Anda di halaman 1dari 11

SPECTA Journal of Technology Vol 00, Desember, Year: 2021

SPECTA Journal of Technology


E-ISSN : 2622-9099
P-ISSN : 2549-2713
Homepage jurnal: https://journal.itk.ac.id/index.php/sjt

ANALISIS PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP TENAGA KERJA DI


INDUSTRI PENERBANGAN

HYANG BTARI AYU VISNUWARDHANI


12211041

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, JURUSAN TEKNOLOGI


INDUSTRI DAN PROSES
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN.
Email: 12211041@student.itk.ac.id

Abstrak

Di masa pandemi covid-19 ini semua sektor mengalami masalah khusus nya di sektor
transportasi penerbangan. Dan adanya kebijakan seperti itu maka masyarakat yang akan
berpergian dengan menggunakan pesawat akan berkurang. Apalagi sektor penerbangan
menjadi titik masuk pertama covid 19 pada awal pandemi ini. Masyarakat dan pemerintah
pun mewaspadai untuk menggunakan transportasi jalur udara ini. Hasil analisis diketahui
bahwa pada terdapat penurunan jumlah penumpang pesawat udara yang relatif signifikan.
Sebagai imbas penurunan jumlah penumpang ini, PT Garuda Indonesia pada kuartal
mengalami potensi penurunan pendapatan sekitar 11 triliun atau sekitar 33% dibanding
kuartal artikel). pergerakan pesawat dan penumpang domestik telah mengalami penurunan
yang sangat signifikan yaitu hingga 86,7% (pesawat) dan 99,7% (penumpang). Loncatan
penurunan yang paling besar terlihat pada tanggal yaitu ketika larangan perjalanan mulai
diberlakukan. Berdasarkan data penurunan pergerakan pesawat penumpang, maka
optimalisasi penggunaan pesawat udara menjadi penting.

Kata Kunci: Pandemi, Pesawat, Penurunan.

Abstract

During the COVID-19 pandemic, all sectors experienced special problems in the aviation
transportation sector. And with such a policy, the number of people who will travel by plane
will decrease. Moreover, the aviation sector became the first entry point for COVID-19 at the
beginning of this pandemic. The public and the government are also wary of using this air
transportation. The results of the analysis show that there is a relatively significant decrease in
the number of aircraft passengers. As a result of this decrease in the number of passengers,
PT Garuda Indonesia in the quarter experienced a potential revenue decline of around 11
trillion or around 33 percent compared to the article quarter). the movement of domestic
aircraft and passengers has experienced a very significant decrease, namely up to 86.7%
(airplanes) and 99.7% (passengers). The biggest drop in decline was seen in the date when the
travel ban came into effect. Based on data on the decline in passenger aircraft movements,
optimizing the use of aircraft is important.

Keywords: Pandemic, Airplane, Downturn.

PENDAHULUAN

Negeri Tirai Bambu atau China dihebohkan dengan kabar seorang warga Wuhan
berusia 55 tahun, Provinsi Hubei, terinfeksi virus tersebut pada 17 November 2019. Ini
diyakini sebagai kasus pertama. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini diberi nama
Pneumonia Wuhan dan kemudian diberi nama Coronavirus 19 (Covid 19) oleh World Health
Organization (WHO). Penyakit ini terjadi di negara ini dan tidak hanya menyebabkan
gangguan pernapasan, pencernaan, dan saraf, tetapi 188 negara, termasuk Indonesia, telah
menerima kasus yang sama 4.444 penyebaran virus. Sumber: Republik Indonesia

Di Indonesia sendiri, kasus pertama terjadi pada 2 Maret 2020. Seiring waktu, jumlah
kasus meningkat. Dan untuk mengantisipasi penyebaran cepat virus Covid-19 yang belum
pernah terjadi sebelumnya, pemerintah mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di
luar rumah. Setelah itu, kantor ditutup selama dua minggu. Dua minggu kemudian, sekolah,
toko, pusat perbelanjaan, pasar, tempat ibadah, restoran, hotel, dan tempat wisata ditutup.
Karyawan bekerja dari rumah (wfh), pelajar dan mahasiswa bekerja dari rumah, pelayanan
diadakan di rumah, penjualan online dan aktivitas lain yang melibatkan interaksi fisik
berlangsung di rumah. Dua minggu kemudian, bekerja di kantor (work from the office/wfo)
kembali diberlakukan, dan aturan Kementerian Kesehatan tentang penerapan pembatasan
sosial berskala besar diberlakukan pada penutupan sekolah dan bisnis, kebebasan bergerak
dan Covid19, termasuk pembatasan mobilisasi dan pembatasan perjalanan ke luar negeri.

