Anda di halaman 1dari 11

Air asia

Ini strategi AirAsia Indonesia bertahan di tengah pandemi virus corona


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. AirAsia Indonesia (CMMP) mengaku telah menjalankan dua strategi
utama dalam upaya mempertahankan kelangsungan usahanya di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Corporate Secretary AirAsia Indonesia Indah Permatasari Saugi menjelaskan, upaya awal telah
dilakukan sebagai mitigasi proaktif untuk membatasi dampak penurunan kinerja dari virus corona.
Pertama, maskapai telah secara aktif mengelola kapasitasnya sejak awal Februari 2020.

Selain itu juga didukung dengan kontrol biaya yang ketat secara internal seperti pemberhentian
sementara untuk mempekerjakan karyawan baru. Tidak ada perpanjangan atas sewa pesawat yang
akan kadaluarsa serta melakukan negosiasi terhadap lessor pesawat untuk mengurangi biaya sewa.

"AirAsia optimistis bisa melanjutkan pertumbuhan positif yang telah dicapai pada tahun lalu melalui
sejumlah strategi ketika industri ini memasuki masa pemulihan setelah pandemi corona berakhir,"
jelasnya melalui keterbukaan informasi yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (3/6).

Sementara itu, Direktur Utama AirAsia Indonesia Veranita Yosephine Sinaga mengatakan, pada
tahun lalu pendapatan perusahaan mampu tumbuh lebih dari 20%. Menurutnya agar dapat
melanjutkan target tersebut, maka pada saat pemulihan, ada sejumlah rencana strategis yang tetap
dilakukan.

Pertama, terkait dengan melanjutkan pengembangan rute baru. Sejalan dengan itu peningkatan
kapasitas muat atau load factor penumpang yang dilayani guna mencari rute yang potensial yang
dapat dioptimalkan.

“Hal itu akan kami terapkan kalau sudah masuk recovery. Tapi sekarang belum ngomong ini dulu,
sehingga strategi pertama kami telah lakukan dengan mengikhlaskan layanan berjadwal sedangkan
yang non berjadwal bisa dikondisikan agar perlindungan dan pencegahan lebih maksimal,” ujarnya.

Menurut Veranita, menjadi kondisi yang wajar saat ini jika perusahaan menjadi susah bergerak
akibat kondisi keuangan dan pendapatan yang terbatas. Namun, sebut Vera, secara jangka panjang
jika langkah tersebut tidak diantisipasi terlebih dahulu justru pendapatan jangka panjang juga tidak
bisa diperoleh.

Sejauh ini, AirAsia juga telah mengajukan kepada pemerintah terkait dengan keringanan dalam
bentuk bea masuk, PPh, dan pajak yang lain berkaitan dengan proses masuknya suku cadang. Selain
itu juga biaya kebandarudaraan, adanya pinjaman lunak dari pemerintah dan relaksasi kredit. Lebih
jauh, AirAsia juga berencana menempuh sumber pendanaan baru.
Garuda Indonesia
Hadapi Tekanan Pandemi, Begini Strategi Garuda Indonesia
(GIAA)
Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 menjadi momok bagi industri
penerbangan di seluruh dunia termasuk Indonesia. PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk. berada dalam tekanan. Lantas, seperti apa
strategi perusahaan untuk bertahan?

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan bahwa


pandemi Covid-19 menjadi tantangan terbesar bagi industri
penerbangan. Dia menilai perlu penyesuaian lebih lanjut supaya proses
pemulihan bisa dipercepat.

“Para analis industri penerbangan tampaknya sepakat bahwa


pemulihannya hanya akan kembali pada akhir 2022. Jadi, kami mesti
berhadapan dengan 2,5 tahun lagi untuk situasinya membalik seperti
sebelum Covid-19. Ini tantangan yang paling besar,” ujarnya, Rabu
(1/7/2020).

Gambaran dampak virus corona bisa terlihat pada kinerja perusahaan


pada kuartal I/2020. Padahal, virus corona baru mulai masuk ke
Indonesia pada pertengahan Maret 2020 atau akhir kuartal I/2020.

Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan


US$768,12 juta atau turun 30,14 persen dibanding periode yang sama
tahun lalu. Pendapatan amblas karena kontribusi utama pendapatan
yaitu penerbangan berjadwal turun 29,23 persen secara tahunan
menjadi US$654,52 juta. Profitabilitas perseroan kian tertekan lantaran
beban keuangan meningkat tajam dari US$20,69 juta menjadi
US$150,65 juta. Walhasil, rugi bersih perseroan mencapai US$120,16
juta, berbalik dari posisi untung US$20,48 juta pada kuartal I/2019.

Dalam laporan keuangan kuartal I/2020, perseroan menyebutkan telah


melakukan sejumlah upaya untuk menghadapi berbagai tantangan
yang timbul dari pandemi Covid-19.
Strategi utama perseroan adalah mengoptimalisasi pendapatan
penumpang berjadwal, baik rute domestik maupun internasional. Hal
ini juga diiringi dengan optimalisasi produksi dan strategi dynamic
pricing.

Optimalisasi pendapatan juga dilakukan melalui penerbangan kargo


berjadwal. Upaya ini dilakukan dengan melakukan penerbangan cargo
only selama pandemi untuk mengkompensasi penurunan pendapatan.

Perseroan juga menyatakan akan melakukan efisiensi dengan menutup


rute yang tidak menghasilkan profit. Selain itu, perseroan
melakukan  rightsizing  untuk meningkatkan margin pendapatan dari
rute-rute potensial.

Garuda Indonesia juga menyatakan akan meningkatkan pendapatan


dari penerbangan charter yang berkelanjutan. Hal ini akan melibatkan
kerja sama kemitraan jangka pendek dan jangka panjang.

Di lua optimalisasi operasi, perseroan juga melakukan sejumlah


langkah untuk menjaga likuiditas. Perseroan menyatakan akan
mengganti cadangan pemeliharaan dengan jaminan pembayaran dari
perbankan. Selain itu, perseroan akan tetap aktif mencari alternatif
pendanaan guna melunasi kewajiban yang akan jatuh tempo.

Upaya lain yang juga dilakukan adalah sinergi perseroan secara grup
melalui keselarasan rute dan penetapan jadwal penerbangan. Hal ini
akan dilakukan sesuai dengan permintaan pasar.

Terakhir, perseroan masih akan mengupayakan negosiasi dengan pihak


lessor atau penyedia penyewaan pesawat. Negosiasi meliputi upaya
penurunan biaya sewa, penundaan kedatangan pesawat baru, dan opsi
early redelivery pesawat.

Upaya-upaya tersebut sudah mulai membuahkan hasil, tercermin dari


posisi utang bank perseroan yang menurun pada kuartal I/2020. Selain
itu, perseroan juga mendapatkan relaksasi jatuh tempo atas utang
obligasi senilai US$500 juta. Namun, dari sisi negosiasi dengan lessor,
tak seluruhnya berbuah manis. Perseroan justru menghadapi sejumlah
tuntutan wanprestasi dari lessor di luar negeri, walaupun perseroan
juga mengklaim telah berhasil mencapai kesepakatan dengan sejumlah
lessor lain.

    
Editor: Rivki Maulana
INFORMASI MENGENAI KEBIJAKAN OPERASIONAL
PENERBANGAN TERKAIT COVID-19
Terakhir diperbaharui tanggal  04 Januari 2021 pukul 08.53 (waktu Jakarta UTC +7)
Mohon melakukan clear cache pada browser Anda secara berkala untuk mendapatkan informasi
terkini

Terima kasih banyak atas kepercayaan Anda untuk selalu menggunakan layanan penerbangan
Garuda Indonesia

Garuda Indonesia telah menjalankan sejumlah langkah antisipatif dalam menindaklanjuti


perkembangan pandemi COVID-19 yang tentunya dengan senantiasa mengedepankan aspek
keselamatan dan kenyamanan penerbangan baik untuk penumpang maupun awak pesawat.

