Anda di halaman 1dari 27

Dosen Mata Kuliah :

Ahmad Mansur AM, SE., M.S.A.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN


“PELAPORAN BERKELANJUTAN”

OLEH :
KELOMPOK 5

ROSTINA C0219371
NURUL LITA KHASANAH C0219514

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT


2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
meyelesaikan makalah yang berjudul “Pelaporan Berkelanjutan” dengan
baik.
Kami meyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan makalah ini
tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada Bapak Ahmad Mansur AM, SE., M.S.A. selaku Dosen
Pengampuh mata kuliah Sistem Informasi Manajemen.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kami mengharap saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wonomulyo, 3 November 2021

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................3
C. Tujuan Penulisan...............................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemahaman Sustainability Report.....................................................4
B. Tujuan Sustainability Report..............................................................7
C. Prinsip Sustainability Report.............................................................7
D. Upaya Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia...................9
E. Teknik Pembuatan Sustainability Report...........................................11
F. Green Economy.................................................................................13
G. Tujuan Green Economy....................................................................14
H. Prinsip-prinsip untuk Ekonomi Hijau
15
I. Tantangan dan Peluang Green Economy
18
J. Strategi Green Economy
20
K. Green Economy dan Pembangunan Berkelanjutan
21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................23
B. Saran
24
Daftar Pustaka..................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang menghasilkan
laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan, sehingga output dari akuntansi adalah
laporan keuangan (Financial Report). Pada awal berkembangnya, akuntansi
hanya menyajikan informasi mengenai keuangan, sedangkan informasi
mengenai kegiatan-kegiatan sosial, lingkungan, pemberdayaan, dan yang
lainnya diabaikan dalam pelaporan keuangan (Financial Reporting). Jika
didasarkan pada realitas tersebut, maka perusahaan hanya berorientasi
pada pemegang kepentingan (stakeholders) saja dengan cara
memaksimalkan laba bagaimanapun caranya, tanpa memandang dampak
yang ditimbulkan dari proses maksimalisasi laba tersebut.
Berdasarkan kelemahan yang dimiliki oleh Financial Reporting,
kemudian muncul suatu laporan manajemen (Management Reporting) yang
menyajikan informasi keuangan dan informasi lain yang terkait dengan tata
kelola perusahaan. Kelemahan dari laporan manajemen ini adalah tidak
menyajikan komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan
yang menjadi salah satu pondasi dalam keberlangsungan perusahaan
tersebut. Selain itu, penerapan laporan manajemen ini dapat meningkatkan
eskalasi krisis sosial dan lingkungan dan dapat merugikan kepentingan
stakeholders.
Namun seiring perkembangan zaman, keilmuan turut mengalami
perkembangan tak terkecuali ilmu akuntansi. Perkembangan ilmu akuntansi
terlihat pada perubahan sudut pandang bisnis bahwa tujuan akhir organisasi
telah berubah bukan hanya melakukan maksimalisasi laba, melainkan juga
mulai memandang outcomes yang ditimbulkan dalam proses maksimalisasi
laba tersebut melalui Tanggungjawab Sosial Perusahaan / Corporate Social
Responsibility (CSR). Penerapan program CSR ini bertujuan untuk
melakukan perubahan rencana strategis (renstra) yang dilakukan oleh

1
organisasi agar mampu bertahan dimasa mendatang. Program CSR
diungkapkan dalam sebuah laporan keberlanjutan (sustainability report).
Tren pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting) terbentuk
karena adanya kesadaran organisasi tentang manfaat dan kegunaan dari
laporan tersebut, seperti mendorong perusahaan untuk bersikap transparan
mengenai rincian operasi perusahaan tersebut. Dalam perspektif
perusahaan, transparansi tersebut dapat meningkatkan kepercayaan kepada
kreditur, calon kreditur, investor dan calon investor. Selain itu, pelaporan
berkelanjutan dapat digunakan sebagai pembeda bagi stakeholders yang
berinvestasi diperusahaan tersebut. Namun, pelaporan berkelanjutan yang
digagas tersebut memiliki kelemahan karena tidak menyajikan informasi
strategi, tata kelola dan remunerasi, kinerja dan prospek suatu organisasi
sehingga menimbulkan penciptaan nilai jangka pendek, menengah dan
panjang. Selain itu, pelaporan berkelanjutan menyajikan informasi yang tidak
lengkap sehingga menyulitkan stakeholders dalam pengambilan keputusan.
Mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pelaporan
berkelanjutan, maka diperlukan suatu inovasi dalam pelaporan yang mampu
mengintegrasikan semua jenis laporan baik laporan keuangan, laporan
manajemen dan laporan berkelanjutan sehingga terbentuk suatu laporan
yang bernama laporan terintegrasi (integrated reporting). Penerapan
pelaporan terintegrasi menyajikan secara bersama informasi material tentang
strategi, tata kelola dan remunasi, kinerja, resiko dan prospek perusahaan
sehingga mencerminkan konteks komersial, sosial dan lingkungan.
Dalam perkembangan akuntansi di Indonesia, pelaporan yang
diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah pelaporan berkelanjutan
(sustainability reporting). Namun, penerapan pelaporan tersebut tidak
dilakukan secara menyeluruh dari setiap perusahaan, hanya beberapa
perusahaan yang telah melakukan pelaporan berkelanjutan khususnya
perusahaan yang dimiliki oleh negara (BUMN). Hal tersebut berbeda dengan
perusahaan-perusahaan lain di luar negeri khususnya di eropa yang mulai
meninggalkan pelaporan berkelanjutan dan beralih pada pelaporan
terintegrasi bahkan turki mulai bersiap-siap beralih pada pelaporan
terintegrasi karena telah terbukti memberikan manfaat yang lebih banyak
bagi perusahaan (Mondovision, 2017).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Sustainability Report?
2. Apa tujuan Sustainability Report?
3. Bagaimana prinsip Sustainability Report?
4. Bagaimana upaya penerapan Sustainability Reporting di Indonesia?
5. Bagaimana teknik pembuatan Sustainability Report?
6. Apa yang dimaksud Green Economy?
7. Apa tujuan Green Economy?
8. Bagaimana prinsip untuk Ekonomi Hijau?
9. Apa tantangan dan peluang Green Economy?
10. Bagaimana strategi Green Economy?
11. Bagaimana Green Economy dan pembangunan berkelanjutan?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Sustainability Report
2. Memahami tujuan Sustainability Report
3. Memahami prinsip Sustainability Report
4. Memahami upaya penerapan Sustainability Reporting di Indonesia
5. Memahami teknik pembuatan Sustainability Report
6. Memahami Green Economy
7. Memahami tujuan Green Economy
8. Memahami prinsip untuk Ekonomi Hijau
9. Memahami tantangan dan peluang Green Economy
10. Memahami strategi Green Economy
11. Memahami Green Economy dan pembangunan berkelanjutan

