aturan yang telah dibuat oleh Dinas
Lingkungan Hidup, maka Dinas Lingkungan Hidup akan memberikan
sanksi administratif berupa teguran tertulis, sanksi administratif
paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, dan yang terakhir
adalah pencabutan izin lingkungan. Dalam kasus PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) ini, sepanjang tahun 2017 Dinas Lingkungan
Hidup hanya melakukan pengawasan langsung sekali setahun, dan
pihak Dinas Lingkungan Hidup ketika melakukan pengawasan itu
menemukan bahwa hasil tes laboratorium air limbah yang dibuang
oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) berada diatas baku mutu.
Tetapi pihak Dinas Lingkungan Hidup sama sekali tidak memberikan
sanksi apapun.
Menurut hemat penulis, seharusnya Dinas Lingkungan Hidup
memberikan dahulu sanksi teguran tertulis agar PT. Perkebunan
Nusantara VI (Persero) bisa memperbaiki sistem pengelolaan air
limbahnya, tetapi karena tidak adanya sanksi apa-apa yang diberikan
sepanjang tahun 2017, dari bulan Januari sampai Desember hasil tes
laboratorium air limbah yang dibuang oleh PT. Perkebunan Nusantara
VI (Persero) tetap berada diatas baku mutu. Seharusnya Dinas
Lingkungan Hidup lebih meningkatkan sanksi tersebut sampai pada
sanksi pembekuan izin lingkungan bahkan bisa sampai pada
pencabutan izin lingkungan. Tetapi kenyataannya Dinas Lingkungan
Hidup tidak tegas dalam melakukan pengawasan dan pemberian
sanksi tersebut.

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


99 of 136

Hambatan pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap pengelolaan air


limbah industri minyak kelapa sawit Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa Hambatan
pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap pengelolaan air limbah industri
minyak kelapa sawit Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo:
1. Minimnya Biaya Operasional
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tebo dalam rangka mengawasi
dengan cara turun ke lapangan pasti menghadapi kendala-kendala.
Pengawasan langsung yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup belum
optimal. Apa yang dijelaskan oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup
kenyataannya berbeda dengan pengawasan langsung yang terjadi di lapangan.
Dinas Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa pengawasan langsung dilakukan
sekali enam bulan seperti yang telah diatur dalam SK Rencana Kerja Bidang
Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, padahal
nyatanya hanya dilakukan sekali setahun, dan jika ada laporan dari
masyarakat baru dilakukan pengawasan hal ini dengan alasan keterbatasan
dana atau biaya operasional.
Seharusnya Dinas Lingkungan Hidup melakukan pengawasan langsung
sesuai dengan prosedur yang telah dibuat, yaitu sekali enam bulan, atau lebih
baik sekali sebulan agar pengolahan limbah cair PT. Perkebunan Nusantara VI
(Persero) maupun pabrik kelapa sawit lain dapat dibuang sesuai dengan baku
mutu air limbah yang telah ditetapkan. Pengawasan ini dilakukan untuk
mencegah adanya pencemaran pada badan air atau sungai didekat pabrik
kelapa sawit yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat setempat.
2. Faktor terbatasnya SDM (Sumber Daya Manusia)
Minimnya jumlah pengawas dan SDM handal pada Dinas Lingkungan
Hidup dan Perhubungan Kabupaten Tebo telah menjadi hambatan dalam
pengawasan terhadap pengelolaan limbah pada kawasan industri minyak
kelapa sawit Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. Adanya keterbatasan
Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan Kabupaten Tebo dalam melakukan
pengawasan yakni minimnya SDM yang terdapat pada dinas tersebut, dengan
minimnya rekrutmen PNS tentu tidak dapat menambah petugas pengawas,
sedangkan jika menggunakan tenaga kontrak pastinya tidak memiliki
kewenangan dalam melakukan pengawasan.
Penutup
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah di kemukakan pada bab-bab
terdahulu, dalam bab ini peneliti dapat mengemukakan beberapa hal sebagai
kesimpulan atas pokok permasalahan dalam penelitian ini, Kesimpulan dari
penelitian ini adalah 1) pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup
dalam mengatasi pencemaran lingkungan pada kawasan industri minyak kelapa
sawit Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo belum efektif. Hal ini dikarenakan
PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Rimbo Bujang masih membuang limbah
cair melalui parit dan anak sungai yang bermuara ke Sungai Alay sehingga
menyebabkan pencemaran. Meskipun Dinas Lingkungan Hidup telah melakukan
pengawasan, antara lain: a. Pengawasan Langsung dan b. Pengawasan Tidak
Langsung. 2) Beberapa hambatan pengawasan Dinas Lingkungan Hidup terhadap
pengelolaan air limbah industri minyak kelapa sawit Kecamatan Rimbo Ilir
Kabupaten Tebo, diantaranya adalah: a. Faktor cuaca dan b. Faktor terbatasnya
SDM (Sumber Daya Manusia).
Saran dari penulis adalah diperlukan ketegasan Dinas Lingkungan Hidup
dalam mengatasi pencemaran lingkungan pada kawasan industri minyak kelapa
sawit Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo dengan memberikan sanksi jika
perusahaan masih membuah limbah cair ke Sungai Alay.penelitian ini adalah 1)
Strategi pemerintah desa dalam mengelola sawah TKD (Tanah Kas Desa) di Desa

