JAKARTA-SURABAYA
Kelompok :
1. Aji Anggara Mukti (1)
2. Akbar Zainudin Gumay Tasfi (2)
3. Andry Hizkia Marpaung (3)
4. Anjas (4)
5. Aulia Fahm Laksono(5)
6. Diaz Fista Adhalia(15)
I. PROFIL PERUSAHAAN
Industri penerbangan Indonesia dimulai dengan berdirinya maskapai
penerbangan pertama di Indonesia, yaitu Garuda Indonesia. Sebelum krisis, industri
ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik, namun keadaannya berubah setelah
terjadinya krisis ekonomi yang melanda beberapa negara di kawasan Asia,
termasuk Indonesia.
Berdasarkan sensitivitas harga, konsumen pada jalur ini dapat dibagi pada dua
segmen, yaitu segmen yang sensitif harga (price sensitive segment) dan segmen yang
tidak sensitif terhadap harga (price insensitive segment). Perusahaan
penerbangan yang beroperasi dijalur ini, kebanyakan membidik segmen price
sensitive. Hal ini dibuktikan dengan harga tiket yang dijual murah. Persaingan antara
maskapai yang cukup ketat pun mempengaruhi para pemain untuk saling banting
harga. Harga tiket pesawat yang murah ini mendapat respon positif dari masyarakat,
terlihat dari kenaikan jumlah penumpang yang cukup signifikan.
Di tengah munculnya para pemain baru yang mengklaim dirinya penerbangan
murah (low cost carrier), Garuda pun ikut meluncurkan Garuda Citilink
penerbangan murah untuk rute domestik jarak dekat. Salah satunya adalah rute
Jakarta-Surabaya. Garuda Indonesia, melayani penumpang pada jalur ini dengan dua
layanan, yaitu Garuda Citilink (no frills flight) dan Garuda reguler yang harganya
terpaut sekitar Rp.100.000 lebih tinggi dari Citilink. Sebagai maskapai
penerbangan yang menjadi market leader pada penerbangan reguler, Garuda kini
harus bersaing dengan low cost carrier melalui Citilink.
a. Lingkungan Makro
Peristiwa WTC yang terjadi di Amerika pada tahun 2001 dan Bom Bali di
Indonesia pada tahun 2002 menyebabkan hilangnya pendapatan untuk penerbangan. Hal
ini terjadi karena turunnya permintaan sehingga menyebabkan tingginya biaya
operasional. Di samping itu, biaya asuransi yang dibayar oleh penumpang juga otomatis
akan meningkat. Hal ini mendorong industri untuk memberhentikan karyawan yang
akan memicu resesi yang lebih parah lagi karena meningkatnya tingkat pengangguran.
Bahkan wabah SARS di ujung timur adalah penyebab utama penurunan dalam industri
penerbangan di Indonesia.
3. Sosial
Komponen utama dari faktor sosial adalah perubahan perilaku konsumen yang terjadi
akibat dari perubahan dalam mode dan gaya. Dengan adanya perubahan tersebut, maka
permintaan konsumen juga akan berubah. Sejak diberlakukannya deregulasi di Indonesia,
banyak maskapai penerbangan murah yang masuk ke Indonesia sehingga persaingan harga
menjadi sangat ketat, mengakibatkan turunnya harga tiket pesawat. Tren yang berubah
adalah harga tiket pesawat yang dianggap mahal satu dekade lalu, sekarang sudah dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, meningkatnya popularitas liburan
di luar negeri telah menyebabkan ledakan permintaan untuk perjalanan udara. Hal ini
akan mempengaruhi permintaan produk perusahaan dan bagaimana perusahaan akan
beroperasi.
4. Teknologi
b. Lingkungan Industri
Persyaratan modal yang tinggi dan besarnya investasi yang diperlukan mencegah
banyaknya pendatang baru untuk dapat masuk ke dalam industri penerbangan.
Kalaupun pendatang baru memiliki modal, pemerintah Indonesia menyatakan akan
menjamin perlindungan maksimal kepada maskapai nasional.
Perlindungan yang diberikan pemerintah adalah maskapai asing hanya diizinkan
menerbangi rute regional dari menuju lima bandara yang disiapkan pemerintah dari luar
negeri secara searah (point-to-point) ke bandara asal mereka. Yaitu Bandara Soekarno-
Hatta Jakarta, Bandara Polonia Medan, Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Juanda
Surabaya, dan Bandara Hasanudin Makassar. Maskapai luar negeri tidak akan diberikan
izin untuk menerbangi rute domestik.