Hal itu dilakukan oleh masing-masing negara bagian dengan mengkaji keterkaitan
antara perkembangan pandemi Covid-19 dengan situasi yang terjadi di masyarakat. Maskapai
yang bergerak di bidang transportasi, kegiatan terkait lalu lintas, dan transportasi udara
dengan akses luas ke penerbangan internasional juga telah menutup rute yang terkena
dampak Covid 19. Namun, tes menjadi lebih ketat, dan banyak perusahaan tutup karena tidak
mampu membayar biaya operasional, meskipun mereka mencoba merasionalisasi bakat
mereka. Maskapai penerbangan domestik dan internasional juga mengalami hal ini. Ada
banyak pengurangan karyawan, terutama jika status pekerjaan ditentukan secara kontraktual
tanpa memperpanjang masa kontrak, atau jika seorang pekerja baru (belum berpengalaman)
pensiun. Meski ada rekomendasi dari Kementerian Tenaga Kerja yang tidak mengizinkan
pemutusan hubungan kerja karena alasan Covid-19, pengusaha tidak bisa mengabaikannya.

Sejak awal 2020, banyak negara telah menutup atau menangguhkan penerbangan
internasional untuk membendung penyebaran virus corona. Akibat penurunan tajam jumlah
penerbangan reguler pada Maret, April, dan Mei 2020, waktu yang tidak ditentukan,
menyebabkan kerugian besar bagi industri penerbangan. Hal ini membatasi pergerakan di
banyak sektor akibat pemberlakuan Pembatasan Sosial Massal (PSBB) akibat diumumkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Massal dalam rangka
percepatan penanggulangan COVID-19 pada tahun 2019. Penyakit Menular Virus Corona-19:
Corona 19.

Salah satunya adalah jenis transportasi udara, dan pemerintah telah memberlakukan
larangan sementara penggunaan pesawat besar selama pandemi. Ini cukup untuk
menghancurkan aktivitas ekonomi dalam mode perjalanan udara. Ketidakmampuan
mengoperasikan kendaraan mau tidak mau mengakibatkan kerugian bagi maskapai. Menurut
data Indonesia National Airlines (INACA), maskapai tidak lagi bisa menghitung kerugian
akibat gangguan penerbangan. Oleh karena itu, biaya operasional lainnya seperti biaya tenaga
kerja, biaya bahan bakar jet, biaya perawatan mesin dan badan pesawat, serta biaya sewa
pesawat yang mahal menjadi perhatian maskapai penerbangan.

Penerbangan adalah suatu kesatuan sistem yang meliputi pemanfaatan ruang udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi, keamanan, lingkungan, fasilitas
penunjang, dan fasilitas umum lainnya.

Namun, karena ujian ini semakin menuntut, banyak perusahaan yang berhenti dari
pekerjaannya karena tidak mampu membayar biaya operasional meskipun telah berupaya
mengoptimalkan sumber daya manusianya. Hal ini juga terlihat dengan maskapai
penerbangan domestik dan asing. Banyak terjadi pengurangan tenaga kerja. Khususnya
pekerja yang masih dalam masa kontrak atau baru saja bekerja tanpa perpanjangan kontrak
(tidak berpengalaman) PHK Hubungan buruh-manajemen. Dari 4.444 kasus yang
direkomendasikan Menteri Sumber Daya Manusia, 4.444 kasus atau 4.444 kasus tidak
memungkinkan untuk diberhentikan karena COVID-19, namun pengusaha tidak bisa
dihindari.
TINJAUAN PUSTAKA

Penurunan keberangkatan dibandara udara


Coronavirus Infectious Disease (Covid 19) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV2) sesuai dengan
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Coronavirus 19. Tanda dan gejala
umum infeksi COVID-19 meliputi sesak napas akut, seperti demam, batuk, dan sesak napas.
Dalam kasus yang parah, COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan
akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

Penurunan keberangkatan dari bandara karena virus corona. 19. Pengurangan


keberangkatan bandara terjadi di seluruh bandara di Indonesia. COVID-19 mempersulit
masyarakat untuk beroperasi dan berdampak pada ekonomi orang yang mencari pekerjaan.