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


100 of 136

Seling Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin yaitu: a. Pernjanjian secara lisan; b.


Melakukan optimalisasi pemasukan; c. Melakukan optimalisasi penggunaan lahan;
d. Pengajuan Perbaikan Irigasi kepada Pemerintah Daerah. 2) Kendala yang
dihadapi pemerintahan desa dalam mengelola sawah TKD (Tanah Kas Desa) di
Desa Seling Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin adalah a. Minimnya
infrastrukur pertanian; b. Belum terbentuknya BUMDes. Saran dari penulis adalah
1) perlu dukungan dari Pemerintah Daerah khusunya Dinas Pertanian agar
memberikan fasilitas pertanian bagi pemerintah desa agar desa dapat mandiri. 2)
perlu binaan dari pemerintah daerah khususnya Dinas Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintah Desa Kabupaten Merangin agar dapat dibentuk BUMDes di Desa
Seling guna meningkatkan pendapatan asli desa. Keberadaan BUMDes menjadi
salah satu program untuk peningkatkan perekonomian masyarakat, agar dapat
lebih memajukan kesejahteraan rakyat. Kalau saat ini mungkin belum ada
efeknya keekonomi karena masih baru digerakan. Nanti kedepan kita harapkan ini
jadi usaha untuk peningkatkan perekonomian.
Referensi
Awang, Azam. (2020). Implementasi Pemberdayaan Pemerintah Desa. Pustaka Belajar,
Ndraha, Talaziduhu. (1997). Metodologi Ilmu Pemerintahan. PT Rineka Cipta.
Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2020 Tentang Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Menyusun Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) Dan Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(SPPL).
Rosana, M. (2018). Kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di
Indonesia. Kelola: Jurnal Sosial Politik, 1(1), 148–163.
Setianingtias, R., Baiquni, M., & Kurniawan, A. (2019). Pemodelan indikator tujuan
pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan, 27(2), 61–
74.
Syafi’ie, Inu Kencana. (2003). Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Refika Aditama.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah ISSN 2686-2271 https://jppd.org/index.php/jppd


Tabel 1

PDCA Plan-Do-Check-Action

PLAN 1. Di mana lokasi audit:


(Perencanaan Audit) Jawab: Pada PT. Perkebunan Nusantara VI yang terletak
di Jambi
2. Apa tujuan dan ruang lingkup:
Jawab:
Tujuan dari pelaksanaan audit ini adalah:
a. Mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan
dengan ruang lingkup aktivitas lingkungan yang
meliputi pencemaran pasokan air Sungai Ala,
ketidakpatuhan PT. Perkebunan Nusantara
terhadap pembuangan limbah ke sungai.
b. Mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan
dengan ruang lingkup yang meliputi perizinan
penggunaan kawasan hutan lindung.
Adapun ruang lingkup audit ini adalah:
a. Audit tanggung jawab lingkungan
b. Audit aktivitas lingkungan
3. Bagaimana : Melakukan Library Research dengan cara
melihat latar belakang masalah dan menelaah dokumen
yang ada seperti melalui artikel terkait atau website
perusahaan.
4. Siapa :
 Annisa Septia Harahap
 Daniel Denovan Lumban Tobing
 Rama Dani Silaban
5. Kapan jadwal audit dan peristiwa yang terjadi :
 Diaudit pada tanggal 1 Desember sampai 3
Desember 2023

1
 Peristiwa yang terjadi di dalam artikel: Tahun 2023
mengenai Kasus Pencemaran Lingkungan oleh PT
Perkebunan Nusantara VI di Jambi.