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Akuntansi Sosial dan Lingkungan dan dapat pula sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemahaman Sustainability Report


Akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dilepaskan
dari lingkungan, karena secara prinsip ilmu akuntansi dapat mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungan. Kompleksitas dunia bisnis dan non-bisnis
memaksa akuntansi untuk berbenah diri dan menyesuaikan dengan
lingkungan yang ada, sehingga metode pencatatan hingga output akuntansi
berupa laporan keuangan senantiasa berkembang.
Pelaporan berkelanjutan (Sustainable Reporting) adalah pelaporan
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan
(disclose), serta upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan yang
akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan
kinerja perusahaan menuju pembangunan keberlanjutan yang terdapat
prinsip dan standar pengungkapan yang mampu mencerminkan tingkat
aktivitas perusahaan terkait dengan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial.
Menurut Slater and Gilbert & et al dalam Daizy and Nilandri Das
mendefinisikan pelaporan berkelanjutan sebagai berikut :
"Sustainability Reporting is a structured way an entity reports on its
economic, environmental and social performance which gives companies
a means to report on how nonfinancial factors affect the financial figures
and how these factors can ultimately drive the company’s values."
Pengembangan model sustainability reporting didasarkan pada teori
Triple Bottom-line of Business (3P) yang dikemukakan oleh John Elkington
(1997) yang mengatakan bahwa apabila suatu korporasi ingin tumbuh dan
berkembang secara berkelanjutan maka korporasi itu harus peduli dan
bertanggungjawab terhadap alam semesta (planet), masyarakat (people)
dan pertumbuhan keuntungan bisnis itu sendiri (profits).

4
gambar 1. Triple Bottom-line of Business (3P)
Penerapan pelaporan berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan karena dengan menggunakan laporan berkelanjutan dapat
membantu perusahaan untuk menetapkan tujuan, mengukur kinerja dan
mengelola perubahan sehingga kegiatan operasionalnya bias berkelanjutan.
Melalui penerapan ini diharapkan perusahaan dapat berkembang secara
berkelanjutan (sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis
(business ethics).
Berbagai peraturan ditetapkan untuk membuat organisasi atau
perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya tanpa mengorbankan
lingkungan hidup. Aturan-aturan tersebut meliputi :
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. UU ini mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha
atau berkegiatan untuk menjaga, mengelola, dan memberikan informasi
yang benar dan akurat mengenai lingkungan hidup. Akibat hukum juga
telah ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam
UU ini diatur kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan
usaha atau perorangan untuk melaksanakan tanggungjawab sosial
perusahaan, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menghormati
tradisi budaya masyarakat sekitar. Pelanggaran terhadap kewajiban
tersebut dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis, pembatasan,
pembekuan, dan pencabutan kegiatan dan/atau fasilitas penanaman
modal.

5
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini
mewajibkan bagi perseroan yang terkait dengan sumber daya alam
untuk memasukkan perhitungan tanggungjawab sosial dan lingkungan
sebagai biaya yang dianggarkan secara patut dan wajar. Pelanggaran
terhadap hal tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan No: KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. UU ini mengatur
mengenai kewajiban laporan tahunan yang memuat Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance) harus menguraikan aktivitas dan
biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi
Kehutanan) dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK
ini mengatur tentang kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan
dan pemilik Hak Pengusaha Hutan (HPH) untuk melaporkan item-item
lingkungannya dalam laporan keuangan.
Banyak manfaat yang diberikan apabila perusahaan menerapkan
pelaporan berkelanjutan, menurut (Schaltegger, Bennet, dan Burrit,
2006:302), menjelaskan beberapa manfaat tersebut antara lain :
1. Pengungkapan kegiatan perusahaan yang memiliki dampak terhadap
lingkungan dan sosial.
2. Meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan.
3. Meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
4. Memperlihatkan perusahaan memiliki keunggulan lebih karena
menggunakan pendekatan keberlanjutan dalam kinerja perusahaannya.
5. Pembanding dan benchmarking kepada kompetitior.
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan.
7. Membangun dan mendukung karyawan untuk memotivasi dalam
memberikan infomarsi internal dan kontrol proses yang baik.
B. Tujuan Sustainability Report
Laporan keberlanjutan adalah praktek pengukuran, pengungkapan,
dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam menacapai tujuan

