Anda di halaman 1dari 20

TEORI AKUNTANSI

MAKALAH ISU KONSEPTUAL : SUSTAINABILITY REPORTING

Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. M Akbar Prayoga Putra (01031181823008)
2. Vita Septiana (01031181823010)
3. Arza Mayori (01031181823029)
4. Nadia Sandika (01031181823031)
5. Ilham Al Hadis (01031281823099)
6. Syarah Lutfa Aliya (01031281823093)
7. Juan Markus Limart Simanjuntak (01031281823107)
8. Adi Budi Puromo (01031281823112)

Dosen Pengampu :
Dr. Shelly F. Kartasari SE.,AK.,M.SI

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang,puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah yang berjudul “Isu Konseptual :
Sustainability Reporting”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami yang telah memberi
tanggung jawab kepada kami untuk menyusun makalah ini. Tak lupa kami juga
berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan Bahasa dan aspek
lainnya.Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya
pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam membantu


mahasiswa tahun ajaran berikutnya agar dapat memahami materi mengenai “Isu
Konseptual : Sustainability Reporting”.

Lubuklinggau, 15 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4

2.1 Pelaporan Berkelanjutan (Sustainability Reporting)........................................ 4


2.2 Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia ........................................... 8
2.3 Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting) .............................................. 10
2.4 Jurnal : Relevansi Nilai Laporan Keberlanjutan Di Indonesia....................... 14

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 15


3.2 Saran ............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan, sehingga output dari akuntansi adalah laporan keuangan
(Financial Report). Pada awal berkembangnya, akuntansi hanya menyajikan
informasi mengenai keuangan, sedangkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan
sosial, lingkungan, pemberdayaan, dan yang lainnya diabaikan dalam pelaporan
keuangan (Financial Reporting). Jika didasarkan pada realitas tersebut, maka
perusahaan hanya berorientasi pada pemegang kepentingan (stakeholders) saja
dengan cara memaksimalkan laba bagaimanapun caranya, tanpa memandang
dampak yang ditimbulkan dari proses maksimalisasi laba tersebut.
Berdasarkan kelemahan yang dimiliki oleh Financial Reporting, kemudian
muncul suatu laporan manajemen (Management Reporting) yang menyajikan
informasi keuangan dan informasi lain yang terkait dengan tata kelola
perusahaan. Kelemahan dari laporan manajemen ini adalah tidak menyajikan
komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang menjadi salah
satu pondasi dalam keberlangsungan perusahaan tersebut. Selain itu, penerapan
laporan manajemen ini dapat meningkatkan eskalasi krisis sosial dan lingkungan
dan dapat merugikan kepentingan stakeholders.
Namun seiring perkembangan zaman, keilmuan turut mengalami
perkembangan tak terkecuali ilmu akuntansi. Perkembangan ilmu akuntansi
terlihat pada perubahan sudut pandang bisnis bahwa tujuan akhir organisasi telah
berubah bukan hanya melakukan maksimalisasi laba, melainkan juga mulai
memandang outcomes yang ditimbulkan dalam proses maksimalisasi laba
tersebut melalui Tanggungjawab Sosial Perusahaan / Corporate Social