DO
1. Review Dokumen
(Aktivitas Audit
Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009
Lapangan)
yang jelas menyatakan akan menindak tegas setiap aktor baik
individu, kelompok, maupun korporasi yang jelas melakukan
pencemaran lingkungan melebihi baku mutu yang ditentukan
(Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 69).
2. Review Temuan Audit
a. Mengumpulkan tambahan informasi yang diperlukan
b. Meringkas seluruh hasil temuan audit
c. Mengidentifikasi masalah-masalah yang membutuh-
kan pencegahan atau penanganan lebih lanjut pada
PT. Perkebunan Nusantara VI.

CHECK Mengembangkan Rencana Tindakan (Action Plan)


(Aktivitas Setelah Audit) 1. Tujuan tindakan
Untuk mengoreksi, menelaah dan meneliti aktivitas
lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VI.

2. Tindakan-tindakan khusus yang dibutuhkan


Meninjau kembali isi dari ISO 14001;2015 dan
memeriksa mengenai kebijakalingkungan PT. Nusantara
VI.

3. Pihak-pihak yang bertanggung jawab Seluruh manajer PT


Perkebunan Nusantara dan Pemerintah Indonesia
4. Program implementasi yang direkomendasikan
Membuat tempat pembuangan khusus dengan mencari
lahan lain agar PT. Perkebunan Nusantara VI tidak
melakukan pembuangan limbah yang dapat mencemari
lingkungan sekitar.

2
ACTION 1. PT Perkebunan Nusantara VI harus segera mengatasi
(Tindak Lanjut Audit pencemaran lingkungan di Sungai Alay dan segera
Lingkungan) melakukan penanganan.
2. Crosscheck hasil pemeriksaan awal sehingga
memunculkan laporan sementara audit yang butuh
improvement atau peningkatan.

3
Tabel 2

DAFTAR RINGKASAN TEMUAN AWAL AUDIT

Nama Perusahaan : PTPN VI Periode Audit No.KKA

Program yang diaudit : Temuan Desember 2023

No Kondisi Kriteria Penyebab Akibat Komentar Opini Auditor Rekomendasi


Manajemen
Perusahaan

1. Pembuangan limbah Perusahaan Karena tidak Terjadinya Perusahaan akan Sebaiknya Perusahaan harus
berwarna hitam pekat tidak adanya tempat Pencemaran menangulangi Perusahaan membuat tempat khusus
membuat khusus ekosistem dan air atas pencemaran terdapat untuk drainase
dan bau dibuang
tempat khusus pembuangan sungai alay yang lingkungan yang pembuangan pembuangan limbah
melalui sebuah parit untuk drainase limbah dimna air tersebut disebabkan oleh khusus limbah sesuai dengan ketentuan
dan mengalir ke pembuangan digunakan limbah hasil dari CPO. UU PLH Pasal 59,
limbah sesuai masyarakat Perusahaan Pasal 95, pasal 102
sungai alay
dengan sekitar untuk
ketentuan UU kebutuhan sehari
Audit Aktivitas
PLH Pasal hari.
Lingkungan (Ruang 59, Pasal 95,
lingkup: Audit pasal 102
Lingkungan)

4
2. Pihak PTPN VI Rimdu Parameter Dikarenakn Dinas Lingkungan Perusahaan akan PTPN Rimdu Perusahaan harus
tidak terlalu serius limbah cair di Perusahaan tidak Hidup menjadi lebih cepat lebih memperhatikan
dalam permen terlalu di anggap lebih rutin dalam menangani memperhatikan ketentuan Parameter
menanggapi LHK no 68 serius terhadap melakukan pembuangan jumlah limbah cair dalam
persoalan,karena tidak tahun 2016. pencemaran air pemantuan limbah yang pembuangan yang Permen LHK No 68
ada ikan yang mati di tersebut pembuangan tercemar sesuai dengan tahun 2016
melaporkan kepada limbah. baku mutu.
Sungai Alay,
pihak berwajib
Audit Tanggung
Jawab
Lingkungan(Ruang
lingkup: Audit
Kepatuhan)

3 Baku mutu air limbah Peraturan Karena kolam Pengelohan Perusahaan akan Perusahaan harus PTPN harus lebih
yang dibuang oleh Menteri limbah yang limbah menjadi meminimalisir mengurangi kadar menaati Permen LHK
PTPN VI masih Lingkungan terdapat pada tidak terarah dan atau mengurangi baku mutu air No 5 tahun 2014
berada diatas baku Hidup No 5 pabrik tidak teratur. kadar baku mutu limbah. tentang Baku Mutu Air
mutu. Tahun 2014 mampu air limbah. Limbah Pasal 16
tentang Baku menampung
Audit Aktivitas Mutu Air limbah
Lingkungan (Ruang Limbah Pasal
lingkup: Audit 16
Lingkungan)