6
pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal. Sebuah laporan berkelanjutan harus
menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk akal dari kinerja
keberlanjutan sebuah organisasi baik kontribusi yang positif maupun negatif.
Laporan keberlanjutan yang disusun berdasarkan kerangka pelaporan GRI
mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam satu periode laporan
tertentu dalam konteks komitmen organisasi, strategi, dan pendekatan
manajemennya. Laporan dapat digunakan untuk tujuan berikut, diantaranya:
1. Patok banding dan pengukuran kinerja keberkelanjutan yang
menghormati hukum, norma, kode, standar kerja dan inisiatif sukarela;
2. Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan; dan
3. Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan diantara berbagai
organisasi dalam waktu tertentu.
Selain itu organisasi menerbitkan tujuan dari laporan keberlanjutan
adalah untuk:
1. Menunjukkan komitmen terhadap lingkungan atau isu-isu sosial, kepada
karyawan dan masyarakat yang mereka layani.
2. Mempromosikan transparansi dan meminta umpan balik atas kinerja
dalam menanggapi tuntutan informasi dari pihak investor, pelanggan,
regulator, kelompok advokasi dan organisasi non-pemerintah (LSM).
3. Menunjukkan upaya untuk membangun dan memelihara hubungan
dengan pihak eksternal seperti masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya.
4. Mengelola dan mengkomunikasikan risiko secara lebih baik.
5. Meningkatkan atau melindungi reputasi.
6. Menumbuhkan nilai pemegang saham dan nilai merek.

C. Prinsip Sustainability Report


Menurut Cahyandito (2011), laporan pertanggungjawaban sosial digunakan
untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkongan, dan sosial
suatu perusahaan. Terdapat prinsip – prinsip dalam penyusunan sustainability
reporting, sehingga membuat informasi yang tertuag didalam sustainability reporting
menjadi informasi yang berkualitas dan memadai. Prinsip – prinsip ini sangat

7
fundamental bagi terwujudnya transparansi yang efektif. Kualitas informasi akan
memungkinkan pemangku kepentingan untuk membuat penilaian yang masuk akal
serta tindakan yang memadai terkait kinerja organisasi. Prinsip – prinsip tersebut
yaitu:
1. Keseimbangan, laporan harus menggambarkan aspek positif dan negatif dari
kinerja perusahaan untuk dapat memungkinkan penilaian yang masuk akal
terhadap keseluruhan kinerja. Keseluruhan penyajian isi laporan harus
menyajikan gambaran yang tidak bias terhadap kinerja organisasi. Laporan harus
menghindari pemilihan, penghilangan, atau penyajian format yang
memungkinkan kesalahan penilaian oleh pembaca laporan.
2. Dapat diperbandingkan, isu – isu dan informasi yang harus dipilih, dikumpulkan
dan dilaporkan secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan
dalam sebuah cara yang memungkinkan pemangku kepentingan dapat
menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu dan dapat
medukung analisis relativ terhadap organisasi lainnya. Perbandingan sangat
dibutuhkan dalam mengevaluasi kinerja. Pemangku kepentingan yang
menggunakan laporan harus dapat membandingkan informasi kinerja ekonomi,
lingkungan, dan sosial yang dilaporkan dengan kinerja organisasi sebelumnya,
sasarannya, dan apabila memungkinkan dengan kinerja organisasi sebelumnya.
Konsisten dalam melaporkan memungkinkan pihak – pihak internal dan
eksternal untuk melakukan perbandingan.
3. Kecermatan informasi yang dilaporkan harus cukup cermat dan detail bagi
pemangku kepentingan dalam menilai kinerja organisasi.
4. Ketetapan waktu laporan dilakukan didasarkan jadwal regular serta informasi
kepada pemangku kepentingan tersedia tepat waktu ketika dibutuhkan dalam
mengambil kebijakan. Kegunaan informasi akan sangat terkai dengan apakah
waktu pengungkapannya kepada pemangku kepentingan dapat memungkinkan
mereka untuk mengintegrasikannya secara efektif dalam pembuatan kebijakan
yang mereka lakukan.
5. Kejelasan informasi harus disediakan dalam cara yang dapat dimengerti dan
diakses oleh pemangku kepentingan menggunakan laporan. Laporan harus 20
menyajikan informasi dalam cara dimengerti, dapat diakses, dan dapat
digunakan oleh para pemangku kepentingan organisasi (baik dalam bentuk cetak
maupun saluran lainnya). Pemangku kepentingan harus dapat menemukan

8
informasi yang dibutuhkannya tanpa harus bekerja keras. Informasi harus
disajikan dalam cara yang komprehensif kepada pemangku kepentingan yang
telah memiliki pemahaman akan organisasi dan aktivitasnya.
6. Keterandalan informasi dan proses yang digunakan dalam penyajian laporan
harus dikumpulkan, direkam, dikompilasi, dianalisis dan diungkapkan dalam
sebuah cara yang dapat diuji dan dapat membentuk kualitas dan materialitas dari
laporan. Pemangku kepentingan harus yakin bahwa sebuah laporan dapat dicek
ketetapan dan ketelitian isinya serta tingkatan Prinsip Pelaporan yang
digunakan. Informasi dan data yang termasuk dalam leporan harus didukung
oleh pengendali internal atau dokumentasi.

D. Upaya Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia


Sustainability reporting yang telah dikembangkan oleh Global
Reporting Initiative (GRI) sejak tahun 1999 hingga saat ini telah
mendapatkan respon yang luar biasa dari perusahaan dan telah diterapkan
sekitar 1000an perusahaan global. Di ASEAN, banyak perusahaan yang
telah menggunakan sustainability reporting dalam menyajikan laporan
kepada pihak berkepentingan. Berikut adalah data penggunaan sustainability
reporting di ASEAN :

Table 1. perbandingan organisasi pengguna SR di kawasan ASEAN


Di indonesia, implementasi SR lebih banyak diterapkan di Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Berdasarkan data yang dihimpun dari situs
BUMN terdapat 119 BUMN yang terdaftar, namun hanya sebanyak 28
BUMN yang telah melakukan publikasi SR atau secara prosentasi dibawah
30% BUMN yang telah menggunakan sustainability reporting.

