Anda di halaman 1dari 13

O P T I M A L I S A S I K I N E R JA S E K TO R P E N E R BA N G A N

D I DA L A M DA N S E T E L A H D E R A A N PA N D E M I C C OV I D - 1 9

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia


bekerjasama dengan
Universitas Indonesia

draft

POLICY BRIEF

September 2020

1
Judul
Optimalisasi Kinerja Sektor Penerbangan di Dalam dan Setelah Deraan Pandemi
Covid-19
Nama Penulis

Isu Kunci
Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perekonomian dan Sektor Penerbangan di
Indonesia
Ringkasan
Sektor penerbangan yang selama ini menjadi tulang punggung pembangunan dan
peradaban mengalami keterpurukan yang sangat signifikan sehubungan dengan
pandemic Covid-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020. Ekosistem sektor
penerbangan yang memiliki lingkage backward dan forward pun terkena imbas –
memperberat proses recovery sector strategic ini. Kondisi “SOS” seperti sekarang
membutuhkan perhatian yang serius dari berbagai pihak, khususnya intervensi
pemerintah.
Melalui pendekatan CGE, tim peneliti melaksanakan kajian kuantitatif yang
didasarkan atas data makro yang relevan dan menghasilkan temuan yang penting
terkait dengan kebijakan yang perlu segera dirumuskan oleh Kementerian
Perhubungan.
Pendahuluan
Sektor angkutan udara telah banyak memberikan kontribusi signifikan baik
langsung maupun tidak langsung kepada perekonomian dan aktivitas peradaban
manusia. Secara langsung, industri penerbangan telah menyediakan lapangan
pekerjaan, penerimaan pajak dan investasi. Sedangkan secara tidak langsung,
industri penerbangan menyediakan jasa bagi mobilitas input dan tenaga kerja,
serta pemasaran produk bagi industri lain terutama industri manufaktur dan
industri jasa (khususnya pariwisata, perbankan, dan asuransi) serta memfasilitasi
berbagai sektor lainnya seperti pendidikan, keagamaan, olahraga dan kebudayaan.

2
Dengan peran seperti itu, industri penerbangan adalah industri vital baik sebagai
sumber maupun sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan peradaban.
Pada tingkat global, ICAO (2020) mencatat bahwa lebih dari 35% telah terjadi
pengurangan kursi penumpang oleh berbagai maskapai penerbangan. Lebih lanjut
bahwa, terjadi pengurangan lebih dari 800 juta penumpang dari lalu lintas
penumpang internasional, dan diperkirakan lebih dari USD150 Milyar yang menjadi
potensi kerugian yang diterima oleh maskapai penerbangan. Sedangkan dalam
tingkat nasional, BPS (2020) mencatat bahwa pertumbuhan sektor angkutan udara
pada triwulan I-2020 (yoy) mengalami kontraksi hingga sebesar 13%. Lebih lanjut,
kedatangan wisatawan asing pada triwulan I-2020 berkurang sebesar 31%
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, dan hal yang sama juga
terjadi pada wisatawan domestic. Kedua hal tersebut terjadi karena adanya
pembatasan perjalanan baik secara global maupun beberapa wilayah di Indonesia.

Setelah Virus Corona merebak di China pada


akhir tahun 2019 kemudian menyebar ke
berbagai negara, dan WHO menyatakan bahwa
peristiwa ini merupakan pandemic di dunia
menyebabkan industri-industri terkait dengan
sektor penerbangan mengalami kontraksi yang
luar biasa. Bahkan laporan ICAO pada akhir
Agustus, penurunan jumlah penumpang
mencapai minus 50 % hingga 60 %.