Pengaruh Ekonomi masyarakat akibat pandemi covid 19


Pandemi COVID-19 diperkirakan akan berdampak signifikan pada sektor-sektor
seperti kinerja perdagangan, nilai tukar, dan aktivitas bisnis yang menurun. Dampak pandemi
COVID-19 mengakibatkan berkurangnya pasokan tenaga kerja, meningkatnya pengangguran,
menurunnya pendapatan, meningkatnya biaya berusaha di semua sektor, kerentanan
masyarakat terhadap penyakit, dan kerentanan terhadap perubahan kondisi ekonomi.
Pembatasan sosial yang diberlakukan oleh 4.444 pemerintah berdampak pada 4.444 dari
4.444 orang, khususnya pekerja berpenghasilan rendah dan harian, tanpa kecuali. Sekelompok
orang yang sebelumnya tidak dianggap miskin akhirnya menjadi miskin karena pembatasan
yang meluas ini. Kemiskinan perkotaan relatif lebih tinggi daripada kemiskinan pedesaan.
Dan itu menyebabkan kekalahan seluruh masyarakat, terutama kelas berpenghasilan rendah
dan menengah dan buruh harian.

Pandemi COVID-19 di Indonesia memaksa pemerintah menerapkan kebijakan


pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah. Kebijakan ini telah menutup
kegiatan sosial dan ekonomi di masyarakat, seperti terbatasnya transportasi, pusat
perbelanjaan, serta tempat rekreasi dan hiburan. Situasi ini berdampak signifikan terhadap
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, seperti kelangsungan pekerjaan dan penurunan
pendapatan pekerja. Awalnya, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan
sekitar 25 juta pekerjaan dapat hilang di seluruh dunia karena pandemi COVID-19 (ILO,
2020a). ILO juga mengharapkan untuk mengurangi jam kerja untuk semua pekerja sebesar
10,5% pada kuartal kedua tahun 2020, yang setara dengan 305 juta pekerja penuh waktu
dengan asumsi kerja penuh waktu 48 jam per minggu (ILO, 2020c). Pusat Penelitian
Kependudukan LIPI bekerjasama dengan Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI)
dan Badan Penelitian dan Pembangunan Kementerian Sumber Daya Manusia, melakukan
survei online dampak COVID-19 terhadap tenaga kerja. Survei dilakukan pada 24 April 2020,
dengan 1112 pekerja/karyawan/karyawan yang berpartisipasi pada 2 Mei 2020. Bobot ini
didasarkan pada variabel demografis gender dan usia.
Hasil penelitian menunjukan terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) dan penurunan pendapatan buruh/karyawan/pegawai selama masa PSBB di Indonesia.
Persentase PHK buruh/pegawai/karyawan di Indonesia pada akhir April 2020 sebesar 15,6
persen yang terdiri dari 1,8 persen PHK dengan pesangon dan 13,8 persen PHK tanpa
pesangon. Dari hasil ini pun menunjukkan persentase yang hampir sama antara korban PHK
tenaga kerja lakilaki dan perempuan, yaitu masingmasing 16,7 persen dan 14,2 persen.
Persentase PHK tenaga kerja karena COVID19 dari hasil penelitian ini tampak lebih besar
dari prediksi ILO yaitu 10,5 persen pada kuartal kedua tahun 2020. Namun angka PHK
tersebut hampir sama dengan angka PHK di Amerika Serikat yang pada Juli 2020 sebesar
14,7 persen (Ziv, 2020). Pandemi COVID-19 juga berimbas pada pendapatan para pekerja
yang belum terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). 31,0% responden mengatakan
pendapatan mereka turun kurang dari 50%, dan 8,6% pekerja yang pendapatannya turun 50%
atau lebih.