1
Responsibility (CSR). Penerapan program CSR ini bertujuan untuk melakukan
perubahan rencana strategis (renstra) yang dilakukan oleh organisasi agar mampu
bertahan dimasa mendatang. Program CSR diungkapkan dalam sebuah laporan
keberlanjutan (sustainability report).
Tren pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting) terbentuk karena
adanya kesadaran organisasi tentang manfaat dan kegunaan dari laporan tersebut,
seperti mendorong perusahaan untuk bersikap transparan mengenai rincian
operasi perusahaan tersebut. Dalam perspektif perusahaan, transparansi tersebut
dapat meningkatkan kepercayaan kepada kreditur, calon kreditur, investor dan
calon investor. Selain itu, pelaporan berkelanjutan dapat digunakan sebagai
pembeda bagi stakeholders yang berinvestasi diperusahaan tersebut. Namun,
pelaporan berkelanjutan yang digagas tersebut memiliki kelemahan karena tidak
menyajikan informasi strategi, tata kelola dan remunerasi, kinerja dan prospek
suatu organisasi sehingga menimbulkan penciptaan nilai jangka pendek,
menengah dan panjang. Selain itu, pelaporan berkelanjutan menyajikan informasi
yang tidak lengkap sehingga menyulitkan stakeholders dalam pengambilan
keputusan.
Mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh pelaporan berkelanjutan,
maka diperlukan suatu inovasi dalam pelaporan yang mampu mengintegrasikan
semua jenis laporan baik laporan keuangan, laporan manajemen dan laporan
berkelanjutan sehingga terbentuk suatu laporan yang bernama laporan terintegrasi
(integrated reporting). Penerapan pelaporan terintegrasi menyajikan secara
bersama informasi material tentang strategi, tata kelola dan remunasi, kinerja,
resiko dan prospek perusahaan sehingga mencerminkan konteks komersial, sosial
dan lingkungan.
Dalam perkembangan akuntansi di Indonesia, pelaporan yang diterapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah pelaporan berkelanjutan (sustainability
reporting). Namun, penerapan pelaporan tersebut tidak dilakukan secara
menyeluruh dari setiap perusahaan, hanya beberapa perusahaan yang telah
melakukan pelaporan berkelanjutan khususnya perusahaan yang dimiliki oleh
negara (BUMN). Hal tersebut berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain di luar

2
negeri khususnya di eropa yang mulai meninggalkan pelaporan berkelanjutan dan
beralih pada pelaporan terintegrasi bahkan turki mulai bersiap-siap beralih pada
pelaporan terintegrasi karena telah terbukti memberikan manfaat yang lebih
banyak bagi perusahaan (Mondovision, 2017)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana penerapan pelaporan berkelanjutan (sustainability
reporting) di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana penerapan pelaporan terintegrasi (integrated reporting)
di dunia ?

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah


1.3.1 Mengetahui penerapan pelaporan berkelanjutan (sustainability
reporting) di Indonesia.
1.3.2 Mengetahui penerapan pelaporan terintegrasi (integrated
reporting) di dunia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelaporan Berkelanjutan (Sustainability Reporting)


Akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dilepaskan dari
lingkungan, karena secara prinsip ilmu akuntansi dapat mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Kompleksitas dunia bisnis dan non-bisnis memaksa
akuntansi untuk berbenah diri dan menyesuaikan dengan lingkungan yang ada,
sehingga metode pencatatan hingga output akuntansi berupa laporan keuangan
senantiasa berkembang.
Pelaporan berkelanjutan (Sustainable Reporting) adalah pelaporan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta
upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan yang akuntabel bagi seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan kinerja perusahaan menuju
pembangunan keberlanjutan yang terdapat prinsip dan standar pengungkapan
yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan terkait dengan aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial. Menurut Slater and Gilbert & et al dalam Daizy
and Nilandri Das mendefinisikan pelaporan berkelanjutan sebagai berikut :
Sustainability Reporting is a structured way an entity reports on its
economic, environmental and social performance which gives companies a
means to report on how nonfinancial factors affect the financial figures
and how these factors can ultimately drive the company’s values.
Pengembangan model sustainability reporting didasarkan pada teori Triple
Bottom-line of Business (3P) yang dikemukakan oleh John Elkington (1997) yang
mengatakan bahwa apabila suatu korporasi ingin tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan maka korporasi itu harus peduli dan bertanggungjawab terhadap
alam semesta (planet), masyarakat (people) dan pertumbuhan keuntungan bisnis
itu sendiri (profits).

