Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT

KRAKATAU STEEL, Tbk TAHUN 2019—2021 MENGGUNAKAN


METODE ALTMAN Z-SCORE

Muhammad Akmal Aulia 240310200031


Muhammad Shidqi Jalubisma 240310200008
Nadhira Shobah Afuwwu 240310200002
Nafi’dhiya Pradhiasta 240310200038
Syifa Wiratami Wardatul Ula 240310200020

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
1.1 Pendahuluan ..................................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
2.1 Kebangkrutan ................................................................................................................... 4
2.2 Pembahasan ...................................................................................................................... 7
2.3 Hasil Penelitian .............................................................................................................. 11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Tingkat kesehatan keuangan perusahaan penting bagi perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi dalam menjalankan usahanya. Unsur keuangan yang tidak sehat dapat mengakibatkan
suatu perusahaan mengalami kebangkrutan. Adapun sumber analisis kebangkrutan dapat
dilihat dan diukur melalui analisis laporan keuangan perusahaannya. Menurut Kasmir (2013;7),
laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini
atau periode kedepannya. Maksud dan tujuan laporan keuangan menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan.
Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan
operasi perusahaan untuk menghasilkan laba sesuai dengan tujuan utamanya yang
memaksimalkan laba. Secara garis besar penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian
internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang
bias berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro
(Darsono dan Ashari, 2005;101)
Selain itu terdapat kebengkrutan yang disebabkan fenomena virus Covid-19 yang terjadi
pada akhir 2019 lalu telah menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap seluruh tatanan
kehidupan terutama pada sektor perekonomian. Dengan banyaknya kasus yang terkonfirmasi
positif Covid-19, secara global World Health Organization (2020) mencatat per 24 Oktober
2020 jumlah kasus sebanyak 41.809.078 sedangkan di Indonesia sendiri adalah 385.890 kasus.
Hal tersebut berdampak pada terkontraksinya perekonomian Indonesia sesuai data BPS yaitu -
5,32% YoY dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat akibat kekhawatiran juga
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah yang pada
akhirnya berimbas pada banyaknya perusahan yang gulung tikar.
Dalam struktur perekonomian nasional, sektor yang paling terdampak adalah pada PT
Krakatau Steel Tbk yang dibuktikan dengan perusahaan ini sedang mengalami permasalahan
7 tahun berturut-turut mencatatkan kerugian sejak tahun 2012 dan ditambah persaingan dengan
baja impor dari cina yang menghantam keras perusahaan ini. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio Kebangkrutan
Perusahaan pada Masa Pandemi Covid-19 Oleh karena itu penelitian ini mengangkat rumusan
masalah yaitu bagaimana analisis rasio kebangkrutan pada pada PT Krakatau Steel Tbk pada

2
masa pandemi Covid-19? Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
rasio kebangkrutan pada pada PT Krakatau Steel Tbk pada masa pandemi Covid-19
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang kami dapatkan adalah
a. Bagaimana kondisi keuangan pada perusahaan PT Krakatau Steel, Tbk?
b. Bagaimana nilai Z-score pada perusahaan PT Krakatau Steel, Tbk?
c. Bagaimana cara meningkatkan nilai Z-score pada perusahaan PT Krakatau Steel, Tbk?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
a. Mengetahui kondisi keuangan pada perusahaan PT Krakatau Steel, Tbk
b. Mengetahui nilai Z-score pada perusahaan PT Krakatau Steel, Tbk
c. Mengetahui cara meningkatkan nilai Z-score pada perusahaan PT Krakatau Steel, Tbk