Kondisi penerbangan Indonesia yang sempat


ditutup pada akhir April kemudian dilakukan
relaksasi pada awal Juni 2020. Hal tersebut
dilakukan dengan pertimbangan telah
diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala
Besar dan telah tersusunnya Protokol
Kesehatan terutama dalam aktifitas dari
pengelola dan masyarakat dalam industri
penerbangan. Kendati demikian, rasa optimis
akan bangkitnya sektor penerbangan
sehubungan asumsi akan segera berakhirnya
pandemic, masih mengalami waktu panjang.
Sebagaimana data pada awal September,
kondisi pandemi di tanah masih terus
mengalami peningkatan yang mencemaskan. 3
Dampak wabah Covid-19 terhadap perekonomian suatu wilayah (nasional atau
provinsi) tentunya sangat tergantung pada durasi dan besarnya wabah, bentuk dan
efektifitas kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah sebagai langkah-langkah
pencegahan yang diambil, tingkat kepercayaan dan preferensi risiko konsumen
untuk perjalanan udara, kondisi dan integrasi ekonomi dari suatu wilayah, dan lain
sebagainya. Mengingat hal itu, penting kiranya bagi pemerintah Indonesia untuk
mengetahui bagaimana dampak Covid-19 terhadap kinerja bisnis penerbangan
(sektor angkutan udara), kinerja sektor lainnya dan juga keterkaitan diantara
keduanya. Dengan diketahuinya dampak tersebut, selain sebagai pengetahuan bagi
evaluasi kebijakan juga menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan
dengan menambah atau merevisi kebijakan lanjutan sebagai langkah mitigasi untuk
mengurangi dampak negatif COVID-19 terutama pada sektor penerbangan. Hasil
studi ini adalah rekomendasi pilihan-pilihan kebijakan (policy brief) untuk
bagaimana bisnis penerbangan tetap bertahan dalam masa COVID-19 (immediate
response) dan mampu beroperasi optimal setelah pandemi mereda (medium term
response).
Hasil dan Pembahasan
Kebijakan Negara terhadap Sektor Penerbangan
Sejak April 2020, pemerintah Indonesia sudah mempertimbangkan pemberian
insentif atau stimulus kepada industri penerbangan sebagai upaya untuk
mengurangi beban operasional, termasuk kepada maskapai Indonesia. Hingga
Agustus 2020, satu-satunya stimulus yang diberikan oleh pemerintah Indonesia
kepada maskapai adalah dana pinjaman untuk Garuda Indonesia senilai Rp8,5
triliun. Dana pinjaman tersebut diberikan dalam bentuk Mandatory Convertible
Bond (MCB) dengan tenor disetujui selama 3 tahun. Akan tetapi, dana pinjaman
tersebut akan diberikan di kuartal keempat tahun 2020. Sebagai alternatif untuk
memenuhi kebutuhan modal, Garuda Indonesia mencoba mendapatkan dana
pinjaman jangka pendek atau bridging loan senilai Rp2 triliun dari tiga bank BUMN.
Selain itu, Garuda Indonesia mengurangi pembayaran utang jangka pendek dengan
memperpanjang tenor sukuk global selama tiga tahun. Dinamai “Garuda Indonesia
Global Sukuk Limited,” sukuk global tersebut bernilai Rp7,3 triliun.
Sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran Covid-19 dari sisi sektor
penerbangan, Pemerintah telah menerbitkan rangkaian peraturan maupun surat
edaran. Melalui Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