Tinjauan Pustaka
Melas dan Melasova menjelaskan, sektor logistik dan maskapai paling terpukul oleh
pandemi Covid-19 di industri penerbangan. Secara khusus, penerbangan domestik maupun
internasional sangat terpengaruh di Asia Pasifik dan Eropa. Itu juga tergantung pada
kebijakan pemerintah terkait pembatasan perjalanan antar negara (Melas & Melasova, 2020).

Di masa-masa awal pandemi, maskapai penerbangan mulai menghentikan operasinya


ketika masyarakat menyadari bahwa transportasi udara berperan dalam penyebaran COVID-
19. Mei 2020 dapat dianggap sebagai bulan dengan jumlah penerbangan terendah dalam
sejarah penerbangan modern (Sun, Xiaoqin et al. 2021).

Studi Esabalho A. (2006) tentang determinan kemiskinan perkotaan oleh Debre


Marcos, salah satu kota di wilayah Amhara, menemukan bahwa rata-rata pendapatan
bulanan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, dan morbiditas merupakan determinan penting
dari kemiskinan perkotaan. Semua segmen masyarakat mungkin sama-sama terkena dampak
pandemi ini, tetapi Prosiding Seminar Akademik Tahunan 2020 tentang komunitas
terpinggirkan, terutama kaum miskin kota, pekerja lepas, dan studi ekonomi dan
pembangunan. ISBN: 9786025346057 282 Pekerja tetap dan tidak tetap terkena dampak
epidemi secara tidak proporsional. Keadaan yang menghalangi pekerja untuk bekerja dengan
mobilitas dan ketidakmampuan membayar perawatan kesehatan dari kota satelit membuat
mereka lebih rentan terhadap penyakit menular (McKibbin & Fernando, 2020). Pada
pertengahan Maret 2020, pemerintah mengeluarkan peraturan baru untuk mengurangi
penyebaran COVID-19, yang bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk tetap di rumah
dan bekerja dari rumah. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki sekitar 760.000
pengusaha yang terpaksa tetap bekerja di luar rumah. Beberapa wiraswasta dapat menciptakan
pekerjaan fungsional di rumah tetapi masih membutuhkan dukungan finansial yang tidak
tersedia saat bekerja di jalanan (Setyawan & Lestari, 2020). Juga, memahami bahwa
berkolaborasi dengan rekan kerja saat telecommuting lebih dari sekadar memisahkan
karyawan dapat menjadi tantangan ketika berjuang baik di tempat kerja maupun di rumah
(Flores, 2019).
Ketika masyarakat menyadari di awal pandemi bahwa transportasi udara berperan
dalam penyebaran COVID-19, maskapai mulai menangguhkan penerbangan. Mei 2020 dapat
dianggap sebagai bulan dengan penerbangan paling sedikit dalam sejarah penerbangan
modern (Sun, Xiaoqin et al. 2021). Pada pertengahan Maret 2020, pemerintah mengeluarkan
peraturan baru untuk mengurangi penyebaran COVID-19, yang bertujuan untuk mendorong
masyarakat untuk tetap di rumah dan bekerja dari rumah. Sebagai negara berkembang,
Indonesia memiliki sekitar 760.000 pengusaha yang terpaksa tetap bekerja di luar rumah.
Beberapa wiraswasta dapat menciptakan pekerjaan fungsional di rumah, tetapi mereka masih
membutuhkan dukungan finansial yang tidak tersedia saat bekerja di jalanan (Setyawan &
Lestari, 2020). Selain itu, memahami bahwa bekerja dari rumah dan bekerja dengan rekan
kerja dapat menciptakan tantangan dalam pekerjaan dan kehidupan rumah lebih dari sekadar
memisahkan karyawan (Flores, 2019).

Persentase PHK COVID 19 dari hasil penelitian ini tampaknya lebih tinggi dari
perkiraan ILO sebesar 10,5% untuk kuartal kedua tahun 2020. Namun, jumlah PHK hampir
sama dengan jumlah PHK di Amerika Serikat. Itu 14,7% pada Juli 2020 (Ziv, 2020). Bahkan
Cox (2020) memprediksi pengangguran AS akan mencapai 32,1% dengan COVID-19 dan
ditawarkan di hampir setiap area bisnis. Pandemi COVID19 juga berdampak pada penurunan
pendapatan bagi pekerja lepas.