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebangkrutan
2.1.1 Pengertian Kebangkrutan
Jika suatu perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas maka sangat
memungkinkan perusahaan tersebut mulai memasuki masa kesulitan keuangan (financial
distress), dan jika kondisi kesulitan tersebut tidak cepat diatasi maka ini bisa berakibat
kebangkrutan usaha (bankruptcy). Untuk menghindari kebangkrutan ini dibutuhkan berbagai
kebijakan, strategi dan bantuan, baik bantuan dari pihak eksternal maupun bantuan dari pihak
internal perusahaan. Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah yang tidak
bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur perusahaan. Informasi
financial distress ini dapat dijadikan sebagai peringatan dini atas kebangkrutan sehingga
menajemen dapat melakukan tindakan secara cepat untuk mencegah masalah sebelum
terjadinya kebangkrutan. (Hilda:2012).
Menurut dalam UU nomor 37 tahun 2004 pasal 1 ayat (1) yang dimaksud dengan
kepailitan atau kebangkrutan adalah sisa umum atas kekayaan debitor pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas
sebagaiman diatur dalam undang-undang ini. Di perjelas pada pasal 2 ayat (1) bahwa apabila
debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh tempo waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya.
Kebangkrutan menurut Rafles (2015) dalam Hanafi (2010:638) menyatakan
“Perusahaan dapat dikatakan bangkrut apabila perusahaan itu mengalami kesulitan yang ringan
(seperti masalah likuiditas) dan sampai kesulitan yang lebih serius, yaitu solvable (utang lebih
besar dibandingkan dengan asset)”. Menurut Nurul mukhlisah (2011) kebangkrutan
(bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan suatu perusahan dalam menjalankan
operasinya untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan
atau penutupan perusahaan atau insovabilitas.
Menurut Muhammad Nur Rhomadhona (2014) dalam Peter dan Yoseph (2011),
kebangkrutan sebagai kegagalan dapat didefinisikan dalam beberapa arti, yaitu:
1. Kegagalan ekonomi (economic failure) Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya
berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan, perusahaan tidak dapat

4
menutup biayanya sendiri. Ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal
atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
2. Kegagalan keuangan (financial failure) Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai
insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas
dasar arus kas ada dua bentuk, yaitu:
a. insolvensi teknis (technical insolvency) Perusahaan dianggap gagal jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Insolvensi
teknis terjadi bila arus kas 14 tidak cukup untuk memenuhi pembayaran bunga
atau pembayaran kembali pokok pada tanggal tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan Dalam pengertian ini kebangkrutan
didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca
konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari
kewajiban.
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan menurut
Wahyu Nurcahyanti (2015) adalah:
1. Faktor umum
a. Sektor ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala
inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku
bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang
asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya
dengan perdagangan luar negeri.
b. Sektor sosial
Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan
cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi
permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan
dengan karyawan. 15
c. Sektor teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang
ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan
implementasi yang tida terencana, sistemnya tidak terpadu dan para manajer
pengguna kurang professional.

5
d. Sektor pemerintah
Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan
industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang yang berubah, kebijakan
undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja.
2. Faktor eksternal perusahaan
a. Sektor pelanggan Perusahaan harus mengidentifikasi sifat konsumen, untuk
menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang,
menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan
dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.
b. Sektor pemasok Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerjasama dengan
baik karena kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi
keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa besar pemasok ini
berhubungan dengan perdagangan bebas.
c. Sektor pesaing Perusahaan juga jangan melupakan persaingan karena kalau
produk pesaing lebih diterima dimasyarakat, maka perusahaan akan
kehilangan 16 konsumen dan hal tersebut akan berakibat menurunnya
pendapatan perusahaan.
3. Faktor Internal Perusahaan Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada
nasabah sehingga menyebabkan adanya penunggakkan dalam pembayarannya
sampai akhirnya tidak dapat membayar.
2.1.3 Indikator Terjadinya Kebangkrutan
Sebelum pada akhirnya suatu perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh
berbagai situasi atau keadaan khususnya berhubungan dengan efektifitas dan efisiensi
operasinya. Indikator yang harus diperhatikan para manajer, seperti yang dikemukakan oleh
Harnanto (2000) dalam penelitian Nurul Mukhlisah (2011) bahwa:
1. Penurunan volume penjualan karena adanya perubahan selera atau permintaan
konsumen.
2. Kenaikan biaya produksi.
3. Tingkat persiangan yang semakin ketat.
4. Kegagalan melakukan ekspansi.
5. Ketidakefektifan dalam melaksanakan fungsi pengumpulan piutang.
6. Kurang adanya dukungan atau fasilitas perbankan (kredit).
7. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap piutang. Suatu perusahaan yang
mengandalkan hutang di dalam menghadapi kegiatan operasi dan kegiatan
6
operasinya, akan berada dalam keadaan yang kritis, karena apabila pada suatu saat
perusahaan mengalami penurunan hasil operasi maka perusahaan tersebut akan
mendapatkan kesulitan di dalam menyelesaikan kewajibannya.
Selain itu, indikator yang dapat diamati oleh pihak ekstern, antara lain:
1. Penurunan dividen kepada pemegang saham
2. Terjadinya penurunan laba yang terus menerus, bahkan sampai terjadinya kerugian.
3. Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha.
4. Terjadinya pemecatan pegawai.
5. Pengunduran diri eksekutif puncak.
6. Harga saham yang turun terus menerus di pasar modal.
Menurut Hanafi (2003:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi
dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :
1. Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.
2. Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan
yang dihadapi oleh perusahaan.
3. Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya.
4. Kualitas manajemen.
5. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.
2.2 Pembahasan
Penerapan metode Altman Z-score pada perusahaan manufaktur yang telah go public
yang akan diteliti oleh penulis, maka digunakan model Z-score dengan perhitungan
Z = 1,21X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Keterangan :
Z = Nilai keseluruhan
X1 = perhitungan working capital (total current assets-total current liabilities) terhadap
total assets
X2 = perhitungan retairned earning terhadap total assets
X3 = perhitungan earning before interest and taxes (EBIT) terhadap total assets
X4 = perhitungan total equity terhadap total liabilities
X5 = perhitungan net revenues terhadap total assets
Setelah mengetahui cara perhitungan z-score, maka perlu diketahui pula batasan-
batasan atau cut-off yang menunjukkan kondisi financial distress probability, yaitu ketika