4
Profit

People

Planet
gambar 1. Triple Bottom-line of Business (3P)
Penerapan pelaporan berkelanjutan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan karena dengan menggunakan laporan berkelanjutan dapat membantu
perusahaan untuk menetapkan tujuan, mengukur kinerja dan mengelola
perubahan sehingga kegiatan operasionalnya bias berkelanjutan. Melalui
penerapan ini diharapkan perusahaan dapat berkembang secara berkelanjutan
(sustainable growth) yang didasarkan atas etika bisnis (business ethics).
Berbagai peraturan ditetapkan untuk membuat organisasi atau perusahaan
menjalankan kegiatan operasionalnya tanpa mengorbankan lingkungan hidup.
Aturan-aturan tersebut meliputi :
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. UU ini mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha
atau berkegiatan untuk menjaga, mengelola, dan memberikan informasi
yang benar dan akurat mengenai lingkungan hidup. Akibat hukum juga
telah ditentukan bagi pelanggaran yang menyebabkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam
UU ini diatur kewajiban bagi setiap penanam modal berbentuk badan
usaha atau perorangan untuk melaksanakan tanggungjawab sosial
perusahaan, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan menghormati
tradisi budaya masyarakat sekitar. Pelanggaran terhadap kewajiban
tersebut dapat dikenai sanksi berupa peringatan tertulis, pembatasan,
pembekuan, dan pencabutan kegiatan dan/atau fasilitas penanaman modal.

5
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini
mewajibkan bagi perseroan yang terkait dengan sumber daya alam untuk
memasukkan perhitungan tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai
biaya yang dianggarkan secara patut dan wajar. Pelanggaran terhadap hal
tersebut akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
No: KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan
bagi Emiten atau Perusahaan Publik. UU ini mengatur mengenai
kewajiban laporan tahunan yang memuat Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance) harus menguraikan aktivitas dan biaya yang
dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan lingkungan.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi
Kehutanan) dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK
ini mengatur tentang kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan dan
pemilik Hak Pengusaha Hutan (HPH) untuk melaporkan item-item
lingkungannya dalam laporan keuangan.
Banyak manfaat yang diberikan apabila perusahaan menerapkan pelaporan
berkelanjutan, menurut (Schaltegger, Bennet, dan Burrit, 2006:302), menjelaskan
beberapa manfaat tersebut antara lain :
1. Pengungkapan kegiatan perusahaan yang memiliki dampak terhadap
lingkungan dan sosial.
2. Meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan.
3. Meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
4. Memperlihatkan perusahaan memiliki keunggulan lebih karena
menggunakan pendekatan keberlanjutan dalam kinerja perusahaannya.
5. Pembanding dan benchmarking kepada kompetitior.
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan.
7. Membangun dan mendukung karyawan untuk memotivasi dalam
memberikan infomarsi internal dan kontrol proses yang baik.

6
Selain memiliki kelebihan, penerapan pelaporan berkelanjutan juga
memiliki kelemahan atau tantangan. Menurut Schaltegger, Bennet, dan Burrit,
2006:308 mengemukakan beberapa tantangan dalam pembuatan laporan
berkelanjutan, sebagai berikut :
1. Kesepakatan mengenai keberlanjutan keberlanjutan atau pembangunan
yang berkelanjutan sulit untuk didefinisikan secara eksplisit.
Konsekuensinya, fokus laporan keberlanjutan biasanya berubah-ubah
dengan cepat. Ini merupakan tantangan buat manajemen untuk
mengindentifikasi prioritas dalam laporan keberlanjutan dan bagaiman
mengkomunikasikan pemahaman mengenai keberlanjutan perusahaan.
2. Terkadang sulit untuk mengidentifikasi dan menganalisa issu mengenai
keberlanjutan. Manajemen memiliki tantangan untuk menghubungkan
analisa strategi dan manajemen dengan infomarsi manajemen, akunting,
dan laporan keberlanjutan.
3. Kompleksitas dari keberlanjutan perusahaan sebagai kumpulan tujuan-
tujuan yang saling berhubungan seringkali menimbulkan masalah,
pengukuran, dan komnukasi. Laporan keberlanjutan harus didukung oleh
akunting yang sistematis dan sistem informasi manajemen yang
berhubungan dengan masalah atau isu keberlanjutan.
4. Pengembangan solusi mengenai keberlanjutan memerlukan kerjasama dari
berbagai orang didalam organisasi. Hal ini memerlukan komunikasi yang
efektif didalam organisasi tersebut.