Persyaratan Terbang & Keperluan Dokumen


Garuda Indonesia mendukung penuh kebijakan pemerintah Republik Indonesia dan juga
pemerintah daerah setempat dalam rangka penyebaran COVID-19 di Indonesia yang tertuang
dalam:

 Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 No 9 tentang Kriteria


dan Persyaratan Perjalanan Orang dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju
Masyarakat Produktif dan Aman Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
 Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/MENKES/338/2020 tentang Protokol
Kesehatan Penanganan Kepulangan Warga Negara lndonesia (WNl) dan Kedatangan
Warga Negara Asing (WNA) dari Luar Negeri di Bandar Udara Soekarno Hatta dan
Bandar Udara Juanda
 Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Pengawasan
Pelaku Perjalanan Dalam Negeri di Bandar Udara dan Pelabuhan Dalam Rangka
Penerapan Kehidupan Masyarakat Produktif dan Aman Terhadap Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19)
 Surat Edaran Kementerian Perhubungan 22 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Pelaksana
Perjalanan Orang dengan Transportasi Udara Selama Masa Natal 2020 dan Tahun Baru
2021 dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Bahwasanya orang yang diperbolehkan melakukan perjalanan/penerbangan adalah sebagai


berikut:

 Penerbangan Internasional
o Keluar Indonesia: Mengacu ke informasi atau ketentuan pada website
pemerintah, kedutaan dan otoritas terkait dari negara tujuan atau laman resmi
IATA. 
Sehubungan dengan kebijakan otoritas Singapura, penerbangan transit melalui
Bandar Udara Changi, Singapura tidak diperkenankan hingga pemberitahuan
lebih lanjut.
o Masuk ke Indonesia: Berdasarkan Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19
Nomor 4 Tahun 2020, Efektif 1 - 14 Januari 2021, Warga Negara Asing tidak
diperbolehkan masuk ke Indonesia. Pengecualian bagi Warga Negara Asing
yang boleh masuk ke Indonesia silahkan klik Restriksi Perjalanan Masuk ke
Indonesa untuk informasi lebih lanjut. Bagi Warga Negara Asing yang tiba di
Indonesia pada 28 - 31 Desember 2020 mengikuti ketentuan dalam Adendum SE
Satgas Penanganan Covid-19 No.3/2020.
Tidak ada pembatasan pada Warga Negara Indonesia untuk memasuki wilayah
Indonesia selama mengikuti persyaratan dokumen yang berlaku.
 
 Penerbangan Domestik
Setiap orang diperbolehkan melakukan penerbangan selama membawa Surat
Kesehatan dengan hasil tes bebas COVID-19 sesuai dengan ketentuan daerah tujuan
penerbangan sebagaimana tabel dibawah.
Adapun bagi penumpang yang berangkat dari daerah yang tidak memiliki fasilitas tes
COVID-19, dapat digantikan dengan surat keterangan bebas gejala influensa yang di
keluarkan dokter Rumah Sakit/Puskesmas setempat.

Masa Berlaku Surat Kesehatan


Berdasarkan ketentuan Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 berikut
adalah ketentuan masa berlaku Surat Kesehatan berdasarkan jenisnya: 

 Penerbangan Dari / ke / Intra Pulau Jawa: surat kesehatan dengan hasil negative


dari hasil tes Rapid Antigen berlaku maksimal 3 x 24 jam atau hasil negative dari
hasil tes RT-PCR berlaku maksimal 7 x 24 jam sejak diterbitkan oleh fasilitas
kesehatan
 Penerbangan bukan dari / ke / Intra Pulau Jawa: surat kesehatan dengan hasil
negative dari hasil tes PCR / Rapid Antigen atau hasil non-reaktif dari hasil tes
Rapid Antibodi berlaku maksimal 14 hari sejak diterbitkan oleh fasilitas kesehatan
 Untuk beberapa destinasi penerbangan berlaku persyaratan tambahan/khusus lainnya,
informasi rinci pada table dibawah ini.

Orang-orang yang diperbolehkan melakukan penerbangan sebagaimana diatas baik WNI &


WNA dengan penerbangan Internasional maupun Domestik wajib memenuhi persyaratan
dokumen sesuai dengan kategori dan rute penerbangan sebagai berikut:

Gunakan Masker Saat di Dalam Penerbangan & Area Bandara

Setiap penumpang wajib menggunakan masker baik selama penerbangan maupun ketika


penumpang berada di bandara. Garuda Indonesia turut mengimbau para penumpang untuk
dapat mempersiapkan kebutuhan masker tersebut serta alat penunjang kebersihan diri lainnya
sesuai kebutuhan masing-masing sebelum melaksanakan penerbangan.