7
Nilai Z < 1,81 Dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan
perusahaan tersebut sedang dalam kondisi
kritis yang berarti perusahaan tersebut
berpotensi mengalami kebangkrutan.
Nilai 1.88 < Z < 2,99 Dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan
perusahaan sedang berada di dalam zona
abu-abu (gray zone) yang berarti kondisi ini
dapat diartikan bahwa perusahaan dalam
kondisi pertengahan, tidak bangkrut atau
sehat. Manajemen harus berhati-hati dalam
mengelola keusangan agar tidak terjadi
kebangkrutan.
Nilai Z > 2,99 Dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan
sedang dalam kondisi keuangan yang sehat.

Tabel 2.1
Laporan Keuangan PT Krakatau Steel, Tbk 31 Maret 2019—2021
Keterangan 2019 2020 2021
total current assets 771.349 593.735 776.649
total current liabilities 1.432.700 806.584 817.839
total assets 4.162.076 2.929.603 3.454.929
working capital (661.351) (212.849) (43.190)
retairned earning (883.730) (2.237.012) (2.317.976)
earning before interest
(79.580) 91.765 27.858
and taxes (EBIT)
total equity 1.760.674 199.294 465.321
total liabilities 2.401.402 2.730.309 2.989.608
net revenues 418.983 311.188 484.206
Sumber : Laporan Keuangan PT Krakatau Steel, Tbk Periode 2019—2021

8
2.2.1 Perhitungan nilai X1
Tabel 2.2
Perhitungan Working Capital PT Krakatau Steel, Tbk per 31 Maret 2019—2021
Tahun total current assets total current working capital
liabilities
2019 771.349 1.432.700 -661.351
2020 593.735 806.584 -212.849
2021 776.649 817.839 -43.190

Tabel 2.3
Perhitungan Working Capital Terhadap Total Assets PT Krakatau Steel, Tbk
per 31 Maret 2019—2021
Tahun Working capital Total Assets X1
2019 -661.351 4.162.076 -0,159
2020 -212.849 2.929.603 -0.073
2021 -43.190 3.454.929 -0,0125

2.2.2 Perhitungan nilai X2


Tabel 2.4
Perhitungan Retained Earnings Terhadap Total Assets PT Krakatau Steel, Tbk
per 31 Maret 2019—2021
Tahun Retained Earnings Total Assets X2
2019 (883.730) 4.162.076 -0,212
2020 (2.237.012) 2.929.603 -0,764
2021 (2.317.976) 3.454.929 -0,671

2.2.3 Perhitungan nilai X3


Tabel 2.5
Perhitungan EBIT Terhadap Total Assets PT Krakatau Steel, Tbk Periode per
31 Maret 2019—2021
Tahun EBIT Total Assets X3
2019 (79.580) 4.162.076 -0,019
2020 91.765 2.929.603 0,0313
2021 27.858 3.454.929 0,008

9
2.2.4 Perhitungan nilai X4
Tabel 2.6
Perhitungan Total Equity Terhadap Total Liabilities PT Krakatau Steel, Tbk per
31 Maret 2019—2021
Tahun Total Equity total liabilities X4
2019 1.760.674 2.401.402 0,733
2020 199.294 2.730.309 0,073
2021 465.321 2.989.608 0,156

2.2.5 Perhitungan nilai X5


Tabel 2.7
Perhitungan Net Revenues Terhadap Total Assets PT Krakatau Steel, Tbk per
31 Maret 2019—2021
Tahun Net Revenues Total Assets X5
2019 418.983 4.162.076 0,1
2020 311.188 2.929.603 0,106
2021 484.206 3.454.929 0,14