5
6
Tabel 3

Program Audit - Audit Pendahuluan

Nama Perusahaan : PTPN VI Periode Audit No.KKA

Program yang di audit : Tanggung Jawab Lingkungan dan Desember 2023


Aktivitas Lingkungan

No Kuesioner dan Langkah kerja Dilaksanakan Waktu yang


oleh diperlukan

1. Tujuan Audit:

a. Mengidentifikasi permasalahan terhadap


standar operasional yang tidak dipatuhi oleh PT
Annisa Septia
PN VI terkait dengan pengelolaan limbah.
Harahap
b. Mengidentifikasi masalah yang terjadinya
(7203342003)
pembuangan limbah terhadap Sungai Alay.
Daniel
Langkah Langkah Kerja : Denovan
2.
Lumban
1. Melakukan analisis mengenai berbagai
Tobing
sumber informasi dan menyesuaikan dengan
(7203342004) 2 hari
UU peraturan Menteri.
Rama Dani
2. Sebagai dasar penyusunan program kerja
Silaban
audit selanjutnya.
(7202442012)
3. Mengumpulkan bukti dari berbagai sumber
informasi mengenai terjadinya pencemaran
lingkungan di PTPN VI.
4. Melakukan review dan pengujian atas
tanggung jawab, sistem manajemen serta
aktivitas lingkungan PTPN VI.
5. Memberi kesimpulan audit dan rekomendasi
pada PTPN VI.

7
Diaudit oleh : Jawaban Catatan: Di-review oleh:
Ya Tidak
Annisa Septia
(Rini Herliani, SE.,
Harahap
M.Si.,Ak.,CA)
Daniel Denovan
Lumban Tobing
Rama Dani Silaban

Tanggal: 1 Tanggal:
Desember 2023 Desember 2023

8
Tabel 4

Program Audit - Review dan Pengujian Sistem Pengendalian Manajemen

Nama Perusahaan : PTPN VI Periode Audit No. KKA

Program yang diaudit : Review dan Pengujian Desember 2023


Sistem Pengendalian Manajemen

No KUESIONER DAN LANGKAH Jawaban Komentar


KERJA
YA TIDAK

1 Apakah PTPN VI memiliki struktur  PTPN VI memiliki struktur


organisasi yang jelas? organisasi perusahaan yang jelas,
terdapat pada web resminya.

2 Apakah PTPN VI memiliki  Menjadi Perusahaan Perkebunan


pernyataan Visi? terdepan yang memberikan nilai
manfaat tertinggi dan berkelanjutan
kepada Stakeholders.

3 Apakah PTPN VI memiliki situs web?  PTPN VI memiliki situs web,


untuk melihat informasi-
informasi resmi mengenai
perusahaan.

4 Apakah ada aturan, pedoman, kebijakan,  PTPN VI memiliki aturan,


dan prosedur tertulis pada PTPN VI? pedoman dan kebijakan yang
dipublikasikan pada
web resminy dan mengadopsi
ISO 14001.

9
5 Apakah karyawan PTPN VI memiliki  Karyawan PTPN VI telah
pengetahuan dan keterampilan yang memiliki pengetahuan dan
dibutuhkan untuk pekerjaan mereka? keterampilan yang dibutuhkan
untuk pekerjaan mereka. Hal ini
dikarenakan PTPN VI akan
melatih semua karyawan dalam
Prinsip-prinsip perilaku bisnis.
Semua karyawan baru akan
menerima pelatihan selama masa
orientasi mereka di perusahaan
dan pelatihan tambahan
mengenai prinsip-prinsip akan
diberikan secara berkala.
6 Apakah PTPN VI memiliki rencana  PTPN VI memiliki rencana
operasi yang menyatakan tujuan yang operasi dengan tujuan yang ingin
ingin dicapai? dicapai yaitu : Kami
berkomitmen menciptakan
produk-produk unik secara
konsisten dan berkelanjutan
melalui keunggulan operasional,
standar kinerja tinggi dan ramah
lingkungan, Kami terus berupaya
untuk memberikan imbal hasil
finansial tinggi melalui cara
pemasaran dan komunikasi pasar
yang sangat baik.