Beberapa tantangan eksternal yang berhubungan dengan pemangku


kepentingan :
1. Informasi mengenai keberlanjutan tidak selalu dapat diakses secara mudah
oleh pemangku kepentingan. Hal ini menimbulkan informasi asimetri
antara perusahaan dan pemangku kepentingan. Situtasi dari informasi
asimetri inilah yang membuat kredibilitas perusahaan ditanyakan, maka
perusahaan diharapkan mampu mengkomunikasikan, verifikasi, dan
menjaminnya.

7
2. Perusahaan tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup tentang
informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan. Akibatnya,
terkadang laporan keberlanjutan tidak selalu mengandung informasi yang
dibutuhkan oleh pemangku kepentingan.
3. Kebanyakan laporan keberlanjutan dibuat tidak spesifik, cenderung
pembaca dipenuhi banyak informasi dan ditargetkan kepada pembaca yang
cakupannya terlalu luas. Untuk menghindari hal ini, perusahaan
mengkomunikasikan kepada pembaca yang yang tepat. Oleh karena itu,
hubungan antara ekonomi, sosial, dan ekologikal bisnis sangat penting
untuk dijelaskan.
4. Penyempurnaan standar dari laporan keberlanjutan harus dilakukan secara
terus menerus. Salah satu kritik pada laporan keberlanjutan mengenai
komparabilitas yang rendah atau format mengenai informasi standar yang
diberlakukan secara umum. GRI adalah salah satu pionir yang membuat
panduan dalam laporan keberlanjutan. Indikator kinerja yand dapat
diaplikasikan dalam berbagai organisasi dalam berbagai industri.
Penyempurnaan kualitas data dan kualitas prosedur pengumpulan data
untuk mendapatkan informasi keberlanjutan yang berkualitas dan
komparabilitas.

2.2 Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia

Sustainability reporting yang telah dikembangkan oleh Global Reporting


Initiative (GRI) sejak tahun 1999 hingga saat ini telah mendapatkan respon yang
luar biasa dari perusahaan dan telah diterapkan sekitar 1000an perusahaan global.
Di ASEAN, banyak perusahaan yang telah menggunakan sustainability reporting
dalam menyajikan laporan kepada pihak berkepentingan. Berikut adalah data
penggunaan sustainability reporting di ASEAN :

8
Table 1. perbandingan organisasi pengguna SR di kawasan ASEAN
Di indonesia, implementasi SR lebih banyak diterapkan di Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Berdasarkan data yang dihimpun dari situs BUMN
terdapat 119 BUMN yang terdaftar, namun hanya sebanyak 28 BUMN yang telah
melakukan publikasi SR atau secara prosentasi dibawah 30% BUMN yang telah
menggunakan sustainability reporting.

Gambar 2. Daftar BUMN yang publikasi SR


Di Indonesia, perusahaan yang listing di bursa mempunyai kewajiban
dalam membuat pelaporan dan pengungkapan yang terbuka pada publik (investor
atau calon investor). Kewajiban pelaporan seperti laporan tahunan (annual report)
dan laporan keuangan (financial statement) yang dipublikasikan baik melalui
Bursa Efek Indonesia maupun pada website perusahaan masing-masing. Dalam

