Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. M Akbar Prayoga Putra (01031181823008)
2. Vita Septiana (01031181823010)
3. Arza Mayori (01031181823029)
4. Nadia Sandika (01031181823031)
5. Ilham Al Hadis (01031281823099)
6. Syarah Lutfa Aliya (01031281823093)
7. Juan Markus Limart Simanjuntak (01031281823107)
8. Adi Budi Puromo (01031281823112)
Dosen Pengampu :
Dr. Shelly F. Kartasari SE.,AK.,M.SI
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberi
tanggung jawab kepada kami untuk menyusun makalah ini. Tak lupa kami juga
berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan Bahasa dan aspek
lainnya.Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya
pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Responsibility (CSR). Penerapan program CSR ini bertujuan untuk melakukan
perubahan rencana strategis (renstra) yang dilakukan oleh organisasi agar mampu
bertahan dimasa mendatang. Program CSR diungkapkan dalam sebuah laporan
keberlanjutan (sustainability report).
Tren pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting) terbentuk karena
adanya kesadaran organisasi tentang manfaat dan kegunaan dari laporan tersebut,
seperti mendorong perusahaan untuk bersikap transparan mengenai rincian
operasi perusahaan tersebut. Dalam perspektif perusahaan, transparansi tersebut
dapat meningkatkan kepercayaan kepada kreditur, calon kreditur, investor dan
calon investor. Selain itu, pelaporan berkelanjutan dapat digunakan sebagai
pembeda bagi stakeholders yang berinvestasi diperusahaan tersebut. Namun,
pelaporan berkelanjutan yang digagas tersebut memiliki kelemahan karena tidak
menyajikan informasi strategi, tata kelola dan remunerasi, kinerja dan prospek
suatu organisasi sehingga menimbulkan penciptaan nilai jangka pendek,
menengah dan panjang. Selain itu, pelaporan berkelanjutan menyajikan informasi
yang tidak lengkap sehingga menyulitkan stakeholders dalam pengambilan
keputusan.
Mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pelaporan berkelanjutan,
maka diperlukan suatu inovasi dalam pelaporan yang mampu mengintegrasikan
semua jenis laporan baik laporan keuangan, laporan manajemen dan laporan
berkelanjutan sehingga terbentuk suatu laporan yang bernama laporan terintegrasi
(integrated reporting). Penerapan pelaporan terintegrasi menyajikan secara
bersama informasi material tentang strategi, tata kelola dan remunasi, kinerja,
resiko dan prospek perusahaan sehingga mencerminkan konteks komersial, sosial
dan lingkungan.
Dalam perkembangan akuntansi di Indonesia, pelaporan yang diterapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah pelaporan berkelanjutan (sustainability
reporting). Namun, penerapan pelaporan tersebut tidak dilakukan secara
menyeluruh dari setiap perusahaan, hanya beberapa perusahaan yang telah
melakukan pelaporan berkelanjutan khususnya perusahaan yang dimiliki oleh
negara (BUMN). Hal tersebut berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain di luar
2
negeri khususnya di eropa yang mulai meninggalkan pelaporan berkelanjutan dan
beralih pada pelaporan terintegrasi bahkan turki mulai bersiap-siap beralih pada
pelaporan terintegrasi karena telah terbukti memberikan manfaat yang lebih
banyak bagi perusahaan (Mondovision, 2017)
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Profit
People
Planet
gambar 1. Triple Bottom-line of Business (3P)
Penerapan pelaporan berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan karena dengan menggunakan laporan berkelanjutan dapat membantu
perusahaan untuk menetapkan tujuan, mengukur kinerja dan mengelola
perubahan sehingga kegiatan operasionalnya bias berkelanjutan. Melalui
penerapan ini diharapkan perusahaan dapat berkembang secara berkelanjutan
(sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis (business ethics).
Berbagai peraturan ditetapkan untuk membuat organisasi atau perusahaan
menjalankan kegiatan operasionalnya tanpa mengorbankan lingkungan hidup.
Aturan-aturan tersebut meliputi :
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. UU ini mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha
atau berkegiatan untuk menjaga, mengelola, dan memberikan informasi
yang benar dan akurat mengenai lingkungan hidup. Akibat hukum juga
telah ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam
UU ini diatur kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan
usaha atau perorangan untuk melaksanakan tanggungjawab sosial
perusahaan, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menghormati
tradisi budaya masyarakat sekitar. Pelanggaran terhadap kewajiban
tersebut dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis, pembatasan,
pembekuan, dan pencabutan kegiatan dan/atau fasilitas penanaman modal.