Diaudit oleh : Jawaban Catatan: Di-review oleh:

Ya Tidak

Annisa Septia Harahap ( Rini Herliani,


Daniel Denovan Lumban SE.,
Tobing 6 0 M.Si.,Ak.,CA )
Rama Dani Silaban
Tanggal : 2 Desember Tanggal:
2023 Desember 2023

Tabel 5

10
Program Audit - Persyaratan Umum Sistem Manajemen Lingkungan

Nama Perusahaan : PTPN VI Periode Audit No. KKA

Program yang diaudit : Persyaratan Umum Desember 2023


Sistem Manajemen Lingkungan

Jawaban
No. KUESIONER DAN LANGKAH KERJA Komentar
YA TIDAK

1. Apakah PTPN VI telah menetapkan dan   PTPN VI mengadopsi


mendokumentasikan lingkup sistem ISO14001 sebagai
manajemen lingkungannya ? sistemmanajemen
lingkungan
Langkah Kerja :

Periksa kelengkapan dokumentasi lingkup


sistem manajemen lingkungan tidak ada
kelengkapan data sesuai dengan standar

2 Apakah PTPN VI telah menerapkan,   PTPN VI tidak


memelihara dan memperbaiki sistem menerepkan
manajemen lingkungannya? pembuangan limbah
secara baik.
Langkah kerja :

Periksa dokumen aktivitas manajemen


lingkungan perusahaan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menerapkan,
memelihara, dan memperbaiki sistem
manajemen lingkungannya.
3 Apakah sistem manajemen lingkungan PTPN   Sistem manajemen
VI telah : lingkungan
PTPN VI telah sesuai
 Memuat tentang kebijakan lingkungan dengan ISO 14001
yang memadai;
 Mengidentifikasikan aspek lingkungan
yang timbul dari kegiatan produk dan jasa
perusahaan di masalalu, saat ini,maupun
yang di rencanakan, agar dapat
menetapkan dampak lingkungan yang
penting.
 Mengidentifikasi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan
persyaratan lain yang diikuti oleh
perusahaan.

11
 Mengidentifikasi prioritas dan
menentukan tujuan dan sasaran
lingkungan yang memadai.
 Menetapkan struktur serta program untuk
menerapkan kebijakan dan mencapai
tujuan serta memenuhi sasaran.
 Memfasilitasi perencanaan, pengendalian,
pemantauan, tindakan, pencegahan dan
perbaikan, audit dan peninjauan untuk
memastikan bahwa kebijakan dipenuhi
dan sistem manajemen lingkungan tetap
memadai.
 Mampu menyesuaikan dengan perubahan
kondisi.

Diaudit oleh : Jawaban Catatan: Di-review oleh:

Ya Tidak

Annisa Septia Harahap (Rini Herliani,


Daniel Denovan Lumban SE.,
Tobing 2 1 M.Si.,Ak.,CA)
Rama Dani Silaban
Tanggal: 2 Desember Tanggal:
2023 Desember 2023

Tabel 6

12
Program Audit – Tanggung Jawab Lingkungan

Nama Perusahaan : PTPN VI Periode Audit No. KKA

Program yang diaudit : Audit Kepatuhan Desember 2023

No KUESIONER DAN LANGKAH Jawaban Komentar


KERJA
YA TIDAK

1 Kebijakan dan komitmen:  PTPN VI memiliki kebijakan


lingkungan perusahaan yang
Apakah organisasi memiliki kebijakan
jelas, terdapat pada web
lingkungan yang secara eksplisit resminya.
menyatakan komitmen untuk mematuhi
semua undang-undang dan peraturan
lingkungan yang berlaku?

2 Bagaimana kebijakan lingkungan  PTPN VI memiliki kebijakan


dikomunikasikan dan diterapkan di lingkungan perusahaan yang
seluruh organisasi? jelas, terdapat pada web
resminya.

3 Apakah organisasi memiliki  PTPN VI memiliki situs web,


pemahaman yang jelas tentang semua untuk melihat informasi-
undang-undang dan peraturan informasi resmi mengenai
lingkungan yang berlaku? perusahaan.

4 Bagaimana organisasi memastikan  PTPN VI melakukan pelatihan


pemahaman karyawan terkait dengan karyawan serta pemahaman
kewajiban kepatuhan lingkungan? terhadap kepatuhan lingkungan di
web resmi.

5 Bagaimana organisasi memantau  PTPN VI selalu memantau


perubahan dalam undang-undang dan peraturan UU terbaru di sektor
peraturan lingkungan yang dapat Perkebunan
memengaruhi operasionalnya?