4
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kriteria Pembatasan Perjalanan Orang dalam Rangka
Percepatan Penanganan Covid-19 telah membatasi perjalanan orang keluar atau
masuk batas wilayah administratif, baik dengan kendaraan pribadi maupun sarana
transportasi umum. Aturan ini dikecualikan bagi pekerja pada lembaga pemerintah
atau swasta tertentu, pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan darurat,
serta repatriasi penduduk Indonesia yang berada di luar negeri. Pembatasan
perjalanan ini tidak terbatas bagi sarana transportasi tertentu, termasuk sarana
transportasi udara.
Pada tanggal 6 Juni 2020, pembatasan perjalanan orang tersebut telah dihapuskan
dan diganti dengan Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
Nomor 7 Tahun 2020 tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang dalam
Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19.
Surat edaran ini telah menetapkan kriteria dan persyaratan umum mengenai
individu yang hendak melakukan perjalanan orang menggunakan sarana
transportasi umum, baik menggunakan moda darat, laut, maupun udara.
Persyaratan umum yang diatur dalam surat edaran ini di antaranya identitas diri,
hasil tes PCR, dan surat keterangan bebas gejala.
Kementerian Perhubungan melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 18
Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam Rangka Pencegahan
Penyebaran Covid-19 telah mengatur pengendalian kegiatan transportasi udara, di
antaranya dengan mengurangi kapasitas (slot time) bandar udara, pembatasan
jumlah penumpang paling banyak 50% dari jumlah kapasitas maksimal tempat
duduk, serta penyesuaian tarif batas atas dan/atau pemberlakuan tuslah.
Peraturan ini juga telah mengatur teknis pelaksanaan perjalanan menggunakan
moda pesawat udara. Ketentuan ini akan berpengaruh terhadap perilaku maskapai
pesawat udara, khususnya dalam hal kuantitas dan harga dari sudut pandang
ekonomi mikro.
Pada kondisi normal, momen hari raya Idul Fitri setiap tahunnya merupakan salah
satu waktu saat permintaan terhadap sektor transportasi meningkat, khususnya
sektor transportasi udara. Akan tetapi karena Idul Fitri 1441 Hijriyah yang jatuh
pada tanggal 31 Juli 2020 bertepatan dengan puncak pandemi Covid-19,
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2020
tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441

5
Hijriyah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 telah melarang
sementara seluruh maskapai penerbangan untuk beroperasi dari dan ke wilayah
yang memberlakukan pembatasan sosial berskala besar maupun zona merah
penyebaran Covid-19. Hal ini dapat berdampak besar bagi permintaan terhadap
sektor transportasi udara, terlebih karena pada umumnya wilayah yang dikenakan
larangan pengoperasian transportasi udara tersebut merupakan wilayah
berkepadatan penduduk tinggi dan merupakan pusat aktivitas yang padat.
Mengenai panduan kepada operator penerbangan, Kemenhub memberikan
instruksi kepada pihak bandara seperti melaksanakan pengukuran suhu tubuh bagi
siapapun yang beraktivitas di bandara, mewajibkan personel dan petugas bandara
untuk menggunakan masker dan sarung tangan, serta melakukan pembersihan
memakai disinfektan terhadap seluruh fasilitas bandara secara teratur. Mengenai
panduan kepada maskapai, Kemenhub memberikan berbagai instruksi seperti
meningkatkan frekuensi pembersihan pada pesawat, memastikan masker, hand
sanitizer, sabun, dan air mengalir tersedia selama penerbangan, dan menyediakan
area kabin seluas 3 baris kursi yang terpisah dengan jarak 1 baris dari kursi yang
digunakan oleh penumpang.
Mengenai penanganan slot time, Kemenhub telah menetapkan bahwa kapasitas
terminal bandara tidak boleh lebih dari 50% jumlah penumpang saat periode peak
time atau waktu sibuk pada masa pra-pandemi. Angka spesifik untuk masing-
masing bandara ditetapkan di Notice of Airport Capacity atau NAC. Selanjutnya,
Kemenhub memberikan instruksi kepada masing-masing bandara untuk membuat
peta konsep agar protokol kesehatan dan kegiatan operasional dapat dilaksanakan
secara lancar.
Selain protokol, Kemenhub juga mengeluarkan Kepmenhub No. 88 Tahun 2020
yang menginstruksikan peningkatan harga tiket pesawat menjadi 2 kali lipat dari
biasanya agar kapasitas dalam penerbangan dapat berkurang hingga 50%. Hal ini
dilakukan untuk menjaga jarak antar penumpang (physical distancing) dalam
rangka mengurangi tingkat penularan Covid-19 di dalam pesawat. Tentu kebijakan
tersebut terkesan lebiih cenderung memperhatikan kepentingan maskapai
penerbangan daripada kalangan penumpang, terutama daya belinya.
Bagi penumpang, kebijakan-kebijakan tarif tersebut lebih banyak untuk
kepentingan maskapai penerbangan, sementara bagi penumpang kebijakan