METODOLOGI PENELITIAN

Sumber Data Penelitian


Sumber Data yang didapat dalam penelitian ini:

 Mengumpulkan data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini.


 Mengumpulkan Data sekunder dan Data penyebaran Covid-19 yang terjadi
disekitar lingkup bandara.
 Menggunakan metode penelusuran penelitian data secara daring untuk
mendapatkan informasi terkait penyebaran covid-19.

Metode yang kami gunakan untuk mengumpulkan data ini menggunakan teknik meta-
analisis yang menggabungkan hasil berbeda dari data COVID-19 dan mempertimbangkan
ukuran sampel relatif dan ukuran efek. Hasil tinjauan ini akurat mengingat cakupan analisis
yang sangat luas dan analisis terpusat. Meta-analisis juga memberikan jawaban atas isu-isu
kontroversial menemukan temuan yang saling bertentangan dalam kesimpulan untuk berbagai
masalah masalah serupa.

Alur Penelitian
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah awal dalam mendefinisikan
pertanyaan penelitian, mulai dari definisi masalah yang akan diteliti hingga tujuan akhir yang
ingin dicapai sebagai hasil penelitian ini. Berikut adalah langkah-langkah untuk
merencanakan tahap identifikasi:

1. Tahap Persiapan
Penelitian ini menggunakan prosedur survey Bandara Internasional Sultan
Aji Muhammad Suleiman Sepingan di Bandara Balikpapan untuk
menentukan lokasi. November 2021

2. Menentukan Lokasi
Saat menentukan lokasi penelitian, kami melihat jumlah penumpang yang
tiba baik internasional maupun domestik, serta kasus di mana penumpang
yang datang dari seluruh dunia dapat mempengaruhi situasi. Hal ini
berdampak signifikan terhadap kondisi sosial dan ekonomi seperti
kelangsungan pekerjaan dan pengurangan pendapatan pekerja. Organisasi
Buruh Internasional (ILO) awalnya memperkirakan bahwa pandemi COVID-
19 dapat kehilangan sekitar 25 juta pekerjaan di seluruh dunia (ILO, 2020a).

3. Hasil Data Sampel


Data yang diperoleh dari pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan
pendapatan pekerja/karyawan/karyawan selama masa PSBB di Indonesia
dipilih. Di sektor transportasi, tingkat PHK menurut industri dan tempat kerja
adalah 2,9%, dengan pria dan wanita menyumbang 23,4% dari PHK dengan
pesangon, dan 26,4% dari mereka yang tidak memiliki pekerjaan, masing-
masing 16,7±14,2% untuk pria dan wanita.
FLOWCHART

Flowchart Alur Penelitian

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan judul “Analisis Dampak Pandemi COVID-19 terhadap
tenaga kerja diindustri penerbangan” Maskapai Penerbangan pada Oktober 2021. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak COVID-19 terhadap pekerja
penerbangan. Berdasarkan data sekunder dari internet, bahan penelitian ini adalah
memperoleh informasi terkait COVID-19 melalui pencarian online. Juga langsung dari
pekerja yang dipecat. Jumlah pekerja yang terkena PHK karena kurangnya pengunjung dan
berkurangnya penjualan
pemutusan hubungan kerja (PHK). 31,0% responden mengatakan pendapatan mereka turun
kurang dari 50%, dan 8,6% pekerja yang pendapatannya turun 50% atau lebih.
Dari 4.444 penelitian yang terkumpul, angka PHK berdasarkan pekerjaan dan
pekerjaan di sektor transportasi sebesar 2,9%, terdiri dari 23,4% PHK dengan pesangon dan
26,4% PHK tanpa pesangon. Hasil ini juga menunjukkan bahwa rasio korban PHK laki-laki
dan perempuan hampir sama yaitu masing-masing 16,7% dan 14,2%. Angka PHK akibat
COVID-19 dalam penelitian ini lebih tinggi dari proyeksi ILO. 10,5% di Q2 2020. Namun,
PHK kira-kira setara dengan yang terjadi di Amerika Serikat, yang tercatat 14,7% pada Juli
2020 (Ziv, 2020). Pandemi COVID-19 juga berimbas pada pendapatan para pekerja yang
belum terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). 31,0% responden mengatakan bahwa
pendapatan mereka turun kurang dari 50%, dan 8,6% pekerja yang pendapatannya turun 50%
atau lebih.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survei data dengan metode meta-analisis, pandemi COVID 19 di
Indonesia membuat pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di
beberapa daerah. Kebijakan ini mengakibatkan ditutupnya kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat, antara lain: B. Pembatasan transportasi, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi dan
hiburan. Situasi ini berdampak luas pada status sosial ekonomi masyarakat, termasuk
pekerjaan yang terus berlanjut dan pendapatan pekerja yang berkurang. Gejolak ekonomi
yang tiba-tiba akibat COVID19 tidak hanya merugikan sejauh mana dampak COVID19,
tetapi juga menyebabkan guncangan penawaran dan permintaan di hampir semua area bisnis
sehingga berdampak berlebihan. Pandemi COVID-19 juga berdampak pada pendapatan
pekerja yang tidak diberhentikan.