5
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini
mewajibkan bagi perseroan yang terkait dengan sumber daya alam untuk
memasukkan perhitungan tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai
biaya yang dianggarkan secara patut dan wajar. Pelanggaran terhadap hal
tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
No: KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan
bagi Emiten atau Perusahaan Publik. UU ini mengatur mengenai
kewajiban laporan tahunan yang memuat Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance) harus menguraikan aktivitas dan biaya yang
dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan lingkungan.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi
Kehutanan) dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK
ini mengatur tentang kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan dan
pemilik Hak Pengusaha Hutan (HPH) untuk melaporkan item-item
lingkungannya dalam laporan keuangan.
Banyak manfaat yang diberikan apabila perusahaan menerapkan pelaporan
berkelanjutan, menurut (Schaltegger, Bennet, dan Burrit, 2006:302), menjelaskan
beberapa manfaat tersebut antara lain :
1. Pengungkapan kegiatan perusahaan yang memiliki dampak terhadap
lingkungan dan sosial.
2. Meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan.
3. Meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
4. Memperlihatkan perusahaan memiliki keunggulan lebih karena
menggunakan pendekatan keberlanjutan dalam kinerja perusahaannya.
5. Pembanding dan benchmarking kepada kompetitior.
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan.
7. Membangun dan mendukung karyawan untuk memotivasi dalam
memberikan infomarsi internal dan kontrol proses yang baik.
6
Selain memiliki kelebihan, penerapan pelaporan berkelanjutan juga
memiliki kelemahan atau tantangan. Menurut Schaltegger, Bennet, dan Burrit,
2006:308 mengemukakan beberapa tantangan dalam pembuatan laporan
berkelanjutan, sebagai berikut :
1. Kesepakatan mengenai keberlanjutan keberlanjutan atau pembangunan
yang berkelanjutan sulit untuk didefinisikan secara eksplisit.
Konsekuensinya, fokus laporan keberlanjutan biasanya berubah-ubah
dengan cepat. Ini merupakan tantangan buat manajemen untuk
mengindentifikasi prioritas dalam laporan keberlanjutan dan bagaiman
mengkomunikasikan pemahaman mengenai keberlanjutan perusahaan.
2. Terkadang sulit untuk mengidentifikasi dan menganalisa issu mengenai
keberlanjutan. Manajemen memiliki tantangan untuk menghubungkan
analisa strategi dan manajemen dengan infomarsi manajemen, akunting,
dan laporan keberlanjutan.
3. Kompleksitas dari keberlanjutan perusahaan sebagai kumpulan tujuan-
tujuan yang saling berhubungan seringkali menimbulkan masalah,
pengukuran, dan komnukasi. Laporan keberlanjutan harus didukung oleh
akunting yang sistematis dan sistem informasi manajemen yang
berhubungan dengan masalah atau isu keberlanjutan.
4. Pengembangan solusi mengenai keberlanjutan memerlukan kerjasama dari
berbagai orang didalam organisasi. Hal ini memerlukan komunikasi yang
efektif didalam organisasi tersebut.
7
2. Perusahaan tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup tentang
informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan. Akibatnya,
terkadang laporan keberlanjutan tidak selalu mengandung informasi yang
dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.
3. Kebanyakan laporan keberlanjutan dibuat tidak spesifik, cenderung
pembaca dipenuhi banyak informasi dan ditargetkan kepada pembaca yang
cakupannya terlalu luas. Untuk menghindari hal ini, perusahaan
mengkomunikasikan kepada pembaca yang yang tepat. Oleh karena itu,
hubungan antara ekonomi, sosial, dan ekologikal bisnis sangat penting
untuk dijelaskan.
4. Penyempurnaan standar dari laporan keberlanjutan harus dilakukan secara
terus menerus. Salah satu kritik pada laporan keberlanjutan mengenai
komparabilitas yang rendah atau format mengenai informasi standar yang
diberlakukan secara umum. GRI adalah salah satu pionir yang membuat
panduan dalam laporan keberlanjutan. Indikator kinerja yand dapat
diaplikasikan dalam berbagai organisasi dalam berbagai industri.