9
laporan tahunan ini pun seringkali mencakup pelaporan pertanggungjawaban
sosial perusahaan (corporate social responsibility – CSR).
Pada tahun 2011, dari 438 perusahaan yang saat ini tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI), baru ada sekitar 25 perusahaan yang membuat sustainability
report (laporan keberlanjutan). Hal tersebut diungkapkan oleh Ali Darwin,
Chairman National Center for Sustainability Report (NSCR). Berdasarkan
pantauan penulis, sampai dengan tahun 2015, total perusahaan publik Indonesia
yang melakukan pelaporan berkelanjutan adalah sebanyak 41 emiten.
Perkembangan yang cukup lumayan jika dibandingkan sejak tahun 2011.
Keengganan perusahaan publik dalam membuat laporan ini bisa
disebabkan beberapa hal, seperti tambahan biaya dan usaha dalam pembuatan
laporan. Selain itu dengan belum adanya kewajiban dari regulator pasar modal
terkait pelaporan ini juga membuat para emiten merasa belum butuh untuk
menyiapkan laporan terkait.

2.3 Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting)

Sustainbability reporting merupakan sebuah laporan yang membahas


tentang aktivitas perusahaan terkait dengan ekonomi, lingkungan, dan sosialnya
yang penyajiannya terpisah dengan annual report. Laporan yang terpisah tersebut
dapat membingungkan stakeholders dalam pengambilan keputusan. Oleh karena
itu, International Integrated Reporting Council (IIRC) merilis rerangka pelaporan
yang terintegrasi atau integrated reporting (IR) yang memberikan informasi
secara sistematis dan terpadu sehingga memberikan kemudahan bagi
stakeholders dalam pengambilan keputusan ekonomik perusahaan.
Menurut The International Integrated Reporting Committe (IIRC),
Integrated Reporting (IR) adalah suatu proses komunikasi informasi suatu
organisasi kepada stakeholder tentang penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan
juga berperan sebagai komunikasi yang ringkas dan terintegrasi tentang
bagaimana strategi, tata kelola, kinerja dan prosepek suatu organisasi
menghasilkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan jangka

10
panjang. Konsep inti dari integrated reporting adalah menyediakan satu laporan
yang sepenuhnya mengintegrasikan informasi keuangan perusahaan dan non
keuangan seperti masalah environmental, governance, social issues.
Dalam merumuskan integrated report, IIRC menjabarkan tujuan
dibentuknya pelaporan yang terintegrasi antara lain :
1. Meningkatkan kualitas dari informasi yang tersedia untuk penyedia modal
sehingga memungkinkan alokasi yang lebih efisien dan produktif terhadap
modal.
2. Mempromosikan pendekatan yang lebih kohesif dan efisien untuk
pelaporan perusahaan pada pelaporan yang berbeda dan
mengkomunikasikan berbagai faktor secara material yang mempengaruhi
organisasi untuk menciptakan nilai dari waktu ke waktu.
3. Meningkatkan akuntabilitas dan menetapkan dasar untuk modal (
finansial, manufaktur, intelektual, manusia, hubungan sosial, dan alam)
dan mempromosikan pehamanan mengenai saling ketergantungannya.
4. Mendukung pemikiran terintegrasi, pengambilan keputusan, dan aksi yang
mengarah pada penciptaan nilai jangka pendek, menengah, dan panjang.

International Integrated Reporting Council (IIRC) memiliki prinsip-prinsip


panduan tentang integrated reporting. Berikut adalah prinsip-prinsip tersebut:
1. Fokus strategi. Integrated report menghubungkan tujuan dan sumber daya
organisasi dengan kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan
nilai organisasi. Integrated Report mengkomunikasikan apa yang penting
bagi organisasi dari perspektif strategis. Hal tersebut berarti menjelaskan
mengenai (1) tujuan strategis organisasi; (2) yang telah digunakan beserta
rencana implementasi; (3) hubungan keduanya dengan komponen lainnya
dari model bisnis.
2. Konektivitas informasi. Integrated report menunjukkan hubungan
komponen yang berbeda di dalam organisasi bisnis diantaranya adalah
faktor eksternal yang mempengaruhi organisasi. Konektivitas adalah pusat