6 Apakah ada sistem untuk secara rutin  PTPN VI tidak menjelaskan


mengevaluasi dan memastikan sistem untuk secara rutin
kepatuhan terhadap semua persyaratan mengevaluasi dan memastikan
hukum dan peraturan lingkungan yang kepatuhan terhadap semua
berlaku? persyaratan hukum dan peraturan
lingkungan yang berlaku

13
7 Apakah organisasi memastikan bahwa  Semua izin dan persyaratan
semua izin dan persyaratan operasional operasional terkait lingkungan
terkait lingkungan berlaku dan berlaku dan diperbarui secara
diperbarui secara tepat waktu? tepat Waktu

8 Apakah ada prosedur untuk  Tidak ada tertera di website dan


mengendalikan dan meminimalkan di artikel tersebut.
dampak emisi terhadap lingkungan?

9 Bagaimana dan seberapa sering  PTPN VI tidak menjelaskan


organisasi melaporkan kepatuhan seberapa sering mereka
terhadap undang- undang dan peraturan melaporkan kepatuhan
lingkungan? terhadap undang-undang dan
peraturan lingkungan

Diaudit oleh : Jawaban Catatan: Di-review oleh:

Ya Tidak

Annisa Septia Harahap (Rini Herliani, SE.,


Daniel Denovan Lumban M.Si.,Ak.,CA)
7 3
Tobing
Rama Dani Silaban
Tanggal: 2 Desember 2023 Tanggal:
Desember 2023

Tabel 7

14
Program Audit – Aktivitas Lingkungan

Nama Perusahaan : PTPN VI Periode Audit No. KKA

Program yang diaudit : Audit Limbah Desember 2023

Jawaban
No. KUESIONER DAN LANGKAH KERJA Komentar
YA TIDAK

1. Bagaimana organisasi mengidentifikasi dan  PTPN VI


mengklasifikasikan jenis limbah yang mengidentifikasi dan
dihasilkan dari kegiatan operasionalnya? mengklasifikasikan
jenis limbah dalam
bentuk tabel
pengelolaan di artikel
tersebut.

2. Apakah ada sistem untuk menentukan apakah  Tidak adanya sistem


limbah dianggap berbahaya atau tidak? untuk menentukan
apakah limbah
dianggap berbahaya
atau tidak.

3. Bagaimana organisasi mengelola limbah  PTPN VI mengelola


berbahaya untuk memastikan pemrosesan dan limbah berbahaya
pembuangan yang aman dan sesuai dengan dapat dilihat melalui
peraturan?
skema pengelolaan

15
4 Apakah ada prosedur tertentu untuk  Terdapat prosedur
mengendalikan dan meminimalkan risiko untuk mengelola dan
limbah berbahaya? meminimalkan risiko
limbah berbahaya

5 Apakah perusahaan mampu menangani insiden  Perusahaan mampu


fatal yang timbul dari limbah akibat aktivitas menangani atas
perusahaan? pencemaran limbah
CPO hasil dari proses
produksi bahan
tersebut

6 Bagaimana proses pemantauan dan  Untuk pemantuan dan


pelaporan limbah diorganisasi dilakukan? pelaporan limbah
Perusahaan tidak
memamparkan proses
tersebut

7 Seberapa sering data pemantauan limbah  Tidak ada data


diperbarui dan dilaporkan? pemantauan limbah
yang diperbarui dan
dilaporkan oleh PTPN
VI

8 Bagaimana limbah diangkut dari lokasi  Semua limbah tidak


penghasilan ke tempat penyimpanan atau diangkat dari lokasi
pemrosesan? penghasilan melainkan
langsung
membuangnya melalui
parit

16
9 Apakah ada persyaratan khusus untuk  Tidak adanya
penyimpanan sementara dan penyimpanan persyaratan khusus
jangka panjang limbah? untuk penyimpanan
sementara dan jangka
Panjang limbah

10 Apakah karyawan menerima pelatihan terkait  Karyawan tidak


dengan manajemen limbah dan praktik menerima pelatihan
pengelolaan yang berkelanjutan? terkait manajemen
limbah dan praktik
pengelolaan yang
berkelanjutan

11 Seberapa sering organisasi melakukan audit  PTPN VI tidak


internal terkait pengelolaan limbah? memaparkan di
laporan bahwa mereka
melakukan audit
internal terkait
pengelolaan limbah

Diaudit oleh : Jawaban Catatan: Di-review oleh:


Ya Tidak
Annisa Septia (Rini Herliani, SE.,
Harahap M.Si.,Ak.,CA)
Daniel Denovan 4 7
Lumban Tobing
Rama Dani Silaban
Tanggal: 2 Desember 2023
Desember 2023

17
Tabel 8

Program Kerja Audit Lanjutan

Nama Perusahaan : PTPN VI Periode Audit No. KKA

Program yang diaudit : Audit Lanjutan Desember 2023

Nomor Temuan yang dikembangkan dan Langkah Pelaksanaan Langkah-Langkah Kerja


Kerja Audit
Temuan Lk Dilaksanakan Waktu yang
Oleh diperlukan

Tujuan Audit Lanjutan:

1. Apakah ada sistem untuk menentukan


limbah dianggap berbahaya atau tidak?
2. Apakah perusahaan mampu
menangani insiden fatal yang timbul
dari limbah akibat aktivitas
perusahaan?
3. Bagaimana proses pemantauan dan Daniel Denovan
pelaporan limbah diorganisasi Lumban Tobing
dilakukan?
Rama Dani 2 Hari
4. Seberapa sering data pemantauan
Silaban
limbah diperbarui dan dilaporkan?
5. Apakah ada persyaratan khusus untuk
penyimpanan
6. sementara dan penyimpanan jangka
panjang limbah?
7. Bagaimana keberlanjutan dan
efektivitas program ini diukur dan
dievaluasi?
8. Apakah karyawan menerima pelatihan
terkait dengan manajemen limbah dan

18
praktik pengelolaan yang
berkelanjutan?
9. Bagaimana Organisasi memastikan
pemahaman terkait dengan kewajiban
mereka dalam pengelolaan limbah?
10. Seberapa sering organisasi melakukan
audit internal terkait pengelolaan
limbah?

Temuan Audit:

1. Pembuangan limbah berwarna hitam


pekat dan bau dibuang melalui
sebuah parit dan mengalir ke sungai
alay.
2. Pihak PTPN VI Rimdu tidak terlalu
serius menanggapi persoalan,karena
tidak ada ikan yang mati di Sungai
Alay,
3. Baku mutu air limbah yang dibuang
oleh PTPN VI masih berada diatas
baku mutu.

Langkah Kerja:

1. Menerapkan sistem untuk


mengidentifikasi jenis limbah
2. Melakukan pemantauan rutin
terhadap limbah yangdihasilkan dari
Perusahaan
3. Melakukan pelatihan kepada
karyawan terkait dengan manajemen
limbah

19
4. Melakukan audit internal terkait
pengelolaan limbah Memiliki
strategi untuk menangani terjadinya
insiden akibat limbah Perusahaan.

Diaudit oleh : Jawaban Catatan: Di-review oleh:


Ya Tidak
Annisa Septia (Rini Herliani, SE.,
Harahap M.Si.,Ak.,CA)
Daniel Denovan
Lumban Tobing
Rama Dani Silaban
Tanggal: 2 Desember 2023
Desember 2023

20
LAPORAN HASIL AUDIT
Medan, 3 Desember 2023

No : 010/KAP/IV/2023
Lampiran : 3 lembar
Perihal : Laporan Hasil Audit Manajemen

Kepada

Yth, Direktur PTPN VI

di Jambi

Kami telah melakukan audit lingkungan pada PTPN VI tahun 2023/2024. Audit kami
hanya mencakup bidang tanggung jawab, sistem manajemen dan aktivitas lingkungan pada
PTPN VI. Audit tersebut dimaksud untuk menilai pelanggaran pencemaran lingkungan yang
dilakukan oleh PTPN VI dan memastikan bahwa aktivitas perkebunan telah sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Maka dalam hal ini diberikan saran
perbaikan atas kelemahan yang ditemukan selama audit sehingga diharapkan di masa yang
akan datang dapat dicapai perbaikan atas kekurangan perusahaan tersebut dan perusahaan dapat
beroperasi lebih baik dalam mencapai tujuannya.

Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang meliputi:

Bab I : Informasi Latar Belakang


Bab II : Kesimpulan Audit yang Didukung dengan Temuan Audit
Bab III : Rekomendasi
Bab IV : Ruang Lingkup Audit

Dalam melaksanakan audit, kami telah memperoleh banyak bantuan, dukungan, dan
kerjasama dari berbagai sumber baik dari artikel jurnal dan website lainnya yang berhubungan
dengan pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada penulis artikel
dan web.