Penyempurnaan kualitas data dan kualitas prosedur pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi keberlanjutan yang berkualitas dan
komparabilitas.
8
Table 1. perbandingan organisasi pengguna SR di kawasan ASEAN
Di indonesia, implementasi SR lebih banyak diterapkan di Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Berdasarkan data yang dihimpun dari situs BUMN
terdapat 119 BUMN yang terdaftar, namun hanya sebanyak 28 BUMN yang telah
melakukan publikasi SR atau secara prosentasi dibawah 30% BUMN yang telah
menggunakan sustainability reporting.
9
laporan tahunan ini pun seringkali mencakup pelaporan pertanggungjawaban
sosial perusahaan (corporate social responsibility – CSR).
Pada tahun 2011, dari 438 perusahaan yang saat ini tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI), baru ada sekitar 25 perusahaan yang membuat sustainability
report (laporan keberlanjutan). Hal tersebut diungkapkan oleh Ali Darwin,
Chairman National Center for Sustainability Report (NSCR). Berdasarkan
pantauan penulis, sampai dengan tahun 2015, total perusahaan publik Indonesia
yang melakukan pelaporan berkelanjutan adalah sebanyak 41 emiten.
Perkembangan yang cukup lumayan jika dibandingkan sejak tahun 2011.
Keengganan perusahaan publik dalam membuat laporan ini bisa
disebabkan beberapa hal, seperti tambahan biaya dan usaha dalam pembuatan
laporan. Selain itu dengan belum adanya kewajiban dari regulator pasar modal
terkait pelaporan ini juga membuat para emiten merasa belum butuh untuk
menyiapkan laporan terkait.
10
panjang. Konsep inti dari integrated reporting adalah menyediakan satu laporan
yang sepenuhnya mengintegrasikan informasi keuangan perusahaan dan non
keuangan seperti masalah environmental, governance, social issues.
Dalam merumuskan integrated report, IIRC menjabarkan tujuan
dibentuknya pelaporan yang terintegrasi antara lain :
1. Meningkatkan kualitas dari informasi yang tersedia untuk penyedia modal
sehingga memungkinkan alokasi yang lebih efisien dan produktif terhadap
modal.
2. Mempromosikan pendekatan yang lebih kohesif dan efisien untuk
pelaporan perusahaan pada pelaporan yang berbeda dan
mengkomunikasikan berbagai faktor secara material yang mempengaruhi
organisasi untuk menciptakan nilai dari waktu ke waktu.
3. Meningkatkan akuntabilitas dan menetapkan dasar untuk modal (
finansial, manufaktur, intelektual, manusia, hubungan sosial, dan alam)
dan mempromosikan pehamanan mengenai saling ketergantungannya.
4. Mendukung pemikiran terintegrasi, pengambilan keputusan, dan aksi yang
mengarah pada penciptaan nilai jangka pendek, menengah, dan panjang.
11
untuk memastikan bahwa integrated report dapat menjelaskan tentang
perubahan di dalam pengambilan keputusan bisnis serta hubungannya
dengan pemikiran bisnis dan aktivitas bisnis. Contoh konektivitas
termasuk:
a. Informasi tentang pengaruh dampak perubahan di lingkungan pasar
terhadap strategi organisasi.
b. Hubungan antara strategi dengan key performance indicators (KPIs),
key risk indicators (KRIs) dan remunerasi.
3. Orientasi Masa Depan. Integrated report menyajikan informasi harapan
manajemen tentang masa depan. Informasi tersebut bermanfaat membantu
pengguna laporan untuk memahami dan menilai prospek organisasi beserta
risiko yang dihadapi. Orientasi ke masa depan meliputi: (1) keseimbangan
kepentingan organisasi pada jangka pendek dan jangka panjang; (2)
harapan organisasi kedepan; (3) rencana masa depan suatu organisasi; (4)
kemungkinan tantangan dan hambatan.
4. Tanggapan terhadap stakeholder. Integrated report memberikan
pengetahuan mengenai relasi antara organisasi dengan stakeholder.
