PASAR
Didusun oleh:
Nama: FANDI JASMADI
NIM: 131031092
Mapel: teknik lingkungan
Kelas: A
Dosen: Dra. Yuli Pratiwi,M.Si
Dikumpul: selasa 16-06-2015
BAB I
PENDAHULUAN
bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan dan pengelolaan
hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunya kemampuan lingkungan yang
disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak negatif, maka sejak
tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini
kemudian digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Anlisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan
disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 1999 tentan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Pasar PAL merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di sekitar Jl Raya Bogor
Mekarsari, Depok. Pasar PAL terdiri dari beberapa kios yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Mulai dari perlengkapan pangan dan sandang. lokasi pasar yang terletak disekitar pemukiman
warga memiliki dampak positif, seperti tersedianya lapangan kerja baru, dan memudahkan warga
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun dikarenakan kios yang terdapat di pasar PAL
memiliki tata letak yang tidak teratur, sehingga sedikit banyak menimbulkan gangguan lalu lintas
bagi pengendara yang melewati jalan raya tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan umum adalah untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia dan tata kerja dari
AMDAL terhadap lingkungan pasar PAL. Sedangkan tujuan khususnya, untuk mengetahui
variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas AMDAL pada pengelolaan
lingkungan hidup di pasar PAL.
BAB II
LANDASAN TEORI
pertanyaan konkrit yang harus dijawab. Setelah ditemukan jawaban-jawaban yang pasti atas
pertanyaan-pertanyaan tadi, maka disusun pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai
kegiatan pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang memperhatikan faktor
perlindungan lingkungan hidup.
Maka dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang dapat
diperbaharui, hendaknya selalu diingat dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih penuh sumber
kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka.
2.Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di alam.
3.Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya pelestarian alam, artinya
pengambilan hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi dari sumber alam tersebut.
4.Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan terciptanya kepuasan
baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spiritual.
Selain itu, dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan penggalian sumber
daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan:
1.Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup, dengan
dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.
2.Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan
kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan datang
(kalau mungkin untuk selamanya).
3.Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian lingkungan
dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya autoregenerasinya.
4.Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan,
hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungan
hingga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial spiritual
5.Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk memperbaiki
kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan tadi, dalam rangka menjaga
kelestraian lingkungan.
6.Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien
mungkin.
pemanfaatan,
pengembangan,
pemeliharaan,
pemulihan,
pengawasan,
dan
pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi
ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Berikut aturan hukum mengenai
Lingkungan Hidup:
1.
a. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;
b. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup;
c. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses
pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini
dan generasi masa depan;
d. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh
dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup;
e. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain;
f. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,
energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya;
g. Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup;
h. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukkannya;
i. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat fisik dan/atau
hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang;
j. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan;
k. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan;
l. Bahan berbahaya dan beracun adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;
m.Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain;
n. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan
oleh suatu usaha dan atau kegiatan;
o. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan; Organisasi
lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di
tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya di bidang lingkungan hidup;
p. Audit lingkungan hidup adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan hukum yang berlaku
dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan;
Pasal 2
Ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang ber-Wawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan
yurisdiksinya.
ASAS, TUJUAN, DAN SASARAN
Pasal 3
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas
berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 5
a.Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
c. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6
a. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
b. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang
benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 10
a. Dalam
rangka
pengelolaan
lingkungan
hidup
Pemerintah
berkewajiban:
b. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan
terhadap zona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.
c. Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan
oleh suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
d. Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya
disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
e. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
a. Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki Amdal.
b. Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
c. Untuk menentukan rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemrakarsa melakukan penapisan sesuai dengan tata cara penapisan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
d. Terhadap hasil penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), instansi lingkungan hidup Pusat,
provinsi, atau kabupaten/kota menelaah dan menentukan wajib tidaknya rencana Usaha dan/atau
Kegiatan memiliki Amdal.
Pasal 3
a.Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan:
1) Di dalam kawasan lindung; dan/atau
2) Berbatasan langsung dengan kawasan lindung, wajib memiliki Amdal.
b.Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c.Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berbatasan langsung dengan kawasan lindung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang:
d.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan setelah
dilakukan telaahan sesuai kriteria sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
a.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal dapat ditetapkan menjadi
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki Amdal, apabila:
1.