9
Gambar 2. Daftar BUMN yang publikasi SR
Di Indonesia, perusahaan yang listing di bursa mempunyai kewajiban
dalam membuat pelaporan dan pengungkapan yang terbuka pada publik
(investor atau calon investor). Kewajiban pelaporan seperti laporan tahunan
(annual report) dan laporan keuangan (financial statement) yang
dipublikasikan baik melalui Bursa Efek Indonesia maupun pada website
perusahaan masing-masing. Dalam laporan tahunan ini pun seringkali
mencakup pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate
social responsibility – CSR).
Pada tahun 2011, dari 438 perusahaan yang saat ini tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI), baru ada sekitar 25 perusahaan yang
membuat sustainability report (laporan keberlanjutan). Hal tersebut
diungkapkan oleh Ali Darwin, Chairman National Center for Sustainability
Report (NSCR). Berdasarkan pantauan penulis, sampai dengan tahun 2015,
total perusahaan publik Indonesia yang melakukan pelaporan berkelanjutan
adalah sebanyak 41 emiten. Perkembangan yang cukup lumayan jika
dibandingkan sejak tahun 2011.
Keengganan perusahaan publik dalam membuat laporan ini bisa
disebabkan beberapa hal, seperti tambahan biaya dan usaha dalam
pembuatan laporan. Selain itu dengan belum adanya kewajiban dari
regulator pasar modal terkait pelaporan ini juga membuat para emiten
merasa belum butuh untuk menyiapkan laporan terkait.

10
E. Teknik Pembuatan Sustainability Report
Dalam menyusun Laporan Keberlanjutan ini, acuan yang
dipergunakan adalah Sustainability Reporting Guidelines (SRG), yang
dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) yang disesuaikan dengan
karakteristik usaha sebuah perusahaan. Prinsip ketetapan (Accuracy),
menyeluruh (Completeness), serta reabilitas (Reliability) diperlukan untuk
menampilkan informasi dalam laporan keberlanjutan. Proses pembuatan
laporan keberlanjutan ini dilakukan secara berjenjang mulai dari penyediaan
data, proses penulisan, editing, pengecekan akurasi data audit hingga
didapat draft final untuk kemudian disajikan dalam bentuk laporan akhir.
Laporan Keberlanjutan dapat diterbitkan sebagai satu kesatuan yang tak
terpisah dengan Laporan Tahunan sebuah perusahaan.
Secara umum Sustainability Reporting Guideliness berisikan terdiri
dari profil perusahaan, profil pelaporan, cakupan dan batasan pelaporan, tata
keola perusahaan, keterlibatan pemangku kepentingan, indikator aspek
kinerja perekonomian, indikator aspek kinerja lingkungan, ketenagakerjaan
dan sumber daya manusia, aspek perlindungan kepada nasabah dan lain
sebagainya. Jika dilihat sepintas, isi dari Laporan Keberlanjutan hampir
sama dengan Laporan Tahunan. Namun bukan berarti, dalam penyusunan
Laporan Keberlanjutan bisa langsung menyadur isi Laporan Tahunan.
Proses pembuatan Sustainability Report dilakukan melalui 5 (lima)
mekanisme, yaitu:
1. Penyusunan kebijakan perusahan. Dalam hal ini, perusahaan membuat
kebijakan yang berkaitan dengan sustainability development, kemudian
mempublikasikan kebijakan tersebut berdasarkan kebijakannya.
2. Tekanan pada rantai pemasok (supply chain). Harapan masyarakat pada
perusahaan untuk memberikan produk dan jasa yang ramah lingkungan
juga memberikan tekanan pada perusahaan untuk menetapkan standar
kinerja dan sustainability reporting kepada para pemasok dan mata
rantainya.
3. Keterlibatan stakeholders.
4. Voluntary codes. Dalam mekanisme ini, masrakat meminta perusahaan
untuk mengembangkan aspek–aspek kinerja sustainability dan meminta
perusahaan untuk membuat laporan pelaksanaan sustainability. Apabila

11
perusahaan belum melaksanakan, maka perusahaan harus memberikan
penjelasan.
5. Mekanisme lain adalah rating dan benchmaking, pajak dan subsidi, ijin–
ijin yang dapat diperdagangkan, serta kewajiban dan larangan.
Perusahaan yang menerapkan konsep sustainability menggunakan
Global Reporting Initiative sebagai acuan dan pedoman pembuatan laporan.
Pelaporan ini digunakan pemangku kepentingan untuk menilai aspek–aspek
yang diperlikan. Sustainability reporting pada prinsipnya merupakan inisiatif
bersama dari berbagai pihak dalam membangun kepedulian untuk
peningkatan kinerja bisnis terhadap lingkungan dan masyarakat.
Perubahan sikap perusahaan maupun pemerintah terhadap
pelaksanaan CSR disebabkan kesadaran mereka akan pentingnya
melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan. Ada enam kecenderungan
utama, yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu: meningkatnya
kesenjangan antara kaya dan miskin, posisi negara yang semakin berjarak
dengan rakyatnya, makin mengemukakan arti kesinambungan; makin
gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan yang bersifat anti
perusahaan; tren kearah transparansi, dan harapan-harapan bagi
terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi pada era milenium
baru. Diharapkan perusahaan-perusahaan saat ini lebih sadar akan
tanggung jawabnya selain kepada pemegang saham, juga kepada
masyarakat, lingkungan dan alam disekitar tempat usahanya.