21
BAB I

INFORMASI LATAR BELAKANG

PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah


No. 11 Tanggal 14 Februari 1996, dan disahkan melalui Akta Notaris Harun Kamil, S.H. No.
39 Tanggal 11 Maret 1996 dengan kedudukan Kantor Direksi di Padang, yang telah diubah
dengan Akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, S.H. di Jakarta Nomor 19 Tahun 2020 Tanggal
30 September 2020 dengan Kantor Direksi berkedudukan di Jambi.

PTPN VI memiliki 14 (empat belas) Unit Usaha, 8 (delapan) Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) dengan kapasitas keseluruhan 305 ton TBS per jam, 1 (satu) pabrik karet remah (CRF)
dengan kapasitas pengolahan 20 ton karet kering per hari, 2 (dua) pabrik teh dengan kapasitas
pengolahan 125 ton daun basah per hari, dan 2 (dua) unit mesin teh celup dengan kapasitas 1
(satu) mesin teh celup 150 kotak per jam atau 2,5 kotak per menit

22
BAB II

KESIMPULAN AUDIT

Berdasarkan temuan (bukti) yang peroleh selama audit yang kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan sebagai berikut:

Kondisi:

1. Pembuangan limbah berwarna hitam pekat dan bau dibuang melalui sebuah parit dan
mengalir ke sungai alay
2. Pihak PTPN VI Rimdu terkadang tidak terlalu serius menanggapi persoalan,karena
tidak ada ikan yang mati di Sungai Alay,
3. Baku mutu air limbah yang dibuang oleh PTPN VI masih berada diatas baku mutu

Kriteria:

1. Perusahaan tidak membuat tempat khusus untuk drainase pembuangan limbah sesuai
dengan ketentuan UU PLH Pasal 59, Pasal 95, pasal 102
2. Parameter limbah cair di dalam permen LHK no 68 tahun 2016
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
Pasal 16

Penyebab:

1. Karena tidak adanya tempat khusus pembuangan limbah


2. Dikarenakn Perusahaan tidak terlalu di anggap serius terhadap pencemaran air tersebut
melaporkan kepada pihak berwajib
3. Karena kolam limbah yang terdapat pada pabrik tidak mampu menampung limbah

Akibat:

1. Terjadinya Pencemaran ekosistem dan air sungai alay yang dimna air tersebut
digunakan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari hari.
2. Perusahaan akan lebih cepat menangani pembuangan limbah yang tercemar.
3. Perusahaan akan meminimalisir atau mengurangi kadar baku mutu air limbah.

23
BAB III

REKOMENDASI

Hasil audit yang dilakukan menemukan beberapa kelemahan yang harus menjadi
perhatian manajemen di masa yang akan datang. Kelemahan ini dapat dikelompokkan menjadi
3 yaitu:

1. Kelemahan pada PTPN VI yang mengabaikan dan lalai terhadap pencemaraan


lingkungan.
2. Kelemahan yang terjadi pada penerapan sistem manajemen lingkungan yang kurang
baik. Di PTPN VI
3. Kelemahan pada PTPN VI yang belum sepenuhnya menaati terhadap peraturan UU
Baku Mutu Air.

Atas keseluruhan kelemahan yang terjadi, maka diberikan rekomendasi sebagai koreksi
atau langkah perbaikan yang bisa diambil manajemen untuk manajemen untuk memperbaiki
kelemahan tersebut.

Rekomendasi:

1. Kebijakan Dinas Lingkungan Hidup dalam menangani lingkungan harus mendapat


perhatian lebih dan tindakan serius dari berbagai pihak, terutama PTPN VI serta negara
karena berkaitan dengan hajat hidup masyarakat serta peran negara dalam menjamin
hak-hak hidup yang mendasar bagi setiap warga negaranya.
2. Pihak manajemen atau pihak yang berwenang perlu meningkatkan intensitas dan
memperbaiki lagi pengawasannya terhadap penerapan UU Mutu Air limbah cair di
PTPN VI.
3. PTPN harus lebih menaati Permen LHK No 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah Pasal 16.
4. Perlu dilakukan Research lebih lanjut terhadap audit lingkungan.

24
BAB IV

RUANG LINGKUP AUDIT

Sesuai dengan penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan meliputi masalah
pencemaran lingkungan dan pelanggaran perizinan yang dilakukan oleh PTPN VI yang
berfokus pada ruang lingkup tanggung jawab dan aktivitas lingkungan.

25

Anda mungkin juga menyukai