Integrated report juga memberi pandangan tentang bagaimana serta sejauh
mana organisasi memahami, memperhitungkan dan menanggapi
kebutuhan para stakeholder. Hal ini membantu organisasi untuk: (1)
mengidentifikasi isu-isu material; (2) mengembangkan dan mengevaluasi
strategi organisasi; (3) mengelola kegiatan termasuk tanggapan dan
strategi terhadap masalah yang material.
5. Keringkasan, keandalan, dan materialitas. Sebuah integrated report
menyediakan informasi material ringkas yang dapat dipercaya untuk
menilai kemampuan organisasi dalam menciptakan dan mempertahankan
nilai jangka pendek, menengah dan panjang. Dengan begitu informasi
menjadi relevan, reliable, dan material.
12
mengimplemntasikan integrated reporting dalam memberikan informasi kepada
stakeholders. Kelebihan tersebut antara lain :
1. More integrated thinking and management
2. Greater clarity on business issues and performance
3. Improved corporate reputation and stakeholder relationships
4. More efficient reporting
5. Employee engagement
6. Improved gross margins
7. Cost of capital impact?
Integrated reporting hadir dengan tampilan sempurna. Semua unsur-unsur
yang tidak terasji dalam sustainability reporting tersaji dalam integrated reporting
sesuai dengan prinsip-prinsip panduan model pelaporan ini. Di atas telah
dipaparkan secara detail konsep dari integrated reporting. Evolusi model
pelaporan sangat menentukan masa depan perusahaan karena Investor cenderung
melirik entitas yang mengikuti tren pasar global.
Pernyataan dibawah ini sebagai gambaran mengapa Integrated reporting
penting untuk diterapkan.
“The development of IR was given impetus by the global financial crisis
(GFC) and driven by a perceived need for an improved method of
reporting that incorporates a range of financial and non-financial
information necessary for effective decision-making and risk management
in the current business and financial environment (see, for example,
Abeysekera, 2012). Also, there is a growing awareness on the part of both
corporates and investors of the interconnectedness between financial
stability and environmental and social sustainability, and the need for
greater integration between financial and nonfinancial information, and
present and future-oriented data, in reporting to stakeholders”(Hanks and
Gardiner, 2013)
Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa informasi keuangan dan
non keuangan sangat urgen adanya untuk mendukung keefektifan pengambilan
keputusan dan juga menjaga stabilitas keuangan, lingkungan, dan sosial serta
13
menjadikan laporan terintegrasi sebagai media komunikasi yang sempurna kepada
stakeholders utamanya investor.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah segera menetapkan peraturan tentang kewajiban
perusahaan untuk membuat pelaporan berkelanjutan, sehingga orientasi
15
perusahaan tidak hanya tentang maksimalisasi laba, melainkan juga menerapkan
kepedulian kepada lingkungan dan sosial masyaralat. Setelah pondasi pelaporan
berkelanjutan dirasa cukup, pemerintah segera menerapkan pelaporan terintegrasi
karena banyak manfaat yang diperoleh semua pihak dengan diimplementasinya
pelaporan terintegrasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
ACCA. 2017. Insights into Integrated Reporting : challenges and best practice
responses. ACCA
Daizy, Nilandri Das. 2014. Sustainability Reporting Framework: Comparative
Analysis Of Global Reporting Initiatives And Dow Jones Sustainability
Index. International Journal of Science, Environment and Technology,
Vol. 3, No 1, 2014, 55 – 66
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks, the triple bottom line of 21st century
business. Oxford: Capstone Publishing Limited.
Global Reporting Initiative (2013) : Pedoman Pelaporan Keberlajutan
GRI. (2013). GRI Financial Sector Disclosures. Amsterdam: Global Reporting
Initiative.
International Integrated Reporting Council. 2013. The International <IR>
Framework
KPMG (2011) : Integrated Rpeorting “Performance Insight Through Better
Business Repoting
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No:
KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan
bagi Emiten atau Perusahaan Publik
NN. 2017. Borsa İstanbul’s Bell Rings For Companies That Prepare Integrated
Reports-Integrated Reporting Experience Sharing Meeting Was Held.
Online. Diakses pada 24 November 2017 dari
http://www.mondovisione.com/media-and-resources/news/borsa-istanbuls-
bell-rings-for-companies-that-prepare-integrated-reports-inte/
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan)
dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum
Schaltegger S., Bennet M., & Burrit R. (2006). Sustainability Accounting &
Reporting. Netherlands: Springer
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
17