Namun, potensi pendatang baru dari operator Full Service Carrier juga dapat
menjadi ancaman untuk operator Low Service Carrier di masa depan dan untuk jangka
panjang. Akan tetapi untuk saat ini, maskapai penerbangan Full Service Carrier di
Indonesia hanya dipegang oleh PT. Garuda Indonesia dan Citilink adalah Strategic
Business Unit dari PT. Garuda Indonesia. Dengan demikin, jika dilihat dari sudut pandang
Citilink, ancaman masuk pendatang baru adalah lemah atau rendah.
Mulai dari Citilink yang beroperasi dengan memakai pesawat Garuda Indonesia,
pemeliharaan pesawat sampai dengan divisi pemasaran dan procurementnya. Di sisi lain,
para pemasok juga bergantung kepada PT. Garuda Indonesia karena PT. Garuda
Indonesia sendiri memiliki market share kedua terbesar di Indonesia setelah PT. Lion
Airlines. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kekuatan daya tawar pemasok untuk
Citilink adalah medium.
Kekuatan daya tawar pembeli dapat dilihat salah satunya dari jumlah pembeli.
Semakin besar sebuah perusahaan bergantung kepada pembeli, maka semakin tinggi
kekuatan daya tawar pembeli. Dan jika dilihat dari sudut pandang Low Cost Carrier,
volume pembeli sangat penting karena operator penerbangan murah mengandalkan
keuntungannya lewat kapasitas kursi yang terisi pada setiap penerbangan (Passenger Load
Factor). Selain itu, karena banyaknya maskapai penerbangan murah yang masuk ke
Indonesia sejak diberlakukannya deregulasi, pembeli menjadi memiliki banyak pilihan.
Bertumbuhnya pengguna internet di Indonesia menyebabkan biaya beralih
(switching cost) ke operator lain rendah karena calon penumpang memiliki akses
terhadap informasi harga tiket. Teknologi yang sudah berkembang pesat memungkinkan
calon penumpang dapat membandingkan harga tiket secara real-time tanpa harus
membandingkan harga lewat agen travel yang terkadang dapat menjadi bias. Umumnya,
jumlah pembeli akan banyak pada maskapai penerbangan yang dapat memberikan
keuntungan value for money untuk mereka. Dengan demikian, jika dilihat dari sudut pandang
Citilink, kekuatan daya tawar pembeli adalah tinggi.
Ancaman produk pengganti pada industri penerbangan adalah moda angkutan darat
dan laut. Dua puluh tahun lalu, transportasi darat dan laut masih dianggap sebagai
satu-satunya transportasi yang dapat digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Tidak semua
orang dapat menggunakan transportasi udara karena harga tiket pesawat yang masih relatif
sangat mahal dan mewah. Namun, sejak masuknya Low Cost Carrier ke Indonesia,
tiket pesawat menjadi sangat murah. Berpindahnya pengguna moda angkutan darat dan
laut disebabkan karena harga tiket pesawat yang semakin murah atau selisih harga yang
teralu dekat.
Persaingan kompetitif dalam suatu industri dipengaruhi oleh kelima kekuatan Porter.
Dapat dilihat bahwa ancaman masuk pendatang baru rendah, daya tawar pemasok
medium, daya tawar pembeli tinggi, intensitas persaingan antar pemain tinggi dan
ancaman produk pengganti rendah. Dengan demikian, ditarik kesimpulan bahwa
lingkungan industri Citilink cukup menarik. Kesuksesan strategi Citilink bergantung pada
misi dan keunggulan kompetitifnya. Untuk saat ini Citilink hanya melayani penerbangan
domestik. Maka dari itu, tujuan utama Citilink seharusnya adalah meningkatkan market
share. Citilink harus dapat mengambil keputusan dan memiliki strategi sendiri namun
mempunyai tujuan yang tetap sama dengan perusahaan induknya,
III. S.W.O.T
Strength
Weakness
1. Harga tiket masih mahal untuk calon penumpang middle-to-low daripada masakapai
lain sejenisnya.
2. Jadwal rute penerbangan Citylink sering dilakukan pada pagi buta atau malam hari
untuk menghindari biaya operasional yang mahal di jadwal sibuk, membuat calon
penumpang kecewa.