11
untuk memastikan bahwa integrated report dapat menjelaskan tentang
perubahan di dalam pengambilan keputusan bisnis serta hubungannya
dengan pemikiran bisnis dan aktivitas bisnis. Contoh konektivitas
termasuk:
a. Informasi tentang pengaruh dampak perubahan di lingkungan pasar
terhadap strategi organisasi.
b. Hubungan antara strategi dengan key performance indicators (KPIs),
key risk indicators (KRIs) dan remunerasi.
3. Orientasi Masa Depan. Integrated report menyajikan informasi harapan
manajemen tentang masa depan. Informasi tersebut bermanfaat membantu
pengguna laporan untuk memahami dan menilai prospek organisasi beserta
risiko yang dihadapi. Orientasi ke masa depan meliputi: (1) keseimbangan
kepentingan organisasi pada jangka pendek dan jangka panjang; (2)
harapan organisasi kedepan; (3) rencana masa depan suatu organisasi; (4)
kemungkinan tantangan dan hambatan.
4. Tanggapan terhadap stakeholder. Integrated report memberikan
pengetahuan mengenai relasi antara organisasi dengan stakeholder.
Integrated report juga memberi pandangan tentang bagaimana serta sejauh
mana organisasi memahami, memperhitungkan dan menanggapi
kebutuhan para stakeholder. Hal ini membantu organisasi untuk: (1)
mengidentifikasi isu-isu material; (2) mengembangkan dan mengevaluasi
strategi organisasi; (3) mengelola kegiatan termasuk tanggapan dan
strategi terhadap masalah yang material.
5. Keringkasan, keandalan, dan materialitas. Sebuah integrated report
menyediakan informasi material ringkas yang dapat dipercaya untuk
menilai kemampuan organisasi dalam menciptakan dan mempertahankan
nilai jangka pendek, menengah dan panjang. Dengan begitu informasi
menjadi relevan, reliable, dan material.

The Association of Chartered Certified Accountants (ACCA)


mengungkapkan beberapa keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan apabila

12
mengimplemntasikan integrated reporting dalam memberikan informasi kepada
stakeholders. Kelebihan tersebut antara lain :
1. More integrated thinking and management
2. Greater clarity on business issues and performance
3. Improved corporate reputation and stakeholder relationships
4. More efficient reporting
5. Employee engagement
6. Improved gross margins
7. Cost of capital impact?
Integrated reporting hadir dengan tampilan sempurna. Semua unsur-unsur
yang tidak terasji dalam sustainability reporting tersaji dalam integrated reporting
sesuai dengan prinsip-prinsip panduan model pelaporan ini. Di atas telah
dipaparkan secara detail konsep dari integrated reporting. Evolusi model
pelaporan sangat menentukan masa depan perusahaan karena Investor cenderung
melirik entitas yang mengikuti tren pasar global.
Pernyataan dibawah ini sebagai gambaran mengapa Integrated reporting
penting untuk diterapkan.
“The development of IR was given impetus by the global financial crisis
(GFC) and driven by a perceived need for an improved method of
reporting that incorporates a range of financial and non-financial
information necessary for effective decision-making and risk management
in the current business and financial environment (see, for example,
Abeysekera, 2012). Also, there is a growing awareness on the part of both
corporates and investors of the interconnectedness between financial
stability and environmental and social sustainability, and the need for
greater integration between financial and nonfinancial information, and
present and future-oriented data, in reporting to stakeholders”(Hanks and
Gardiner, 2013)
Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa informasi keuangan dan
non keuangan sangat urgen adanya untuk mendukung keefektifan pengambilan
keputusan dan juga menjaga stabilitas keuangan, lingkungan, dan sosial serta

13
menjadikan laporan terintegrasi sebagai media komunikasi yang sempurna kepada
stakeholders utamanya investor.