6
tersebut dapat mensimulasi harga tiket yang lebih meringankan. Namun untuk
memenuhi protocol Kesehatan muncul sebagai satu item baru biaya perjalanan
yaitu biaya uji covid-19 yang diselenggarakan oleh Angkasa Pura I dan II. Uji covid-
19 ini wajib dilaksanakan oleh setiap penumpang dan juga seluruh orang yang
berada di bandar udara, termasuk seluruh crew penerbangan yang sedang
beroperasi.
Untuk kebijakan keuangan bagi sektor penerbangan di Indonesia, perlu dikaji
secara berbeda Lembaga atau korporat penyelenggara jasa penerbangan komersial
antara maskapai penerbangan swasta murni dengan maskapai penerbangan
sebagai Badan Usaha Milik Negara. Kebijakan ekonomi atau keuangan yang dapat
dimanfaatkan oleh kedua kenis maskapai adalah kebijakan yang menyangkut nilai
tarif dan pajak, seperti adanya keringan beban tarif atas jasa layanan kebandar
udaraan. Dengan demikian beban biaya operasional maskapai-maskapai
penerbangan tersebut menjadi lebih ringan.
Kesimpulan
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menopang
situasi buruk kepada sector penerbangan termasuk kepada stakeholders terkait.
Tujuannya adalah untuk mendorong agar aktifitas ekonomi kembali bergulir dan
“menyelematkan” sector penerbangan. Namun, hal-hal tersebut terlihat masih
belum optimal menggerakan ekosistem penerbangan di tanah air.
Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan simulasi dua skenario menggunakan
model computable general equilibrium (CGE) IndoTERM. Skenario pertama
dilakukan untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 secara umum terhadap
PDB nasional, sedangkan skenario kedua dilakukan untuk mengetahui dampak
menurunnya permintaan terhadap sektor penerbangan secara khusus.
Melalui hasil simulasi pertama, diprediksikan bahwa secara umum pandemi Covid-
19 akan menurunkan PDB nasional sebesar 4,97%. Sektor yang mengalami dampak
negatif terbesar di antaranya sektor perhotelan, manufaktur, pemerintahan, dan
penerbangan. Sedangkan melalui hasil simulasi kedua, penurunan jumlah
wisatawan dan permintaan terhadap sektor penerbangan diprediksikan dapat
menurunkan PDB nasional sebesar 0,18%, konsumsi rumah tangga sebesar 0,55%,
dan tenaga kerja sebesar 0,54%.

7
Implikasi dan Rekomendasi
Implikasi 1: Dampak Pandemi Covid-19 terhadap PDB
Secara keseluruhan, pandemi Covid-19 berdampak negatif pada PDB Nasional.
Penurunan PDB mencapai -4,97%. Provinsi yang paling banyak merasakan
penurunan PDRB akibat pandemi Covid-19 adalah DKI Jakarta (-7,5%), Provinsi Bali
(-7,3%), Provinsi Banten (-7,0%), dan Provinsi Jawa Barat (-6,6%).
Menurut data BPS (2020), sektor angkutan udara berkontribusi sebesar 1,63%
terhadap PDB nasional pada triwulan II tahun 2019. Apabila dibandingkan dengan
triwulan II tahun 2020 atau pada awal terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia,
kontribusi sektor angkutan udara terhadap PDB nasional menurun menjadi 0,028%.
Hal ini menunjukkan berkurangnya kontribusi sektor angkutan udara terhadap PDB
nasional.
Melalui analisis menggunakan metode CGE, dampak negatif pandemi Covid-19
diperhitungkan melalui adanya disrupsi perdagangan internasional karena resesi
global, penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang secara langsung
berdampak pada sektor angkutan udara, containment measure berupa
pembatasan sosial berskala besar, serta stimulus fiskal. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tiga sektor yang mengalami dampak negatif pandemi Covid-19 terhadap
kontribusi sektoral PDB terbesar di antaranya perhotelan (-13,58%), produksi
tekstil (-12,36%), serta produksi logam (-8,93%). Dampak negatif yang sangat besar
yang dialami oleh sektor perhotelan merupakan dampak dari padamnya sektor
penerbangan. Di antara sektor-sektor lainnya, sektor penerbangan mengalami
dampak negatif pandemi Covid-19 berupa penurunan kontribusi terhadap PDB
sebesar -6,45%.
0
-0.62 -0.57 -0.52 17 Hotels
-2 -1.48
8 TextileProds
-2.78
-4
-4.3 -4.13 -3.88 10 MetalProds
-6 -5.77
-5.33 -5.28 -5.16 -5.11
9 WoodPrd
-6.45 -6.44 -6.31
-8 -7.18 -6.93 20 GeneralGov
-7.84