3. Calon penumpang yang belum mengetahui harga tiket Citylink (kurangnya iklan oleh
pihak maskapai) akan menganggap harga tiket Citylink sama dengan harga tiket
Garuda Indonesia.
Opportunities
Tipe aircraft Boeing B737 400 yang mempunyai kapasitas seat yang berjumlah
156 sehingga dapat menambah pendapatan Citilink.
Adanya peluang implementasi segera penggunaan teknologi pada cara reservasi
maupun check in.
Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat sehingga reservasi dan
check in tidak hanya melalui internet dan ATM, tetapi juga dapat menggunakan SMS
booking confirm.
Peluang peningkatan trafik yang potensial dengan adanya otonomi daerah.
Penjualan melalui agen.
Perjanjian / kesepakatan yang dilakukan kantor cabang Citilink di daerah dengan
perusahaan penerbangan lainnya. Seperti kerja sama Citilink dengan perusahaan
penerbangan yang berada di daerah Gorontalo.
Threat
Harga juga dapat menjadi daya tarik untuk menarik pelanggan baru, maksudnya kita
bisa mendapat tiket dengan harga yang menarik dengan tidak mengurangi mutu dari pada
produk tersebut. Hal ini dapat meningkatkan pemasaran .
Dalam memperkenalkan produk kita harus mengatur beberapa strategi untuk dapat
menghasilkan hasil yang memuaskan. Adapun strategi itu antara lain :
2. Harga rendah dengan kualitas rendah. Harga yang akan di kenakan pasar sangat
reendah yang tujuannya untuk meningkatkan pasar, tetapi produk tersebut tidak
selalu berkualitas karena harga yang kita tawarkan reendah.
3. Harga yang relative rendah dengan kualitas sedang. Maksudnya adalah dengan
harga yang tidak tergolong rendah maupun tinggi ( masih dapat dijangkau oleh
masyarakat).
Strategi harga merupakan elemen inti perekonomian pasar bebas. Dalam menetapkan
harga, citilink tidak bebas menetapkan harga seperti yang mereka inginkan. Citilink harus
mempertimbangkan kepedulian terhadap penetapan harga bagi masyarakat yang lebih luas.
Citilink menyesuaikan harga produk supaya dapat mencermikan perubahan-perubahan biaya
dan permintaan serta memperhitungkan perubahan pembeli dan situasi.
Untuk itu Citilink menggunakan penetapan harga penetrasi pasar, di mana Citilink
menetapkan harga awal yang rendah agar dapat menembus pasar secara cepat dan untuk
menarik banyak sekali pembeli dengat cepat dan memperoleh pangsa pasar yang besar.
Beberapa kondisi yang memenuhi dan sangat mendukung strategi tersebut adalah:
1. Pasar di Indonesia sangat sensitif terhadap harga. Sehingga harga yang lebih
rendah menghasilkan pertumbuhan pasar yang lebih besar.
3. Harga rendah harus membantu mencegah masuknya pesaing dan perusahaan yang
menggunakan strategi penetapan harga penetrasi harus mempertahankan posisi harga
rendah.
V. EVALUASI
Di dalam menentukan strategi apa yang bisa dipakai dalam suatu perusahaan maka ada 4
strategi yaitu:
Mengenai masalah yang terjadi pada Citylink maka yang paling tepat Citylink termasuk
ke dalam
STRATEGY PENILAIAN.
Hal ini disebabkan bahwa harga yang ditetapkan relatif mahal tetapi Citylink menampilkan
kualitas yang bagus.
Memang masyarakat banyak yang mengetahui bahwa Citylink pernah mengalami yang
namanya vakum maka bisa dibilang Citylink mulai berangkat dari awal yang bisa menarik
masyarakat untuk memakai jasanya. Masyarakat juga mengetahui bahwa citylink merupakan
perluasan produk Garuda yang sejak awal ditargetkan untuk menjangkau masyarakat
kalangan sedang ke bawah.
-Market Skimming.
Menetapkan harga tinggi untuk produk baru dengan memperbesar penghasilan dari pasar
sasaran.Akibatnya keuntungan penjualan menjadi tinggi
-Market Penetration.