F. Green Economy
Jika di artikan secara sederhana, green economy berasal dari
bahasa inggris yang artinya ekonomi hijau (ekonomi yang ramah
lingkungan). Menurut UNEP (United Nations Environment Programme)
dalam laporannya berjudul Towards Green Economy menyebutkan, Geen
Economy adalah ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan
keadilan sosial. Green Economy ingin menghilangkan dampak
negatif pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber
daya alam. Dari definisi yang diberikan UNEP, pengertian Green Economy
dalam kalimat sederhana dapat diartikan sebagai perekonomian yang

12
rendah karbon (tidak menghasilkan emisi dan polusi lingkungan), hemat
sumber daya alam dan berkeadilan sosial.
Kemudian apa bedanya ekonomi hijau (Green Economy) dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) Sebenarnya konsep
green economy ialah mani$estasi dari pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Green economy diharapkan dapat berperan
untuk menggantikan model ekonomi "penjahat" yang boros, timpang, dan
tidak ramah lingkungan. Green economy dibangun atas dasar kesadaran
akan pentingnya ekosistem yang menyeimbangkan aktifitas pelaku ekonomi
dengan ketersediaan sumber daya. Selain itu, pendekatan green economy
dimaksudkan untuk mensinergikan tiga nilai dasar yakni: profit, people,
dan planet. Pandangan ini mengimbau agar para pelaku ekonomi bukan
hanya memaksimalkan keuntungan semata, tetapi juga harus memberikan
kontribusi positif kepada masyarakat serta turut berpartisipasi dalam
menjaga kelestarian lingkungan. Pada saat ini secara global tantangan yang
dihadapi adalah masalah lingkungan yang diakibatkan perubahan iklim dan
krisis finansial. Bumi, dengan jumlah penduduk yang mencapai 7 miliar,tidak
akan lagi bisa memenuhi kebutuhan semua penduduknya. Bahwa kita hidup
di planet yang sudah melebihi kapasitas dalam kemampuan memberi makan
penduduknya.
Ekonomi hijau diperlukan sebagai pengganti dari sistem ekonomi
yang kita kenal selama ini. Alasannya, sistem ekonomi yang kita jalani
sekarang terbukti merusak lingkungan. Terlihat hutan-hutan dunia yang
mulai habis, begitu pula stok ikan di lautan atau kerusakan terumbu karang,
atau semakin tipisnya persediaan minyak bumi yang mendasari
hampir semua aktivitas ekonomi serta energi kita. Idealnya, sistem ekonomi
hijau akan memastikan bahwa setiap negara, dalam upaya mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk, melakukannya
dengan cara yang bertanggungjawab dan melindungi lingkungan. Pada
waktu yang lalu pendekatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
adalah mengupayakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sehingga limbah yang
dihasilkan menjadi lebih sedikit dan sisanya dapat didaur ulang. Pada saat
ini pendekatannya menjadi berubah menjadi reimagine, redesign  sebagai

13
upaya yang prioritas, baru kita melihat reduce, reuse dan  recycle  disebut
sebagai upaya tradisional.
Sebagai contoh, pabrik tekstil Rohner melihat adanya kebutuhan
terhadap produk ramah lingkungan sehingga mereka mencari bahan
bakunya seperti ramin, wool, serat alam yang mengurangi
dampak lingkungan terutama penggunaan pestisida. Selain itu Rohner juga
mencari zat pewarna yang tidak toksik dan zat pewarna tersebut dipasok
oleh Ciba-Geigy dan produk Rohner yang ramah lingkungan ini dinamai
CLIMATEX,  produk yang terurai secara alami dan ramah lingkungan.
Dengan cara ini Rohner mencoba me-redesign produknya agar bisa
memenuhi pengaturan di bidang lingkungan.

G. Tujuan Green Economy


Green Economy memiliki beberapa tujuan, diantaranya:
1. Memberikan peluang yang besar bagaimana upaya memanfaatkan
konsepsi “green economy” dalam rangka menunjang pelaksanaan
pembangunan yang berorientasi pada aspek lingkungan dan ekosistem.
2. Peningkatan investasi hijau.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas lapangan pekerjaan pada sektor
hijau.
4. Peningkatan pangsa sektor hijau.
5. Penurunan energi/sumber daya yang digunakan dalam setiap produk.
6. Penurunan CO2 dan tingkat polusi.
7. Penurunan konsumsi yang menghasilkan sampah

H. Prinsip-prinsip untuk Ekonomi Hijau


1. Pemerataan Distribusi Kesejahteraan
Mengupayakan distribusi kesejahteraan yang adil di dalam suatu negara
dan antar bangsa, untuk mengurangi perbedaan antara si kaya dan si
miskin, dan mencapai keadilan sosial dan ekonomi, dalam bagian yang
berkelanjutan dan sumber daya yang adil di dunia dan meninggalkan
ruang yang cukup untuk satwa liar dan hutan belantara.
2. Ekuitas dan Keadilan Ekonomi