-10 -8.93 11 OthManufact


16 AirTransp
-12
-12.36 13 Trade
-14 -13.58
23 OthServices
-16

Dampak sektoral pandemi Covid-19

8
Implikasi 2: Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Penurunan Permintaan Sektor
Penerbangan
Pandemi Covid-19 membuat jumlah wisatawan mancanegara menurun serta
mengurangi jumlah penerbangan domestik. Menurunnya permintaan sektor
penerbangan juga berdampak pada penurunan PDB nasional sebesar 0,18%. Selain
itu, konsumsi rumah tangga juga mengalami penurunan sebesar 0,55% dan
permintaan akan tenaga kerja menurun sebesar 0,54%.

5 Mining
-0.01

13 Trade
-0.04

-0.08 23 OthServices

-0.11 8 TextileProds

-0.11 9 WoodPrd

-0.12 11 OthManufact

-0.28 10 MetalProds

-0.36 7 FishProds

-0.38 -0.33 -0.28 -0.23 -0.18 -0.13 -0.08 -0.03 0.02

Dampak sektoral penurunan permintaan sektor penerbangan


Berbagai sektor bergantung kepada sektor penerbangan sebagai moda pengangkut
bahan baku, sumber daya manusia, serta faktor produksi lainnya. Menurunnya
permintaan sektor penerbangan dapat menyebabkan multiplier yang diciptakan
oleh sektor penerbangan berdampak negatif terhadap permintaan sektor lainnya.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode computable general equilibrium
(CGE), tiga sektor yang mengalami dampak negatif pandemi Covid-19 terbesar di
antaranya produksi perikanan (-0,36%), produksi logam (-0,28%) dan industri
manufaktur lainnya (-0,12%). Selain itu, beberapa sektor produksi lainnya
mengalami penurunan permintaan, seperti produksi kayu, produksi tekstil, serta
produksi pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi bahan mentah
merupakan produksi yang umumnya paling terdampak negatif oleh penurunan
permintaan sektor penerbangan akibat pandemi Covid-19.