Kartu Kewaspadaan Kesehatan Elektronik (E-HAC)

Setiap penumpang yang datang dari luar negeri atau bepergian di wilayah domestik diharuskan
mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI. Pengisian secara
manual sudah tidak dapat dilakukan, maka dari itu untuk dapat menggunakan Kartu
Kewaspadaan Kesehatan Elektronik (E-HAC) anda dapat mengaksesnya di:
  •   Website resmi Kementerian Kesehatan RI
atau dengan menginstall aplikasi E-HAC di smartphone Anda yang dapat di unduh di:
  •   Android Play Store
  •   Apple App Store
Pengisian E-HAC dapat dilakukan sebelum melakukan perjalanan yaitu pada saat proses
keberangkatan atau proses kedatangan sebelum Penumpang melalui titik pemeriksaan KKP.
Verifikasi & Validasi Surat Kesehatan

Untuk penerbangan domestik, di beberapa bandara penumpang diwajibkan melalui proses


verifikasi & validasi Surat Kesehatan Bebas COVID-19 oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan atau
otoritas setempat. 
Untuk penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK),  proses verfikasi dan
validasi dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno-Hatta yang ada di Gate 3 gedung
Terminal 3.

Aplikasi PeduliLindungi  

Setiap penumpang disarankan mengunduh aplikasi Peduli Lindungi resmi dari pemerintah
Indonesia pada perangkat seluler masing-masing yang dapat diunduh pada link berikut:
  •   Android Play Store
  •   Apple App Store

Ini Strategi yang Disiapkan Garuda Hadapi Pandemi Covid-


19
JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 berdampak buruk bagi industri
penerbangan di seluruh dunia. Hal ini juga menimpa maskapai Garuda Indonesia.

Atas dasar itu, manajemen Garuda Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi
untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja perseroan tersebut.

Untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan Perseroan di


kondisi buruk seperti ini, maskapai plat merah itu telah menyiapkan beberapa
rencana strategis baik dari sisi keuangan dan operasional.

“Cash Flow merupakan hal yang paling penting untuk menjaga Going Concern
Perusahaan. Garuda Indonesia mempunyai dua kategori biaya yang sangat
berpengaruh terhadap pengeluaran kas, yaitu biaya tetap yang meliputi biaya sewa
pesawat, biaya pegawai, administrasi kantor pusat dan kantor cabang dan biaya
variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan bakar, biasa kestasiunan, biaya
catering, biaya navigasi dan biaya tunjangan terbang bagi awak pesawat,” demikian
bunyi keterbukaan informasi yang disampaikan manajemen Garuda Indonesia di
Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (15/6/2020).

Untuk aspek keuangan, manajemen Garuda akan melakukan negosiasi dengan


lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday). Lalu,
memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan.

Kemudian, mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar ataupun


pinjaman lainnya. Selanjutnya, menegosiasikan kewajiban Perseroan yang akan
jatuh tempo dengan pihak ketiga.
Kemudian, melakukan program efisiesi biaya kurang lebih 15-20 persen dari total
biaya operasional dengan tetap memprioritas keselamatan dan keamanaan
penerbangan dan pegawai serta layanan.

Terakhir, berdiskusi intensif dengan pemerintah selaku pemegang saham perseroan


guna memperoleh dukungan yang diperlukan.

Sementara itu, untuk aspek operasional, Garuda akan mengoptimalkan frekuensi dan
kapasitas penerbangan baik penerbangan domestik maupun internasional. Lalu,
mengoptimalkan layanan kargo dan aktif mendukung upaya-upaya pemerintah
khususnya yang terkait dengan penanganan Covid-19 melalui pengangkutan bantuan
kemanusiaan, APD, obat-obatan, alat kesehatan.

Selanjutnya, menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit. Kemudian,


mengoptimalkan layanan charter pesawat untuk evakuasi WNI yang berada di luar
negeri serta membantu proses pemulangan WNA untuk kembali ke negara masing-
masing dan layanan charter untuk pengangkutan kargo.