14
Dipandu oleh prinsip persamaan tetapi tanggung jawab berbeda,
menciptakan kemitraan ekonomi yang akan mentransfer bantuan
keuangan dan teknologi yang cukup besar ke negara – negara kurang
berkembang , untuk membantu meminimalkan kesenjangan antara dunia
maju dan berkembang dan mendukung kelestarian lingkungan kedua
Negara tersebut.
3. Ekuitas Antargenerasi
Sumber daya lingkungan dan ekosistem harus hati – hati dikelola dan
dijaga sehingga dapat meningkatkan nilai aset lingkungan untuk generasi
mendatang, sehingga secara adil memenuhi kebutuhan mereka
mendatang dan memungkinkan mereka untuk berkembang.
4. Pendekatan Pencegahan
Ilmu harus digunakan untuk meningkatkan hasil – hasil sosial dan
lingkungan, melalui identifikasi risiko terhadap lingkungan.
Ketidakpastian ilmiah dampak lingkungan tidak akan menghindari
langkah – langkah untuk mencegah degradasi lingkungan. Sebuah
‘beban pembukuan’ harus berbohong dengan mereka yang mengiklaim
bahwa tidak ada dampak lingkungan yang signifikan.
5. Hak untuk Berkembang
Perkembangan manusia yang selaras dengan lingkungan merupakan
dasar untuk tercapainya pembangunan berkelanjutan, sehingga individu
dan masyarakat diperbedakan untuk mencapai hasil – hasil sosial dan
lingkungan yang positif.
6. Internalisasi Eksternalitas
Membangun nilai sosial dan lingkungan yang sebenarnya harus menjadi
tujuan utama kebijakan. Untuk tujuan ini, harga pasar harus
mencerminkan biaya sosial dan lingkungan secara nyata, sehingga si
pembuat polusi yang menanggung biaya polusi. Pajak dan kerangka
peraturan harus digunakan untuk mengadili, membuat hal – hal ‘baik’
murah dan hal – hal ‘buruk’ menjadi sangat mahal.
7. Kerjasama Internasional
Penerapan standar lingkungan dalam Negara bangsa harus dilakukan
dengan cara kerjasama dengan masyarakat internasioanal, berdasarkan
pemahaman tentang kemungkinan dampak yang bisa terjadi pada

15
pengembangan Negara lain. Langakah – langkah lingkungan yang terkait
dengan perdagangan harus menghindari perlindungan yang tidak adil,
tapi secara keseluruhan memastikan perdagangan yang mendukung
penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, perlindungan lingkungan
dan standar pemburuhan yang progresif, mempromosikan ‘perlombaan
menuju puncak’ daripada ke bawah.
8. Kewajiban Internasional
Mengakui bahwa tindakan dalam batas – batas nasional dapat
menyebabkan dampak lingkungan di luar yurisdiksi nasional,
membutuhkan kerjasama dalam pengembangan hukum internasional
yang memungkinkan sebagai ‘obat’ peradilan yang independen dalam
kasus tersebut.
9. Informasi, Partisipasi dan Akuntabilitas
Semua warga negara harus memiliki akses ke informasi mengenai
lingkungan, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Untuk memastikan bahwa masalah lingkungan
ditangani dengan partisipasi dari semua warga yag peduli, lembaga di
semua tingkatan, serta menggunakan alat – alat yang memungkinkan
masyarakat sipil untuk dapat mempertahankan mereka untuk tetap
diperhitungkan. Dalam hal ini, akses terhadap keadilan oleh warga
negara untuk ,memperbaiki dalam hal lingkungana adalah landasan
meningkatkan akuntabilitas.
10. Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan
Memperkenalkan produksi dan konsumsi berkelanjutan dengan
pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dan adil. Mengurangi dan
menghilangkan pola – pola yang tidak berkelanjutan baik dari produksi
ataupun konsumsi, yaitu mengurangi, menggunakan kembali, dan
mendaur ulang bahan yang digunakan (3R: Reduce, Reuse, Recycle),
mengakui kelangkaan sumber daya bumi dan melaksanakan kegiatan
yang sesuai.
11. Strategis, Terkoondinasi dan Terintegrasi untuk Memberikan
Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan, Ekonomi Hijau dan
Pengentasan Kemiskinan

16
Suatu pendekatan terpadu harus diadopsi disemua tingkatan untuk
mempercepat pencapaian keberlanjutan sosial – ekonomi dan lingkungan
melalui perencanaan strategis dengan masyarakat sipil dan pemangku
kepentingan, dan semua departemen pemeritah terkait.
12. Hanya Transisi
Dalam mengejar pembanguna berkelanjutanekonomi hijau, aka nada
biaya dalam membuat transisi ke karbon rendah. Beberapa negara dan
pelaku ekonomi akan lebih mampu menanggung biaya tersebut daripada
yang lain dan lebih tahan terhadap transisi perubahan transisi. Dalam
proses perubahan, yang lebih rentan harus didukung dan dilindungi –
negara berkembang harus memiliki akses untuk bantuan keuangan dan
teknis yang tepat, waraga negara dan juga masyarakat harus memiliki
akses untuk keahlian dan pekerjaan baru.
13. Mendefinisikan Kembali Kesejahteraan
GDP (Gross Domestic Product) adalah alat yang memadai untuk
mengukur kesejahteraan sosial dan integritas lingkungan. Banyak
kegiatan sosial dan kerusakan lingkungan meningkatkan GDP – seperti
eksploitas bahan bakar fosil dan spekulasi keuangan. Kesejahteraan
masyarakat dan kualitas hidup, dan kesehatan lingkungan harus menjadi
tujuan untuk membimbing pembangunan ekonomi.
14. Kesetaran Gender
Kesetaran dan kesamaan gender merupakan persyarat untuk transisi ke
ekonomi hijau dan pencapaian pembangunan berkelanjutan. Perempuan
memiliki peran penting sebagai agen perubahan untuk pengelolaan
lingkungan dan pengembangan – tindakan mereka harus dihargai
dengan seharusnya dan keterampilan mereka harus ditingkatkan.
15. Menjaga Keanekaragaman Hayati dan Mencegah Polusi dari Setiap
Bagian dari Lingkungan
Melindungi dan mengembalikan keanekaragaman hayati dan habitat
alami sebagai bagian integral pembangunan dan kesejahteraan manusia,
dan mengembangkan sistem pemerintah yang melindungi ketahanan
ekosistem untuk mencegah kerusakan permanen,