2.2.6 Perhitungan Nilai Z-score


Tabel 2.8
Perhitungan Nilai Z-score PT Krakatau Steel, Tbk per 31 Maret 2019—2021
Tahun X1 X2 X3 X4 X5 Z
2019 -0,159 -0,212 -0,019 0,733 0,1 -0,01209
2020 -0.073 -0,764 0,0313 0,073 0,106 -0,9048
2021 -0,0125 -0,671 0,008 0,156 0,14 -0,6945

Setelah mendapatkan hasil Z-score menggunakan perhitungan yang telah dituliskan


sebelumnya serta mengetahui kriteria batasan-batasan yang menunjukkan sebuah perusahaan
sedang mengalami financial distress atau tidak, dapat disimpulkan bahwa

Tabel 2.9
Perhitungan Net Revenues Terhadap Total Assets PT Krakatau Steel, Tbk per
31 Maret 2019—2021
Tahun Z-score Status
Sangat berpotensi
2019 -0,01209 mengalami kebangkrutan

10
Sangat berpotensi
2020 -0,9048 mengalami kebangkrutan

Sangat berpotensi
2021 -0,6945 mengalami kebangkrutan

2.3 Hasil Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan sebuah perusahaan yang
mengindikasikan apakah perusahaan tersebut berpotensi mengalami kebangkrutan atau masih
aman. Dari penelitian tersebut penulis mendapatkan bahwa PT Krakatau Steel, Tbk sedang
mengalami kesulitan pada keuangan perusahaannya sehingga mendapatkan nilai Z-score di
bawah 1,81.
Hal ini disebabkan karena nilai working capital dari perusahaan PT Krakatau Steel, Tbk
selalu berada di bawah angka nol (negative) hal ini terjadi karena total current liabilities atau
hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan lebih banyak ketimbang dengan total current
assets atau aktiva lancarnya dari tahun 2019—2020 sehingga perusahaan tidak dapat menutupi
hutang jangka pendeknya. Selain itu laba ditahan yang dimiliki oleh perusahaan juga bernilai
negatif selama tiga tahun berturut-turut, berarti selama tiga tahun tersebut PT Krakatau Steel,
Tbk mengalami kerugian. Total asset yang dimiliki PT Krakatau sempat mengalami penurunan
drastis pada bulan Maret 2020 dari 1.760.674 ribu USD pada bulan Maret 2019 terjun bebas
hingga 199.294 ribu USD.

11
BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Hasil prediksi dari Metode Altman Z-Score adalah PT Krakatau Steel, Tbk
menunjukkan perusahaan dalam periode 2019-2021 mengalami kondisi yang tidak sehat atau
berada dalam kondisi yang berpotensi mengalami kebangkrutan dan mempunyai masalah
dengan keuangan (bankrupt company) karena setelah menghitung dengan menggunakan
Altman Z-score, perusahaan ini selalu mendapatkan nilai negatif . Perusahaan ini berada
dibawah titik cut-off karena hutang lancar perusahaan lebih besar daripada aktiva lancar serta
nilai laba ditahan yang tidak memperoleh keuntungan (rugi).
3.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan PT. Krakatau Steel, Tbk berada pada keadaan yang
sangat berpotensi mengalami kebangkrutan, perusahaan ini harus waspada karena kondisi
perusahaan mengalami penurunan nilai Z-Score pada tiga tahun terakhir. Maka dari itu,
sebaiknya PT Krakatau Steel, Tbk berusaha meningkatkan nilai Z-Score yang masih berada
dibawah titik cut-off tersebut agar kebangkrutan dapat dihindari. Perusahaan diharapkan lebih
produktif dan bijaksana dalam mengelola aset-aset perusahaan dan sumberdaya perusahaan
agar nilai rasio secara keseluruhan dapat ditingkatkan sehingga nilai Z-Score dapat meningkat.
Selain itu, untuk menghindari terjadinya kebangkrutan pada PT Krakatau Steel, Tbk
manajemen dan pemerintah sebagai pemilik atau pemegang saham PT Krakatau Steel, Tbk
perlu melakukan pengkajian ulang dan mengambil kebijakan-kebijakan yang strategis dalam
menangani kondisi PT Krakatau Steel. Ada baiknya untuk PT Krakatau Steel, Tbk untuk
membatasi malakukan kegiatan impor baja agar dapat memanfaatkan perusahaan-perusahaan
baja lokal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, S. P. (2017). ) ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN


PERBANKAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.
Shaleha, D. A., & Hutajulu, D. (2020). NALISIS PREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN
PADA PT. KRAKATAU STEEL Tbk DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ALTMAN Z-SCORE. 7-9.

13

Anda mungkin juga menyukai