Dampak dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dapat ditanggulangi berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau
2.
b.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Menteri.
c.
Jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan secara
tertulis kepada Menteri, oleh:
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki
UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 11 tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
3.
Peraturan Pemerintah
Peraturan Gubernur
Menimbang :
a.
Bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu kewenangan yang wajib
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sejalan dengan berlakunya otonomi daerah;
b.
Bahwa sehubungan dengan huruf a diatas perlu ditetapkan jenis kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan dengan keputusan
Gubernur.
Mengingat :
1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 (BN no. 5000 hal 1B-12B) tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2) Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 (BN No. 5326 hal 5B-10B dst) tentang Penataan Ruang;
3) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 (BN No. 6066 hal 14 B-20B dst) tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
4) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (BN No. 6336 hal 8B-15b dst) tentang Pemerintahan
Daerah;
5) Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 (BN No. 6372 hal 5B-8B) tentang Pemerintahan
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
6) Peraturan Pemrintah Nomor 27 Tahun 1999 (BN No. 6436 hal 1B-9B) tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 (BN No. 6468 hal 1B-9B) tentang Kewenangan
Pemerinytah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-12/MENLH/ 3/94 (BN No. 5556 hal
3B-5B) tentang Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA :
Jenis usaha /kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di Propinsi Jawa Barat.
KEDUA :
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) sebagaimana
dimaksud pada diktum PERTAMA dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin operasional,
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup daerah Propinsi Jawa Barat, Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Kotamadya/ Kabupaten Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya.
KETIGA :
Pengawasan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) dilakukan bersama oleh instansi pemberi izin operasional, Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Jawa Barat, Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kotamadya/ Kabupaten Administrasi setempat, dan instansi terkait lainnya.
KEEMPAT :
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (uPl)
Proyek Pemerintah di Propinsi Jawa Barat disusun oleh instansi yang membidangi kegiatan
melalui pemimpin proyek yang bersangkutan.
KELIMA :
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya , memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat.
2.2. AMDAL
AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. AMDAL
merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap
perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal-hal yang dikaji dalam proses
AMDAL antara lain adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan
kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu
usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan. (Peraturan Pemerintah No.
27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL
secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para
pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin
usaha/kegiatan.
AMDAL
digunakan
untuk
mengambil
keputusan
tentang
2.
3.
4.
2.
Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat
yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan
antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,
faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup,
dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya.
3.
Masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses AMDAL.
Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati.
2.
3.
Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan,
pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya.
4.
5.
6.
7.
6000 AMDAL nasional dan propinsi diproses berdasarkan peraturan ini termasuk sejumlah kecil
AMDAL daerah di bawah suatu komisi pusat yang didirikan di dalam BAPEDAL.
Dengan diundangkannya Undang-undang Pengelolaan Lingkungan yang baru (No.
23/1997) berbagai reformasi lanjutan atas regulasi AMDAL menjadi perlu. Peraturan 27/199912
diperkenalkan dengan simplifikasi lebih lanjut. Komisi sektoral dibubarkan dan dikonsolidasikan
ke dalam suatu komisi pusat tunggal, sementara komisi propinsi diperkuat. Ketentuan yang lebih
spesifik dan lengkap atas keterlibatan publik juga diperkenalkan, sebagaimana halnya juga
dengan suatu rangkaian arahan teknis pendukung. Namun demikian PP 27/1999 ternyata tidak
tepat waktu, gagal untuk secara memadai merefleksikan berbagai perubahan politis yang pada
saat itu lebih luas yang akhirnya mengarah kepada desentralisasi politik dan administratif.
AnalisisMengenai Dampak Lingkungan, yang sering di singkat dengan AMDAL, lahir dengan di
undangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, National
Environmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 1970. Pasal 102 (2) (C) dalam undang-undang ini menyatakan, semua usulan legislasi
dan aktifitas pemerintah federal yang besar di perkirakan akan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact Assessment (Analisis
Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.
NEPA 1969 merupakan suatu reaksi terhadap kerusakan lingkungan oleh aktifitas manusia
yang makin meningkat, antara lain tercemarnya lingkungan oleh pestisida serta limbah industri
dan transpor, rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya nilai estetika
alam. Misalnya, sejak permulaan tahun 1950-an Los Angeles di negara bagian Kalifornia,
Amerika Serikat, telah terganggu oleh asap-kabut atau asbut (smog = smoke + fog), yang
menyelubungi kota, mengganggu kesehatan dan merusak tanaman. Asbut berasal dari gas limbah
kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi dan terdiri atas ozon, peroksiasetil nitrat
(PAN), nitrogenoksida, dan zat lain lagi.