17
I. Tantangan dan Peluang Green Economy
Pada umumnya kita melihat krisis finansial dipisahkan dari upaya
perbaikan kualitas lingkungan, bahkan seringkali upaya perbaikan
lingkungan dikorbankan hanya untuk perbaikan ekonomi. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan kejadian bencana di Indonesia dalam periode 2003 –
2005 saat ini terjadi 1429 kejadian bencana. Sekitar 53,3% adalah bencana
yang terkait dengan hidro – meteorologi. Banjir adalah bencana yang paling
sering terjadi (34%) diikuti oleh longsor (16%). Menurut UN Officer for the
Coordination of Humanitarian Affairs mengidentifikasikan bahwa Indonesia
merupakan salah satu Negara yang rentan terhadap bencana yang terkait
dengan iklim. Adapun kerugian dari data World Bank (2006) menyebutkan
bahwa kerugian global akibat perubahan iklim mencapai US$ 4,3 triliun.
Kerugian ini akan menjadi beban tanggungan negara – negara berkembang
dan miskin dan relatif memilki keterbatasan kemampuan adaptasi akibat
keterbatasan modal dan teknologi.
Memperlihatkan Negara – negara seperti Korea Selatan,
Bangladesh, Sriklanka, Cina, USA, Jerman, Inggris yang sudah
malaksanakan green economy dengan membuat kebijakan fiskal dan alokasi
dana yang lebih besar untuk program – program adaptasi dan mitigasi. Pada
saat ini Indonesia memberikan dana stimulant yang terbesar pada kegiatan
infrastruktur, padahal Amerika dan Negara – negara tersebut diatas
mengalokasi dana stimulant untuk pembangunan ekonomi renadah karbon
antara lain untuk energi efisiensi, membangun energi terbaharukan,
mengembangkan otomotif industri rendah karbon dimana dengan cara ini
juga membuat lapangan kerja baru.
Di Indonesia juga dengan mendorong pelaksanaan program CDM,
dan dengan adanya UU Persampahan dimana pembuangan sampah yang
“open dumping” harus berubah menjadi landfill dan upaya pembakaran gas
metan bahkan ada yang dijadikan listrik. Selain itu, industri kelapa sawit
menggunakan limbah cangkangnya menjadi bahan bakar bahkan bisa
diproduksi listrik. Dan juga di gedung – gedung dilakukan energy efisiensi
dapat menghemat biaya listrik 20%, bahkan bisa lebih besar bila adanya

18
penggantian bahan perusak ozon pada chiller akan menambah efisiensinya
menjadi 40%.
Bila kita melihat potensi CDM di Indonesia dari sektor energi
sebesar 125 juta ton CO2, sektor kehutanan ton CO2, totalnya adalah 265
juta CO2. Belum lagi bila mana kita berani mengembangkan REDD sebagai
alternative devisa Negara dari sektor kehutanan. Beberapa provinsi sudah
melakukan beberapa aktivitas yang mengarah kepada green economy
seperti di Yogyakarta melakukan efisiesi energi listrik sebesar 35 – 47%.
Dana yang biasa disimpan ini digunakan untuk investasi energi terbaharukan
yang dipakai oleh masyarakat yang tidak dapat listrik dari PLN. Semua
aktivitas ini juga membuka lapangan pakerjaan baru misalnya pemasangan
dan pemeliharaan energi terbaharukan.
Pada kegiatan industri yang dilakukan adalah mencari alternative
energy upaya yang dilakukan adalah melaksanakan CSR –nya dengan
menanam pada lokasi bekas tambang tanaman produktif untuk petani
penggarap dan jathropa untuk perusahaan semen sebagai energi alternatif.
Selain itu melakukan pada pengelolaan sampah yang dijadikan kompos
sebagai pupuk untuk petani dan bahan bakar alternative untuk semua
industri semennya. Pendekatan CSR seperti ini juga dilakukan oleh Coca
Cola dimana perusahaan ini sangat aktif dalam program lingkugan untuk
konservasi air. Pendekatan ini juga dianjurkan agar dilaksanakan oleh semua
industri, yaitu mengaitkan kepentingan bisnis dan upaya perlindungan
lingkungan.
Dengan uraian tersebut diatas, Indonesia bisa melaksanakan green
economy dengan mengubah cara pandang kiat mengeksploitasi sumber
daya alam sebelumnya yaitu eksploitasi sumber daya misalnya sektor
kehutanan, migas, tambangan, pertanian, perikanan dan pengembangan
industri. Pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan:
1. Kehutanan untuk pelayanan lingkungan: CDM, Carbon Trade, REDD,
Eco Tourism, Keanekaragaman Hayati dan Pembagian Hasil.
2. Efisiensi Energi (biaya rendah).
3. Energi Terbaharukan: website for energy, biomass, biogas, solar cell,
mas transportation, organic for agaricilture.

19
4. Kepariwisataan.
Adapun kegiatan untuk adaptasi yang utama yang bisa dilakukan
serta sekaligus memberikan lapangan pekerjaan adalah program yang
dilakukan secara komprehensif untuk rehabilitas lingkungan seperti:
1. Reforestrasi dengan pertisipasi masyarakat.
2. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai.
3. Pembuatan sumur resapan/biopori.
4. Situ, kolam dan rehabilitasi danau.
5. Rehabilitasi lahan kritis.
Kegiatan tersebut berdampak pada upaya pencegahan bencana
lingkungan serta membantu upaya pelaksanaan program pertanian dan
sektor ekonomi lainnya.