Lalu, menunda kedatangan pesawat di tahun 2020. Terkahir, mengembangkan


internasional hub (Amsterdam dan Jepang) agar layanan Garuda Indonesia
menjangkau seluruh dunia dengan mengoptimalkan layanan interline.

“Pendapatan penumpang berkontribusi lebih dari 80 persen dari total pendapatan


Garuda Indonesia, dengan adanya penurunan trafik, maka dibutuhkan strategi untuk
menurunkan biaya variabel penerbangan,” lanjutnya

Pandemi Bikin Kacau, Ini Strategi Garuda Demi Survive


Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten BUMN penerbangan, PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk. (GIAA) menjadi salah satu perusahaan yang terdampak parah dari
penyebaran wabah virus corona (Covid-19), yang sudah menginfeksi lebih dari 23,3
juta orang di seluruh dunia per Minggu 23 Agustus 2020.
Salah satu dampak negatif dari wabah asal Wuhan, China itu pada perusahaan
adalah penurunan kapasitas produksi baik itu untuk rute domestik maupun
internasional sebagai imbas dari turunnya market demand.
"Penurunan produksi ini sejalan dengan penurunan pada traffic yang diangkut oleh
Perseroan baik untuk penumpang maupun kargo diangkut." jelas manajemen
kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam keterbukaan informasi, dikutip Senin
(24/8/2020).

Manajemen mengungkapkan, untuk rute internasional di region MEA (Middle East)


dan Tiongkok (China) sampai dengan saat ini masih diberlakukan penghentian total
sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Baca:
Garuda Dapat Restu Rilis MCB Rp 8,5 T, Buat Apa Dananya?
Sedangkan untuk rute internasional lainnya, perseroan melakukan penyesuaian
frekuensi dengan memperhatikan permintaan dan perkembangan kondisi di negara
atau pun daerah tersebut.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan di kondisi buruk seperti


ini, perusahaan telah melakukan berbagai upaya, baik dari sisi keuangan dan
operasional.

Salah satunya yaitu melakukan upaya optimalisasi operasional guna


menyelaraskan supply dengan market demand melalui beberapa langkah inisiatif.
Langkah-langkah itu termasuk melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan
pembayaran sewa pesawat (lease holiday), memperpanjang masa sewa pesawat
untuk mengurangi biaya sewa per bulan, mengusahakan financing dari perbankan
dalam dan luar ataupun pinjaman lainnya, dan menegosiasikan kewajiban
perseroan yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga.
Selain itu, perusahaan juga melakukan program efisiensi biaya dengan tetap
memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan dan pegawai serta
layanan, dan mengadakan diskusi intensif dengan Pemerintah selaku Pemegang
Saham Perseroan guna memperoleh dukungan yang diperlukan.

Baca:
Belum Bisa Terbang Tinggi, Garuda Rugi Lagi
Dari aspek operasional, perusahaan yang lebih dari 80% pendapatannya
bergantung pada pendapatan dari penumpang itu telah melakukan upaya untuk
mengoptimalkan frekuensi dan kapasitas penerbangan baik penerbangan domestik
maupun internasional.

Selain itu, mengoptimalkan layanan kargo dan aktif mendukung upaya-upaya


pemerintah khususnya yang terkait dengan penanganan Covid-19 melalui
pengangkutan bantuan kemanusiaan, APD, obat-obatan, alat kesehatan.

Perusahaan juga telah berupaya mengoptimalkan layanan charter pesawat untuk


evakuasi WNI yang berada di luar negeri serta membantu proses pemulangan WNA
untuk kembali ke negara masing-masing dan layanan charter untuk pengangkutan
kargo, serta menunda kedatangan pesawat di tahun 2020.