Menetapkan harga rendah untuk produk baru dengan tujuan mempertahankan jumlah
pelanggan yang besar. Akibatnya pasar saham menjadi tinggi. Diantara market
skimming dan market penetration, menurut kami yang paling cocok adalah MARKET
PENETRATION
Dengan adanya perubahan harga seirng dengan bertambahnya strategi pesaing maka
Citylink harus memperhatikan bagaimana reaksi pembeli atau masyarakat dengan semakin
mahalnya tarif bukan hanya itu saja tetapi yang harus diperhatikan apabila pesaing bisa saja
menurunkan harga dengan menaikkan kualitasnya.
Maka diharapkan agar Citylink tidak kalah dengan pesaing dan masih exist, Citylink
harus mempertimbangkan harga yang bisa dijangkau oleh sebagian besar masyarakat dengan
fasilitas yang sama dengan para pesaing lainnya.
Sejak dulu, Garuda Indonesia sangat dikenal dan dipercaya oleh masyarakat
Indonesia sebagai pesawat yang menawarkan keamanan dan kenyamanan. Dan karena
Citilink merupakan Strategic Business Unit dari Garuda Indonesia, maka kepercayaan
tersebut yang akan dipegang oleh penumpang Citilink. Hal ini menimbulkan daya tarik
masyarakat untuk menggunakan Citilink karena masyarakat telah merasakan kepuasan
terhadap pelayanan yang telah diberikan oleh PT. Garuda Indonesia.
Citilink berbeda dengan garuda Indonesia, menggunakan bisnis model Low Cost
Carrier. Citilink menggunakan metode dimana Citilink berusaha memotong biaya serendah
mungkin dengan menyediakan pelayanan minimal dalam memenuhi berbagai segmen pasar.
Beberapa strategi yang di-implementasikan oleh Citilink antara lain:
Maskapai Citilink memiliki dua tipe pesawat, B737-300 dan B737-400 untuk
memudahkan training dan mengurangi biaya maintenance dan penyediaan sparepart
(cadangan).
Citilink menggunakan pesawat yang relatif baru dan umurnya masih muda
sehingga hemat dalam konsumsi fuel atau avtur.
Memberlakukan penanganan ground handling yang cepat dan turn around yang
pendek sehingga maskapai mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi.
Untuk beberapa rute, penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk
menghindari biaya yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk. Contohnya:
pada rute Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Medan, penerbangan pertamanya dilakukan pada jam
6 pagi. Rute yang diterbangi oleh Citilink sangat sederhana yaitu point-to-point untuk
menghindari miss conection di tempat transit dan dampak delay dari akibat delay flight
sebelumnya.
Karyawan Citilink melakukan multi role dalam pekerjaannya, seringkali pilot dan
pramugari juga sebagai cleaning services saat ground handling. Di samping itu Citilink
menerapkan outsourcing dan karyawan kontrak terhadap SDM non vital, termasuk
pekerjaan ground handling pesawat di bandara.
Citilink menjual tiket secara langsung (umumnya dipermudah lewat internet secara
online), sehingga dapat memotong biaya kantor cabang dan komisi kepada agen
perjalanan.
Pemisahan biaya ekstra seperti airport tax, PPN dari biaya pokok, sehingga biaya
penerbangan itu sendiri terlihat sangat murah.
Citilink menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub
classis dengan harga mulai dari tarif diskon hingga mencapai 90%.
Penjualan Citilink tidak menggunakan tiket konvensional, cukup secarik kertas yang di-
print dari komputer untuk mengeliminasi biaya cetak tiket.
Citilink hanya menyediakan kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas premium atau
bisnis.
Citilink menggunakan skema reservasi dini, dimana harga tiket akan naik pada saat
tempat duduk pesawat semakin terbatas atau penuh. Hal tersebut akan memaksa
penumpang untuk melakukan reservasi dini dimana semakin dini penumpang melakukan
pembelian, maka akan semakin murah harga tiket. Biasanya pembatalan reservasi akan
mengakibatkan hilangnya sebagian besar (hampir 100%) harga tiket yg sudah dibayarkan.
Kursi yang disediakan tidak dapat dipilih, kecuali dilakukan pada saat pembelian
tiket. Hal ini dilakukan untuk memotong waktu yang dibutuhkan pada saat check-in.
Penumpang Citilink hanya diperbolehkan untuk membawa bagasi 20kg per orang
dan kelebihan bagasi akan dikenakan Rp.15.000/kg. Untuk bagasi yang tidak dititipkan
hanya diperbolehkan maksimal 7kg per penumpang.
VI. KESIMPULAN