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) adalah instrumen yang sifatnya formal
dan wajib (control and command) yang merupakan kajian bagi pembangunan proyek-proyek
kegiatan-kegiatan pasal 17a yang kemungkinan akan menimbulkan dampak besar dari penting
terhadap lingkungan hidup.
Dalam PP No.27 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dampak besar dan penting adalah
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang di akibatkan oleh suatu usaha dan atau
kegiatan. Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan bahwa kriteria dari dampak besar dan
periting dari suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB III
PEMBAHASAN
4.1
Wawancara
Pasar PAL merupakan sebuah pasar tradisional yang berlokasi di sekitar Jl Raya Bogor
Mekarsari, Depok. Pasar PAL terdiri dari beberapa kios yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Mulai dari perlengkapan pangan dan sandang. lokasi pasar yang terletak disekitar pemukiman
warga memiliki dampak positif, seperti tersedianya lapangan kerja baru, dan memudahkan warga
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun dikarenakan kios yang terdapat di pasar PAL
memiliki tata letak yang tidak teratur, sehingga sedikit banyak menimbulkan gangguan lalu lintas
bagi pengendara yang melewati jalan raya tersebut. Untuk mengetahui dampak spesifik pada
warga sekitar, kami mengadakan wawancara terhadap 6 warga sekitar pasar sebagai narasumber.
Berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara.
1.
Siapa nama dan sudah berapa lama Anda tinggal di sekitar pasar PAL?
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
Seingat saya,,, belum ada apa-apa disini. Pasar baru berdiri setelah beberapa tahun saya tinggal
disini.
c.
Belum ada.
d.
e.
Belum ada.
f.
3.
Apa perbedaan yang Anda rasakan sebelum dan sesudah Pasar PAL berdiri?
a.
Awalnya saya tidak setuju ketika pasar PAL mau didirikan apalagi dekat dengan pemukiman
warga. Saya membayangkan rumah saya akan terkena polusi bau setiap harinya dan tidak
nyaman. Tetapi, Pasar PAL pada akhirnya berdiri karena banyak warga yang menyetujui hal itu.
Sebelum Pasar PAL tidak berdiri, sekitar rumah saya sepi. Hanya ramai karena dilalui oleh
beberapa mobil yang rumahnya sekitar sini dan angkutan umum yang memang jalurnya disnini.
Tetapi, setelah pasar PAL berdiri, kondisi di sekitar lingkungan rumah saya menjadi lebih ramai,
karena banyak orang yang lalu lalang membawa kendaraan motor dan mobil, sehingga jalan
lebih sering. Umumnya, ketika melewati pasar, akan tercium bau yang sangat menyengat. Tetapi,
pasar hanya bau di tempat penampungan sampah atau dekat parkiran motor saja, sedangkan saat
memasuki pasar, pasar tidak sekotor pasar-pasar pada umumnya dan tidak berbau semenyengat
di pasar-pasar lainnya.
b.
Sebelum ada pasar PAL, jalanan hanya dilalui oleh angkutan umum dan kendaraan-kendaraan
warga yang tinggal di sekitar pasar. Tetapi sekarang lebih ramai lagi karena dilalui oleh
kendaraan-kendaraan yang datang ke pasar. Kelebihannya dari adanya pasar, Saya jadi lebih
mudah berbelanja kebutuhan sehari-hari. Tidak perlu menunggu gerobak sayur lewat dulu, dan di
pasar barang-barangnya lebih fresh dan lengkap, sedangkan kalau menunggu gerobak sayur,
barang-barangnya sudah sisa-sisa dan tidak sesegar di pasar.
c.
Yang saya rasakan sebelum ada pasar PAL, sepi. Setelah pasar PAL ada, jalanan jadi lebih
cepat rusak karena sering dilewati truk-truk besar. Tapi, dengan adanya Pasar PAL, saya tidak
hanya menjadi ibu rumah tangga tapi saya juga mempunyai penghasilan berdagang di Pasar
PAL. Jadi, pasar PAL memberikan lapangan pekerjaan juga untuk saya dan warga-warga disini.
d.