Baca:
Usai Merugi, Bos Garuda Beberkan Strategi Pulihkan Kinerja
"Selanjutnya guna mendorong percepatan recovery, Garuda saat ini mengupayakan
untuk dapat mendorong trust dan minat masyarakat untuk dapat kembali
menggunakan transportasi udara melalui konsistensi penerapan protokol kesehatan
penerbangan," tulis manajemen.
Strategi itu dilakukan dengan, antara lain melalui physical distancing dalam
penerbangan, pelaksanaan pre medical check bagi awak kabin, penggunaan alat
pelindung bagi kru yang bertugas, disinfeksi armada, peniadaan reading
material guna meminimalisir cross contamination serta penggunaan material mono-use
dalam penyajian makanan dalam pesawat.
"Di samping itu, Garuda juga bekerjasama dengan kementerian Pariwisata untuk
mengkolaborasikan program dan inisiatif yang dapat mendorong geliat pariwisata,
khususnya wisata domestik," jelas manajemen.

Begini Strategi Garuda Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19


Manajemen perusahaan menyebutkan periode Mei-Juni seharusnya
merupakan high season alias musim puncak bagi industri penerbangan.
Namun dengan kondisi pandemi covid-19, perusahaan harus menyiapkan
rencana strategis, dari sisi keuangan dan operasional perusahaan.
"Cash flow merupakan hal yang paling penting untuk menjaga Going
Concern perusahaan. Garuda Indonesia mempunyai dua kategori biaya
yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran kas yaitu biaya tetap yang
meliputi biaya sewa pesawat, biaya pegawai, administrasi kantor pusat dan
kantor cabang dan biaya variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan
bakar, biaya kestasiunan, biaya catering, biaya navigasi dan biaya
tunjangan terbang bagi awak pesawat," ujar manajemen GIAA.
Menjaga kestabilan cash flow (Arus Kas) dalam bisnis. Dengan cara
Mengetahui Biaya Produksi dan Seluruh Pengeluaran, Menggunakan
Strategi Bundling, Menawarkan Dengan Harga yang Lebih Tinggi,
Mendorong pembelian berulang, Menunda pembelian inventaris, dan
Menyusun Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).
Dari aspek keuangan, perusahaan akan melakukan beberapa hal yakni :
1. Melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran
sewa pesawat (lease holiday);
2. Memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per
bulan;
3. Mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar ataupun
pinjaman lainnya;
4. Menegosiasikan kewajiban Perseroan yang akan jatuh tempo dengan
pihak ketiga;
5. Melakukan program efisiensi biaya kurang lebih 15-20% dari total biaya
operasional dengan tetap memprioritaskan keselamatan dan keamanan
penerbangan dan pegawai serta layanan;
6. Mengajukan permohonan dukungan kepada Pemerintah selaku
Pemegang Saham Perseroan.
Adapun dari sisi aspek operasional, manajemen Garuda menegaskan
pendapatan penumpang berkontribusi lebih dari 80% dari total pendapatan
Garuda.
"Dengan adanya penurunan traffic, maka dibutuhkan strategi untuk
menurunkan biaya variabel penerbangan yang kami lakukan," tulis
manajemen GIAA.
Strategi operasional tersebut antara lain :
1. Mengoptimalkan frekuensi dan kapasitas penerbangan baik
penerbangan domestik maupun internasional;
2. Mengoptimalkan layanan kargo dan aktif mendukung upaya-upaya
pemerintah khususnya yang terkait dengan penanganan Covid-19 melalui
pengangkutan bantuan kemanusiaan, APD, obat-obatan, alat kesehatan;
3. Menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit;
4. Mengoptimalkan layanan charter pesawat untuk evakuasi WNI yang
berada di luar negeri serta membantu proses pemulangan WNA untuk
kembali ke negara masing-masing dan layanan charter untuk
pengangkutan kargo;
5. Menunda kedatangan 4 pesawat Airbus A 330 - 900 di tahun 2020;
6. Mengembangkan internasional hub (Amsterdam dan Jepang) agar
layanan Garuda Indonesia menjangkau seluruh dunia dengan
mengoptimalkan layanan interline.
"Sampai saat ini, tidak ada informasi atau kejadian penting yang material
dan dapat memengaruhi kelangsungan hidup Perseroan serta dapat
mempengaruhi harga saham Perseroan yang dapat kami sampaikan.
Perseroan akan melakukan pemenuhan kewajiban sesuai ketentuan yang
berlaku," tutupnya

Anda mungkin juga menyukai