9
Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi, berikut beberapa rekomendasi pilihan kebijakan (policy
brief) agar bisnis penerbangan tetap bertahan dalam masa COVID-19 (immediate
response) dan mampu beroperasi optimal setelah pandemi mereda (medium term
response):
1. Pemerintah perlu membuatkan skema kebijakan yang lebih signifikan berupa
stimulus atau bantuan finansial kepada maskapai-maskapai yang terdapat di
Indonesia untuk mendorong aktivitas sektor penerbangan, terutama:
a. maskapai-maskapai yang memiliki jumlah tenaga kerja yang besar,
b. maskapai yang melayani rute-rute stratejik (daerah terpencil/ daerah yang
sangat memerlukan mobilitas via udara)
2. Pemerintah perlu menyalurkan stimulus atau bantuan finansial yang bentuknya
dapat berupa:
a. pengurangan/penghapusan pajak untuk bahan bakar,
b. pengurangan/penghapusan sewa gedung/ ruangan/ parkir dan bea
operasional lainnya,
c. pengurangan/penghapusan pajak PPh badan, PPn tiket dan transaksi
lainnya,
d. memberikan penjadwalan/keringanan pembayaran hutang komersial pada
sektor perbankan nasional.
3. Pemerintah, khususnya melalui Kementerian Perhubungan, perlu menerapkan
secara ketat protokol kesehatan, baik bagi pekerja sektor penerbangan
maupun penumpang moda transportasi udara, untuk menjamin tidak
terjadinya penyebaran Covid-19 melalui aktivitas sektor penerbangan. Untuk
itu:
a. perlu adanya standarisasi protokol kesehatan antar pemerintah daerah,
b. perlu adanya keterlibatan seluruh pemerintah daerah secara aktif dalam
menegakkan protokol kesehatan.
4. Pemerintah perlu membuat skema kebijakan berupa stimulus atau bantuan
finansial bagi sektor yang berkaitan erat atau berhubungan langsung dengan
sektor penerbangan. Sektor-sektor ini merupakan sektor yang mengalami
dampak negatif akibat penurunan permintaan sektor penerbangan, di

10
antaranya jasa khususnya sektor perhotelan, catering untuk pesawat, ground
handling, perusahaan spare part dan maintenance pesawat.
5. Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah pada provinsi-provinsi yang
mengalami dampak negatif terbesar dari Covid-19, perlu memperketat
protokol kesehatan untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19 pada
provinsinya masing-masing serta membuat skema kebijakan berupa prioritas
bantuan finansial bagi usaha pada sektor yang terkait dengan penerbangan
pada provinsi yang paling banyak mengalami dampak negatif Covid-19 sesuai
dengan data Satgas Penanganan Covid-19, khususnya pada sektor hotel,
tempat wisata, usaha makanan, dan oleh-oleh.
Daftar Pustaka
Achmad Dwi Afriyadi. (2020, July 15). Ini Bentuk Dana Talangan Rp 8,5 Triliun yang Diminta Garuda.
Retrieved August 9, 2020, from detikFinance website: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-5093773/ini-bentuk-dana-talangan-rp-85-triliun-yang-diminta-garuda

Choirul Anwar. (2020a, August 6). Bandara Mulai Ramai, Tanda-Tanda Ekonomi Bangkit? Retrieved
August 9, 2020, from CNBC Indonesia website:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200806140309-4-177914/bandara-mulai-ramai-tanda-
tanda-ekonomi-bangkit

Choirul Anwar. (2020b, August 6). Swab & Rapid Test Buat Terbang Mau Dihapus, Serius Nih? Retrieved
August 9, 2020, from CNBC Indonesia website:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200806091237-4-177790/swab-rapid-test-buat-
terbang-mau-dihapus-serius-nih

Dewi Rina Cahyani. (2020, February 10). Garuda Indonesia Tebar Diskon Tiket Pesawat Hingga 30 Persen.
Retrieved August 9, 2020, from Tempo.co website:
https://bisnis.tempo.co/read/1305724/garuda-indonesia-tebar-diskon-tiket-pesawat-hingga-30-
persen

Garuda Beri Diskon Sampai 45 Persen ke 5 Kota Kala Corona. (2020, August 6). Retrieved August 9, 2020,
from CNN Indonesia website: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200806141527-92-
532848/garuda-beri-diskon-sampai-45-persen-ke-5-kota-kala-
corona?utm_source=twitter&utm_medium=oa&utm_content=cnnindonesia&utm_campaign=cms
socmed

Harry Muthahhari. (2019, July 20). Kinerja keuangan industri penerbangan niaga berjadwal sepanjang
semester I-2019 turun. Retrieved August 9, 2020, from Kontan.co.id website:
https://industri.kontan.co.id/news/kinerja-keuangan-industri-penerbangan-niaga-berjadwal-
sepanjang-semester-i-2019-turun

11
Iacus, S. M., Natale, F., Santamaria, C., Spyratos, S., & Vespe, M. (2020). Estimating and projecting air
passenger traffic during the COVID-19 coronavirus outbreak and its socio-economic impact. Safety
Science, 104791.