Pas belum ada pasar, lingkungan lebih bersih. Setelah ada pasar, lebih banyak produksi pasar
tetapi sampah yang dihasilkan tidak tersebar dimana-dimana. Pihak pasar tetap melakukan
pembersihan tetapi, pembuangannya ditampung di pinggir jalan dekat kali dan itu memang
mengganggu ketika melewatinya.
e.
Kalau dulu suasanya tenang. Hanya ada mobil lalu lalang, tapi sekarang berisik, dimana-mana
ada orang. Mau berangkat kerja ada orang dimana-mana. Saya malas bertemu banyak orang
apalagi yang tidak dikenal.
f.
Saya lebih suka suasana dulu. Karena, lebih fresh udaranya ketika masih pagi-pagi buta.
Tetapi sekarang saya lebih suka dengan adanya pasar PAL disini karena lebih dekat dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari karena saya sekarang hanya tinggal bersama istri saya dan kami
juga sudah tua.
4.2
analisis sesuai undang-undang mengenai lingkungan hidup yaitu undang-undang No. 23 tahun
1997. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa setiap bangunan/usaha yang didirikan harus
memperhatikan dan menjaga lingkungan sekitar serta dapat membantu kesejahteraan umum bagi
masyarakat sekitar bangunan/usaha tersebut.
Hasil wawancara warga sekitar pasar PAL menunjukkan bahwa berdirinya pasar PAL
memberikan dampak tersendiri bagi lingkungan dan warga sekitar. Dampak negatif bagi
lingkungan adalah tercemarnya lingkungan dikarenakan pengelolaan sampah pasar yang tidak
baik. Sementara, bagi warga dirasakan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari pasar
PAL adalah terbukanya lapangan kerja baru bagi warga sekitar. Selain itu, warga mendapat
sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan dampak negatif yang dialami
warga adalah menambah kemacetan lalu lintas dan menimbulkan kebisingan dari para
pengunjung pasar. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pasar PAL belum memenuhi standar
undang-undang lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, karena meskipun pasar PAL meningkatkan
kesejahteran warga sekitar namun pasar PAL tidak menjaga lingkungan dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penutup ini berisikan solusi yang diberikan dan diharapkan mampu membantu
memberikan perbaikan terhadap pasar PAL agar memenuhi standar lingkungan hidup.
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Budihardjo, Eko. (1992). Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung: Alumni.
Gautama, Sudargo. (1975). Komentar Atas Undang-Undang Pokok Perumahan dan Peraturan SewaMenyewa. Bandung : Alumni.
Sastra M, Suparno. (2005). Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta : ANDI.
Sastrawijaya, Tresna. (2009). Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta
Dongoran, Timbul. Dkk. (1998). Lingkungan Budaya Pada Masyarakat Perumahan Rakyat Daerah
Sumatera Utara. Depdikbud.
Sayfudin, Achmad. (2011). Antropologi sosial Budaya.
Suwarsono dan Alvin. (2000). Perubahan Sosial Dan Pembangunan. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.
Yudohusodo, Siswono. (1991). Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta. INKOPPOL, Unit Percetakan
Bharakerta.
Wati, Eka. (2009). Keberadaan Perumahan Bumi Rancaekek Kencana Kabupaten Bandung Serta
Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Sekitar Tahun 1993-2007. Skripsi Sarjana
FPIPS : Tidak diterbitkan.
Sumber Internet :
Dial_Thespider. (2008). Pembangunan Perumahan Dan Pemukiman Yang Bertumpu Pada Swadaya
Masyarakat. [Online]. Tersedia : http://de-arch.blogspot.com/2008/09/pembangunan-perumahandan-pemukiman.html [02 November 2011].
Saputro, Anton. (2008). Identifikasi Risiko Dalam Aspek Pembangunan perumahan. [Online].
Tersedia:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%2Bpembangunan%2Bperumahan&source=we
b&cd=1&ved=0CBcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.lontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddig
ital%2F126828R010828Identifikasi%2520resikoLiteratur.pdf&ei=LkmxTvWUAoayrAfTsaSrDg&usg=AFQjC
NFXW1GI88ieL89rQWOx5ixQMTXw2w&cad=rja [02 November 2011]