J. Strategi Green Economy


Adapun kebijakan dan strategi dalam yang dilakukan dalam pengembangan
green economy adalah:
1. Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut
Strategi yang dilakukan sektor kehutanan dan lahan gambut melalui (a) menekan
laju Deforestasi dan Degradasi hutan, (b) meningkatkan penanaman hutan dan
tumbuhan , (c) meningkatkan upaya pengamanan kawasan hutan dari kebakaran
dan pembalakan liar, (d) melakukan perbaikan tata air dan blok – blok pembagi
serta menstabilkan elevasi muka air pada jaringan tata air rawa, (e) menerapkan
teknologi pengelolaan lahan dan budidaya pertanian.
2. Sektor Pertanian
Strategi dalam rangka pengembangan green economy dilakukan dengan: (a)
mengoptimalisasi sumber daya lahan dan air, (b) menerapkan teknologi
pengelolaan lahan dan budidaya pertanian, (c) menstabilkan elevasi muka air dan
memperlancar sirkulasi air pada jaringan irigasi.
3. Sektor Energi dan Transportasi
Strategi dalam pengembangan green economy dilakukan dengan: (a) menghemat
pembangunan energi final baik melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih
efisien maupun pengurangan konsumsi energi tak terbaharukan, (b) mendorong
pemanfaatan energi baru tak terbaharukan skala kecil dan menengah.
4. Sektor Industri

20
Strategi dalam rangka pengembangan green economy ini dilakukan dengan
melaksanakan audit energi khususnya pada industri – industri yang padat energi
dan memberikan insentif pada program efisiensi energi.
5. Sektor Limbah
Strategi yang dilakukan sektor limbah ini mencakup; (a) Meningkatkan
kelembagaan dan peraturan didaerah (b) Meningkatkan pengelolaan air limbah di
Perkotaan. (c). Mengurangi timbulan melalui 3R (Reduce, Reuce, Recycle). (d).
Memperbaiki proses pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir (TPA). (e).
Meingkatkan pembangunan atau rehabilitasi TPA. (f). Memanfaatkan limbah
atau sampah menjadi produksi atau energi yang ramah lingkungan.

K. Green Economy dan Pembangunan Berkelanjutan


Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan Swadaya
Masyarakat World Wildlife Fund (WWF) mengajak para pebisnis untuk ikut
dalam kampanye green economy. Pemerintah menjanjikan insentif bagi para
pebisnis yang menaati green economy. Pemerintah mengajak para pelaku
bisnis dan para stake holder agar mau menerapkan green economy. Maksud
dari penerapan green economy adalah, para pebisnis melalui unit ushanya
yang bergerak di bidang sumberdaya alam menerapkan standar
internasional berupa pengurangan penebangan hutan dan melestarikan
keanekaragaman hayati untuk mencegah perubahan iklim.
Jika pebisnis melakukan pengurangan sampah, pemerintah dapat
memberikan potongan pajak atau retribusi. Pengurangan itu bersifat
progresif yang artinya jika semakin lama sampah yang mereka buang sedikit,
semakin sedikit pula pajak atau retribusi yang pemerintah kenakan. Selain itu
pembebasan bea masuk, pemerintah akan berkoordinasi dengan pihak
terkait seperti bea cukai. Perusahaan yang menerapkan green economy
diberikan rekomendasi untuk dibebaskan bea masuk barang impornya.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaporan berkelanjutan (Sustainable Reporting) adalah pelaporan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta
upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan yang akuntabel bagi seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan kinerja perusahaan menuju
pembangunan keberlanjutan yang terdapat prinsip dan standar pengungkapan yang
mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan terkait dengan aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial. Di Indonesia, perusahaan yang listing di bursa mempunyai
kewajiban dalam membuat pelaporan dan pengungkapan yang terbuka pada publik
(investor atau calon investor). Kewajiban pelaporan seperti laporan tahunan
(annual report) dan laporan keuangan (financial statement) yang dipublikasikan baik
melalui Bursa Efek Indonesia maupun pada website perusahaan masing-masing.
Dalam laporan tahunan ini pun seringkali mencakup pelaporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility – CSR).
Menurut The International Integrated Reporting Committe (IIRC), Integrated

22
Reporting (IR) adalah suatu proses komunikasi informasi suatu organisasi kepada
stakeholder tentang penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan juga berperan
sebagai komunikasi yang ringkas dan terintegrasi tentang bagaimana strategi, tata
kelola, kinerja dan prosepek suatu organisasi menghasilkan penciptaan nilai dalam
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Green economy sangat berpengaruh bagi kehidupan dalam meningkatkan
keadilan serta kesejahteraan sosial di masyarakat. Selain itu dapat menjaga
keseimbangan dan kelestarian alam. Cleh sebab itu perlunya green
economy untuk di adakan, karena berpengaruh sangat baik, dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa merusak keseimbangan dan
kelestarian alam. Untuk menyikapi hal tersebut diperlukan
perubahan perilaku agar tidak egois dengan tujuan meningkatkan
perekonomian tetapi tanpa memperhatikan keseimbangan alam dengan
melakukan pengeksploitasian sumber daya alam yang berlebihan, terutama
bagi Indonesia. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi berkurangnya energi
dari alam, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan bentuk-bentuk
penemuan baru yang lebih menghemat energi. Pada intinya, menerapkan
ekonomi hijau dalam kehidupan sehari)hari dimulai dari diri sendiri akan
sangat membantu per!ujudan lingkungan yang lebih baik untuk masa depan
generasi selanjutnya.

B. Saran
Sebaiknya pemerintah segera menetapkan peraturan tentang kewajiban
perusahaan untuk membuat pelaporan berkelanjutan, sehingga orientasi perusahaan
tidak hanya tentang maksimalisasi laba, melainkan juga menerapkan kepedulian
kepada lingkungan dan sosial masyaralat. Setelah pondasi pelaporan berkelanjutan
dirasa cukup, pemerintah segera menerapkan pelaporan terintegrasi karena banyak
manfaat yang diperoleh semua pihak dengan diimplementasinya pelaporan
terintegrasi.

23
Daftar Pustaka

Saputra, Komang Adi Kurniawan, Ni Putu Riski Martini, dan Putu Dian
Pradnyanitasari. 2019. Akuntansi Sosial dan Lingkungan. Edisi Pertama.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

24

Anda mungkin juga menyukai