ICAO (2020). Effects of Novel Coronavirus (COVID-19) on Civil Aviation: Economic Impact Analysis.
Available at: https://www.icao.int/sustainability/Documents/COVID-
19/ICAO_Coronavirus_Econ_Impact.pdf

Ilman Sudarwan. (2020, June 10). Sah! Pemegang Sukuk Sepakati Proposal dari Garuda Indonesia (GIAA).
Retrieved August 9, 2020, from Bisnis.com website:
https://market.bisnis.com/read/20200610/192/1250997/sah-pemegang-sukuk-sepakati-
proposal-dari-garuda-indonesia-giaa

Industri Aviasi Terpukul Corona, INACA: Kami Hanya “Bertahan.” (2020, August 6). Retrieved August 9,
2020, from CNBC Indonesia website: https://www.cnbcindonesia.com/market/20200806174213-
19-178029/industri-aviasi-terpukul-corona-inaca-kami-hanya-bertahan

Laju Pertumbuhan Kumulatif Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2017 - 2020.
(2020). Retrieved August 9, 2020, from Badan Pusat Statistik website:
https://bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1253

Lidya Yuniartha. (2020, April 12). Terdampak Covid-19, pemerintah kaji pemberian insentif untuk
industri penerbangan. Retrieved August 9, 2020, from Kontan.co.id website:
https://industri.kontan.co.id/news/terdampak-covid-19-pemerintah-kaji-pemberian-insentif-
untuk-industri-penerbangan

Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
88 Tahun 2020. , Pub. L. No. 88 (2020).

Nurhadi Pratomo. (2020, August 2). Garuda Indonesia (GIAA) Proses Bridging Loan Rp2 Triliun dari
Himbara. Retrieved August 9, 2020, from Bisnis.com website:
https://market.bisnis.com/read/20200802/192/1273881/garuda-indonesia-giaa-proses-bridging-
loan-rp2-triliun-dari-himbara

PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2014-2020.
(2020). Retrieved August 9, 2020, from Badan Pusat Statistik website:
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/827

Pearce, B. (2020). COVID-19 June data and revised air travel outlook. In IATA.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam
Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama
Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriyah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19

Policy Brief – COVID-19: Relief measures to ensure the survival of the airport industry. (2020). In Airports
Council International.

12
Selvi Mayasari. (2020, February 25). Pemerintah tetapkan insentif penerbangan, tiket pesawat diskon
hingga 50%. Retrieved August 9, 2020, from Kontan.co website:
https://industri.kontan.co.id/news/pemerintah-tetapkan-insentif-penerbangan-tiket-pesawat-
diskon-hingga-50

Suhendra. (2020, August 6). Sadis! Maskapai Jerman Lufthansa Rugi Rp 24 T dalam 3 Bulan. Retrieved
August 9, 2020, from CNBC Indonesia website:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200806135033-4-177904/sadis-maskapai-jerman-
lufthansa-rugi-rp-24-t-dalam-3-bulan

Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kriteria
Pembatasan Perjalanan Orang dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19

Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nomor 7 Tahun 2020 tentang Kriteria dan
Persyaratan Perjalanan Orang dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif
dan Aman Covid-19

Virdita Rizki Ratriani. (2019, December 22). Turbulensi Industri Penerbangan Sepanjang 2019, dari Tiket
Mahal hingga Pencopotan Dirut Garuda. Retrieved August 9, 2020, from Kompas.com website:
https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/22/063000465/turbulensi-industri-penerbangan-
sepanjang-2019-dari-tiket-mahal-hingga?page=all

13

Anda mungkin juga menyukai