2.4 Jurnal : Relevansi Nilai Laporan Keberlanjutan Di Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah laporan keberlanjutan


memiliki relevansi nilai bagi investor dan mempengaruhi nilai perusahaan.
Regresi berganda model Ohlson digunakan sebagai metode dengan 38 perusahaan
terbuka di tahun 2014-2017 sebagai sampel. Hasil penelitian menujukkan bahwa
investor menggunakan laporan keberlanjutan sebagai informasi yang bernilai
tambah dalam membuat keputusan investasi. Para investor saat ini tidak hanya
berfokus kepada keuntungan jangka pendek atau laba perusahaan, tetapi juga
keberlanjutan dan keuntungan jangka panjang perusahaan agar dapat memuaskan
semua stakeholders. Oleh karena itu, regulator diharapkan segera mencanangkan
regulasi yang memadai terkait pengungkapan dalam laporan keberlanjutan.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelaporan berkelanjutan (Sustainable Reporting) adalah pelaporan yang


dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur, mengungkapkan (disclose), serta
upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan yang akuntabel bagi seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk tujuan kinerja perusahaan menuju
pembangunan keberlanjutan yang terdapat prinsip dan standar pengungkapan
yang mampu mencerminkan tingkat aktivitas perusahaan terkait dengan aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial. Di Indonesia, perusahaan yang listing di bursa
mempunyai kewajiban dalam membuat pelaporan dan pengungkapan yang
terbuka pada publik (investor atau calon investor). Kewajiban pelaporan seperti
laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan (financial statement) yang
dipublikasikan baik melalui Bursa Efek Indonesia maupun pada website
perusahaan masing-masing. Dalam laporan tahunan ini pun seringkali mencakup
pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility
– CSR). Menurut The International Integrated Reporting Committe (IIRC),
Integrated Reporting (IR) adalah suatu proses komunikasi informasi suatu
organisasi kepada stakeholder tentang penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan
juga berperan sebagai komunikasi yang ringkas dan terintegrasi tentang
bagaimana strategi, tata kelola, kinerja dan prosepek suatu organisasi
menghasilkan penciptaan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan jangka
panjang

3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah segera menetapkan peraturan tentang kewajiban
perusahaan untuk membuat pelaporan berkelanjutan, sehingga orientasi

15
perusahaan tidak hanya tentang maksimalisasi laba, melainkan juga menerapkan
kepedulian kepada lingkungan dan sosial masyaralat. Setelah pondasi pelaporan
berkelanjutan dirasa cukup, pemerintah segera menerapkan pelaporan terintegrasi
karena banyak manfaat yang diperoleh semua pihak dengan diimplementasinya
pelaporan terintegrasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

ACCA. 2017. Insights into Integrated Reporting : challenges and best practice
responses. ACCA
Daizy, Nilandri Das. 2014. Sustainability Reporting Framework: Comparative
Analysis Of Global Reporting Initiatives And Dow Jones Sustainability
Index. International Journal of Science, Environment and Technology,
Vol. 3, No 1, 2014, 55 – 66
Elkington, J. (1997). Cannibals with forks, the triple bottom line of 21st century
business. Oxford: Capstone Publishing Limited.
Global Reporting Initiative (2013) : Pedoman Pelaporan Keberlajutan
GRI. (2013). GRI Financial Sector Disclosures. Amsterdam: Global Reporting
Initiative.
International Integrated Reporting Council. 2013. The International <IR>
Framework
KPMG (2011) : Integrated Rpeorting “Performance Insight Through Better
Business Repoting
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No:
KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan
bagi Emiten atau Perusahaan Publik
NN. 2017. Borsa İstanbul’s Bell Rings For Companies That Prepare Integrated
Reports-Integrated Reporting Experience Sharing Meeting Was Held.
Online. Diakses pada 24 November 2017 dari
http://www.mondovisione.com/media-and-resources/news/borsa-istanbuls-
bell-rings-for-companies-that-prepare-integrated-reports-inte/
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan)
dan No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum
Schaltegger S., Bennet M., & Burrit R. (2006). Sustainability Accounting &
Reporting. Netherlands: Springer
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

17

Anda mungkin juga menyukai