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan temuan kajian dan pembahasan data, dapat ditarik kesimpulan dari
penelitian “Analisis Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pekerja Penerbangan”.
Kesimpulan yang didapat yaitu:

1. Dari hasil survei ini, korban PHK laki-laki dan perempuan masing-masing
16,7% dan 14,2%. Selain itu, sekitar 25 juta pekerjaan dapat hilang di
seluruh dunia karena pandemi COVID-19.
2. Dampak pandemi COVID-19 mengakibatkan berkurangnya pasokan tenaga
kerja, meningkatnya pengangguran, menurunnya pendapatan, meningkatnya
biaya berusaha di semua sektor, kerentanan masyarakat terhadap penyakit,
dan kerentanan terhadap perubahan kondisi ekonomi.
3. Banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu membayar biaya
operasional, dan banyak terjadi pengurangan tenaga kerja, terutama bagi
pekerja yang status kepegawaiannya dipertahankan karena tidak
memperpanjang kontrak atau yang kontraknya telah habis. selesai. Pekerjaan
(tidak ada pengalaman) telah ditangguhkan karena terpapar Covid19.

Saran
Berdasarkan temuan kajian dan pembahasan data, dapat ditarik kesimpulan dari
penelitian “Analisis Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pekerja Penerbangan”. Saran
yang dapat diberikan yaitu:

1. Pelaku bisnis di industri penerbangan (dalam hal ini maskapai penerbangan)


dapat menyusun strategi untuk memastikan perusahaan dapat mengalahkan
pandemi dan menghindari PHK besar-besaran atau pemotongan gaji.
2. Pekerja penerbangan, dalam hal ini diberhentikan atau dikurangi upahnya,
harus memperoleh penghasilan di luar industri penerbangan atau
mempertimbangkan untuk berganti pekerjaan untuk memperoleh
penghasilan yang layak.
3. Industri penerbangan dapat memperketat protokol status penerbangan dan
menurunkan harga tiket pesawat sehingga masyarakat dapat kembali merasa
nyaman dan aman saat bepergian melalui udara.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Ardaka, Dian (2020). Dampak Pelarangan Mudik Akibat Pandemi Covid19
Terhadap Bisnis Angkutan Udara. Journal of Civil Engineering and Planning,
Vol 1No. 2, hal 116 – 129.

[2] Sugiarti (2021). Analisis Dampak Covid-19 Terhadap Penerbangan di Indonesia.


Jurnal Mitra Manajemen, Universitas Suryadarma, vol 12, no 1, hal. 113 – 122.

[3] Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (2020) Statistik Angkutan Udara di


Indonesia, 29 April 2020.

[4] Fatmaningdyah, Yusti dan Mochamad Fatchoelqorib (2020, Februari).


Kebijakan Perjalanan Udara di Masa Pandemi Corona Virus (Covid-19).
Aviasi: Jurnal Ilmiah Kedirgantaraan, Vol 17, No 1, hal. 21 – 34.

[5] BNPB (2020, April 02) Dashboard situasi COVID19 di Indonesia.


https://www.bnpb.go.id/berita/sebanyak-238-wni-tiba-di-natuna.

Anda mungkin juga menyukai